1. LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
rangsangan internal ( pikiran ) dan rangsangan eksternal ( dunia luar ). Halusinasi atau
salah persepsi indrawi yang tidak berhubungan dengan stimulus eksternal yang nyata,
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan ekstrenal (dunia luar). Klien memberi
persepsi pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata.
Gangguan ini dapat terjadi pada sistem pengindraan pada saat kesadaran individu
tersebut penuh dan baik. Dengan kata lain, klien berespon terhadaprangsangan yang
tidak nyata, hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan (Wilson, 2008).
B. Etiologi
Menurut teori (Stuart & Sudden, 2007) berdasarkan Teori Biokimia halusinasi
terjadi sebagai respon metabolisme terhadap stress yang mengakibatkan terlepasnya zat
a) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber
yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien
a. Faktor perkembangan
b. Faktor sosiokultural
c. Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami stress
yang berlebihan, maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
d. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis sertaadanya peran ganda bertentangan
yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang
e. Faktor genetik
b) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan,
rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak
diajak berkomunikasi, objek yang ada dilingkungan, dan juga suasana sepi atau
terisolasi serig menjadi pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan
c) Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa rasa curiga, takut, tidak aman, gelisah
dan bingung, berperilaku yang busa merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan, serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata.
(Rawlins dan Heacock, 1993 dalam fitria, 2009) mencoba memecahkan masalah
a. Dimensi Fisik
Manusia dibangun oleh sistem indra untuk menanggapi rangsangan eksternal yang
dibagikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik
seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium,
intoksikasi alkohol, dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
b. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan karena problem atau masalah yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah
memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut
c. Dimensi Intelektual
usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, tetapi pada saat tertentu
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tidak
d. Dimensi Sosial
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri, dan harga diri
yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol oleh
individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, maka hal tersebut
dapat mengancam dirinya atau orang lain. Oleh karena itu, aspek penting dalam
interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan agar klien tidak menyendiri. Jika
e. Dimensi Spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga interaksi dengan manusia
cenderung menyendiri hingga proses diatas tidak terjadi. Individu tidak sadar dengan
keberadaanya dan halusinasi menjadi sistem kontrol dalam individu tersebut. Saat
d) Sumber Koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi
seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan menggunakan sumber
koping yang ada di lingkungannya. Sumber koping tersebut dijadikan sebagai modal
untuk menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu
e) Mekanisme koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan lain
Menurut Stuart & Laria 2005, halusinasi berkembang melalui empat fase
1) Tahap 1 (Non-psikotik)
berkonsentrasi.
2) Tahap 2 (non-psikotik)
3) Tahap 3 (psikotik)
berkeringat.
4) Tahap 4 (psikotik)
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien tampak
dengar dan lihat atau salah satunya yang menyuruh pada kejelekan,
HDR Kronis
D. Jenis halusinasi
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi dengar (klien Bicara atau Mendengar
mendengar suara/bunyi tertawa sendiri. suara-suara/kega
yang tidak ada Marah-marah duhan.
hubungannya dengan tanpa sebab. Mendengar suara
stimulus yang Mendekatkan yang mengajak
nyata/lingkungan). telinga ke arah bercakap-cakap.
tertentu. Mendengar suara
Menutup telinga. menyuruh
melakukan
sesuatu yang
berbahaya.
Halusinasi penglihatan Menunjuk- Melihat
(klien melihat gambaran nunjuk ke arah bayangan, sinar,
yang jelas/samarterhadap tertentu. bentuk
adanya stimulus yang Ketakutan pada geometris,
nyata dari lingkungan dan sesuatu yang kartun, melihat
orang lain tidak tidak jelas. hantu, atau
melihatnya). monster.
Halusinasi penciuman Mengendus- Membaui bau-
(klien mencium suatu bau endus seperti bauan seperti bau
yang muncul dari sumber membaui bau- darah, urine,
tertentu tanpa stimulus bauan tertentu. feses, dan
yang nyata). Menutup hidung terkadang bau-
bau tersebut
menyenangkan
bagi klien.
Halusinasi Sering meludah merasakan rasa
pengecapan(klien Muntah seperti darah,
merasakan sesuatu yang urine, atau feses.
tidak nyata, biasanya
merasakan rasa makanan
yang tidak enak).
Halusinasi Menggaruk- Mengatakan ada
perabaan(klien garuk serangga di
merasakan sesuatu pada permukaan kulit. permukaan kulit.
kulitnya tanpa ada Merasa seperti
stimulus yang nyata). tersengat listrik.
E. Penatalaksanaan Medis (psikofarmako) (yosep, 2009)
1. Chlorpromazine
a. Indikasi
Indikasi obat ini untuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam
sosial dan tilik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental
seperti : waham dan halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh
seperti tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
b. Mekanisme Kerja
ekstra pyramidal.
c. Efek Samping
irama jantung.
d. Kontra Indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi
2. Haloperidol (HLP)
a. Indikasi
indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat dalam
b. Tindakan Keperawatan
dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang
halusinasi muncul.
mengontrol halusinasi Saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah
a) Menghardik halusinasi
Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak
orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi
secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri
beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari
dalam seminggu.
Tahapan intervensinya sebagai berikut:
halusinasi.
a. Tujuan:
1. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit maupun di
rumah.
b. Tindakan Keperawatan
rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh.
Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di rumah).
Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien mampu
keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk
memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan
yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di
rumah.
halusinasi adalah:
yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan
3). Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien