Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A.

M
DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG ALABADIRI
RSJ. RATUMBUYSANG KALASEY

DISUSUN OLEH :
Angelina Mokodongan
711440119002

CT : Maria Terok, S.Pd, S,SiT, M.Kes

CI : Ns. Atralina Tusang

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


PRODI D3 KEPERAWATAN
2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan masyarakat saat ini, yang banyak mengalami
perubahan dalam segala aspek kehidupan sehari-hari, sebagai manusia tentu saja tidak
terlepas dari masalah. Setiap individu mempunyai cara tersendiri untuk mengatasi masalah
tersebut. Besar kecilnya suatu masalah dalam kehidupan memang harus dihadapi, tetapi
tidak sedikit pula individu yang tidak mampu menyelasaikan masalah-masalah tersebut.
Hal inilah yang dapat mempengaruhi sesorang mengalami masalah psikologi atau
gangguan kesehatan jiwa. (Sulistyowati dkk, 2006)
Menurut WHO (World Health Organitation) 2007, prevalensi masalah kesehatan jiwa
saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalah keskehatan
jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa berat, potensi seseorang mudah terserang
gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku. Ronosulistyo (2008) menyebutkan,
prevalensinya sekitar 11% dari total penduduk dewasa di Indonesia. Presentase gangguan
kesehatan jiwa itu akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya beban hidup
masyarakat Indonesia.
Salah satu gejala psikosis yang dialami penderita gangguan jiwa adalah yang
merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya
tidak terjadi (Maramis, 2005). Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya
persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus (Varcarolis dalam Yosep,
2009) 70% pasien mengalami jenis halusinasi audiotorik, 20% halusinaasi visual, 10%
halusinasi pengecapan, taktil dan penciuman. Pasien merasakan halusinasi sebagai sesuatu
yang amat nyata, paling tidak untuk suatu saat tertentu (Kaplan, 2002). Menurut Thomas
(2003), halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada pasien dengan
gangguan jiwa, dimana halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia.
Terkait dengan tingginya prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi
maka sangat dibutuhkan pemberian standar asuhan keperawatan yang tepat dan benar serta
maksimal kepada masing-masing gangguan persepsi : halusinasi untuk menghadapi
masalahnya dan meminimalkan resiko yang terjadi (Purba, Eka, Mahnum, Hardiyah,
2009).
Menurut Carpenito (2002) dikutip oleh Keliat (2006) pemberian asuhan keperawatan
merupakan proses terapeutik yang mmelibatkan hubungan kerjasama antara perawat
dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Asuhan keperawatan juga menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari
pengkajian menentukan masalah atau diagnosa, menyusun rencana tindakan keperawatan,
implementasi dan evaluasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Masalah Utama Klien : Halusinasi Pendengaran


B. Proses Terjadinya Masalah
1. Definisi
a. Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang
nyata artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/
rangsangan dari luar (Maramis, 1995)
Halusinasi merupakan reaksi terhadap stress dan usaha dari alam tak sadar
untuk melindungi egonya atau pernyataan simbolik dari gangguan psikotik
individu. Halusinasi adalah gejala sekunder dari Skizofrenia dank lien dengan
skizofrenia 70% mengalami halusinasi pendengaran dan 20% mengalami
campuran antara halusinasi pendengaran dan halusinasi penglihatan. (Stuart dan
Sundeen, 1995).
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan
karakteristik tertentu, diantaranya :
1) Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, terutama suara-suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirannya dan memerintahkan unruk melakukan sesuatu
2) Halusinasi penglihatan
Karakteristik ditandai dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan atau panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan dan menakutkan.
3) Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikan.
Seperti ; darah, urine atau feses,. Kadang-kadang terhidu bau harum. Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4) Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat
Contoh : merasakan sensai listrik datang dari tanah, bendah mati atau orang lain
5) Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjiikan
6) Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh. Seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.

