M
DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG ALABADIRI
RSJ. RATUMBUYSANG KALASEY
DISUSUN OLEH :
Angelina Mokodongan
711440119002
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan masyarakat saat ini, yang banyak mengalami
perubahan dalam segala aspek kehidupan sehari-hari, sebagai manusia tentu saja tidak
terlepas dari masalah. Setiap individu mempunyai cara tersendiri untuk mengatasi masalah
tersebut. Besar kecilnya suatu masalah dalam kehidupan memang harus dihadapi, tetapi
tidak sedikit pula individu yang tidak mampu menyelasaikan masalah-masalah tersebut.
Hal inilah yang dapat mempengaruhi sesorang mengalami masalah psikologi atau
gangguan kesehatan jiwa. (Sulistyowati dkk, 2006)
Menurut WHO (World Health Organitation) 2007, prevalensi masalah kesehatan jiwa
saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalah keskehatan
jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa berat, potensi seseorang mudah terserang
gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku. Ronosulistyo (2008) menyebutkan,
prevalensinya sekitar 11% dari total penduduk dewasa di Indonesia. Presentase gangguan
kesehatan jiwa itu akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya beban hidup
masyarakat Indonesia.
Salah satu gejala psikosis yang dialami penderita gangguan jiwa adalah yang
merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya
tidak terjadi (Maramis, 2005). Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya
persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus (Varcarolis dalam Yosep,
2009) 70% pasien mengalami jenis halusinasi audiotorik, 20% halusinaasi visual, 10%
halusinasi pengecapan, taktil dan penciuman. Pasien merasakan halusinasi sebagai sesuatu
yang amat nyata, paling tidak untuk suatu saat tertentu (Kaplan, 2002). Menurut Thomas
(2003), halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada pasien dengan
gangguan jiwa, dimana halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia.
Terkait dengan tingginya prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi
maka sangat dibutuhkan pemberian standar asuhan keperawatan yang tepat dan benar serta
maksimal kepada masing-masing gangguan persepsi : halusinasi untuk menghadapi
masalahnya dan meminimalkan resiko yang terjadi (Purba, Eka, Mahnum, Hardiyah,
2009).
Menurut Carpenito (2002) dikutip oleh Keliat (2006) pemberian asuhan keperawatan
merupakan proses terapeutik yang mmelibatkan hubungan kerjasama antara perawat
dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Asuhan keperawatan juga menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari
pengkajian menentukan masalah atau diagnosa, menyusun rencana tindakan keperawatan,
implementasi dan evaluasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan
gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan
kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya.
Halusinasi dapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan
gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping dari
berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan
antibiotik, sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi
sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan
individu normal yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik
seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada
pembicaraan.
Penyebab halusinasi pendengaran spesifik tidak diketahui, namun banyak faktor
yang mempengaruhinya seperti faktor biologis, psikologis, sosial budaya, dan faktor
pencetusnya adalah stress lingungan, biologis, pemicu masalah sumber-sumber
koping dan mekanisme koping.
a. Faktor Predisposisi
1) Biologis
- Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau susunan saraf pusat dapat
menimbulkan gangguan realita
- Gejala yang mungkin muncul adalah : hambatan dalam belajar, berbicara,
daya ingat dan muncul perilaku menarik diri dan perilaku kekerasan.
2) Psikologis
- Sikap dan keadaan keluarga juga lingkungan
- Psikologis klien : pola aasuh pada usia kanak-kanak yang tidak adekuat,
misalnya tidak ada kasih sayang dan diwarnai kekerasan dalam keluarga
- Orientasi realita adalah : penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup klien
3) Sosial budaya
- Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
- Kemiskinan, konflik sosial budaya ( perang, kerusuhan, bencana alam,
kerawanan keamanan)
b. Faktor Presipitasi
1) Proses pengolahan informasi yang berlebihan
2) Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
3) Adanya gejala pemicu
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I. Identitas Klien
Nama : Tn. A.M
TTL/Usia : 14 April 1977/44 tahun
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Kleak, Lingkungan 1
No RM : 007748
Tgl Pengkajian : 10 november 2021
II. Alasan Masuk :
Klien tampak bingung, tampak tangan klien menutup telinganya, marah-marah
tanpa sebab dan bicara kacau. Klien mengatakan orang tuanya yang membawa dia
ke RSJ
III. Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ? tidak
2. Masalah penganiayaan : klien mengatakan pernah memukul temannya
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ? tidak
4. Pengalaman masa lalu yang menyenangkan? Kematian orang tua ( Ayah)
IV. Psikososial
1. Genogram
Ket : laki-laki
Perempuan
Meninggal
V. Pemeriksaan Fisisk
1. TTV : TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36ºC
RR : 18x/menit
Nadi : 78x/menit
VI. Status Mental
1. Penampilan : tidak rapi
2. Pembicaraan : klien berbicara dengan jelas ketika melakukan wawancara
3. Aktivitas motorik : klien tidak mengalami gangguan aktivitas motorik
4. Alam perasaan : klien mengatakan saat ini ia baik-baik saja
5. Interaksi selama wawancara : selama wawancara klien koperatif dalam
menjawab pertanyaan
6. Persepsi/halusinasi : Pendengaran
Jelaskan : klien mengatakan sering mendengar bisik-bisikan yang ingin
mencelakai dirinya dan juga juga orang lain, seperti disuru untuk memukul orang.
Jenis halusinasi : bisikan-bisikan untuk mencelakai :
Waktu halusinasi : klien mengatakan ketika dia sendiri dan melamun, maka
bisikan itu muncul
Respon klien : klien kesal ketika mendengar bisikan tersebut
7. Proses pikir : tidak mengalami gangguan proses pikir
8. Tingkat kesadaran : kesadaran klien baik (composmentis) ketika ditanya
tentang waktu klien dapat menjawab dengan benar
9. Memori : tidak ada masalah dengan memori klien
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung : ketika wawancara, klien berkonsentrasi.
Kemampuan berhitung baik
11. Kemampuan penilaian : baik
X. Pohon Masalah
Resiko Perilaku Kekerasan
Halusinasi
Pendengaran
Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
2. Resiko Perilaku Kekerasan
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan - Monitor perilaku yang
Persepsi Sensori : keperawatan diharpakan Persepsi mengindikasi
Halusinasi Sensori membaik dengan KH : halusinasi
Pendengaran - Verbalisasi mendengar bisikan - Monitor isi halusinasi
1 menurun - Pertahankan
- Perilaku halusinasi 1 menurun lingkungan yang aman
- Konsentrasi 5 membaik - Diskusikan perasaan
dan respons terhadap
L.09083 halusinasi
- Anjurkkan bicara pada
orang yang dipercaya
dan umpan balik
korektif terhadap
halusinasi
- Anjurkan melakukan
distraksi
- Ajarkan pasien dan
keluarga cara
mengontrol halusinasi
- Kolaborasi pemberian
obat
I.09288
2. Resiko Perilaku Setelah dilakukan tindakan - Monitor adanya benda
Kekerasan keperawatan, diharapkan Kontrol yang berpotensi
Diri meningkat dengan KH : membahayakan (mis,
- Verbalisasi ancaman kepada bendah tajam)
orang lain 5 menurun - Monitor selama
- Perilaku melukai diri penggunaan barang
sendiri/orang lain 5 menurun yang dapat
- Perilaku agresif/amuk 5 membahayakan (mis,
menurun piasu cukur
- Bicara ketus 5 menurun - Pertahankan
lingkukngan bebas
L.09076 dari bahaya secara rutin
- Latih mengurangi
kemarahan secara
verbal dan nonverbal
(mis, relaksasi,
bercerita)
S:
- Monitor adanya benda yang berpotensi
2. Klien mengatakan pernah
membahayakan (mis, bendah tajam) memukul temannya karena
- Monitor selama penggunaan barang yang dapat mengikuti perintah dari
membahayakan (mis, piasu cukur bisikan-bisikan tersebut
- Pertahankan lingkukngan bebas dari bahaya
secara rutin O : bicara klien ketus
- Latih mengurangi kemarahan secara verbal dan
nonverbal (mis, relaksasi, bercerita) A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Dx Implementasi Evaluasi
.
1. - Membangun hubungan saling percaya S : Klien sering mendengar
- Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi bisikan-bisikan yang
- Monitor isi halusinasi memerintanya untuk
- Pertahankan lingkungan yang aman mencelakai dirinya dan
- Diskusikan perasaan dan respons terhadap orang lain
halusinasi
O : klien tampak berbicara
- Anjurkkan bicara pada orang yang dipercaya dan
ngawur, kadang tangan klien
umpan balik korektif terhadap halusinasi
terlihat menutupi telinganya,
- Anjurkan melakukan distraksi marah-marah tidak jelas
- Ajarkan pasien dan keluarga cara mengontrol
halusinasi A : Masalah belum teratasi
- Kolaborasi pemberian obat
P : Lanjutkan intervensi
S:
- Monitor adanya benda yang berpotensi
2. Klien mengatakan sudah
membahayakan (mis, bendah tajam) O : bicara klien ketus
- Monitor selama penggunaan barang yang dapat
membahayakan (mis, piasu cukur A : Masalah belum teratasi
- Pertahankan lingkukngan bebas dari bahaya
secara rutin P : Lanjutkan intervensi
- Latih mengurangi kemarahan secara verbal dan
nonverbal (mis, relaksasi, bercerita)
Catatan Perkembangan
19 November 2021
Implementasi Evaluasi (SOAP)
. Kondisi Klien S:
- Pasien mendengar bisikan suara
- Pasien dapat berinteraksi dengan yang menyuruh untuk mencelakai
baik teman dan lingkungan sekitar
- Pasien tampak datar wajahnya
- Kontak mata cukup baik
O:
2. Diagnosis Keperawatan - Tatapan pasien cukup baik
- Gannguan persepsi sensori : - Pasien berinteraksi dengan baik
Halusinasi pendengaran
A:
3. Tindakan Keperawatan - Fase awal tercapai
- BHSP
- Perkenalkan pasien P:
- Kaji keluhan pasien Lanjut SP1P
- Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
4. Rencana Tindak Lanjut - Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
- Mengidentifikasi waktu halusinasi
pasien
- Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
pasien
- Mengidentifikasi situasi yang dapat
menimbulkasi halusinasi
- Mengidentifikasi respon pasien
terhadap halusinasi
- Mengajarkan pasien cara menghardik
- Menganjurkan pasien menghardik
halusinasi
20 November 2021
Implementasi Evaluasi (SOAP)
. 1. Kondisi Klien S:
- Pasien berinteraksi dengan baik - Pasien mengatakan masih mendengar
- Pasien tampak bersahabat bisikan-bisikan untuk melakukan hal-
- Kontak mata pasien cukup baik hal aneh.
