OLEH
1. NORBERTUS WEODAY
NIM: 011221094
2. ESTER TIA
NIM: 011221094
A. LATAR BELAKANG
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa, masalah
gangguan jiwa di dunia ini sudah menjadi masalah yang semakin serius.
Paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia ini mengalami gangguan
jiwa. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia ini
ditemukan mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data statistik, angka
pasien gangguan jiwa memang sangat mengkhawatirkan (Yosep, 2007).
UU Kesehatan Jiwa No.3 Tahun 1966, Kesehatan Jiwa adalah suatu
keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional
secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini selaras dengan orang
lain. Sedangkan menurut American Nurses Associations (ANA)
keperawatan jiwa merupakan suatu bidang khusus dalam praktek
keperawatan yang menggunakan ilmu perilaku manusia sebagai ilmu dan
penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai caranya untuk
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan jiwa di rumah sakit
jiwa di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20% halusinasi penglihatan,
dan 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan.
Gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan individu untuk
menilai dan berespon pada realita.Klien tidak dapat membedakan
rangsangan internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan
kenyataan. Klien juga tidak mampu untuk memberikan respon yang akurat,
sehingga tampak perilaku yang sulit dimengerti. Halusinasi adalah
penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang
dapat meliputi semua panca indera dan terjadi di saat individu sadar penuh
(Depkes dalam Dermawan dan Rusdi, 2013)
Halusinasi juga bisa diartikan sebagai persepsi sensori tentang suatu
objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan
dari luar meliputi semua sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan,
penciuman, perabaan/pengecapan). Halusinasi adalah individu
menginterpretasikan stressor yang tidak ada stimulus dari lingkungan
(Depkes RI. 2000). Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami perubahan pada stimulus yang mendekat (yang diprakarsai
secara internal/eksternal) disertai dengan suatu pengurangan berlebih-
lebihan/kelainan berespons terhadap stimulus.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dasar halusinasi?
2. Bagaiman konsep dasar asuhan keperawatan halusinasi?
C. TUJUAN
1. Menjelaskan konsep dasar halusinasi.
2. Menjelaskan konsep dasar asuhan halusinasi.
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu gejala dalam menentukan diagnosis
klien yang mengalami psikotik, khususnya skizofrenia. Halusinasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni (Muhith, 2015):
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stres
dan kecemasan
2) Faktor neurobiology
Ditemukan bahwa korteks prefrontal dan korteks limbik pada
klien dengan skizofrenia tidak pernah berkembang penuh.
Selain itu, klien juga akan mengalami penurunan volume dan
fungsi otak abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak
normal khususnya dopamine, serotonin dan glutamat.
3) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidakseimbaangan neurotransmitter serta dopamine
berlebihan sehingga jumlah dopamine tidak seimbang dnegan
kadar serotonin.
4) Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak terima di lingkungan sejak bayi
akan membekas di ingatannya sampai dewasa dan ia akan
merasa di singkirkan, kesepian dan tidak percaya pada
lingkunganya.
5) Faktor biokimia
Adanya stress yang berlebihan yang di alami oleh seseorang
maka di dalam tubuhnya akan di hasilkan suatu zat yang dapat
bersifat halusinogenik neurokimia sehingga menjadi
ketidakseimbangan asetil kolin dan dopamine.
6) Faktor psikologis
Tipe kepribadian yang lemah tidak bertanggung jawab akan
mudah terjerumus pada penyelah guna zat adaptif. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju
alam nyata.
7) Faktor genetic
Telah diketahui bahwa secara genetik skizofrenia diturunkan
melalui kromosom-kromosom tertentu. Namun demikian,
kromosom yang keberapa yang menjadi faktor penentu
gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.
Anak kembar indentik memiliki kemungkinan mengalami
skizofrenia sebesar 50% jika salah staunya mengalami
skizofrenia, sementara dizygote peluangnya sebesar 15%.
Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami
Skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara
bila kedua oraang tuanya mengalami skizofrenia maka
peluangnya menjadi 35%.
8) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ke-3 kehamilan dapat
menjadi faktor predisposisi schizofrenia.
9) Psikologi
Beberapa kondisi pikologis yang menjadi faktor predisposisi
schizofrenia antara lain anak yang di pelihara oleh ibu yang
suka cemas, terlalu melindungi, dingin dan tak berperasaan,
sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
b. Faktor Presipitasi
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat di timbulkan oleh beberapa kondisi fisik
seperti kelelahan yang luar biasa, pengguanaan obat-obatan,
demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan
waktu tidur dalam waktu yang lama.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat di atasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi
dari halusinasi dapat berupa printah memaksa dan menakutkan.
Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut sehingga
dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap
ketakutan tersebut.
3) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini merangsang bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan
fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego
sendiri untuk melawan implus yang menekan, namum
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengembil seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan
mengontrol semua perilaku klien.
4) Dimensi social
Klien mengaggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata itu
sangatlah membahayakan, klien asik dengan halusinasinya.
Seolah-olah dia merupakan tempat akan memenuhi kebutuhan
akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak di
dapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi di jadikan sistem
kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika sistem halusinasi
berupa ancaman, dirinya maumpun orang lain. Oleh karna itu,
aspek penting dalam melakukan intervensi keperawatan klien
dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang
menimbulkan pengalam interpersonal yang memuaskan, serta
menguasakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu
berinteraksi dengan lingkungan dan halusinasi tidak langsung.
5) Dimensi spiritual
Klien mulai dengan kemampuan hidup, rutinitas tidak
bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya
secara spiritual untuk menysucikan diri. Ia sering memaki
takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki,
menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan
takdirnya memburuk.
Data Subjektif
a) Klien seperti sedang merasakan makanan atau rasa
tertentu, atau mengunyah sesuatu.
4) Halusinasi Penghidung (Olfactory Hallucination)
Data objektif
a) Adanya gerakan cuping hidung karena mencium
sesuatu atau mengarahkan hidung pada tempat
tertentu.
Data Subjektif
a) Mencium bau dari bau-bauan tetentu, seperti bau
mayat, masakan, feses, bayi, atau parfum
b) Klien sering mengatakan bahwa ia mencium suatu
bau
5) Halusinasi Perabaan (Tactile Hallucination)
Data objektif
a) Menggaruk-garuk permukaan kulit
b) Klien terlihat menatap tubuhnya dan terlihat
merasakan sesuatu yang aneh seputar tubuhnya
Data Subjektif
a) Klien mengatakan ada sesuatu yang menggerayangi
tubuh, seperti tangan, serangga atau makhkluk halus
b) Merasakan sesuatu di permukaan kulit, seperti rasa
yang sangat panas dan dingin, atau rasa tersengat
aliran listrik
4. Fase Halusinasi
Fase halusinasi dibedakan menjadi 4 fase yakni (Stuart dan Laraia
dalam Muhith, 2015)
POHON MASALAH
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari
proes keperawatan terdiri drai pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data
biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengelompokkan data
pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa faktor presipitasi, penilaian
terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan yang dimiliki
(Afnuhazi, 2015) :
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelmain, tanggal pengkajian,
tanggal dirawat, nomor rekam medis.
b. Alasan masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering berbicara
sendiri, mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa
tujuan, membanting peralatan dirumah, menarik diri.
c. Faktor predisposisi
1) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan
kurang berhasil dalam pengobatan
2) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan
dalam keluarga
g. Mental
1) Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau
cocok dan berubah dari biasanya
2) Pembicaraan
Tidak terorganisir dan bentuk yang maladaptif seperti
kehilangan, tidak logis, berbelit-belit
3) Aktifitas motorik
Meningkat atau menurun, impulsif, kataton dan beberapa
gerakan yang abnormal.
4) Alam perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor
presipitasi misalnya sedih dan putus asa disertai apatis.
5) Afek : afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen.
6) Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak
komat-kamit, tertawa sendiri, tidak terkait dengan
pembicaraan.
7) Persepsi
Halusinasi apa yang terjadi dengan klien. Data yang terkait
tentang halusinasi lainnya yaitu berbicara sendiri dan
tertawa sendiri, menarik diri dan menghindar dari orang
lain, tidak dapat membedakan nyata atau tidak nyata, tidak
dapat memusatkan perhatian, curiga, bermusuhan, merusak,
takut, ekspresi muka tegang, dan mudah tersinggung.
8) Proses pikir
Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun
pembicaraan logis dan koheren, tidak berhubungan, berbelit.
Ketidakmampuan klien ini sering membuat lingkungan takut
dan merasa aneh terhadap klien.
9) Isi pikir
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual
dan latar belakang budaya klien. Ketidakmampuan
memproses stimulus internal dan eksternal melalui proses
informasi dapat menimbulkan waham.
10) Tingkat kesadaran
Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang,
tempat dan waktu.
