Anda di halaman 1dari 56

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit diare atau gastroenteritis merupakan suatu penyakit penting
disekitar masyarakat yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian
seseorang terutama pada anak.Hal ini tercemin banyak orang yang menderita
penyakit diare ataugastroenteritis yangmasuk keluar dari Rumah
Sakit.Akibatdaripenyakitdiare banyak faktor diantaranya kesehatan lingkungan,
higene perorangan, keadaan gizi, faktor sosial ekonomi, menentukan serangan
penyakit diare, walaupun banyak kasus diare yang mengalami dehidrasi namun
banyak yang meninggal bila tidak dilakukan tindakan-tindakan yang tepat.
Masyarakat pada umumnya selalu menganggap suatu hal penyakit diare adalah
sepele, sedangkan jika mengetahui yang terjadi sebenarnya banyak penderita diare
yang mengalami kematian. Penyakit gastrointeritis merupakan penyakit yang
harus segera ditangani karena dapat mengalami dehidrasi berat yang
mengakibatkan syok hipovolemik dan mengalami kematian.
Masalah pada penyakit gastrointeritis atau diare yang dapat
mengakibatkan kematian berupa komplikasi lain dan masalah lain yang berkaitan
dengan diare belum sepenuhnya ditanggulangi secara memadai, namun berbagai
peran untuk mencegah kematian yang berupa komplikasi dan masalah lain seperti
pelayanan kesehatan yang baik dan terpenuhi, dalam mencegah penyakit diare
dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada semua warga masyarakat
tentang penyakit gastroenteriritis serta peran keluarga dan warga sekitarnya sangat
mendorong turunnya terjadinya penyakit gastroenteritis karena dari keluargalah
pola hidup seseorang terbentuk. Dengan pola hidup yang sehat dan bersih dapat
mencegah terjadinya penyakit gastrointeritis.
Maka dari itu muncul gagasan untuk mengurangi agar tidak muncul
penderitagastroenteritis dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat luas dandari latar belakang tersebut penyusun mengambil kasus
tersebut sebagai penyusunanmakalah keperawatan medikal bedah dengan judul
gastroenteritis.

1
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud gastroenteritis?
2. Bagaimana anatomi fisiologi pencernaan?
3. Bagaimana etiologi gastroentritis?
4. Bagaimana patofisiologi gastroentritis?
5. Apa tanda dan gejala gastroentritis?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada gastroentritis?
7. Bagaimana Penatalaksanaan pada gastroenteritis?
8. Apa dampak Diare Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia?
9. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada pasiengastroenteritis?

1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit gastroenteritis.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian gastroenteristis.
b. Mahasiswa mampu mengetahui anatomi fisiologi pencernaan
c. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi gastroentritis.
d. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi gastroentritis.
e. Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala gastroentritis
f. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang pada
gastroentritis.
g. Mahasiswa mampu mengetahui Penatalaksanaan pada gastroenteritis
h. Mahasiswa mampu mengetahui dampak Diare Terhadap Kebutuhan
Dasar Manusia.
i. Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada
pasien gastroenteritis.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Gastroenteritis


Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang ditandai
dengan diare, muntah-muntah yang mengakibatkan kehilangan cairan dan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan seringkali disertai peningkatan suhu
tubuh. Diare yang dimaksudkan disini adalah buang air besar berkali-kali (lebih
dari empat kali), bentuk feses cair, dan dapat disertai dengan darah atau lendir
(Asihantari, 2013; Ardiansyah, 2012)
Gastroenteritis dianggap akut kalau berlangsung kurang dari 7 hingga 14
hari dan kronik kalau berlangsung lebih dari 2 sampai 3 minggu. Gastroenteritis
infeksius yang akut dan tersebar diseluruh penjuru dunia menyebabkan lebih dari
4 juta kematian setiap tahunnya pada balita, khususnya di negara berkembang dan
menjadi penyebab utama malnutrisi kalori, protein dan dehidrasi (Fragrania,
2015).

2.2 Anatomi Fisiologi (Ardiansyah, 2012)


1. Lambung(Gaster)

Lambung merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang,


terutama di daerah epigaster. Bagian atas fundus uteri berhubungan dengan
esophagus melalui orifisium pilorik. Organ ini terletak di bawah diafragma, di
depan pancreas dan limfa, serta menempel di sebelah kiri fundus uteri.

3
Pencernaan di dalam lambung dibantu oleh pepsinogen untuk mencerpa
protein, lemak, dan asam garam.
Lambung berdistensi untuk menampung makanan yang masuk. Awalnya,
piliorus tetap tertutup. Namun, karena efek dari gelombang peristaltic,
lambung kemudian mencampur makanan sekaligus memaparkannya dengan
cairan lambung. Kemudian, spinkter relaksasi dan membiarkan sejumlah
kecil makanan melewatinya setiap waktu.
Fungsi lambung adalah menampung, menghancurkan, dan menghaluskan
makanan melalui mekanisme gerak peristaktik lamung dan getah
lambung.Sekresi getah lambung mulai terjadi oada saat orang mulai makan.
Ketika kita melihat dan mencium bau makanan, pada saat itu pula sekresi
lambung akan terpicu. Rasa makanan dapat merangsang sekresi lambung
karena kerja saraf, sehingga menimbulkanrangsangan kimiawai yang
menebabkan dinding lambung melepaskan hormone yang disebut sekresi
getah lambung. Produksi getah lambung ini dapat dihalangi oleh system saraf
simpatis, yang dapat juga muncul saat terjadi gangguan emosi, seperti marah
dan rasa takut.
Pengosongan lambung membutuhkan waktu lima jam, atau lebih lama
apabila makanan banyak mengandung lemak. Fungsi pylorus sebagai
pengendali pintu keluar-masuk lambung menjadi terbatas, karena proses
pengosongan berjalan normal walaupun pylorus tetap terbuka. Kontraksi
antrum akan diikuti oleh kontraksi pylorus yang berlangsung sedikit lebih
lama dari kontraksi duodenum. Pengaturan gerakan dalam proses
pengosongan lambung yang dikoordinasikan oleh gelombang depolarisasi
gastric (slow wave). Ini merupakan gerak sel otot polos yang dimulai dari otot
sirkulasi fundus menuju ke pylorus setiap 20 detik. Ritme ini disebut basic
elektirk ritme (BER). Peristaltic antrum slow wave mempunyai peran penting
dalam pengendalian pengosongan lambung.

4
2. Usus halus (intestinum minor)

Prosespencernaan makanan selanjutnya dilakukan di dalam usus halus


dengan bantuan aksi getah usus. Usus halus adalah bagian dari system
pencernaan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum dengan
panjang ± 6m. usus halus ini merupakan saluran paling panjang yang
digunakan sebagai tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan.
Usus halus terdiri dari beberapa lapisan otot melingkar (misalnya sirkuler),
lapisan otot memanjang (misalnya longitudinal), dan lapisan serosa (sebelah
luar).Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak.
a) Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum).Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.Nama
duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua
belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.Makanan
masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang

5
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
3. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan
usus penyerapan (ileum).Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus
antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.Usus kosong dan
usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
4. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan
terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
Vilus merupakan struktur fungsional usus halus. Tiap-tiap vilus terdiri
atas saluran limfe sentral yang dikelilingi oleh sel-sel epitel. Salah satu
jenis epitel vilus berfungsi mengabsorpsi bahan-bahan nutrisi dan air. Pada
keadaan normal, setelah makan dicerna di dalam lambung, makanan
tersebut akan mengalami absorpsi di dalam usus halus. Hasil-hasil akhir
pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein akan diabsorpsi oleh dinding
usus ke dalam sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel
tubuh. Selain itu, juga diabsorpsi air, elektrolit, dan vitamin. Absorpsi
berbagai zat berlangsung dengan mekanisme transpor aktif dan pasif.
Pada kasus diare, vilus usus halus mengalami atrofi. Atrofi ini akan
menyebabkan absorbsi air dan zat-zat lain akan terganggu. Air dan zat-zat
lain yang harusnya diabsorbsi dan diedarkan ke dalam sirkulasi darah dan
pembuluh limfe menjadi tidak terabsorbsi. Oleh karena itu, chyme yang
terbentuk masih mengandung banyak air dan zat-zat lain. Sebenarnya, di
dalam usus besar chyme mengalami reabsorbsi air. Tetapi, usus besar
hanya dapat mereabsorbsi air maksimal 6-8 liter per hari. Jika kandungan
air dalam chyme melebihi daya reabsorbsi usus besar, maka feses yang
dikeluarkan menjadi encer.