2. Etiologi
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan
gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan
kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya.
Halusinasi dapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan
gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping dari
berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan
antibiotik, sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi
sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan
individu normal yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik
seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada
pembicaraan.
Penyebab halusinasi pendengaran spesifik tidak diketahui, namun banyak faktor
yang mempengaruhinya seperti faktor biologis, psikologis, sosial budaya, dan faktor
pencetusnya adalah stress lingungan, biologis, pemicu masalah sumber-sumber
koping dan mekanisme koping.
a. Faktor Predisposisi
1) Biologis
- Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau susunan saraf pusat dapat
menimbulkan gangguan realita
- Gejala yang mungkin muncul adalah : hambatan dalam belajar, berbicara,
daya ingat dan muncul perilaku menarik diri dan perilaku kekerasan.
2) Psikologis
- Sikap dan keadaan keluarga juga lingkungan
- Psikologis klien : pola aasuh pada usia kanak-kanak yang tidak adekuat,
misalnya tidak ada kasih sayang dan diwarnai kekerasan dalam keluarga
- Orientasi realita adalah : penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup klien
3) Sosial budaya
- Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
- Kemiskinan, konflik sosial budaya ( perang, kerusuhan, bencana alam,
kerawanan keamanan)
b. Faktor Presipitasi
1) Proses pengolahan informasi yang berlebihan
2) Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
3) Adanya gejala pemicu

3. Proses Terjadinya Halusinasi


Pada gangguan jiwa, halusinasi pendengaran merupakan hal yang paling sering
terjadi, dapat berupa suara-suara bising atau kata-kata yang dapat mempengaruhi
perilaku sehingga dapat menimbulkan respon tertentu seperti berbicara sendiri,
,marah, atau berespon lain yang membahayakan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. (Yudi Hartono;2012;108)
Berikut tahap halusinasi :
1. Sleep Desorder
Adalah halusinasi tahap awal seseorang sebelum muncul halusinasi
a. Karakteristik : seseorang merasa banyak masalah, ingin menghindar dari
lingkungan takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah
b. Perilaku : klien susah tidur dan berlangsung terus-menerus sehingga terbiasa
menghayal dan menganggap hayalan awal sebagai pemecah masalah
2. Comforthing
Adalah halusinasi tahap menyenangkan, cemas sedang
a. Karakteristik : klien mengalami perasaan yang mendalam seperti cemas,
kesepian, rasah bersalah, takut, dan mencoba untuk berfokus pada pikiran
yang menyenangkan untuk meredakan cemas
b. Perilaku : klien terkadang tersenyum, tertawa sendiri, menggerakan bibir
tanpa suara, pergerakan mata yang cepat respon verbal yang lambat, diam
dan berkonsentrasi
3. Condeming
Adalah tahap halusinasi menjaddi menjijikan : cemas berat
a. Karakteristik : prngalaman sensori menjijikan dan menakutkan, kecemasan
meningkat, melamun, dan berfikir sendiri jadi dominan
b. Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah klien asyik dengan
halusinasinya, dan tidak bisa membedahkan realitas
4. Controling
Adalah tahap pengalaman halusinasi yang berkuasa berkuasa : Cemas berat
a. Karakteristi : klien meendengar bisikan biasa, suara, isi halusinasi semakin
menonjol, menguasai dan mengontrol klien
b. Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik, tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat,
tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah
5. Conquering
Adalah tahap halusinasi panik. Umumnya menjadi melebur dalam halusinasi
a. Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah,
dan memarahi klien
b. Gejala : klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol, dan gtidak
dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain dan lingkungan
c. Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon
terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespon lebih dari satu
orang
4. Tanda dan Gejala
a. Bicara dan senyum sendiri
b. Mendengar suara-suara
c. Marah-marah, gelisah
d. Merusak / menyerang, bermusuhan
e. Merusak diri dan menghindar dari orang lain
f. Lebih banyak berdiam diri/menyendiri
g. Tidak bisa membedahkan hal-hal (stimulus) nyata dan tidak nyata
h. Tidak dapat memusatkan perhatian/konsentrasi
i. Ekspresi muka tegang dan mudah tersinggung
5. Akibat
a. Mencederai diri sendiri / orang lain/ lingkungan
b. Bermusuhan dan perilaku kekerasan
6. Mekanisme Koping Penderita Gangguan Halusinasi
Sumber koping mempengaruhirespon individu dalam menanggapi stressor. Pada
halusinasi terdapat 3 mekanisme koping yaitu :
a. With Drawal : menarik diri dan klien sudah asik dengan pelaman internalnya
b. Proyeksi : menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang membingungkan
c. Regresi : Terjadi dalam hubungan sehariphari untuk memproses masalah dan
mengeluarkan sejumlah energi dalam mengatasi cemas (Iskandar,2012;58)
7. Penatalaksanaa pada Pasien dengan Halusinasi
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
2. Melaksanakan program terapi dokter
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
4. Membeeri aktivitas pada pasien
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
b. Pohon Masalah
Akibat Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Sensori Persepsi:


Masalah Utama Halusinasi

Penyebab Interaksi sosial menarik diri

Harga diri rendah

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I. Identitas Klien
Nama : Tn. A.M
TTL/Usia : 14 April 1977/44 tahun
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Kleak, Lingkungan 1
No RM : 007748
Tgl Pengkajian : 10 november 2021
II. Alasan Masuk :
Klien tampak bingung, tampak tangan klien menutup telinganya, marah-marah
tanpa sebab dan bicara kacau. Klien mengatakan orang tuanya yang membawa dia
ke RSJ
III. Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ? tidak
2. Masalah penganiayaan : klien mengatakan pernah memukul temannya
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ? tidak
4. Pengalaman masa lalu yang menyenangkan? Kematian orang tua ( Ayah)
IV. Psikososial
1. Genogram

Ket : laki-laki

Perempuan

Meninggal

2. Riwayat penyakit keluarga


Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat gangguan jiwa
3. Konsep diri
a. Gambaran diri : klien mengatakan namanya adalah A. Bagian tubuh yang
disukainya adalah mata
b. Identitas diri : klien adalah anak pertama dari 2 bersaudara
c. Peran : klien berperan sebagai anak dirumah, sering membantu ayah
dan ibunya dirumah
d. Ideal diri : klien mengatakan ingin cepat sembuh agar bisa pulang
ke rumah
e. Harga diri : klien mengatakan dirinya berguna
Masalah Keperawatan :
4. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : klien mengatakan, orang yang berarti dalam hidupnya
adalah orang tua
b. Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat : klien mengatakan sering
mengikuti kegiatan yang ada di lingkungannya
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak ada
5. Spritual
a. Nilai dan keyakinan : klien beragama kristen
b. Kegiatan ibadah : klien beribadah setiap hari minggu

V. Pemeriksaan Fisisk
1. TTV : TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36ºC
RR : 18x/menit
Nadi : 78x/menit
VI. Status Mental
1. Penampilan : tidak rapi
2. Pembicaraan : klien berbicara dengan jelas ketika melakukan wawancara
3. Aktivitas motorik : klien tidak mengalami gangguan aktivitas motorik
4. Alam perasaan : klien mengatakan saat ini ia baik-baik saja
5. Interaksi selama wawancara : selama wawancara klien koperatif dalam
menjawab pertanyaan
6. Persepsi/halusinasi : Pendengaran
Jelaskan : klien mengatakan sering mendengar bisik-bisikan yang ingin
mencelakai dirinya dan juga juga orang lain, seperti disuru untuk memukul orang.
Jenis halusinasi : bisikan-bisikan untuk mencelakai :
Waktu halusinasi : klien mengatakan ketika dia sendiri dan melamun, maka
bisikan itu muncul
Respon klien : klien kesal ketika mendengar bisikan tersebut
7. Proses pikir : tidak mengalami gangguan proses pikir
8. Tingkat kesadaran : kesadaran klien baik (composmentis) ketika ditanya
tentang waktu klien dapat menjawab dengan benar
9. Memori : tidak ada masalah dengan memori klien
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung : ketika wawancara, klien berkonsentrasi.
Kemampuan berhitung baik
11. Kemampuan penilaian : baik