11) Memori
Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka
pendek, mudah lupa, klien kurang mampu menjalankan
peraturan yang telah disepakati, tidak mudah tertarik. Klien
berulang kali menanyakan waktu, menanyakan apakah
tugasnya sudah dikerjakan dengan baik, permisi untuk satu
hal.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Kemampuan mengorganisir dan konsentrasi terhadap
realitas eksternal, sukar menyelesaikan tugas, sukar
berkonsentrasi pada kegiatan atau pekerjaan dan mudah
mengalihkan perhatian, mengalami masalah dalam
memberikan perhatian.
13) Kemampuan penilaian
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil
keputusan, menilai, dan mengevaluasi diri sendiri dan juga
tidak mampu melaksanakan keputusan yang telah
disepakati. Sering tidak merasa yang dipikirkan dan
diucapkan adalah salah.
14) Daya tilik diri
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil
keputusan. Menilai dan mengevaluasi diri sendiri, penilaian
terhadap lingkungan dan stimulus, membuat rencana
termasuk memutuskan, melaksanakan keputusan yang telah
disepakati. Klien yang sama seklai tidak dapat mengambil
keputusan merasa kehidupan sangat sulit, situasi ini sering
mempengaruhi motivasi dan insiatif klien
6) Pemeliharaan kesehatan
Pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga
dan sistem pendukung sangat menentukan.
7) Aktifitas dalam rumah
Klien tidak mampu melakukan aktivitas di dalam rumah
seperti menyapu.
i. Aspek medis
1) Diagnosa medis : Skizofrenia
2) Terapi yang diberikan :
Obat yang diberikan pada klien dengan halusinasi biasanya
diberikan antipsikotik seperti haloperidol (HLP),
chlorpromazine (CPZ), Triflnu perazin (TFZ), dan anti
parkinson trihenski phenidol (THP), triplofrazine arkine.
3. Diagnosa Keperawatan
Dari askep ini diagnosa keperawatan yang ditegakkan adalah
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran.
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosis Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
Evaluasi
(TUK/TUM)
c. Katakan bahwa
klien lain juga ada
yang seperti klien
d. Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien
Pengetahuan
2.1 Diskusikan tentang Waktu,
dengan klien: isi, dan
2. Klien
frekuensi
dapat a. Situasi yang
munculnya
mengungkap menimbulkan atau
halusinasi
kan bagaiman tidak menimbulkan
dapat
perasaannya halusinasi (jika
mempermudah
terhadap sendiri jengkel atau
perawat.
halusinasi sedih)
tersebut.
b. Waktu dan
frekuensi terjadinya
halusinasi ( pagi,
sore dan malam:
terus menerus atau
Mengidentifika
sewaktu-waktu)
si pengaruh
2.2 Diskusikan dengan
halusinasi pada
klien tentang apa
klien.
yang dirasakannya
jika terjadi
halusinasi (marah,
takut, sedih, dan
senang) beri
kesempatan pada
klien untuk
mengungkapkan
perasaannya
Memberikan
2. Klien dapat 2.1 Diskusikan dengan
alternatif
menyebutkan klien tentang cara
pilihan untuk
cara baru baru mengontrol
mengontrol
mengontrol halusinasinya:
halusinasi
halusinasi
a. Menghardik/
mengusir/ tidak
memedulikan
halusinasinya
b. Bercakap-cakap
dengan orang lain
jika halusinasinya
muncul
c. Melakukan kegiatan
tersebut pengobatan
Prinsip 5 dapat
orang, benar
obat, benar
dosis, benar
waktu, dan
benar cara Dengan
pemberian menyebutkan
diminum program
(nama,warna, pengobatan
dan besarnya:
waktu minum
obat (Jika 3x:
Pukul 07.00,
13.00, 19.00)
dosis, cara
5.3 Diskusikan
proses minum
obat
a. Klien
meminta
obat
kepada
perawat
(jika di
rumah
sakit),
kepada
keluarga
(jika
dirumah)
b. Klien
memeriksa
obat sesuai
dosisnya
c. Klien
minum Dengan
obat pada mengetahui
waktu yang efek samping,
tepat klien akan tahu
5.4 Anjurkan klien apa yang harus
untuk bicara dengan dilakukan
dokter mengenai setelah minum
manfaat dan efek obat
samping obat yang di
rasakn
d. Beri informasi
tentang tindak lanjut
(follow up) atau
kapan perlu
mendapatkan
bantuan: halusinasi
tidak terkontrol dan
resiko mencederai
orang lain Dengan
2. Keluarga
menyebutkan
dapat 2.1 Diskusikan dengan
dosis,
menyebutkan keluarga tentang
frekuensi, dan
jenis,dosis,wa jenis,dosis,waktu
caranya,
ktu pemberian,manfaat,
pemberian,m dan efek samping keluarga
anfaat,serta obat melaksanakan
efek samping program
2.2 Anjurkan kepada
obat pengobatan
kelurga untuk
berdiskusi dengan Dengan
dokter tentang mengetahui
manfaat dan efek efek samping,
samping obat keluarga akan
tahu apa yang
harus
dilakukan
setelah minum
obat.
5. Implementasi Keperawatan
Strategi Pelaksanaan I:
Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara
mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusiansi dengan
cara pertama: menghardik halusinasi
a) Fase Orientasi
a) Salam
b) Evaluasi perasaan/ masalah/ keluhan utama
c) Validasi kemampuan klien
d) Kontrak waktu dan tempat
e) Topik/ tindakan yang akan dilakukan
f) Tujuan pertemuan
b) Fase kerja
a) Mengidentifikasi halusinasi: isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan, respon
b) Menjelaskan cara mengontrol halusinasi menghardik minum
obat, bercakap-cakap, melakukan kegiatan
c) Melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
d) Melatih klien memasukan latihan menghardik dalam jadwal
kegiatan harian
c) Fase Terminasi
a) Evaluasi perasaan (subjektif)
b) Evaluasi kemampuan kliee (ojektif)
c) Rencana latihan klien
(1) Latihan menghardik 2 x sehari
d) Rencana tindakan keperawatan lanjutan (kedua)
Latihan minum obat secara teratur menggunakan prinsip 6 benar
Strategi Pelaksanaan 2:
a) Fase orientasi
a) Salam
b) Evaluasi perasaan/ maslah/ keluhan utama
c) Kontrak waktu dan tempat
d) Evalauasi tanda dan gejala halusinasi
e) Validasi kemampuan klien dalam mengontrol halusinasinya
dengan menghardik
f) Topik/ tindakan yang akan dilakukan
g) Tujuan pertemuan
b) Fase terminasi
a) Evaluasi perasaan (subjektif)
b) Evaluasi kemampuan klien (ojektif)
c) Rencana latihan klien
(1) Latiahan menghardik 2x sehari
(2) Latihan minum obat secara teratur sesuai dengan jadwal
minum obat
Strategi Pelaksanaan 3:
Bercakap-cakap
a) Fase orientasi
a) Salam
b) Evaluasi perasaan/ maslah/ keluhan utama
c) Kontrak waktu dan tempat
d) Evalauasi tanda dan gejala halusinasi
e) Validasi kemampuan klien dalam mengontrol halusinasinya
dengan menghardik minum obat secara teratur
f) Topik/ tindakan yang akan dilakukan
g) Tujuan pertemuan
b) Fase Kerja
a) Menjelaskan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
b) Melatih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap saat
halusinasi
c) Melatih memasukan kegiatan mengontrol halusinasi dengan
bercap-cakap kedalam jadwal klien
c) Fase terminasi
d) Menjelaskan cara kontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
e) Melatih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap saat
terjadi halusinasi
f) Rencana latihan klien
(1) Latiahan menghardik 2x sehari
(2) Latihan minum obat secara teratur sesuai dengan jadwal
minum obat
(3) Latihan mengontrol halusinasi dengan bercakp-cakap
Strategi Pelaksanaan 4:
a) Fase orientasi
a) Salam
b) Evaluasi perasaan/ maslah/ keluhan utama
c) Kontrak waktu dan tempat
d) Evalauasi tanda dan gejala halusinasi
e) Validasi kemampuan klien dalam mengontrol halusinasinya
dengan menghardik minum obat secara teratur, bercakap-cakap
f) Topik/ tindakan yang akan dilakukan
g) Tujuan pertemuan
b) Fase Kerja
a) Melatih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
harian (mulai 2 kegiatan)
b) Melatih klien memasukan kegiatan harian untuk mengontrol
halusinasi kedalam jadwal klien
c) Fase terminasi
a) Evaluasi perasaan (subjektif)
b) Evaluasi kemampuan klien (objektif)
c) Rencana latihan klien
(1) Latiahan menghardik 2x sehari
(2) Latihan minum obat secara teratur sesuai dengan jadwal
minum obat
(3) Latihan mengontrol halusinasi dengn bercakap-cakap
(4) Latihan mengontrol halusinasi dengan kegiatan harian
1) Fase Orintasi
a) Salam
b) Evaluasi perasaan/masalah/keluhan dalam merawat klien
c) Validasi kemampuan keluarga dalam merawat klien
d) Kontrak waktu dan tempat