6
2.3 Etiologi Gastroenteritis (Suriadi, 2010)
1. Faktor infeksi
a. Bakteri : enteropthagenis, eschensia coli, salmonella, shigella,
yesinia enterocolitica.
b. Virus : enterovirus, echoviruses, adenovirus, human retrovirus,
seperti agent, rota virus.
c. Jamur : Candida neterritis
d. Parasit : Giardia clamblia, crystosporidium
2. Bukan faktor infeksi
a. Alergi makanan, susu, protein
b. Gangguan metabolic atau malabsorbsi, penyakit celiac, cytie fibrosis
pada pancreas.
c. Iritasi langsung pada saluran pencemaan oleh makanan
d. Obat-obatan, antiboitik
e. Penyakit usus, colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis.
f. Emosional atau stress
g. Obstruksi usus

3. Penyakit infeksi : otitis media, infeksi saluran nafas atas, infeksi saluran
kemih
4. Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,
beracun, terlalu banyak lemak, mentah dan kurang matang. Makanan yang
terkontaminasi lebih mudah mengakibatkan diare.
5. Faktor Psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan
diare kronis. Tapi jarang terjadi pada balita, umumnya terjadi pada ayang
yang lebih besar

2.4 PatofisiologiGastroenteritis(Ngastiyah, 2005)


Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi (bakteri, virus,
parasit), faktor malabsorbsi, faktor makanan dan faktor psikologis. Diare karena

7
infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan atau minuman yang terkontaminasi
dan tertelan masuk ke dalam saluran pencernaan. Sistem pertahanan tubuh di
lambung yaitu asam lambung, dapat membunuh bakteri yang masuk ke dalam
lambung, namun apabila jumlah bakteri terlalu banyak, maka dapat lolos dan
masuk ke duodenum kemudian berkembang biak.
Pada kebanyakan kasus gastroenteritis, organ tubuh yang diserang adalah
usus. Bakteri di dalam usus akan memproduksi enzim yang dapat mencairkan
lapisan lendir permukaan usus, sehingga bakteri dapat masuk ke dalam membran
epitel, dan akan mengeluarkan toksin yang dapat merangsang sekresi cairan-
cairan usus di bagian kripta villi dan menghambat absorbsi cairan. Akibatnya
volume cairan di dalam lumen usus meningkat yang mengakibatkan dinding usus
menggembung dan tegang, dan akan terjadi hipemotilitas untuk menyalurkan
cairan di usus besar. Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi
usus maka akan terjadi diare (Ngastiyah, 2005).
Diare yang disebabkan malabsorbsi makanan oleh usus terjadi karena
peningkatan tekanan osmotik di dalam rongga usus. Peningkatan tekanan osmotik
terjadi karena makanan atau zat di usus yang tidak dapat diserap. Sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga terjadi diare
(Ngastiyah, 2005).
Makanan beracun juga dapat menyebabkan diare apabila tertelan. Makanan
beracun di dalam usus akan menyebabkan iritasi mukosa usus dan mengakibakan
hiperperistaltik, sehingga terjadi penurunan absorbsi usus, dan timbul diare.
Peristaltik yang menurun juga dapat menyebabkan diare karena bakteri tumbuh
berlebihan (Ngastiyah, 2005).
Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan di lumen usus
menyebabkan nyeri pada abdomen. Selain itu, nyeri abdomen atau kram juga
timbul karena metabolisme karbohidrat oleh bakteri di usus yang menghasilkan
gas H2 dan CO2 yang juga akan menimbulkan kembung dan flatus berlebihan.
Biasanya pada keadaan ini juga akan timbul keluhan mual muntah dan nafsu
makan menurun. Hal ini dikarenakan terjadinya ketidakseimbangan asam-basa
dan elektrolit (Ngastiyah, 2005).

8
Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan
dehidrasi, yang ditandai dengan penurunan berat badan, turgor kulit berkurang,
mata cekung, mukosa bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Tubuh yang
kehilangan cairan dan elektrolit berlebihan, terjadi penurunan volume cairan
ekstrasel dan intrasel dan juga mengalami penurunan Na, K, dan Ion Karbonat.
Bila keadaan ini terus berlangsung, maka volume darah juga akan berkurang.
Tubuh akan mengalami gangguan sirkulasi, perfusi jaringan terganggu dan
akhirnya dapat menyebabkan syok hipovolemik dengan gejala denyut jantung
meningkat, nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan darah , dan penurunan
kesadaran. Akibat lain dari kehilangan cairan tubuh yang berlebihan adalah
terjadinya asidosis metabolik dimana pasien akan pucat dan pernapasan menjadi
cepat dan dalam (pernapasan kussmaul) (Ngastiyah, 2005).
Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Kondisi psikologis seperti
stress, marah dan takut dapat merangsang kelenjar adrenalin di bawah
pengendalian sistem persarafan simpatis untuk merangsang pengeluaran hormon
yang bekerja mengatur metabolisme tubuh. Sehingga bila terjadi stres maka
metabolisme meningkat dalam bentuk peningkatan motilitas usus (Ngastiyah,
2005).

9
Pathway

Infeksi Makanan Gelisah

Berkembang di Toksik tak dapat Insomnia


usus diserap

Anoreksia
Hipersekresi air dan Hiperplastik
elektrolit
Diaforesis
Penyerapan diusus
menurun
Isi usus ANSIETAS

DIARE

Frekuensi BAB
menurun Distensi abdomen

Gangguan Mual muntah


keseimbangan
cairan dan elektrolit
Nafsu makan
menurun

Asidosis metabolik
KETIDAKSEIMBAN
Suhu tubuh GAN NUTRISI
meningkat KURANG DARI
KEBUTUHAN

RESIKO SYOK
HIPOVOLEMIA

10
2.5 Tanda dan Gejala Gastroenteritis (Suriadi, 2010).
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare, tinja caira, mungkin
disertai lender dan darah. Tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena
bercapur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena tinja
menjadi asam yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh susu selama
diare. (Suriadi, 2010).
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa
dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan air dan elektrolit, gejala
dehidrasi mulai nampak, yaitu : berat badan turun, tugor berkurang, masa dan
ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi). Selaput lender mulut dan bibir
kering serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat
dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat. (Suriadi, 2010).
Pasien diare yang dirawat biasanya sudah dalam keadaan berat. Volume darah
berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut
jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat
lemas, kesadaran menurun (apatis, somnolen, kadang sampai soporotkemateus)
(Suriadi, 2010).