VII. Persiapan Pulang


1. Makan dan minum : klien makan 3x sehari dengan porsi dihabiskan, klien
makan secara mandiri
2. BAB/BAK : klien BAK 4-5x/hari, BAB 2-3 x/minggu. Dilakukan
secara mandiri di WC
3. Mandi : klien mandi secara mandiri 1x/hari
4. Berpakaian/berhias : klien berpakaian/berhias secara mandiri. Klien ganti
baju 2-3/minggu
5. Istirahat/tidur : klien mengatakan ia tidur malam pukul 21.00-05.00
pagi, tidur siang 1-2 jam/ sehari
6. Penggunaan obat : klien minum obat 2x/hari

VIII. Mekanisme Koping


1. Adaptif : bicara dengan orang lain
2. Mal adaptif : mengamuk
IX. Analisa Data
Data Problem
DS : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Klien mengatakan ia dibawah oleh orang Pendengaran
tuanya ke Rsj. Klien sering mendengar bisikan-
bisikan yang memerintanya untuk mencelakai
dirinya dan orang lain
DO : klien tampak berbicara ngawur, kadang
tangan klien terlihat menutupi telinganya,
marah-marah tidak jelas

DS : Resiko Perilaku Kekerasan


Klien mengatakan pernah memukul temannya
karena mengikuti perintah dari bisikan-bisikan
tersebut
DO : bicara klien ketus

X. Pohon Masalah
Resiko Perilaku Kekerasan

Halusinasi
Pendengaran

Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
2. Resiko Perilaku Kekerasan

Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan - Monitor perilaku yang
Persepsi Sensori : keperawatan diharpakan Persepsi mengindikasi
Halusinasi Sensori membaik dengan KH : halusinasi
Pendengaran - Verbalisasi mendengar bisikan - Monitor isi halusinasi
1 menurun - Pertahankan
- Perilaku halusinasi 1 menurun lingkungan yang aman
- Konsentrasi 5 membaik - Diskusikan perasaan
dan respons terhadap
L.09083 halusinasi
- Anjurkkan bicara pada
orang yang dipercaya
dan umpan balik
korektif terhadap
halusinasi
- Anjurkan melakukan
distraksi
- Ajarkan pasien dan
keluarga cara
mengontrol halusinasi
- Kolaborasi pemberian
obat

I.09288
2. Resiko Perilaku Setelah dilakukan tindakan - Monitor adanya benda
Kekerasan keperawatan, diharapkan Kontrol yang berpotensi
Diri meningkat dengan KH : membahayakan (mis,
- Verbalisasi ancaman kepada bendah tajam)
orang lain 5 menurun - Monitor selama
- Perilaku melukai diri penggunaan barang
sendiri/orang lain 5 menurun yang dapat
- Perilaku agresif/amuk 5 membahayakan (mis,
menurun piasu cukur
- Bicara ketus 5 menurun - Pertahankan
lingkukngan bebas
L.09076 dari bahaya secara rutin
- Latih mengurangi
kemarahan secara
verbal dan nonverbal
(mis, relaksasi,
bercerita)

Implementasi dan Evaluasi


Pukul, 09.00 Wita
Dx Implementasi Evaluasi
.
1. - Membangun hubungan saling percaya S : Klien sering mendengar
- Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi bisikan-bisikan yang
- Monitor isi halusinasi memerintanya untuk
- Pertahankan lingkungan yang aman mencelakai dirinya dan
- Diskusikan perasaan dan respons terhadap orang lain
halusinasi
O : klien tampak berbicara
- Anjurkkan bicara pada orang yang dipercaya dan
ngawur, kadang tangan klien
umpan balik korektif terhadap halusinasi
terlihat menutupi telinganya,
- Anjurkan melakukan distraksi marah-marah tidak jelas
- Ajarkan pasien dan keluarga cara mengontrol
halusinasi A : Masalah belum teratasi
- Kolaborasi pemberian obat
P : Lanjutkan intervensi

S:
- Monitor adanya benda yang berpotensi
2. Klien mengatakan pernah
membahayakan (mis, bendah tajam) memukul temannya karena
- Monitor selama penggunaan barang yang dapat mengikuti perintah dari
membahayakan (mis, piasu cukur bisikan-bisikan tersebut
- Pertahankan lingkukngan bebas dari bahaya
secara rutin O : bicara klien ketus
- Latih mengurangi kemarahan secara verbal dan
nonverbal (mis, relaksasi, bercerita) A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

