PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau
25 % dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti,
2008).
Di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20% halusinasi
penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan.
Angka terjadinya halusinasi cukup tinggi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan
halusinasi di RS Jiwa Tampan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan halusinasi
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien
halusinasi
c. Mahasiswa mampu melakukan intervensi keperawatan kepada klien
halusinasi
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan
halusinasi
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien
dengan halusinasi
f. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien
dengan halusinasi
g. Mahasiswa mampu membandingkan kesenjangan antara teori dengan
kenyataan yang kelompok dapatkan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan.Klien merasakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada. (WHO, 2006).
Halusinasi ialah terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak
terdapat simulus (Yosep, 2009).
Halusinasi sebagai “hallucinations are defined as false sensory
impressions or experiences” yaitu halusinasi sebagai bayangan palsu atau
pengalaman indera.(Stuart, 2004).
Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca
indera seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya
mungkin organik, fungsional, psikopatik ataupun histerik (Maramis, 2005).
Sunaryo (2004) menjelaskan bahwa halusinasi merupakan bentuk kesalahan
pengamatan tanpa pengamatan objektivitas penginderaan dan tidak disertai
stimulus fisik yang adekuat.
B. Etiologi
1. Faktor Prediposisi
Menurut Stuart (2007), faktor predisposisi terjadinya halusinasi adalah:
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
3
2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin
dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi
otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral
ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh
otopsi (post-mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau
tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah
koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
4
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
5
2. Tahap kedua
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menyalahkan dengan tingkat
kecemasan yang berat. Adapun karakteristik yang tampak pada individu yaitu
individu merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk menjauhkan
dirinya dari sumber yang dipersiapkan, individu mungkin merasa malu
dengan pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain.
3. Tahap ketiga
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap pengendalian dengan tingkat
ansietas berat, pengalaman sensori yang dirasakan individu menjadi
penguasa.Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah orang yang
berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasinya dan
membiarkan halusinasi tersebut menguasai dirinya, individu mungkin
mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir.
4. Tahap keempat
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan tingkat
ansietas panic. Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah
pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti
perintah, dimana halusinasi bisa berlangsung beberapa jam atau beberapa hari,
apabila tidak ada intervensi terapeutik.
E. Klasifikasi Halusinasi
1. Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara –
suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama
yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
6
3. Halusinasi penciuman
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau
harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi perabaan
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan.
6. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
(Menurut Stuart, 2007).
F. Rentang Respon
Menurut Stuart dan Laraia (2001), halusinasi merupakan salah satu
respon maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi.
1. Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
2. Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang
didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu
yang ada di dalam maupun di luar dirinya.
3. Emosi konsisten: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar
disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.
4. Perilaku sesuai: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian
masalah masih dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya umum
yang berlaku.
7
5. Hubungan social harmonis: yaitu hubungan yang dinamis menyangkut
hubungan antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk
kerjasama.
6. Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi impuls
eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik
pada area tertentu di otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian
yang telah dialami sebelumnya.
7. Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar
berlebihan atau kurang.
8. Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan
nyata dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma – norma
social atau budaya umum yang berlaku.
9. Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial
atau budaya umum yang berlaku.
10. Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
11. Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam
berinteraksi.
G. Mekanisme Koping
1. Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
2. Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
3. Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal. (Stuart, 2007).
8
H. Penatalaksanaan
Menurut Yosep (2009) pentalakasanaan pada halusinasi yaitu :
1. Medis (Psikofarmako)
a. Chlorpromazine
1) Indikasi
Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat
norma social dan tilik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-
fungsi mental seperti: waham dan halusinasi. Gangguan perasaan dan
perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi
kehidupan sehari-hari seperti tidak mampu bekerja, hubungan social
dan melakukan kegiatan rutin.
2) Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak, khususnya
system ekstra pyramidal.
3) Efek samping
- Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar
sadar atau tidak sadar.
- Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau parasimpatik,
seperti mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekana intraokuler meninggi, gangguan
irama jantung.
- Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia akut, akathsia syndrome
parkinsontren, atau bradikinesia regiditas.
4) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi
(kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas),
ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan
kesadaran disebabkan oleh depresan.