2.6 Pemeriksaan Penunjang Gastroenteritis


Pemeriksaan laboratoorium penting artinya dalam menegakkan diagnosa
yang tepat sehingga tepat juga dalam memberi obat. Adapun pemeriksaan yang
perlu dikerjakan adalah :
1. Pemeriksaan feses

11
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biarkan kuman
untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotik
serta untuk mengetahui PH dan kadar gula darah

2. Pemeriksaan Darah

Darah parifer lengkap, analisa darah dan elektrolit (terutama Na, Ca, K ,
dan P serum pada diare yang disertai kejang), anemia dan dapat terjadi karena
malnutrisi atau malabsorpsi tekanan fungsi sumsum tulang (proses inflamasi
kronis) peningkatan sel-sel darah putih, pemeriksaan kadar ureum dan
creatinin darah untuk mengetahui faalginjal.
3. Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahu kadar natrium, kalium, kalsium dan bikarbonat

4. Duodenal intubation
Untuk mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif

2.7 Derajat Dehidrasi


Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
Kehilangan BB :
a. Dehidrasi ringan ; menurun BB 0 - 5%
b. Dehidrasi sedang : menurun BB 5 - 10%
c. Dehidrasi berat : menurun BB > 1

12
2.8 Penatalaksanaan Gastroenteritis (Suradi, 2010).

a. Mencegah terjadinya dehidrasi


Mencegah terjadinya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan
memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang
dianjurkan seperti air tajin , kuah sayur, air sup. Bila tidak mungkin
memberikan cairan rumah tangga yang dianjukan , berikan air matang.
Macam Cairan yang dapat digunakan akan tergantung pada :
- Kebiasaan setempat dalam mengobati diare
- Tersedianya cairan sari makanan yang cocok
- Jangkauan pelayanan Kesehatan
- Tersedianya oralit

b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa
ke petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat
dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus
segera diberikan cairan intravena dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan
terapi oral.

c. Memberi makanan
Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya
berat badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang
dianjurkan. Anak yang masih mimun ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak
yang minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya. Anak Usia 6
bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat makanan padat harus
diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit sedikit tetapi sering Setelah
diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk
membantu pemulihan berat badan anak

13
d. Mengobati masalah lain
Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka
diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan rehidrasi.
Tidak ada Obat yang aman dan efektif untuk menghentikan diare.

14
Tentukan Derajat Dehidrasi

RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DIRUMAH
PENDERITA DIARE TANPA DEHIDRASI

GUNAKAN CARA INI UNTUK MENGAJARI IBU :


1. Teruskan mengobati anak diare dirumah
2. Berikan terapi awal bila terkena diare lagi

1. Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk


mencegah dehidrasi
Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti larutan
oralit,makanan yang cair (seperti sup, air tajin ) dan kalau tidak ada air
matang. Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam kotak
dibawah (catatan jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan
makanan padat lebih baik diberi oralit dan air matang dari pada makanan
yang cair ). Berikan larutan ini sebanyak anak mau, berikan jumlah larutan
oralit seperti dibawah. Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.
2. Beri anak makan untuk mencegah kurang gizi
Teruskan ASI , Bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa
diberikan, untuk anak kurang dari 6 bulan dan belum mendapat makanan
padat , dapat diberikan susu. Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah
mendapat makanan padat:
a. Berikan bubur bila mungkin dicampur dengan kacanf-kacangan, sayur,
daging atau ikan , tambahkan 1 atau 2 sendok teh minyak sayur tiap porsi.
b. Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menanbahkan kalium
c. Berikan makanan yang segar masak dan haluskan atau tumbuk makanan
dengan baik
d. Bujuk anak untuk makan , berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari
e. Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan diberikan porsi
makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu.

15
3. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam3
hari atau menderita sebagai berikut :
a. Buang Air besar cair lebih sering
b. Muntah berulang-ulang
c. Rasa haus yang nyata
d. Makan atau Minum sedikit
e. Demam
Usia Jumlah Oralit yang diberikan Jumlah Oralit yang di sediakan

tiap BAB (ml) di rumah ((ml/hari)

<1 50 – 100 400 (2 bungkus)

1–4 100-200 600-800 (3-4 bungkus)

>5 200-300 800- 1.000 (4-5 bungkus)

Dewasa 300-400 1.200- 2600

a. Tinja berdarah

Tunjukan kepada ibu cara mencampur oralit

1. Berikan sesendok tiap 1-2 menit untuk usia < 2 tahun

2. Berikanlah beberapa gelas untuk anak yang lebih tua

3. Bila anak muntah tunggulah 20 menit. Kemudian berikan caiaran lain


untukmendapatkankan tambahan oralit.

16
RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG

JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA

ORALIT yang diberikan dihitung dengan mengalikan berat


badan penderita ( kg ) dengan 75 ml
\

Umur Umur<1 Tahun 1-4 Tahun >5 Tahun Dewasa


Jumlah 300 ml 600 ml 1200 ml 2400 ml
Oralit
Bila berat badan anak tidak diketahui

a. Bila anak menginginkan lebih banyak oralit berikanlah


b. Bujuk ibu untuk meneruskan ASI
c. Untuk bayi dibawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga
100 200 ml air masak selama masa ini

Setelah 3-4 jam nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian


kemudian pilih rencana terapi a , b atau c untuk melanjutkan terapi
1. Bila tidak ada dehidrasi , ganti ke rencana terapi A, Bila dehidras telah
hilang anak biasanya kemudian mengantuk dan tidur
2. Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang ulang Rencana terap B ,
tetapi tawarkan makanan susu dan sari buah seperti rencana terapi A
3. Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat ganti dengan rencana terapi C

Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B

1. Tunjukkan jumlah orait yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di


rumah
2. Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam
rencana terapi A

17
3. Tunjukkan cara melarutkan oralit
4. Jelaskan 3 cara dalam rencana terapi A untuk mengobati anak dirumah
5. Memberikan oralit atau cairanlain hingga diare berhenti
6. Memberi makan anak sebagaimana biasanya
7. Membawa anak ke petugas kesehatan.

18
RENCANA TERAPI C

UNTUK DEHIDRASI BERAT

Mulai diberikan cairan IV bila penderita bisa minum segera berikan oralit. Sewaktu

cairan IV di mulai beri 100 ml/kgBB

umur Pemberian 30 Pemberian 70


ml/kgBB (jam) ml/kgBB (jam)
<1 tahun 1 jam 5 jam
1 tahun ½ jam 2 ½ jam
Di ulangi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba
Nilai lagi penderita 1-2 jam bila nadi belum teraba percepat tetesan intravena
Berikan oralit 5ml/kgBB. Kemudian nilai kembali. Dan pilih rencana terapi yang
sesuai.

2.9 Dampak Diare Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia Shanty (2011)


Dehidrasi adalah kehilangan cairan dan elektrolit yang terlarut didalamnya
dengan terjadinya kehilangan cairan (out put) lebih banyak dari pemasukan air
(input). Dehidrasi termasuk kehilangan air dan kehilangan bahan telarut. Dampak
diare terhadap kebutuhan manusia sebagai berikut :
1. Kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi)
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi sedang terjadi
penurunan berat badan antara 5-10% dengan 75 ml/kg BB cairan yang
hilang karena muntah, 100 ml/kg berat badan karena urin, penguapan kulit
dan pernafasan 25% ml/kg BB karena diare dan muntah-muntah terus. Bila
terjadi penurunan BB lebih dari 10% maka mengalami dehidrasi berat.
Shanty (2011).
2. Nutrisi
Anak yang menderita Diare dan muntah cenderung kehilangan nutrisi yang
mengakibatkan penurunan berat badan yang disebabkan karena jumlah
pengeluaran dan absorbsi usus yang tidak adekuat, kurangnya nutrisi
akibat kurangnya nafsu makan yang disertai rasa mulai dan muntah.
Shanty (2011)

19
3. Suhu tubuh
Klien yang menderita penyakit diare akan terjadi peningkatan suhu tubuh
yang disebabkan karena adanya proses peradangan (invasi kuman)
kedalam tubuh. Shanty (2011)
4. Kerusakan integritas kulit
Akibat dari frekuensi BAB yang meningkat dengan frekuensi yang
meningkat dengan konsistensi faces yang encer maka anus akan lecet dan
terjadi gangguan integritas kulit. Shanty (2011)
5. Nyeri akut abdomen
Diare disebabkan adanya peningkatan isi rongga usus dan hiperperistaltik.
Hal ini akan menimbulkan otot-otot disekitar abdomen menegang dan
menimbulkan nyeri sekitar abdomen. Shanty (2011)
6. Istirahat dan tidur
Penyebab yaitu karena adanya peningkatan frekuensi buang air besar dan
juga disebabkan karena tidak enak diperut. Pada anak faktor hospitalisasi
juga merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan istirahat dan
tidur karena adanya suasana asing dan baru. Shanty (2011)
7. Intoleransi aktivitas
Akibat kehilangan cairan dan elektrolit berlebihan maka rangsangan untuk
kontraksi otot berkurang. Sehingga metabolisms tubuh berkurang dan
energi yang dihasilkan juga menurut, akibatnya otot-otot akan melemah
sehingga kemampuan untuk beraktivitas akan terganggu. Shanty (2011)
8. Rasa aman cemas
Penyakit diare yang diderita bagi atau anak dapat menyebabkan
kecemasan baik pada anak maupun orang tua. Terutama pada orang tua
karena kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang didiare anaknya.
Shanty (2011).