- Pasien mengatakan suara bisikan
muncul di pagi hari jam 06.00
2. Diagnosis Keperawatan
-
- Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
pendengaran O:
- Pasien berinteraksi cukup baik
3. Tindakan Keperawatan - Pasien tampak bersahabat
- Melakukan SP2P halusinasi - Kontak mata pasien cukup baik
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
- Melatih pasien mengendalikan A:
halusinasi dengan cara bercakap-cakap - SP2P tercapai
dengan orang lain
- Menganjurkan pasien memasukkan P: Lanjut SP3P
kedalam jadwal kegiatan harian - Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
- Melatih pasien mengendalikan
halusinasi dengan cara beraktivitas
- Melakukan aktivitas
- Menganjurkan pasien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian
21 November 2021
Implementasi Evaluasi (SOAP)
. 12.01
1. Kondisi Klien S:
- Pasien berinteraksi dengan baik - Pasien mengatakan sudah tidak
- Pasien tampak datar wajahnya mendengar bisikan-bisikan
- Kontak mata pasien cukup - Pasien mengatakan telah beraktivitas
berjemur, mencuci baju, menjemur
baju, dan mencuci piring
2. Diagnosis Keperawatan
- Gangguan persepsi sensori : Halusinasi O:
pendengaran - Pasien berinteraksi cukup baik
- Pasien tampak bersahabat
- Kontak mata pasien cukup baik
3. Tindakan Keperawatan
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien A:
- Melatih pasien mengendalikan - SP3P tercapai
halusinasi dengan cara beraktivitas
- Melakukan aktivitas P: Lanjut SP4P
- Menganjurkan pasien memasukkan - Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
kedalam jadwal kegiatan harian pasien
- Memberikan penkes tentang
penggunaan obat secara teratur
- Menganjurkan pasien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian
S:
1. Kondisi Klien - Pasien mengatakan sudah tidak
mendengar bisikan-bisikan
- Pasien dapat berinteraksi dengan baik - Pasien mengatakan telah beraktivitas
- Pasien tampak datar wajahnya beraktivitas berjemur, mencuci baju,
- Kontak mata pasien cukup menjemur baju dan mencuci piring.
- Pasien dapat menyebutkan fungsi obat
yang dikonsumsinya setiap hari.
2. Diagnosis Keperawatan
- Gangguan persepsi sensori : Halusinasi O:
pendengaran - Pasien berinteraksi cukup baik
- Pasien tampak wajah datar
- Kontak mata pasien cukup baik
3. Tindakan Keperawatan
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien A:
- Memberikan penkes tentang - SP4P tercapai
penggunaan obat secara teratur
- Menganjurkan pasien memasukkan P: Evaluasi SP1-SP4
kedalam jadwal kegiatan harian
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis selesai melakukan asuhan keperawatan pada Tn. A.M dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di ruang Alabadiri RSJ. Ratumbuysang
Kalasey, maka penulis mencoba mempertahankan beberapa hal yang mendukung dan
mengahambat dalam mencapai tujuan yang diterapkan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Disarankan kepada perawat untuk dapat lebih meningkatkan membina hubungan
saling percaya agar tercapai hubungan yang terapeutik sehingga klien dapat
mengungkapkan semua permasalahan agar tercapai keberhasilan asuhan yang baik pada
klien. Dan selama klien berada di RS, hendaknya perawat melakukan pengkajian dalam
mengamati perkembangan klien agar dapat diketahui tindakan keperawatan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat Budi Anna et all.(2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. EGC : Jakarta.
Kusumawati Farida & Hartono Yudi.(2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba
Medika : Jakarta.
Nanda Internasional.(2011). Nanda International : Diagnosa Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2009-2011. EGC : Jakarta