e) Topik/tindakan yang akan dilakukan
f) Tujuan pertemuan
2) Fase Kerja
3) Fase terminasi
a) Evaluasi perasaan
b) Evaluasi kemampuan Keluarga
c) Rencana asuhan keluarga pada klien
(1) Latiahan membimbing klien mengontrol halusinasi dengan
menghardik 2x sehari
a) Fase orientasi
a) Salam
b) Evaluasi perasaan/ maslah/ keluhan dalam merawat klien
c) Kontrak waktu dan tempat
d) Validasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dalam
membimbing klien mengontrol halusinasinya menghardik
e) Topik/ tindakan yang akan dilakukan
f) Tujuan pertemuan
b) Fase Kerja
a) Menjelaskan kepada keluarga klien cara mengontrol halusinasi
dengan minum obat secara teratur menggunakan prinsip 6
Benar
b) Melatih keluarga cara membimbing klien minum obat secara
teratur menggunakan prinsip 6 Benar
c) Menganjurkan keluarga membantu klien latihan minum obat
sesuai jadwal dan berikan pujian
c) Fase Terminasi
a) Evaluasi perasaan
b) Evaluasi kemampuan keluarga
c) Rencana asuhan keperawatan pada klien
(1) Latihan membimbing klien mengontrol halusinasi dengan
menghardik 2x sehari
(2) Latihan membimbing klien mengontrol halusinasi dengan
minum obat secara teratur sesuai dengan jadwal minum obat
a) Fase orientasi
a) Salam
b) Evaluasi perasaan/ maslah/ keluhan dalam merawat pasien
c) Kontrak waktu dan tempat
d) Validasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dalam
membimbing klien mengontrol halusinasi dengan menghardik,
minum obat secara teratur sesuai dengan jadwal minum obat
e) Topik/ tindakan yang akan dilakukan
f) Tujuan pertemuan
b) Fase Kerja
a) Melatih keluarga membimbing klien mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap
b) Melatih dan menyediakan waktu bercakap-cakap dengan klien
terutama saat halusinasi
c) Menganjurkan kleuarga membantu klien latihan mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap sesuai jadwal dan berikan
pujian
c) Fase terminasi
a) Evaluasi pertemuan
b) Evaluasi kemampuan keluarga
c) Rencana latihan kelurga pada klien
(1) Latiahan membimbing keluarga mengontrol klien halusinasi
dengan menghardik 2x sehari
(2) Latihan membimbing keluarga mengontrol halusinasi klien
dengan minum obat secara teratur sesuai dengan jadwal
minum obat
(3) Latihan membimbing dan menyediakan waktu bercakp-
cakap terutama saat halusinasi muncul
a) Fase orientasi
a) Salam
b) Evaluasi perasaan/ maslah/ keluhan dalam merawat klien
c) Kontrak waktu dan tempat
d) Validasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dan
membimbing klien mengontrol halusinasi dengan menghardik
minum obat secara teratur sesuai dengan jadwal minum obat,
bercakap-cakap
e) Topik/ tindakan yang akan dilakukan
f) Tujuan pertemuan
b) Fase Kerja
a) Menjelaskan cara follow up ke RSJ / PKM, mengevaluasi tanda
kambuh dan cara melakukan ruujukan ke RSJ / PKM
b) Menganjurkan kelurga membantu klien dalam melakukan
followup dan deteksi tanda kekambuhan sesuai jadwal dan
berikan pujian
c) Fase terminasi
a) Evaluasi perasaan
b) Evaluasi kemampuan keluarga
c) Rencana asuhan keluarga pada klien
(1) Latiahan membimbing klien mengontrol halusinasi dengan
menghardik 2x sehari
(2) Latihan membimbing keluarga mengontrol klien halusinasi
untuk minum obat secara teatur sesuai jadwal minum obat
(3) Latihan membimbing dan menyediakan waktu bercakap-
cakap terutama saat halusinasi muncul
(4) Latihan membimbing keluarga untuk mengontrol klien
halusinasi dengan kegiatan harian
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, Gail Wiscartz., (1998), Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta:
EGC