9
5) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan 3x100mg.
Apabila kondisi klien sudah stabil dosisnya di kurangi menjadi
1x100mg pada malam hari saja.
b. Haloperidol (HLP)
1) Indikasi
Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat
dalam kemampuan menilai realitas, baik dalam fungsi mental dan
dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
2) Mekanisme kerja
Obat anti psikis ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca
sinaptik neuron di otak, khususnya system limbic dan system
pyramidal.
3) Efek samping
- Sedasi dan inhibisi psikomotor
- Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat,
mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
4) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi
(kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas),
ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan
kesadaran.
5) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya dalam
bentuk injeksi 3x5mg IM pemberian ini dilakukan 3x24 jam.
Sedangkan pemberian peroral di berikan 3x1,5mg atau 3x5 mg.
c. Trihexyphenidil (THP)
1) Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit
parkinson, termasuk pasca encephalitis (infeksi obat yang disebabkan
10
oleh virus atau bakteri) dan idiopatik (tanpa penyebab yang jelas).
Sindrom Parkinson akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.
2) Mekanisme kerja
Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat
depreson, dan antikolinergik lainnya.
3) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung,
agitasi (gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan), konstipasi,
takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
4) Kontra indikasi
Kontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap trihexypenidil (THP),
glaucoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis, hipertropi
prostat, dan obstruksi saluran edema.
5) Penggunaan obat
Penggunaan obat ini di berikan pada klien dengan dosis 3x2 mg
sebagai anti parkinson.
2. Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan antara lain yaitu :
1) Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dna ketakutan klien
akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan secara
individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien
disentuh atau dipegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau
emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati klien, bicaralah
dengan klien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya klien
diberitahu. Klien diberitahu tindakan yang akan dilakukan. Di ruangan itu
hendaknya disediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan
mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam
dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
11
2) Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali klien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara
persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang diberikan
betul ditelannya, serta reaksi obat yang diberikan.
3) Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali
masalah klien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta
membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat
melalui keterangan keluarga klien atau orang lain yang dekat dengan klien.
4) Memberi aktivitas pada klien
Klien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya
berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat
membantu mengarahkan klien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan
dengan orang lain. Klien diajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih
kegiatan yang sesuai.
5) Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga klien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data klien
agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan,
misalnya dari percakapan dengan klien diketahui bila sedang sendirian ia
sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di
dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar
klien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau
aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya diberitahukan pada keluarga
klien dan petugas lain agar tidak membiarkan klien sendirian dan saran
yang diberikan tidak bertentangan.
12
I. Pohon Masalah
Resiko perilaku
kekerasan
Defisit
perawatan diri
Isolasi sosial
Ketidakefektif
Koping Individu
13
J. Masalah Keperawatan
14
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Dari data yang di kaji pada tanggal 25 November 2019, klien datang dari
ruangan UPIP dengan inisial klien bernama Tn. R. Klien berumur 26 Tahun dan
beragama islam. Klien memiliki alamat lengkap yaitu beralamat di Jalan Parit
No. 15 Tuluk Dalam RT 01 RW 01 Kuala Indragiri INHIL.
Klien masuk RS Jiwa Tampan Pekanbaru dengan keluhan klien lebih dari
2 minggu marah, mengamuk dengan menghancurkan barang-barang, gelisah,
suka membuka celana, berbicara sendiri, tersenyum sendiri, tertawa sendiri,
mondar mandir dan tidak tenang.
Pada saat pemeriksaan fisik, didapatkan hasil tekanan darah klien yaitu
110/70 mmHg dengan kecepatan nadi 80x/menit, suhu 36ºC dan pernafasan
22x/menit. Klien memiliki tinggi badan yaitu 155 cm dan berat badan 53 Kg.
15
Hubungan social yang dimiliki klien adalah klien mengatakan bahwa
orang terdekat yang dimilikinya adalah orang tuanya. Klien mengatakan sering
berjalan-jalan dan menemui masyarakat, namun klien merasa malu bertemu
dengan wanita dikarenakan klien tidak percaya diri.
Pada nilai dan keyakinan klien mengatakan bahwa klien beragama islam
dan meyakini islam sebagai agamanya. Klien mengatakan bahwa keadaanya
merupakan takdir yang sudah digariskan dari Tuhan. Klien juga mengetahui
shalat lima waktu dan puasa, namun klien tidak shalat dengan alas an lupa dan
suka diundur-undur waktunya saat berada dirumah. Sedangkan dirumah sakit
klien tidak menjalani ibadah seperti shalat lima waktu. Klien mengatakan tidak
merasa ada masalah walaupun tidak shalat.
16
Klien mampu mengingat kejadian yang dialami lebih satu bulan yang lalu
dan mempu mengingat kejadian saat sebelum klien dirawat. Klien juga mampu
berhitung dengan baik. Pada daya tilik diri klien tidak ada masalah.
Klien mengatakan makan 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan malam. Klien
memakan makanan yang disediakan oleh rumah sakit. Klien menyukai setiap
makanan yang disediakan rumah sakit namun kurang menyukai ayam. Klien
makan secara mandiri dan bisa makan sendiri.
17
B. Aspek Medis
Cpz 100 mg
C. Analisa Data
dalam sehari.
Data Objektif :
gigi
18
Data Objektif :
3. Isolasi Sosial
E. Pohon Masalah
Resiko Perilaku
Kekerasan
Halusinasi
Defisit Perawatan
Diri
Isolasi Sosial
Harga Diri
Rendah
19
F. Daftar Diagnosa Keperawatan
G. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
20
terlibat/ melakukan menimbulkan halusinasi.
kegiatan, dan minum 6. Identifikasi respons Klien
obat. terhadap halusinasi.
4. Klien dapat dukungan 7. Ajarkan Klien menghardik
keluarga dalam halusinasi.
mengontrol 8. Anjurkan Klien memasukkan
halusinasinya. cara menghardik halusinasi
5. Klien dapat minum dalam jadwal kegiatan harian.
obat dengan bantuan SP II :
minimal.
6. Mengungkapkan 1. Evaluasi jadwal kegiatan
halusinasi sudah harian Klien.
hilang atau terkontrol 2. Latih Klien mengendalikan
halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang
lain.
3. Anjurkan Klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
SP III :
21
5. Menganjurkan Klien
mendemonstrasikan cara
control yang sudah diajarkan.
6. Menganjurkan Klien memilih
salah satu cara control
halusinasi yang sesuai.
Keluarga:
22
H. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Senin, 25 D: S:
November Klien mengatakan identitas Klien mengatakan
2019 dirinya (nama, tanggal lahir mendengar suara-suara
dan tempat tinggal) yang mengajaknya
Klien mengatakan masuk berbicara
rumah sakit karena putus Klien mengatakan
cinta dan tidak percaya diri mendengar suara tersebut
dengan perempuan yang dia setiap saat
temui Klien mengatakan mau
Klien terlihat bicara-bicara diajak mengontrol
sendiri, tersenyum sendiri halusinasinya dengan cara
dan kadang menangis menghardik
Klien tampak mondar mandir O:
DX: Klien tampak tenang,
Halusinasi Pendengaran kontak mata berkurang
TX: Klien mau diajak
Melakukan BHSP berkomunikasi, bicara
Mengidentifikasi penyebab kurang jelas dan sedikit
halusinasi meracau
Membantu klien dalam Klien tampak
mengenal halusinasinya (isi, mempraktikan cara
situasi, durasi dan respon) mengontrol halusinasinya
Membantu klien untuk A:
mengontrol halusinasinya Halusinasi Pendengaran,
dengan cara pertama yaitu sp 1 tidak tercapai
menghardik P:
RTL: Evaluasi SP 1, Ulangi SP
Mengajarkan klien untuk 1, Menghardik setiap
menghardik suara palsu. mendengar suara palsu
Selasa, 26 D: S:
November Klien mengingat kontrak Klien mengatakan masih
2019 waktu sebelumnya mendengar suara-suara
Klien tampak kooperatif Klien mengatakan mau
23
Klien tampak bicara-bicara diajak menghardik suara
sendiri, tertawa sendiri dan palsu
terkadang menangis O:
Klien tampak mondar-mandir Klien tampak kooperatif
DX: Kontak mata klien kurang
Halusinasi Pendengaran Klien mau diajak
T: berkomunikasi, bicara
Mengevaluasi SP 1 kurang jelas dan berbelit-
Mengajari kembali klien cara belit
menghardik suara palsu A:
RTL: Halusinasi Pendengaran, SP 1
Mengajarkan klien untuk belum tercapai
menghardik suara palsu P:
Evaluasi SP 1, Ulangi SP 1,
Menghardik setiap mendengar
suara palsu
Rabu, 27 D: S:
November Klien mengingat kontrak Klien mengatakan masih
2019 waktu sebelumnya mendengar suara-suara
Klien tampak kooperatif Klien mengatakan mau
Klien tampak bicara-bicara diajak menghardik suara
sendiri, tertawa sendiri dan palsu
terkadang menangis O:
Klien tampak mondar-mandir Klien tampak kooperatif
DX: Kontak mata klien kurang
Halusinasi Pendengaran Klien mau diajak
T: berkomunikasi, bicara
Mengevaluasi SP 1 kurang jelas dan berbelit-
Mengajari kembali klien cara belit
menghardik suara palsu A:
RTL: Halusinasi Pendengaran, SP 1
Mengajarkan klien untuk belum tercapai
menghardik suara palsu P:
Evaluasi SP 1, Ulangi SP 1,
Menghardik setiap
mendengar suara palsu
24
I. Strategi Pelaksanaan Halusinasi
Masalah Utama : Halusinasi pendengaran
1. PROSES KEPERAWATAN
a. Kondisi klien:
Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki
b. Diagnosa keperawatan: Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar
2. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
Klien mengenali halusinasi yang dialaminya
Klien dapat mengontrol halusinasinya
Klien mengikuti program pengobatan secara optimal
Untuk Pasien :
SP 1. Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara
mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan
cara pertama: menghardik halusinasi
Orientasi:
1. Sapa klien, ucapkan salam.
Ex : ”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan STIKES TENGKU
MAHARATU yang akan merawat bapak Nama Saya …., senang
dipanggil ...... Nama bapak siapa? Bapak Senang dipanggil apa”
2. Tanya kabar dan keluhan klien.
Ex : ”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
3. Kontrak waktu.
Ex : ”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang
selama ini bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di
sini saja? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit”
FASE KERJA:
1. Tanyakan tentang halusinasinya.
25
Ex : ”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang
dikatakan suara itu?”
2. Tanyakan waktunya.
Ex : ” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang
paling sering di dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan
apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”
3. Tanyakan keluhan klien.
Ex : ” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
4. Tanyakan apa koping sementara klien.
Ex : ”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara
itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk
mencegah suara-suara itu muncul?”
5. Sarankan solusi.
Ex : ” Bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.
Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal,
dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”
6. Bujuk agar mau melakukan salah satu saran yang telah kamu berikan.
Ex : ”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
2. Mulai mengajarkan.
Ex : ”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung
bapak bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu
suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba
bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak sudah
bisa”
TAHAP TERMINASI
Tanyakan keluhan dan buat kontrak baru.
Ex : ”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-
suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat
26
jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan
latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana
kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara
dengan cara yang kedua? Jam berapa pak? Bagaimana kalau dua jam lagi?
Berapa lama kita akan berlatih? Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”
27
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori, seperti
perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu
ditemukan pada pasien ini adalah halusinasi pendengaran. Pasien bicara sendiri,
berikut : bicara, senyum, dan tertawa sendiri; tidak mampu mandiri dalam
tidak masuk akal; sikap curiga dan bermusuhan, ketakutan; tampak bingung;
28
mondar mandir; konsentrasi kurang; perubahan kemampuan memecahkan
masalah, dan menarik diri. Gejala-gejala tersebut juga dialami oleh Tn. R
seperti Tn.R sering tersenyum sendiri, mondar mandir, Tn.R mampu mandi
secara mandiri tetapi malas melakukannya begitu juga berhias diri, Tn. R
merasa sedih ingin cepat pulang. Tn.R akan merespon dan bereaksi apabila di
pola persepsi pada Tn.R, didapatkan data bahwa Tn.R mengalami halusinasi
berbicara, suara itu muncul dimana saja dalam kondisi Tn.R sedang
dihubungkan dengan dirinya sendiri, dan pikiran terpaku pada suatu ide saja.
Hal ini juga ditemukan pada Tn.R yang mengalami gangguan pikiran yaitu
29
B. DIAGNOSA
dan distorsi sensori seperti bicara sendiri, tertawa sendiri mendengar suara
yang tidak nyata, dan mondar- mandir. Data yang memperkuat untuk
yaitu data subyektif yang diperoleh dari Tn.R yaitu Tn.R mengatakan sering
mendengar suara-suara yang selalu mengajaknya berbicara dan tidak tau dari
mana sedangkan data obyektif yang didapatkan klien sering bicara sendiri,
C. INTERVENSI
30
kesehatan perawatan klien dapat diatasi. Rencana keperawatan yang dilakukan
ditetapkan.
dialaminya. Ada lima tujuan khusus gangguan halusinsasi, antara lain: tujuan
khusus pertama, klien dapat membina hubungan saling percaya. Rasional dari
interaksi terapeutik antara perawat dan klien. Tujuan khusus kedua, klien
dari tujuan kedua adalah peran serta aktif klien sangat menentukan
Menurut Rasmun tujuan khusus yang ketiga adalah klien dapat melatih
dengan rasional keluarga mampu merawat klien dengan halusinasi saat berada
dirumah. Tujuan khusus yang kelima, klien dapat memanfaatkan obat untuk
31
pengetahuan dan motivasi klien untuk minum obat secara teratur. Hal tersebut
halusinasinya dan lima tujuan khusus halusinasi yang telah diuraikan diatas.
atau rewarding. Bentuk bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah seperti
secara berulang oleh pelaku tindakan tanpa adanya paksaan yaitu dengan
kesadaran elaku tindakan itu sendiri. Hal ini sesuai dengan intervensi yang
D. IMPLEMENTASI
perencanaan. Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri
32
tindakan rujukan atau ketergantungan (dependent). Penulis dalam melakukan
terlihat berbicara sendiri dan tertawa sendiri serta klien masih mondar-mandir.
klien belum bisa melakukan secara mandiri SP 1 dan tidak berkonsentrasi pada
2019 yang dimana dilakukan pengulangan SP 1, namun belum juga tercapai dan
E. EVALUASI
berbicara dan mendengar suara tersebut setiap saat. Pada data objektif didapatkan
bahwa klien mau diajak berkomunikasi, tetapi kontak mata klien terhadap
33
pendengaran dan SP 1 tidak tercapai. Pada Planning, evaluasi apa yang telah
suara-suara dan mau diajak menghardik suara. Tetapi didapatkan data objektif
dimana klien tidak serius dan tidak dapat berkonsentrasi pada saat diajarkan
melakukan SP 1. Kontak mata klien terhadap perawat masih kurang, bicara klien
kurang jelas dan berbelit-belit. Analisa didapatkan bahwa halusinasi klien masih
ada dan SP 1 belum tercapai dan planning terhadap klien yaitu masih harus
mengulangi SP 1.
sama pada hari sebelumnya. Dimana klien masih mendengar suara-suara tetapi
masih mau diajak untuk menhardik suara. Namun, pada data objektif klien masih
berbicara kurang jelas dan berbelit-belit. Klien juga tidak serius dan selalu
mengalihkan apa yang diajarkan. Kontak mata klien terhadap perawat masih
kurang. Analisa didapatkan bahwa halusinasi klien masih ada dan SP 1 juga
34
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
pendamping.
menghardik.
35
B. SARAN
menyarankan:
optimal, selain itu perlu juga dipahami konsep teoritis agar penegakan
36
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Ana. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta :
EGC
Kusumawati dan Hartono . (2010) . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika
Nita Fitria.(2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika.
Nurjannah, intansari. (2005). Aplikasi Proses Keperawatan Pada Diagnosa Resiko
Kekerasan Diarahkan Pada Orang Lain Dan Gangguan Sensori Persepsi.
Moco Medika : Yogyakarta.
37