20
2.10 ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS
2.10.1 Pengkajian
a. Pengumpulan data
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
nomor register, diagnosa medis, dan tanggal MRS.
2. Keluhan utama
Klien mengeluh BAB cair lebih dari 3 kali yang mendadak dan
berlangsung singkat dalam beberapa jam kadang disertai muntah.

3. Riwayat penyakit sekarang


Pada umumnya didapatkan keluhan utama pada penderita, yaitu
peningkatan frekuensi BAB dari biasanya dengan konsistensi cair,
muntah, nyeri perut sampai kejang perut , demam, lidah kering,
turgor kulit menurun.
4. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya dikaitkan dengan riwayat medis lalu berhubungan dengan
perjalanan kearea geografis lain.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Meliputi susunan keluarga penyakit keturunan atau menular yang


pernah di derita anggota keluarga.

6. Riwayat tumbuh kembang


 Pertumbuhan meliputi : BB, TB
 Perkembangan meliputi : perkembangan psikososial, motorik
halus, motorik kasar.
7. Riwayat imunisasi
Meliputi imunisasi BCG, Hepatitis I, II, III, DPT I, II, III, Polio I, II,
III, IV, Campak.

8. Riwayat nutrisi
Meliputi pemberian ASI dan makanan tambahan serta jenis makanan
tambahan yang diberikan.

21
9. Pola-pola fungsi kesehatan
Pola Eliminasi urin.
Biasanya pada diare eliminasnya normal (ringan), oliguri
(sedang), anuria (berat).

Pola Eliminasi Alvi.


Pada klien dengan diare akut biasanya BAB cair lebih banyak
atau sering dari kebiasaan sebelumnya.

Kebutuhan cairan
Dewasa = 2cc/kg.BB/jam
Anak = 10 kg 1 = 4cc/kg. BB/Jam
10 kg 2 = 2cc/kg.BB/jam
Selebihnya= 1cc/kg.BB/jam
Kebutuhan elektrolit
 Input : Cairan infus, minum, air metabolik (5xBB)
 Output : muntah, urine, BAB, IWL (15xBB)
Balance cairan : input-output
Pola Nutrisi dan metabolisme.
Pada klien diare akut terjadi peningkatan bising usus dan
peristaltik usus yang menyebabkan terganggunya absorbsi
makanan akibat adanya gangguan mobilitas usus. Sehingga
menimbulkan gejala seperti rasa kram pada perut, perut terasa
mual atau tidak enak dan anoreksia, maka kebutuhan nutrisi
menjadi terganggu karena asupan yang kurang.
Pola istirahat tidur.
Pada umumnya pola istirahat menjadi terganggu akibat gejala
yang ditimbulkan seperti : mendadak diare, muntah, nyeri perut,
sehingga Kx sering terjaga.
b. Pemeriksaan fisik.
1. Keadaan umum
Kesadaran (baik, gelisah, Apatis/koma), GCS, Vital sign, BB dan TB,
IMT dan IWL

22
Mata-Eye (E) Motorik (M) Verbal (V)
1. Spontan : 4 1. Sesuai perintah : 6 1. Orientasi baik : 5
2. Dengan di ajak Terhadap rasa nyeri 2. Jawaban kacau : 4
bicara :3 2. Gerakan normal : 5 3. Berkata tidak sesuai :
3. Dengan rangsangan 3. Fleksi cepat, 3
nyeri : 2 abduksi bahu (reaksi 4. Hanya mengerang : 2
4. Tidak membuka : 1 : 4) 5. Tidak ada suara :1
4. Fleksi lengan
dengan adduksi
bahu : 3
5. Ekstensi
Lengan, adduksi,
endoro tasi bahu,
pronasi lengan
bawah : 2
6. Tidak ada gerakan :
1

 Tekanan Darah
 Suhu Tubuh
 Nadi
 Pernafasan

2. Kulit, rambut, kuku


Turgor kulit (biasa – buruk), rambut tidak ada gangguan, kuku bisa
sampai pucat.
3. Mata
Biasanya mulai agak cowong sampai cowong sekali.
4. THT dan mulut
THT tidak ada gangguan, tapi biasanya mulutnya kering.

5. Thorak dan abdomen


Nilai Normal
TD : 120/80 mmhg
23 Suhu : 36,5-37,5 x/menit
Nadi :60-100 x/menit
Pernafasan : 16-24 x/menit
Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri, dan bila di
Auskulkasi akan ada bising usus sehingga meningkat.
6. Sistem respirasi
Biasanya pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul).
7. Sistem kordovaskuler
Pada kasus ini bila terjadi renjatan hipovolemik berat denyut nadi
cepat (lebih dari 120x/menit).
8. Sistem genitourinaria
Pada kasus ini bisa terjadi kekurangan kalium menyebabkan perfusi
ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria.
9. Sistem gastro intestinal
Yang dikaji adalah keadaan bising usus, peristaltik ususnya terjadi
mual dan muntah atau tidak, perut kembung atau tidak.
10. Sistem muskuloskeletal
Biasanya tidak ada gangguan.
11. Sistem persyarafan
Pada kasus ini biasanya kesadaran gelisah, apatis / koma.

c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Darah
1. Hemoglobin ( wanita =11,5-15,5g/dL, pria = 13,5-17,5g/dL)
2. Albumin (3,5-4,5 mg/dL)
3. Hematokrit ( pria = 40-48%, wanita = 37-43%)
4. Leukosit (4000-10.000)
5. Trombosit (200.000-400.000
6. Eritrosit(pria = 4,6-6,2 jt/mm3, wanita = 4,2-5,4jt/mm3)

2.10.2 Analisa Data

24
No. Analisa Data Diagnosa Keperawatan
1. Mayor : HIPOVOLEMIA
DS: -
DO: - frekuensi nadi meningkat
- Nadi teraba lemah
- Tekanan darah menurun
- Tekanan nadi menyempit
- Turgor kulit menurun
- Membran mukosa kering
- Volume urine menurun
- Hematokrit meningkat
Minor :
DS: merasa lemah, mengeluh haus
DO:
- pengisian vena menurun
- Status mental berubah
- Suhu tubuh meningkat
- Konsentrasi urine meningkat
- BB turun tiba-tiba

2. Mayor : KETIDAKSEIMBANGA
DS:- N NUTRISI KURANG
DO: - BB menurun minimal 10% DARI KEB TUBUH
dibawah rentang ideal
Minor :
DS: cepat kenyang setelah makan,
keram atau nyeri abdomen, nafsu
makan menurun
DO: - bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah

25
- Membran mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin menurun
- Rambut rontok berlebihan
- Diare

1. Mayor : DIARE
DS:-
DO:- defekasi lebih dari 3x dalam 24
jam
- Feses lembek/cair
Minor :
DS: urgency, nyeri/keram abdomen
DO: - frekuensi peritalstik meningkat
- Bising usus hiperaktif
- Diare
3. Mayor: ANSIETAS
DS: - merasa bingung
- Merasa khawatir dengan akibat
dari kondisi yang dihadapi
- Sulit bekronsentrasi
DO:
- Tampak gelisah
- Tampak tegang
- Sulit tidur
Minor :
DS: - mengeluh pusing
- Anoreksia
- Palpitasi
- Merasa tidak berdaya
DO :

26
- Frekuensi nafas meningkat
- Frekuensi nadi meningkat
- TD meningkat
- Diaforesis
- Tremor
- Muka tampak pucat
- Suara bergetar
- Kontak mata buruk
- Sering berkemih
- Berorientasi pada masalalu

2.10.3 Diagnosa Keperawatan


a) Kekurangan volume cairan b/d gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit d/d dehidrasi
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake dan
ouput yang
tidak seimbang
c) Diare b/d penyerapan makanan di usus menurun d/d BAB lebih dari 4-5
x/hari.
d) Ansietas b/d kebutuhan tidak terpenuhi d/d merasa khawatir dengan
akibat kondisi yang di hadapi.

 Daftar Prioritas Diagnosa


7. Kekurangan volume cairan.
8. Diare.
9. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.
10. Ansietas.

2.10.4 Perencanaan atau Intervensidan Kriteria Hasil.


No. Diagnosa Intervensi
1. Kekurangan volume cairan NIC
Definisi : penurunan cairan

27
intravaskular, interstisial, dan atau Fluid management
intraseluler. Ini mengacu pada - Timbang popok/pembalut jika di
dehidrasi, kehilangan cairan saat perlukan
tanpa perubahan pada natrium - Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
Batasan Karakteristik - Monitor status hidrasi
 Perubahan status mental (kelembaban membran mukosa,
 Penurunan tekanan darah nadi adekuat, tekanan darah

 Penurunan tekanan nadi ortostatik), jika diperlukan

 Penurunan volume nadi - Monitor vital sign


- Monitor masu kan makanan /
 Penurunan turgor kulit
cairan dan hitung intake kalori
 Penurunan turgor lidah
harian
 Penurunan haluaran urin
- Kolaborasikan pemberian cairan
 Penurunan pengisisan vena
IV
 Membran mukosa kering
- Monitor status nutrisi
 Kulit kering
- Berikan cairan IV pada suhu
 Peningkatan hematokrit
ruangan
 Peningkatan suhu tubuh - Dorong masukan oral
 Peningkatan frekwensi nadi - Berikan penggantian nesogatrik
 Peningkatan kosentrasi urin sesuai output
 Penurunan berat badan - Dorong keluarga untuk
 Tiba-tiba (kecuali pada ruang membantu pasien makan
ketiga) - Tawarkan snack (jus buah, buah
 Haus segar)
 Kelemahan - Kolaborasi dengan dokter
- Atur kemungkinan tranfusi
Faktor Yang Berhubungan - Persiapan untuk tranfusi
 Kehilangan cairan aktif
 Kegagalan mekanisme regulasi Hypovolemia Management
 Monitor status cairan termasuk
Kriteria hasil : intake dan output cairan

28
- Mempertahankan urine output  Pelihara IV line
sesuai dengan usia dan BB, BJ  Monitor tingkat Hb dan
urine normal, HT normal. hematokrit
- Tekanan darah, nadi, suhu  Monitor tanda vital
tubuh dalam batas normal.  Monitor respon pasien terhadap
TD : 120/80 mmhg penambahan cairan
Suhu : 36,5-37,5 x/menit  Monitor berat badan
Nadi : 60-100 x/menit  Dorong pasien untuk menambah
- Tidak ada tanda-tanda intake oral
dehidrasi, elastisitas turgor kulit  Pemberian cairan IV monitor
baik <2 detik, membran mukosa adanya tanda dan gejala
lembab, tidak ada rasa haus kelebihan volume cairan
yang berlebihan.  Monitor adanya tanda gagal
ginjal

2. Ketidakseimbangan nutrisi NIC


kurang dari kebutuhan tubuh Nutrition Management
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup - Kaji adanya alergi makanan
untuk memenuhi kebutuhan - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
metabolik menentukan jumlah kalori dan
Batasan Karakteristik : nutrisi yang dibutuhkan pasien.
- Kram abdomen - Anjurkan pasien untuk
- Nyeri abdomen meningkatkan intake Fe
- Menghindari makanan - Anjurkan pasien untuk

- Berat badan 20% atau lebih meningkatkan protein dan vitamin

dibawah berat badan ideal C

- Kerapuhan kapiler - Berikan substansi gula


- Yakinkan diet yang dimakan
- Diare
mengandung tinggi serat untuk
- Kehilangan rambut berlebihan
mencegah konstipasi
- Bising usus hiperaktif
- Berikan makanan yang terpilih
- Kurang makanan
(sudah dikonsultasikan dengan

29
- Kurang informasi ahli gizi)
- Kurang minat pada makanan - Ajarkan pasien bagaimana
- Penurunan berat badan dengan membuat catatan makanan harian.

asupan makanan adekuat - Monitor jumlah nutrisi dan

- Kesalahan konsepsi kandungan kalori

- Kesalahan informasi - Berikan informasi tentang


kebutuhan nutrisi
- Mambran mukosa pucat
- Kaji kemampuan pasien untuk
- Ketidakmampuan memakan
mendapatkan nutrisi yang
makanan
dibutuhkan
- Tonus otot menurun
- Mengeluh gangguan sensasi rasa
Nutrition Monitoring
- Mengeluh asupan makanan kurang
- BB pasien dalam batas normal
dan RDA (recommended daily
- Monitor adanya penurunan berat
allowance)
badan
- Cepat kenyang setelah makan
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas
- Sariawan rongga mulut
yang biasa dilakukan
- Steatorea
- Monitor interaksi anak atau
- Kelemahan otot pengunyah orangtua selama makan
- Kelemahan otot untuk menelan - Monitor lingkungan selama
Faktor Yang Berhubungan : makan
- Faktor biologis - Jadwalkan pengobatan dan
- Faktor ekonomi perubahan pigmentasi
- Ketidakmampuan untuk - Monitor turgor kulit
mengabsorbsi nutrien - Monitor kekeringan, rambut
- Ketidakmampuan untuk mencerna kusam, dan mudah patah
makanan - Monitor mual dan muntah
- Ketidakmampuan menelan - Monitor kadar albumin, total
makanan protein, Hb, dan kadar Ht
- Faktor psikologis - Monitor pertumbuhan dan
Kriteria Hasil : perkembangan
- Adanya peningkatan BB sesuai - Monitor pucat, kemerahan, dan

30
dengan tujuan. kekeringan jaringan konjungtiva
- BB ideal sesuai dengan TB. - Monitor kalori dan intake nutrisi
- Mampu mengidentifikasi - Catat adanya edema, hiperemik,
kebutuhan nutrisi. hipertonik papila lidah dan cavitas
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi. oral.
- Menunjukan peningkatan fungsi - Catat jika lidah berwarna
pengecapan dan menelan. magenta, scarlet
- Tidak terjadi penurunan BB.
3. Diare NIC
Definisi : Pasase feses yang lunak Diarhea Management
dan tidak berbentuk. - Evaluasi efek samping
Faktor Yang Berhubungan : pengobatan terhadap
Psikologis gastrointestinal
Ansietas - Ajarkan pasien untuk
Tingkat stres tinggi menggunakan obat antidiare
- Instruksikan pasien / keluarga
untuk mencatat warna, jumlah,
frekuensi dan konsistensi dari
Situasional feses
 Efek samping obat - Evaluasi intake makanan yang
 PenyaIah gunaan alkohol masuk
 Kontaminan - Identifikasi faktor penyebab dari
 Penyalahgunaan laksatif diare
 Radiasi, Toksin - Monitor tanda dan gejala diare
 Melakukan perjalanan - Observasi turgor kulit secara rutin
 Slang makan - Ukur diare/ keluaran BAB
Fisiologis - Hubungi dokter jika ada kenaikan
 Proses infeksi dan parasit bising usus
 Inflamasi dan Iritasi - Instruksikan pasien untuk makan
 Malabsorbsi rendah serat, tinggi protein dan
Kriteria Hasil tinggi kalori jika memungkinkan
- Feses berbentuk, BAB sehari - Instruksikan untuk menghindari

31
sekali-3 hari. laksative
- Menjaga daerah sekitar rectal dari - Ajarkan tehnik menurunkan stress
iritasi. - Monitor persiapan makanan yang
- Tidak mengalami diare. aman
- Menjelaskan penyebab diare dan
rasional tindakan.
- Mempertahankan turgor kulit< 2
detik
- Bising usus 5-32x/mnt
4. Ansietas Intervensi Keperawatan :
Definsi : Perasaan tidak nyaman NIC
atau kekawatiran yang Samar Anxiety Reduction (penurunan
disertai respon autonom (sumber kecemasan)
sering kali tidak spesifik atau tidak - Gunakan pendekatan yang
diketahui oleh individu); perasaan menenangkan
takut yang disebabkan oleh - Nyatakan dengan jelas harapan
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini terhadap pelaku pasien
merupakan isyarat kewaspadaan - Jelaskan semua prosedur dan apa
yang memperingatkan individu akan yang dirasakan selama prosedur
adanya bahaya dan kemampuan - Pahami prespektif pasien terhadap
individu untuk bertindak situasi stres
menghadapi ancaman. - Temani pasien untuk memberikan
Batasan Karakteristik keamanan dan mengurangi takut
Perilaku : - Dorong keluarga untuk menemani
- Penurunan produktivitas anak
- Gerakan yang ireleven - Lakukan back / neck rub
- Gelisah - Dengarkan dengan penuh
- Melihat sepintas perhatian
- Insomnia - Identifikasi tingkat kecemasan
- Kontak mata yang buruk - Bantu pasien mengenal situasi
- Mengekspresikan kekawatiran yang menimbulkan kecemasan
karena perubahan dalam peristiwa - Dorong pasien untuk

32
hidup mengungkapkan perasaan,
- Agitasi ketakutan, persepsi
- Mengintai - Instruksikan pasien menggunakan
- Tampak waspada teknik relaksasi
Affektif : - Berikan obat untuk mengurangi
- Gelisah, Distres kecemasan
- Kesedihan yang mendalam
- Ketakutan
- Perasaan tidak adekuat
- Berfokus pada diri sendiri
- Peningkatan kewaspadaan
- Iritabihtas
- Gugup senang beniebihan
- Rasa nyeri yang meningkatkan
ketidakberdayaan
- Peningkatan rasa ketidak
berdayaan yang persisten
- Bingung, Menyesal
- Ragu/tidak percaya diri
- Khawatir
Fisiologis :
- Wajah tegang, Tremor tangan
- Peningkatan keringat
- Peningkatan ketegangan
- Gemetar, Tremor
- Suara bergetar
Simpatik :
- Anoreksia
- Eksitasi kardiovaskular
- Diare, Mulut kering
- Wajah merah
- Jantung berdebar-debar

33
- Peningkatan tekanan darah
- Peningkatan denyut nadi
- Peningkatan reflek
- Peningkatan frekwensi pernapasan
- Pupil melebar
- Kesulitan bernapas
- Vasokontriksi superfisial
- Lemah, Kedutan pada otot
Parasimpatik :
- Nyeri abdomen
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan denyut nadi
- Diare, Mual, Vertigo
- Letih, Ganguan tidur
- Kesemutan pada ekstremitas
- Sering berkemih
- Anyang-anyangan
- Dorongan cegera berkemih
Kognitif :
- Menyadari gejala fisiologis
- Bloking fikiran, Konfusi
- Penurunan lapang persepsi
- KesuIitan berkonsentrasi
- Penurunan kemampuan belajar
- Penurunan kemampuan untuk
memecahkan masalah
- Ketakutan terhadap konsekwensi
yang tidak spesifik
- Lupa, Gangguan perhatian
- Khawatir, Melamun
- Cenderung menyalahkan orang
lain.

34
Faktor Yang Berhubungan :
- Perubahan dalam (status ekonomi,
lingkungan,status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, status
peran)
- Pemajanan toksin
- Terkait keluarga
- Herediter
- Infeksi/kontaminan interpersonal
Kriteria Hasil :
- Klien mampu mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala cemas.
- Mengidentifikasi, mengungkapkan
dan menunjukan tehnik untuk
mengontrol cemas.
- Vital sign dalam batas normal.
TD : 120/80 mmhg
Suhu : 36,5-37,5 x/menit
Nadi : 60-100 x/menit
- Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukan berkurangnya
kecemasan.

2.10.5 IMPLEMENTASI
Implmentasi adalah realita dari tindakan yang telah ditentukan dan
diuraikan sesuai denga prioritas masalah. Hal ini disesuaikan dengan kondisi,
kebutuhan, sumberdaya, fasilitas yang ada pada saat dilakukan tindakan
keperawatan.

2.10.6 Evaluasi

35
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan sebagai
pengukuran dari keberhasilan rencana tindakan keperawatan.Evaluasi
dikatakan berhasil jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan
standrt yang telah ditetapkan.

Hasil evaluasi dapat berupa :


a. Tujuan tercapai
Jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standart yang telah
ditetapkan
b. Tujuan tercapai sebagian
Jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari standart dan kriteria
yang telah ditetapkan
c. Tujuan tidak tercapai
Pasien yang tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali
bahkan timbul masalah baru.

36
BAB III

TINJAUAN KHASUS

Pasien baru An. R(2,5 tahun) rawat inap di ruang anak nusa indah RS. Dr.
Soepraoen malang dengan gastroenteritis. Ibu klien menyatakan anaknya diare
sudah 4x dan sering minta minum sedikit-sedikit. Anak tampak rewel dan
menangis, dan tampak lemah. Hasil pengkajian menunjukkan mukosa bibir anak
pucat dan kering, BAB cair warna kuning kecoklatan. Nadi 115x/mnt, RR
32x/mnt, suhu 37,5c.

A. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : An. R…………….. No.RM
:2123xxx…...………
Usia : 2,5 tahun….….. Tgl. Masuk :1 maret 2017……
Jenis Kelamin : perempuan…… Tgl. Pengkajian : 2 maret 2017.....
Alamat : jl. S. Suprapto... Sumber Informasi :orang tua……...
Nama orang tua : Ny. H................………………………….
Pekerjaan : Ibu rumah tangga…….……………….
Pendidikan : SMA…………………………………………..
Agama : Islam………………………………………...
Suku : Jawa………………………………………….
Diagnosa Medis : Gastroenteritis………….....
……………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………
………………………………...……………………...
…………………………………………………………………………………
…..
…………………………………...……………………………………………...
B. Status Kesehatan Saat Ini

37
C. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Klien datang bersama keluarganya tanggal 1 Maret 2017. Pada saat
pengkajian tanggal 2 Maret 2017 pukul 09.00 ibu klien mengatakan anaknya
BAB cair > 4 x sehari selama + 2 minggu yang lalu, sebelumnya klien pernah
mendapatkan perawatan di Rumah Sakit lain + 2 minggu hingga keadaannya
mulai membaik, namun setelah pulang kerumah, karena merasa kondisi
anaknya sudah membaik anaknya sempat minum es sehingga ibu klien
mengatakan anaknya kembali mengalami BAB cair, disertai perut kembung,
menurut ibu klien anaknya sering nyeri daerah perut ditandai anaknya
mengerang dan rewel. Skala nyeri 6 (0-10).
D. Riwayat Kesehatan Dahulu
1. Penyakit Yang Pernah Dialami
a. Kecelakaan (Jenis &waktu) Tidak ada
b. Operasi (Jenis &waktu) Tidak ada
c. Penyakit :
 Kronis : Tidak ada
 Akut : Tidak ada
d. Terakhir masuk RS : Tidak ada
2. Alergi (obat, makanan, plester, dll) :Tidak ada
3. Imunisasi
(v)BCG (v)Hepatitis
(v)Polio ()Campak
(v)DPT ( )……………
4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Saat hamil, ibu rutin memeriksakan kandungan setiap 1 bulan sekali, anak
lahir di bidan dengan normal.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien merupakan anak ke-2 dan menurut ibu klien, tidak ada anggota
keluarga yang sedang menderita penyakit serupa dengan klien dan tidak ada
riwayat penyakit keturunan seperti Diabetes Melitus atau Hipertensi.

38
F. Genogram

An.R
2,5 tahun
: Laki-laki GEA

: Perempuan

X : meninggal
: tinggal serumah
: Pasien
: Garis pernikahan

G. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
 Kebersihan - -
 Bahaya Kecelakaan - -
 Polusi - -
 Ventilasi - -
 Pencahayaan - -

39
H. Pola Aktivitas – Latihan
Jenis Rumah Rumah sakit
Sebelum sakit Sesudah sakit
 Makan minum 2 2 2
 Mandi 2 2 2
 Berpakaian/berdandan 2 2 2
 Toileting 2 2 2
 Mobilitas di tempat tidur 2 2 2
 Berpindah 2 2 2
 Berjalan 2 2 2
 Naik tangga 2 2 2
Pemberian skor : 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu 1 orang, 3 =
dibantu>1 orang, 4 = tidak mampu

I. Pola Nutrisi Metabolik


Jenis Rumah Rumah sakit
 Jenis diet Nasi/bubur Bubur
 Frekuensi/pola 3x/hari 3x/hari
 Porsi yng dihabiskan 1 porsi ½ porsi
 Komposisi menu Nasi/bubur, lauk Bubur, lauk
 Pantangan Tidak ada Tinggi serat
 Nafsu makan baik menurun
 Fluktuasi BB 6 bulan terakhir 15 kg 12 kg
 Jenis minuman Air putih/susu Air putih

J. Pola Eliminasi
Rumah Rumah sakit
BAB -
 Frekuensi/pola 1x/hari >3x/hari
 Konsistensi Lembek Cair
 Warna & bau Warna kuning,bau khas Warna kuning, bau khas

40
feses feses
 Kesulitan Tidak ada Tidak bisa mengontrol BAB
karena diare
 Upaya mengatasi Tidak ada Mengkonsumsi obat warung
BAK
 Frekuensi/pola 3x/hari 3x/hari
 Konsistensi Cair Cair
 Warna & bau Kuning bening, bau khas Kuning bening, bau khas
urin urin
 Kesulitan Tidak ada Tidak ada
 Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada

K. Pola Tidur – Istirahat


Rumah Rumah sakit
Tidur siang : lamanya 2 jam 1 jam
 Jam….s/d….. 12.00-14.00 12.00-13.00
 Kenyamanan stlh tidur nyaman Tidak nyaman karena diare
Tidur malam : lamanya 8 jam 8 jam
 Jam….s/d….. 21.00-05.00 21.00-05.00
 Kenyamanan stlh tidur nyaman Tidak nyaman karena diare
 Kebiasaan sblm tidur Membaca doa Membaca doa-
 Kesulitan Tidak ada Tidak ada
 Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada

L. Pola Kebersihan Diri


Rumah Rumah sakit
 Mandi : frekuensi 2x/hari 1x/hari
Penggunaan sabun Ya Ya
 Keramas : frekuensi 3x/minggu Belum keramas
Penggunaan sampo Ya Tidak
 Gosok gigi : frekuensi 2x/hari 1x/hari

41
Penggunaan odol Ya Ya
 Ganti baju : frekuensi 2x/hatri 1x/hari
 Potong kuku : frekuensi 1x/minggu Belum potong kuku
 Kesulitan Tidak ada Tidak ada
 Upaya yg dilakukan Tidak ada Tidak ada

M. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan


SEKTOR RESPON ANAK KESIMPULAN
Personal sosial Anak dapat mengambil Anak dalam batas normal
makannan sendiri dan tidak mengalami
 Anak dapat menggosok gigi keterlambatan dalam
sendiri perkembangan personal
 Anak dapat bermain ular sosial.
tangga/kartu
Motorik halus  Anak dapat mencontoh Anak dalam batas normal
menggambar kotak dan tidak mengalami
 Anak dapat menggambar keterlambatan dalam
orang dengan 3 bagian perkembangan motorik
 Anak dapat menentukan halus.
mana garis yang lebih panjang
 Anak dapat membuat tanda
tambah (+)
Bahasa Anak dapat Anak dalam batas normal
mengartikan 7 kata dan tidak mengalami
 Anak dapat menyebutkan 2 keterlambatan dalam
kata yang berlawanan perkembangan bahasanya.
 Anak dapat menghitung
khusus (1-10)
 Anak belum mengetahui 3
jenis-jenis kata sifat
Motorik kasar  Anak dapat berjalan dengan Anak dalam batas normal
menjinjit tidak mengalami

42
 Anak dapat berdiri dengan 1 keterlambatan dalam
kaki selama 5 detik perkembangan motorik
 Anak mampu berdiri dengan kasar.
1 kaki dalam 6 detik

N. Pola Komunikasi
1. Bicara ( ) Normal ( ) bahasa utama
( ) Tidak jelas ( ) bahasa daerah
( ) bicara berputar putar ( ) rentang perhatian
( ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain ( ) afek
O. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran :CM
3. Tanda tanda vital :
Tekanan Darah : ………………-……………………Suhu : 37,5 c.
Nadi : 115 x/mnt……....………………. RR : 32x/mnt.
4. Tinggi Badan : 92Cm Berat Badan : 12kg
5. Kepala & Leher
a. Kepala : Normal
b. Mata : Normal
c. Hidung
d. Bentuk : normal
e. Warna : sawo matang.
f. Pembengkakan : tidak ada
g. Nyeri tekan : tidak ada
h. Perdarahan : tidak ada.
i. Sinus : tidak ada.
6. Mulut & Tenggorokan
a. Warna bibir : pucat .
b. Mukosa : kering.
c. Ulkus : tidak ada .
d. Lesi : tidak ada.

43
e. Massa : tidak ada
f. Warna lidah : putih.
g. Perdarahan gusi : tidak ada.
h. Karies : tidak ada.
i. Gangguan bicara :tidak ada .
7. Telinga
a. Bentuk : normal.
b. Warna : sawo matang.
c. Lesi : tidak ada.
d. Massa : tidak ada.
e. Nyeri : tidak ada.
f. Nyeri tekan : tidak ada
8. Leher
a. Kekakuan : tidak ada.
b. Benjolan/massa : tidak ada
c. Vena jugularis : tidak ada .
d. Nyeri : tidak ada.
e. Nyeri tekan : tidak ada.
f. Keterbatasan gerak :tidak ada .
g. Keluhan lain : tidak ada.
9. Thorak & Dada
a. Jantung
Inspeksi : Normal
Palpasi :Normal
Perkusi : Normal
Auskultasi : Normal
b. Paru
Inspeksi :Normal.
Palpasi : Normal.
Perkusi : Normal.
Auskultasi : Normal.
10. Payudara & Ketiak

44
a. Benjolan/massa : tidak ada.
b. Bengkak : tidak ada.
c. Nyeri : tidak ada.
d. Nyeri tekan : tidak ada.
e. Kesimetrisan : simetris.
11. Punggung & Tulang Belakang
Normal, tidak ada kelainan seperti skoliosis, lordosis, kifosis dan tidak ada
nyeri tekan.
12. Abdomen
Inspeksi : Normal .
Palpasi : Normal.
Perkusi : Normal.
Auskultasi : > 5-12 x/menit
13. Genitalia & Anus
Inspeksi : Normal
Palpasi: Normal
14. Ekstremitas (kekuatan otot, kontraktur, deformitas, edema, luka, nyeri/nyeri
tekan, pergerakan)
Atas : deformitas (-) edema(-) luka(-) nyeri (-)
Bawah : deformitas (-) edema(-) luka(-) nyeri (-)
15. Sistem Neurologi 9SSP : I-XII, reflek, motorik, sensorik)
Normal.
16. Kulit & Kuku
Kulit : (warna, lesi, turgor, jaringan parut, suhu, tekstur, diaphoresis)
Sawo matang, lesi (-) turgor , 2 dtk, tidak ada jaringan parut, 36,5 ̊c, Kuku :
(warna, lesi, bentuk, CRT)
Normal, lesi (-) , bentuk normal, CRT < 2 dtk.

P. Hasil Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, USG, Rontgen, MRI)


1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 1 Maret 2017

45
PEMERIKSAAN HASIL NILAI Keterangan
PEMERIKSAAN SATUAN NORMAL
§ HEMATOLOG
I 10,5 g/ dl P: 12-16; L:14- Menurun
HGB, 30,8 % 18 Menurun
Hemoglobin 9,4 10^3/ul P: 35-45; L:40- Normal
HCT, Hematokrit 50
WBC, leukosit 338 10^3/ul Dws : 5,0-10,0 Normal
Bayi : 7,0-17,0
PLT, Trombosit 100 Mg/dl 150-350 Normal

Gula darah 70-200


sewaktu 2 jam pp
(Rapid)

2. Pemeriksaan laboratorium feses (11-07-2017)


a. Makroskopik
Warna : Kuning kecoklatan
Bau : Khas/Normal
Konsistensi : Lunak tidak berbentuk
Lendir : Tidak ditemukan
Darah : Tidak ditemukan
Parasite : Tidak ditemukan
b. Mikroskopik
Sel ieukosit : 0/LPB
Sel eritosit : 0-1/LPB
Telur cacing : Tidak ditemukan
Amoeba : Tidak ditemukan
Sel lemak : Tidak ditemukan
Bakteri : Micrococcus tampak berlebih
Lain-lain : Jamur (+)
c. Terapi (Medis, RehabMedik, Nutrisi)
1. Infus RL 15 tpm (750 cc) : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.

46
2. Injeksi Novalgin 3x1 amp (metampiron 500 mg/ml) : Golongan
Analgesik
3. Injeksi Ulsikur 3x1 amp (simetidina 200mg/ 2ml) : Antasida dan Ulkus
4. Injeksi Cefotaxime 3x1 amp (sefotaksim 500mg/ml) : Antibiotik.

d. Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya

e. Kesimpulan
..........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
f. Perencanaan Pulang
a. Tujuan Pulang
b. Transportasi pulang.
c. Dukungan keluarga.
d. Antisipasi bantuan biaya setelah pulang.
e. Antisipasi masalah perawatan diri setelah pulang.
f. Pengobatan.
g. Rawat jalan ke.
h. Hal hal yang perlu diperhatikan di rumah.
i. Keterangan lain

Malang, 16 mei 2017


Pengkaji

……………………

47
B. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1 DS : Gastroenteritis Kekuranga
Ibu klien mengatakan ¯ n volume
anaknya BAB > 4 x sehari Diare cairan
DO : ¯
- Klien terlihat rewel Frekuensi BAB meningkat
- BAB klien terlihat ¯
cair Hilang cairan dan elektrolit
- Turgor kulit klien berlebihan
jelek ¯
- Bising usus 9 x/ menit Kekurangan volume cairan
- BB sebelum sakit 15
kg
BB saat sakit 12 kg

2. Data subjektif Gastroenteritis Nutrisi


- ibu klien mengatakan ↓ kurang dari
nafsu makan klien menurun ↑ tekanan osmotik dalam kebutuhan
usus
Data objektif ↓
- Keadaan Umum : ↑ peristaltic usus
Klien tampak lemah ↓
- Tanda – tanda Vital : ↑ asm basa/ HCL lambung
P : 115 kali/ menit ↓
RR : 32 kali/ menit Gangguan metabolic
T : 37,5C ↓
Mual muntah

Anoreksia

Nutrisi kurang dari

48
kebutuhan

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan output
yang berlebihan.
2. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu
makan menurun.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
1 Kekurangan Noc : Nic
volume cairan Fluid balanced ₋Fluid Managemen
berhubungan Hydration ₋Memonitor status
dengan kehilangan Nutritional dehidrasi
cairan aktif status : food and fluid (kelembaban
intake membrane mukosa,
Setelah dilakukan tindakan nadi ade kuat jika
keperawatan selama 1x24 diperlukan
jam masalah kekurangan ₋Monitor vital sign
volume cairan klien ₋Monitor masukan
teratasi. makanan/cairan dan
Kriteria Hasil : hitung kalori harian
₋ Nadi, suhu tubuh dalam ₋Kolaborasikan
keadaan normal pemberian cairan IV
₋ Tidak ada tanda-tanda ₋Monitor status nutrisi
dehidrasi, elastisitas ₋Berikan cairan IV
tugor kulit baik, pada suhu ruangan
membrane mukosa ₋Dorong masukan oral
lembab, tidak ada rasa ₋Kolaborasi dengan
haus berlebihan dokter

49
₋ Berat badan mengalami
perubahan

2 Kebutuhan nutrisi NOC NIC


kurang dari ₋ Nutritional Status : Nutrition
kebutuhan ₋ Nutritional Status : Management
berhubungan food and Fluid Intake ₋ Kaji adanya alergi
dengan ₋ Nutritional Status: makanan
nafsumakan nutrient Intake ₋ Kolaborasi dengan
menururn ₋ Weight control ahli gizi untuk
Setelah dilakukan tindakan menentukan jumlah
keperawatan selama 1x24 kalori dan nutrisi
jam masalah nutrisi kurang yang dibutuhkan
dari kebutuhan klien pasien.
teratasi. ₋ Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
Kriteria Hasil : intake Fe
₋ Adanya peningkatan ₋ Anjurkan pasien
berat badan sesuai untuk meningkatkan
dengan tujuan protein dan vitamin
₋ Berat badan ideal C
sesuai dengan tinggi ₋ Berikan substansi
badan gula
₋ Mampu ₋ Yakinkan diet yang
mengidentifikasi dimakan
kebutuhan nutrisi mengandung tinggi
₋ Tidak ada tanda-tanda serat untuk
malnutrisi mencegah konstipasi
₋ Menunjukkan ₋ Berikan makanan
peningkatan fungsi yang terpilih (sudah
pengecapan dan dikonsultasikan
menelan dengan ahli gizi)

50
₋ Tidak terjadi ₋ Ajarkan pasien
penurunan berat badan bagaimana membuat
yang berarti catatan makanan
harian.
₋ Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
₋ Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
₋ Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
₋ Nutrition
Monitoring
₋ BB pasien dalam
batas normal
₋ Monitor adanya
penurunan berat
badan
₋ Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
₋ Monitor interaksi
anak atau orangtua
selama makan
₋ Monitor lingkungan
selama makan
₋ Jadwalkan
pengobatan dan
perubahan

51
pigmentasi
₋ Monitor turgor kulit
₋ Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
₋ Monitor mual dan
muntah
₋ Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
₋ Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
₋ Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
₋ Monitor kalori dan
intake nutrisi
₋ Catat adanya edema,
hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
₋ Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet

52
53
BAB IV
PEBAHASAN

4.1 Pengkajian
Dalam konsep askep dan tinjauan teori pada dasarnya terlihat sama, terdiri
dari pengkajian biodata, riwayat keluarga, keluhan utama, dan pemeriksaan secara
head to toe
4.2 Diagnosa
Pada konsep askep Diagnosa keperawatan menurut NANDA NIC-NOC yang
muncul ada 4, dan di dalam tinjauan teori diagnosa keperawatan sesuai dengan
kasus pasien yang dialami
4.3 Intervensi
Rencana tindakan konsep askep dan tinjuan teori tidak ada perbedaan.

54
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala
diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatann
suhu tubuh. Penyebabnya terjadi karena tiga faktor berikut:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan akibat utama
penyebab diare pada anak. Meliputi infeksi internal sebagai berikut:
1) infeksi bakteri : vibrio, ecoly, salmonella, shigella dan aeromonas
2) infeksi virus : entero virus (virus echo, virus coxsakria, poliomyelitis)
3) infeksi parasit:cacing ( ascaris, tricuris, yuris) protozoa, jamur
b. Infeksi parental : ialah infeksi diluar alat pencernaan seperti tongilitis, dan
ensefalitis
5.2 Saran
1. Dalam melakukan perawatan gastroenteritis hendaknya dengan hati-hati,
cermat dan teliti serta selalu menjaga kesterilan alat, maka mempercepat
proses penyembuhan.
2. Perawat perlu mengetahui tanda dan gejal adanya diare serta derajat
dehidrasi pada klien, perawat harus mampu mengetahui kondisi pasien
secara keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat untuk
kemampuan fungsional pasien.

55
DAFTAR PUSTAKA

A. Azis.(2008). Kebutuhan Dasar Manusia Konsep dan Praktik Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.

Ardiansyah, (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta : Diva Press.

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. (2011). Gangguan Gastrointestinal :


AplikasiAsuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba medika.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Ed.2. Jakarta : EGC.

Shanty (2011). Penyakit Saluran Pencernaan. Jogjakarta : Kata Hati

Suriadi. (2010). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Sagung Seto

56

Anda mungkin juga menyukai