Dx Implementasi Evaluasi
.
1. - Membangun hubungan saling percaya S : Klien sering mendengar
- Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi bisikan-bisikan yang
- Monitor isi halusinasi memerintanya untuk
- Pertahankan lingkungan yang aman mencelakai dirinya dan
- Diskusikan perasaan dan respons terhadap orang lain
halusinasi
O : klien tampak berbicara
- Anjurkkan bicara pada orang yang dipercaya dan
ngawur, kadang tangan klien
umpan balik korektif terhadap halusinasi
terlihat menutupi telinganya,
- Anjurkan melakukan distraksi marah-marah tidak jelas
- Ajarkan pasien dan keluarga cara mengontrol
halusinasi A : Masalah belum teratasi
- Kolaborasi pemberian obat
P : Lanjutkan intervensi

S:
- Monitor adanya benda yang berpotensi
2. Klien mengatakan sudah
membahayakan (mis, bendah tajam) O : bicara klien ketus
- Monitor selama penggunaan barang yang dapat
membahayakan (mis, piasu cukur A : Masalah belum teratasi
- Pertahankan lingkukngan bebas dari bahaya
secara rutin P : Lanjutkan intervensi
- Latih mengurangi kemarahan secara verbal dan
nonverbal (mis, relaksasi, bercerita)

Catatan Perkembangan
19 November 2021
Implementasi Evaluasi (SOAP)

. Kondisi Klien S:
- Pasien mendengar bisikan suara
- Pasien dapat berinteraksi dengan yang menyuruh untuk mencelakai
baik teman dan lingkungan sekitar
- Pasien tampak datar wajahnya
- Kontak mata cukup baik
O:
2. Diagnosis Keperawatan - Tatapan pasien cukup baik
- Gannguan persepsi sensori : - Pasien berinteraksi dengan baik
Halusinasi pendengaran
A:
3. Tindakan Keperawatan - Fase awal tercapai
- BHSP
- Perkenalkan pasien P:
- Kaji keluhan pasien Lanjut SP1P
- Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
4. Rencana Tindak Lanjut - Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
- Mengidentifikasi waktu halusinasi
pasien
- Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
pasien
- Mengidentifikasi situasi yang dapat
menimbulkasi halusinasi
- Mengidentifikasi respon pasien
terhadap halusinasi
- Mengajarkan pasien cara menghardik
- Menganjurkan pasien menghardik
halusinasi

20 November 2021
Implementasi Evaluasi (SOAP)

. 1. Kondisi Klien S:
- Pasien berinteraksi dengan baik - Pasien mengatakan masih mendengar
- Pasien tampak bersahabat bisikan-bisikan untuk melakukan hal-
- Kontak mata pasien cukup baik hal aneh.
- Pasien mengatakan suara bisikan
muncul di pagi hari jam 06.00
2. Diagnosis Keperawatan
-
- Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
pendengaran O:
- Pasien berinteraksi cukup baik
3. Tindakan Keperawatan - Pasien tampak bersahabat
- Melakukan SP2P halusinasi - Kontak mata pasien cukup baik
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
- Melatih pasien mengendalikan A:
halusinasi dengan cara bercakap-cakap - SP2P tercapai
dengan orang lain
- Menganjurkan pasien memasukkan P: Lanjut SP3P
kedalam jadwal kegiatan harian - Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
- Melatih pasien mengendalikan
halusinasi dengan cara beraktivitas
- Melakukan aktivitas
- Menganjurkan pasien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian

21 November 2021
Implementasi Evaluasi (SOAP)

. 12.01
1. Kondisi Klien S:
- Pasien berinteraksi dengan baik - Pasien mengatakan sudah tidak
- Pasien tampak datar wajahnya mendengar bisikan-bisikan
- Kontak mata pasien cukup - Pasien mengatakan telah beraktivitas
berjemur, mencuci baju, menjemur
baju, dan mencuci piring
2. Diagnosis Keperawatan
- Gangguan persepsi sensori : Halusinasi O:
pendengaran - Pasien berinteraksi cukup baik
- Pasien tampak bersahabat
- Kontak mata pasien cukup baik
3. Tindakan Keperawatan
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien A:
- Melatih pasien mengendalikan - SP3P tercapai
halusinasi dengan cara beraktivitas
- Melakukan aktivitas P: Lanjut SP4P
- Menganjurkan pasien memasukkan - Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
kedalam jadwal kegiatan harian pasien
- Memberikan penkes tentang
penggunaan obat secara teratur
- Menganjurkan pasien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian

S:
1. Kondisi Klien - Pasien mengatakan sudah tidak
mendengar bisikan-bisikan
- Pasien dapat berinteraksi dengan baik - Pasien mengatakan telah beraktivitas
- Pasien tampak datar wajahnya beraktivitas berjemur, mencuci baju,
- Kontak mata pasien cukup menjemur baju dan mencuci piring.
- Pasien dapat menyebutkan fungsi obat
yang dikonsumsinya setiap hari.
2. Diagnosis Keperawatan
- Gangguan persepsi sensori : Halusinasi O:
pendengaran - Pasien berinteraksi cukup baik
- Pasien tampak wajah datar
- Kontak mata pasien cukup baik
3. Tindakan Keperawatan
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien A:
- Memberikan penkes tentang - SP4P tercapai
penggunaan obat secara teratur
- Menganjurkan pasien memasukkan P: Evaluasi SP1-SP4
kedalam jadwal kegiatan harian

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis selesai melakukan asuhan keperawatan pada Tn. A.M dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di ruang Alabadiri RSJ. Ratumbuysang
Kalasey, maka penulis mencoba mempertahankan beberapa hal yang mendukung dan
mengahambat dalam mencapai tujuan yang diterapkan.

Proses keperawatan yang dilakukan adalah


A. Tahap Pengkajian
1. Melakukan pendekatan dengan komunikasi terapeutik sehingga klien lebih
terbuka dan percaya dalam mengungkapkan perasaannya
2. Mengadakan pengkajian kepada klien dengan wawancara untuk memperoleh data.
B. Tahap Diagnosa
Diagnosa yang ditemukan dari kasus ini adalah Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran dan Resiko Perilaku Kekerasan
C. Tahap Perencana
Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan dan menghadapi masalah yang dialami klien. Rencana tindakan
keperawatan akan dicapai dengan adanya kerjasama.
D. Tahap Pelaksana
Dalam tahap ini, tindakan keperawatan yang dilakukan langsung pada klien sesuai
dengan hal-hal yang direncanakan sebelumnya seperti :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Membantu klien untuk mengenal halusinasi
c. Menjelaskan pada klien manfaat obat mengatasi halusinasi
d. Membantu klien mengungkapkan perasaannya
E. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap yang dilakukan untuk mrngukur sejauh mana tujuan
keperawatan telah tercapai

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan terhadap klien dengan gangguan


persepsi sensori : halusinasi pendengaran, di ruang Alabadiri RSJ. Ratumbuysang Kalasey
mulai tanggal 10 s/d 12 November 2021 di RSJ. Ratumbuysang Kalasey, maka penulis
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan persepsi
sensori halusinasi pendengaran, asuhan keperawatan harus dilaksanakan holistik
meliputi asapek, bio-psiko, sosial dan spritual
2. Untuk mencapai keberhasilan dalam asuhan keperawatan maka antara perawatan dan
klien saling membina hubungan saling percaya sehingga terjadi komunikasi terapeutik

B. Saran
Disarankan kepada perawat untuk dapat lebih meningkatkan membina hubungan
saling percaya agar tercapai hubungan yang terapeutik sehingga klien dapat
mengungkapkan semua permasalahan agar tercapai keberhasilan asuhan yang baik pada
klien. Dan selama klien berada di RS, hendaknya perawat melakukan pengkajian dalam
mengamati perkembangan klien agar dapat diketahui tindakan keperawatan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat Budi Anna et all.(2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. EGC : Jakarta.
Kusumawati Farida & Hartono Yudi.(2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba
Medika : Jakarta.
Nanda Internasional.(2011). Nanda International : Diagnosa Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2009-2011. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai