PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud gastroenteritis?
2. Bagaimana anatomi fisiologi pencernaan?
3. Bagaimana etiologi gastroentritis?
4. Bagaimana patofisiologi gastroentritis?
5. Apa tanda dan gejala gastroentritis?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada gastroentritis?
7. Bagaimana Penatalaksanaan pada gastroenteritis?
8. Apa dampak Diare Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia?
9. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada pasiengastroenteritis?
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit gastroenteritis.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian gastroenteristis.
b. Mahasiswa mampu mengetahui anatomi fisiologi pencernaan
c. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi gastroentritis.
d. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi gastroentritis.
e. Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala gastroentritis
f. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang pada
gastroentritis.
g. Mahasiswa mampu mengetahui Penatalaksanaan pada gastroenteritis
h. Mahasiswa mampu mengetahui dampak Diare Terhadap Kebutuhan
Dasar Manusia.
i. Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada
pasien gastroenteritis.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
Pencernaan di dalam lambung dibantu oleh pepsinogen untuk mencerpa
protein, lemak, dan asam garam.
Lambung berdistensi untuk menampung makanan yang masuk. Awalnya,
piliorus tetap tertutup. Namun, karena efek dari gelombang peristaltic,
lambung kemudian mencampur makanan sekaligus memaparkannya dengan
cairan lambung. Kemudian, spinkter relaksasi dan membiarkan sejumlah
kecil makanan melewatinya setiap waktu.
Fungsi lambung adalah menampung, menghancurkan, dan menghaluskan
makanan melalui mekanisme gerak peristaktik lamung dan getah
lambung.Sekresi getah lambung mulai terjadi oada saat orang mulai makan.
Ketika kita melihat dan mencium bau makanan, pada saat itu pula sekresi
lambung akan terpicu. Rasa makanan dapat merangsang sekresi lambung
karena kerja saraf, sehingga menimbulkanrangsangan kimiawai yang
menebabkan dinding lambung melepaskan hormone yang disebut sekresi
getah lambung. Produksi getah lambung ini dapat dihalangi oleh system saraf
simpatis, yang dapat juga muncul saat terjadi gangguan emosi, seperti marah
dan rasa takut.
Pengosongan lambung membutuhkan waktu lima jam, atau lebih lama
apabila makanan banyak mengandung lemak. Fungsi pylorus sebagai
pengendali pintu keluar-masuk lambung menjadi terbatas, karena proses
pengosongan berjalan normal walaupun pylorus tetap terbuka. Kontraksi
antrum akan diikuti oleh kontraksi pylorus yang berlangsung sedikit lebih
lama dari kontraksi duodenum. Pengaturan gerakan dalam proses
pengosongan lambung yang dikoordinasikan oleh gelombang depolarisasi
gastric (slow wave). Ini merupakan gerak sel otot polos yang dimulai dari otot
sirkulasi fundus menuju ke pylorus setiap 20 detik. Ritme ini disebut basic
elektirk ritme (BER). Peristaltic antrum slow wave mempunyai peran penting
dalam pengendalian pengosongan lambung.
4
2. Usus halus (intestinum minor)
5
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
3. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan
usus penyerapan (ileum).Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus
antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.Usus kosong dan
usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
4. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan
terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
Vilus merupakan struktur fungsional usus halus. Tiap-tiap vilus terdiri
atas saluran limfe sentral yang dikelilingi oleh sel-sel epitel. Salah satu
jenis epitel vilus berfungsi mengabsorpsi bahan-bahan nutrisi dan air. Pada
keadaan normal, setelah makan dicerna di dalam lambung, makanan
tersebut akan mengalami absorpsi di dalam usus halus. Hasil-hasil akhir
pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein akan diabsorpsi oleh dinding
usus ke dalam sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel
tubuh. Selain itu, juga diabsorpsi air, elektrolit, dan vitamin. Absorpsi
berbagai zat berlangsung dengan mekanisme transpor aktif dan pasif.
Pada kasus diare, vilus usus halus mengalami atrofi. Atrofi ini akan
menyebabkan absorbsi air dan zat-zat lain akan terganggu. Air dan zat-zat
lain yang harusnya diabsorbsi dan diedarkan ke dalam sirkulasi darah dan
pembuluh limfe menjadi tidak terabsorbsi. Oleh karena itu, chyme yang
terbentuk masih mengandung banyak air dan zat-zat lain. Sebenarnya, di
dalam usus besar chyme mengalami reabsorbsi air. Tetapi, usus besar
hanya dapat mereabsorbsi air maksimal 6-8 liter per hari. Jika kandungan
air dalam chyme melebihi daya reabsorbsi usus besar, maka feses yang
dikeluarkan menjadi encer.
6
2.3 Etiologi Gastroenteritis (Suriadi, 2010)
1. Faktor infeksi
a. Bakteri : enteropthagenis, eschensia coli, salmonella, shigella,
yesinia enterocolitica.
b. Virus : enterovirus, echoviruses, adenovirus, human retrovirus,
seperti agent, rota virus.
c. Jamur : Candida neterritis
d. Parasit : Giardia clamblia, crystosporidium
2. Bukan faktor infeksi
a. Alergi makanan, susu, protein
b. Gangguan metabolic atau malabsorbsi, penyakit celiac, cytie fibrosis
pada pancreas.
c. Iritasi langsung pada saluran pencemaan oleh makanan
d. Obat-obatan, antiboitik
e. Penyakit usus, colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis.
f. Emosional atau stress
g. Obstruksi usus
3. Penyakit infeksi : otitis media, infeksi saluran nafas atas, infeksi saluran
kemih
4. Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,
beracun, terlalu banyak lemak, mentah dan kurang matang. Makanan yang
terkontaminasi lebih mudah mengakibatkan diare.
5. Faktor Psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan
diare kronis. Tapi jarang terjadi pada balita, umumnya terjadi pada ayang
yang lebih besar
7
infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan atau minuman yang terkontaminasi
dan tertelan masuk ke dalam saluran pencernaan. Sistem pertahanan tubuh di
lambung yaitu asam lambung, dapat membunuh bakteri yang masuk ke dalam
lambung, namun apabila jumlah bakteri terlalu banyak, maka dapat lolos dan
masuk ke duodenum kemudian berkembang biak.
Pada kebanyakan kasus gastroenteritis, organ tubuh yang diserang adalah
usus. Bakteri di dalam usus akan memproduksi enzim yang dapat mencairkan
lapisan lendir permukaan usus, sehingga bakteri dapat masuk ke dalam membran
epitel, dan akan mengeluarkan toksin yang dapat merangsang sekresi cairan-
cairan usus di bagian kripta villi dan menghambat absorbsi cairan. Akibatnya
volume cairan di dalam lumen usus meningkat yang mengakibatkan dinding usus
menggembung dan tegang, dan akan terjadi hipemotilitas untuk menyalurkan
cairan di usus besar. Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi
usus maka akan terjadi diare (Ngastiyah, 2005).
Diare yang disebabkan malabsorbsi makanan oleh usus terjadi karena
peningkatan tekanan osmotik di dalam rongga usus. Peningkatan tekanan osmotik
terjadi karena makanan atau zat di usus yang tidak dapat diserap. Sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga terjadi diare
(Ngastiyah, 2005).
Makanan beracun juga dapat menyebabkan diare apabila tertelan. Makanan
beracun di dalam usus akan menyebabkan iritasi mukosa usus dan mengakibakan
hiperperistaltik, sehingga terjadi penurunan absorbsi usus, dan timbul diare.
Peristaltik yang menurun juga dapat menyebabkan diare karena bakteri tumbuh
berlebihan (Ngastiyah, 2005).
Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan di lumen usus
menyebabkan nyeri pada abdomen. Selain itu, nyeri abdomen atau kram juga
timbul karena metabolisme karbohidrat oleh bakteri di usus yang menghasilkan
gas H2 dan CO2 yang juga akan menimbulkan kembung dan flatus berlebihan.
Biasanya pada keadaan ini juga akan timbul keluhan mual muntah dan nafsu
makan menurun. Hal ini dikarenakan terjadinya ketidakseimbangan asam-basa
dan elektrolit (Ngastiyah, 2005).
8
Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan
dehidrasi, yang ditandai dengan penurunan berat badan, turgor kulit berkurang,
mata cekung, mukosa bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Tubuh yang
kehilangan cairan dan elektrolit berlebihan, terjadi penurunan volume cairan
ekstrasel dan intrasel dan juga mengalami penurunan Na, K, dan Ion Karbonat.
Bila keadaan ini terus berlangsung, maka volume darah juga akan berkurang.
Tubuh akan mengalami gangguan sirkulasi, perfusi jaringan terganggu dan
akhirnya dapat menyebabkan syok hipovolemik dengan gejala denyut jantung
meningkat, nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan darah , dan penurunan
kesadaran. Akibat lain dari kehilangan cairan tubuh yang berlebihan adalah
terjadinya asidosis metabolik dimana pasien akan pucat dan pernapasan menjadi
cepat dan dalam (pernapasan kussmaul) (Ngastiyah, 2005).
Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Kondisi psikologis seperti
stress, marah dan takut dapat merangsang kelenjar adrenalin di bawah
pengendalian sistem persarafan simpatis untuk merangsang pengeluaran hormon
yang bekerja mengatur metabolisme tubuh. Sehingga bila terjadi stres maka
metabolisme meningkat dalam bentuk peningkatan motilitas usus (Ngastiyah,
2005).
9
Pathway
Anoreksia
Hipersekresi air dan Hiperplastik
elektrolit
Diaforesis
Penyerapan diusus
menurun
Isi usus ANSIETAS
DIARE
Frekuensi BAB
menurun Distensi abdomen
Asidosis metabolik
KETIDAKSEIMBAN
Suhu tubuh GAN NUTRISI
meningkat KURANG DARI
KEBUTUHAN
RESIKO SYOK
HIPOVOLEMIA
10
2.5 Tanda dan Gejala Gastroenteritis (Suriadi, 2010).
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare, tinja caira, mungkin
disertai lender dan darah. Tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena
bercapur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena tinja
menjadi asam yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh susu selama
diare. (Suriadi, 2010).
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa
dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan air dan elektrolit, gejala
dehidrasi mulai nampak, yaitu : berat badan turun, tugor berkurang, masa dan
ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi). Selaput lender mulut dan bibir
kering serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat
dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat. (Suriadi, 2010).
Pasien diare yang dirawat biasanya sudah dalam keadaan berat. Volume darah
berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut
jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat
lemas, kesadaran menurun (apatis, somnolen, kadang sampai soporotkemateus)
(Suriadi, 2010).
11
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biarkan kuman
untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotik
serta untuk mengetahui PH dan kadar gula darah
2. Pemeriksaan Darah
Darah parifer lengkap, analisa darah dan elektrolit (terutama Na, Ca, K ,
dan P serum pada diare yang disertai kejang), anemia dan dapat terjadi karena
malnutrisi atau malabsorpsi tekanan fungsi sumsum tulang (proses inflamasi
kronis) peningkatan sel-sel darah putih, pemeriksaan kadar ureum dan
creatinin darah untuk mengetahui faalginjal.
3. Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahu kadar natrium, kalium, kalsium dan bikarbonat
4. Duodenal intubation
Untuk mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif
12
2.8 Penatalaksanaan Gastroenteritis (Suradi, 2010).
b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa
ke petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat
dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus
segera diberikan cairan intravena dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan
terapi oral.
c. Memberi makanan
Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya
berat badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang
dianjurkan. Anak yang masih mimun ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak
yang minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya. Anak Usia 6
bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat makanan padat harus
diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit sedikit tetapi sering Setelah
diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk
membantu pemulihan berat badan anak
13
d. Mengobati masalah lain
Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka
diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan rehidrasi.
Tidak ada Obat yang aman dan efektif untuk menghentikan diare.
14
Tentukan Derajat Dehidrasi
RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DIRUMAH
PENDERITA DIARE TANPA DEHIDRASI
15
3. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam3
hari atau menderita sebagai berikut :
a. Buang Air besar cair lebih sering
b. Muntah berulang-ulang
c. Rasa haus yang nyata
d. Makan atau Minum sedikit
e. Demam
Usia Jumlah Oralit yang diberikan Jumlah Oralit yang di sediakan
a. Tinja berdarah
16
RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
17
3. Tunjukkan cara melarutkan oralit
4. Jelaskan 3 cara dalam rencana terapi A untuk mengobati anak dirumah
5. Memberikan oralit atau cairanlain hingga diare berhenti
6. Memberi makan anak sebagaimana biasanya
7. Membawa anak ke petugas kesehatan.
18
RENCANA TERAPI C
Mulai diberikan cairan IV bila penderita bisa minum segera berikan oralit. Sewaktu
19
3. Suhu tubuh
Klien yang menderita penyakit diare akan terjadi peningkatan suhu tubuh
yang disebabkan karena adanya proses peradangan (invasi kuman)
kedalam tubuh. Shanty (2011)
4. Kerusakan integritas kulit
Akibat dari frekuensi BAB yang meningkat dengan frekuensi yang
meningkat dengan konsistensi faces yang encer maka anus akan lecet dan
terjadi gangguan integritas kulit. Shanty (2011)
5. Nyeri akut abdomen
Diare disebabkan adanya peningkatan isi rongga usus dan hiperperistaltik.
Hal ini akan menimbulkan otot-otot disekitar abdomen menegang dan
menimbulkan nyeri sekitar abdomen. Shanty (2011)
6. Istirahat dan tidur
Penyebab yaitu karena adanya peningkatan frekuensi buang air besar dan
juga disebabkan karena tidak enak diperut. Pada anak faktor hospitalisasi
juga merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan istirahat dan
tidur karena adanya suasana asing dan baru. Shanty (2011)
7. Intoleransi aktivitas
Akibat kehilangan cairan dan elektrolit berlebihan maka rangsangan untuk
kontraksi otot berkurang. Sehingga metabolisms tubuh berkurang dan
energi yang dihasilkan juga menurut, akibatnya otot-otot akan melemah
sehingga kemampuan untuk beraktivitas akan terganggu. Shanty (2011)
8. Rasa aman cemas
Penyakit diare yang diderita bagi atau anak dapat menyebabkan
kecemasan baik pada anak maupun orang tua. Terutama pada orang tua
karena kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang didiare anaknya.
Shanty (2011).
20
2.10 ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS
2.10.1 Pengkajian
a. Pengumpulan data
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
nomor register, diagnosa medis, dan tanggal MRS.
2. Keluhan utama
Klien mengeluh BAB cair lebih dari 3 kali yang mendadak dan
berlangsung singkat dalam beberapa jam kadang disertai muntah.
8. Riwayat nutrisi
Meliputi pemberian ASI dan makanan tambahan serta jenis makanan
tambahan yang diberikan.
21
9. Pola-pola fungsi kesehatan
Pola Eliminasi urin.
Biasanya pada diare eliminasnya normal (ringan), oliguri
(sedang), anuria (berat).
Kebutuhan cairan
Dewasa = 2cc/kg.BB/jam
Anak = 10 kg 1 = 4cc/kg. BB/Jam
10 kg 2 = 2cc/kg.BB/jam
Selebihnya= 1cc/kg.BB/jam
Kebutuhan elektrolit
Input : Cairan infus, minum, air metabolik (5xBB)
Output : muntah, urine, BAB, IWL (15xBB)
Balance cairan : input-output
Pola Nutrisi dan metabolisme.
Pada klien diare akut terjadi peningkatan bising usus dan
peristaltik usus yang menyebabkan terganggunya absorbsi
makanan akibat adanya gangguan mobilitas usus. Sehingga
menimbulkan gejala seperti rasa kram pada perut, perut terasa
mual atau tidak enak dan anoreksia, maka kebutuhan nutrisi
menjadi terganggu karena asupan yang kurang.
Pola istirahat tidur.
Pada umumnya pola istirahat menjadi terganggu akibat gejala
yang ditimbulkan seperti : mendadak diare, muntah, nyeri perut,
sehingga Kx sering terjaga.
b. Pemeriksaan fisik.
1. Keadaan umum
Kesadaran (baik, gelisah, Apatis/koma), GCS, Vital sign, BB dan TB,
IMT dan IWL
22
Mata-Eye (E) Motorik (M) Verbal (V)
1. Spontan : 4 1. Sesuai perintah : 6 1. Orientasi baik : 5
2. Dengan di ajak Terhadap rasa nyeri 2. Jawaban kacau : 4
bicara :3 2. Gerakan normal : 5 3. Berkata tidak sesuai :
3. Dengan rangsangan 3. Fleksi cepat, 3
nyeri : 2 abduksi bahu (reaksi 4. Hanya mengerang : 2
4. Tidak membuka : 1 : 4) 5. Tidak ada suara :1
4. Fleksi lengan
dengan adduksi
bahu : 3
5. Ekstensi
Lengan, adduksi,
endoro tasi bahu,
pronasi lengan
bawah : 2
6. Tidak ada gerakan :
1
Tekanan Darah
Suhu Tubuh
Nadi
Pernafasan
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Darah
1. Hemoglobin ( wanita =11,5-15,5g/dL, pria = 13,5-17,5g/dL)
2. Albumin (3,5-4,5 mg/dL)
3. Hematokrit ( pria = 40-48%, wanita = 37-43%)
4. Leukosit (4000-10.000)
5. Trombosit (200.000-400.000
6. Eritrosit(pria = 4,6-6,2 jt/mm3, wanita = 4,2-5,4jt/mm3)
24
No. Analisa Data Diagnosa Keperawatan
1. Mayor : HIPOVOLEMIA
DS: -
DO: - frekuensi nadi meningkat
- Nadi teraba lemah
- Tekanan darah menurun
- Tekanan nadi menyempit
- Turgor kulit menurun
- Membran mukosa kering
- Volume urine menurun
- Hematokrit meningkat
Minor :
DS: merasa lemah, mengeluh haus
DO:
- pengisian vena menurun
- Status mental berubah
- Suhu tubuh meningkat
- Konsentrasi urine meningkat
- BB turun tiba-tiba
2. Mayor : KETIDAKSEIMBANGA
DS:- N NUTRISI KURANG
DO: - BB menurun minimal 10% DARI KEB TUBUH
dibawah rentang ideal
Minor :
DS: cepat kenyang setelah makan,
keram atau nyeri abdomen, nafsu
makan menurun
DO: - bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
25
- Membran mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin menurun
- Rambut rontok berlebihan
- Diare
1. Mayor : DIARE
DS:-
DO:- defekasi lebih dari 3x dalam 24
jam
- Feses lembek/cair
Minor :
DS: urgency, nyeri/keram abdomen
DO: - frekuensi peritalstik meningkat
- Bising usus hiperaktif
- Diare
3. Mayor: ANSIETAS
DS: - merasa bingung
- Merasa khawatir dengan akibat
dari kondisi yang dihadapi
- Sulit bekronsentrasi
DO:
- Tampak gelisah
- Tampak tegang
- Sulit tidur
Minor :
DS: - mengeluh pusing
- Anoreksia
- Palpitasi
- Merasa tidak berdaya
DO :
26
- Frekuensi nafas meningkat
- Frekuensi nadi meningkat
- TD meningkat
- Diaforesis
- Tremor
- Muka tampak pucat
- Suara bergetar
- Kontak mata buruk
- Sering berkemih
- Berorientasi pada masalalu
27
intravaskular, interstisial, dan atau Fluid management
intraseluler. Ini mengacu pada - Timbang popok/pembalut jika di
dehidrasi, kehilangan cairan saat perlukan
tanpa perubahan pada natrium - Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
Batasan Karakteristik - Monitor status hidrasi
Perubahan status mental (kelembaban membran mukosa,
Penurunan tekanan darah nadi adekuat, tekanan darah
28
- Mempertahankan urine output Pelihara IV line
sesuai dengan usia dan BB, BJ Monitor tingkat Hb dan
urine normal, HT normal. hematokrit
- Tekanan darah, nadi, suhu Monitor tanda vital
tubuh dalam batas normal. Monitor respon pasien terhadap
TD : 120/80 mmhg penambahan cairan
Suhu : 36,5-37,5 x/menit Monitor berat badan
Nadi : 60-100 x/menit Dorong pasien untuk menambah
- Tidak ada tanda-tanda intake oral
dehidrasi, elastisitas turgor kulit Pemberian cairan IV monitor
baik <2 detik, membran mukosa adanya tanda dan gejala
lembab, tidak ada rasa haus kelebihan volume cairan
yang berlebihan. Monitor adanya tanda gagal
ginjal
29
- Kurang informasi ahli gizi)
- Kurang minat pada makanan - Ajarkan pasien bagaimana
- Penurunan berat badan dengan membuat catatan makanan harian.
30
dengan tujuan. kekeringan jaringan konjungtiva
- BB ideal sesuai dengan TB. - Monitor kalori dan intake nutrisi
- Mampu mengidentifikasi - Catat adanya edema, hiperemik,
kebutuhan nutrisi. hipertonik papila lidah dan cavitas
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi. oral.
- Menunjukan peningkatan fungsi - Catat jika lidah berwarna
pengecapan dan menelan. magenta, scarlet
- Tidak terjadi penurunan BB.
3. Diare NIC
Definisi : Pasase feses yang lunak Diarhea Management
dan tidak berbentuk. - Evaluasi efek samping
Faktor Yang Berhubungan : pengobatan terhadap
Psikologis gastrointestinal
Ansietas - Ajarkan pasien untuk
Tingkat stres tinggi menggunakan obat antidiare
- Instruksikan pasien / keluarga
untuk mencatat warna, jumlah,
frekuensi dan konsistensi dari
Situasional feses
Efek samping obat - Evaluasi intake makanan yang
PenyaIah gunaan alkohol masuk
Kontaminan - Identifikasi faktor penyebab dari
Penyalahgunaan laksatif diare
Radiasi, Toksin - Monitor tanda dan gejala diare
Melakukan perjalanan - Observasi turgor kulit secara rutin
Slang makan - Ukur diare/ keluaran BAB
Fisiologis - Hubungi dokter jika ada kenaikan
Proses infeksi dan parasit bising usus
Inflamasi dan Iritasi - Instruksikan pasien untuk makan
Malabsorbsi rendah serat, tinggi protein dan
Kriteria Hasil tinggi kalori jika memungkinkan
- Feses berbentuk, BAB sehari - Instruksikan untuk menghindari
31
sekali-3 hari. laksative
- Menjaga daerah sekitar rectal dari - Ajarkan tehnik menurunkan stress
iritasi. - Monitor persiapan makanan yang
- Tidak mengalami diare. aman
- Menjelaskan penyebab diare dan
rasional tindakan.
- Mempertahankan turgor kulit< 2
detik
- Bising usus 5-32x/mnt
4. Ansietas Intervensi Keperawatan :
Definsi : Perasaan tidak nyaman NIC
atau kekawatiran yang Samar Anxiety Reduction (penurunan
disertai respon autonom (sumber kecemasan)
sering kali tidak spesifik atau tidak - Gunakan pendekatan yang
diketahui oleh individu); perasaan menenangkan
takut yang disebabkan oleh - Nyatakan dengan jelas harapan
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini terhadap pelaku pasien
merupakan isyarat kewaspadaan - Jelaskan semua prosedur dan apa
yang memperingatkan individu akan yang dirasakan selama prosedur
adanya bahaya dan kemampuan - Pahami prespektif pasien terhadap
individu untuk bertindak situasi stres
menghadapi ancaman. - Temani pasien untuk memberikan
Batasan Karakteristik keamanan dan mengurangi takut
Perilaku : - Dorong keluarga untuk menemani
- Penurunan produktivitas anak
- Gerakan yang ireleven - Lakukan back / neck rub
- Gelisah - Dengarkan dengan penuh
- Melihat sepintas perhatian
- Insomnia - Identifikasi tingkat kecemasan
- Kontak mata yang buruk - Bantu pasien mengenal situasi
- Mengekspresikan kekawatiran yang menimbulkan kecemasan
karena perubahan dalam peristiwa - Dorong pasien untuk
32
hidup mengungkapkan perasaan,
- Agitasi ketakutan, persepsi
- Mengintai - Instruksikan pasien menggunakan
- Tampak waspada teknik relaksasi
Affektif : - Berikan obat untuk mengurangi
- Gelisah, Distres kecemasan
- Kesedihan yang mendalam
- Ketakutan
- Perasaan tidak adekuat
- Berfokus pada diri sendiri
- Peningkatan kewaspadaan
- Iritabihtas
- Gugup senang beniebihan
- Rasa nyeri yang meningkatkan
ketidakberdayaan
- Peningkatan rasa ketidak
berdayaan yang persisten
- Bingung, Menyesal
- Ragu/tidak percaya diri
- Khawatir
Fisiologis :
- Wajah tegang, Tremor tangan
- Peningkatan keringat
- Peningkatan ketegangan
- Gemetar, Tremor
- Suara bergetar
Simpatik :
- Anoreksia
- Eksitasi kardiovaskular
- Diare, Mulut kering
- Wajah merah
- Jantung berdebar-debar
33
- Peningkatan tekanan darah
- Peningkatan denyut nadi
- Peningkatan reflek
- Peningkatan frekwensi pernapasan
- Pupil melebar
- Kesulitan bernapas
- Vasokontriksi superfisial
- Lemah, Kedutan pada otot
Parasimpatik :
- Nyeri abdomen
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan denyut nadi
- Diare, Mual, Vertigo
- Letih, Ganguan tidur
- Kesemutan pada ekstremitas
- Sering berkemih
- Anyang-anyangan
- Dorongan cegera berkemih
Kognitif :
- Menyadari gejala fisiologis
- Bloking fikiran, Konfusi
- Penurunan lapang persepsi
- KesuIitan berkonsentrasi
- Penurunan kemampuan belajar
- Penurunan kemampuan untuk
memecahkan masalah
- Ketakutan terhadap konsekwensi
yang tidak spesifik
- Lupa, Gangguan perhatian
- Khawatir, Melamun
- Cenderung menyalahkan orang
lain.
34
Faktor Yang Berhubungan :
- Perubahan dalam (status ekonomi,
lingkungan,status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, status
peran)
- Pemajanan toksin
- Terkait keluarga
- Herediter
- Infeksi/kontaminan interpersonal
Kriteria Hasil :
- Klien mampu mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala cemas.
- Mengidentifikasi, mengungkapkan
dan menunjukan tehnik untuk
mengontrol cemas.
- Vital sign dalam batas normal.
TD : 120/80 mmhg
Suhu : 36,5-37,5 x/menit
Nadi : 60-100 x/menit
- Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukan berkurangnya
kecemasan.
2.10.5 IMPLEMENTASI
Implmentasi adalah realita dari tindakan yang telah ditentukan dan
diuraikan sesuai denga prioritas masalah. Hal ini disesuaikan dengan kondisi,
kebutuhan, sumberdaya, fasilitas yang ada pada saat dilakukan tindakan
keperawatan.
2.10.6 Evaluasi
35
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan sebagai
pengukuran dari keberhasilan rencana tindakan keperawatan.Evaluasi
dikatakan berhasil jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan
standrt yang telah ditetapkan.
36
BAB III
TINJAUAN KHASUS
Pasien baru An. R(2,5 tahun) rawat inap di ruang anak nusa indah RS. Dr.
Soepraoen malang dengan gastroenteritis. Ibu klien menyatakan anaknya diare
sudah 4x dan sering minta minum sedikit-sedikit. Anak tampak rewel dan
menangis, dan tampak lemah. Hasil pengkajian menunjukkan mukosa bibir anak
pucat dan kering, BAB cair warna kuning kecoklatan. Nadi 115x/mnt, RR
32x/mnt, suhu 37,5c.
A. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : An. R…………….. No.RM
:2123xxx…...………
Usia : 2,5 tahun….….. Tgl. Masuk :1 maret 2017……
Jenis Kelamin : perempuan…… Tgl. Pengkajian : 2 maret 2017.....
Alamat : jl. S. Suprapto... Sumber Informasi :orang tua……...
Nama orang tua : Ny. H................………………………….
Pekerjaan : Ibu rumah tangga…….……………….
Pendidikan : SMA…………………………………………..
Agama : Islam………………………………………...
Suku : Jawa………………………………………….
Diagnosa Medis : Gastroenteritis………….....
……………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………
………………………………...……………………...
…………………………………………………………………………………
…..
…………………………………...……………………………………………...
B. Status Kesehatan Saat Ini
37
C. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Klien datang bersama keluarganya tanggal 1 Maret 2017. Pada saat
pengkajian tanggal 2 Maret 2017 pukul 09.00 ibu klien mengatakan anaknya
BAB cair > 4 x sehari selama + 2 minggu yang lalu, sebelumnya klien pernah
mendapatkan perawatan di Rumah Sakit lain + 2 minggu hingga keadaannya
mulai membaik, namun setelah pulang kerumah, karena merasa kondisi
anaknya sudah membaik anaknya sempat minum es sehingga ibu klien
mengatakan anaknya kembali mengalami BAB cair, disertai perut kembung,
menurut ibu klien anaknya sering nyeri daerah perut ditandai anaknya
mengerang dan rewel. Skala nyeri 6 (0-10).
D. Riwayat Kesehatan Dahulu
1. Penyakit Yang Pernah Dialami
a. Kecelakaan (Jenis &waktu) Tidak ada
b. Operasi (Jenis &waktu) Tidak ada
c. Penyakit :
Kronis : Tidak ada
Akut : Tidak ada
d. Terakhir masuk RS : Tidak ada
2. Alergi (obat, makanan, plester, dll) :Tidak ada
3. Imunisasi
(v)BCG (v)Hepatitis
(v)Polio ()Campak
(v)DPT ( )……………
4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Saat hamil, ibu rutin memeriksakan kandungan setiap 1 bulan sekali, anak
lahir di bidan dengan normal.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien merupakan anak ke-2 dan menurut ibu klien, tidak ada anggota
keluarga yang sedang menderita penyakit serupa dengan klien dan tidak ada
riwayat penyakit keturunan seperti Diabetes Melitus atau Hipertensi.
38
F. Genogram
An.R
2,5 tahun
: Laki-laki GEA
: Perempuan
X : meninggal
: tinggal serumah
: Pasien
: Garis pernikahan
G. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
Kebersihan - -
Bahaya Kecelakaan - -
Polusi - -
Ventilasi - -
Pencahayaan - -
39
H. Pola Aktivitas – Latihan
Jenis Rumah Rumah sakit
Sebelum sakit Sesudah sakit
Makan minum 2 2 2
Mandi 2 2 2
Berpakaian/berdandan 2 2 2
Toileting 2 2 2
Mobilitas di tempat tidur 2 2 2
Berpindah 2 2 2
Berjalan 2 2 2
Naik tangga 2 2 2
Pemberian skor : 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu 1 orang, 3 =
dibantu>1 orang, 4 = tidak mampu
J. Pola Eliminasi
Rumah Rumah sakit
BAB -
Frekuensi/pola 1x/hari >3x/hari
Konsistensi Lembek Cair
Warna & bau Warna kuning,bau khas Warna kuning, bau khas
40
feses feses
Kesulitan Tidak ada Tidak bisa mengontrol BAB
karena diare
Upaya mengatasi Tidak ada Mengkonsumsi obat warung
BAK
Frekuensi/pola 3x/hari 3x/hari
Konsistensi Cair Cair
Warna & bau Kuning bening, bau khas Kuning bening, bau khas
urin urin
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
41
Penggunaan odol Ya Ya
Ganti baju : frekuensi 2x/hatri 1x/hari
Potong kuku : frekuensi 1x/minggu Belum potong kuku
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Upaya yg dilakukan Tidak ada Tidak ada
42
Anak dapat berdiri dengan 1 keterlambatan dalam
kaki selama 5 detik perkembangan motorik
Anak mampu berdiri dengan kasar.
1 kaki dalam 6 detik
N. Pola Komunikasi
1. Bicara ( ) Normal ( ) bahasa utama
( ) Tidak jelas ( ) bahasa daerah
( ) bicara berputar putar ( ) rentang perhatian
( ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain ( ) afek
O. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran :CM
3. Tanda tanda vital :
Tekanan Darah : ………………-……………………Suhu : 37,5 c.
Nadi : 115 x/mnt……....………………. RR : 32x/mnt.
4. Tinggi Badan : 92Cm Berat Badan : 12kg
5. Kepala & Leher
a. Kepala : Normal
b. Mata : Normal
c. Hidung
d. Bentuk : normal
e. Warna : sawo matang.
f. Pembengkakan : tidak ada
g. Nyeri tekan : tidak ada
h. Perdarahan : tidak ada.
i. Sinus : tidak ada.
6. Mulut & Tenggorokan
a. Warna bibir : pucat .
b. Mukosa : kering.
c. Ulkus : tidak ada .
d. Lesi : tidak ada.
43
e. Massa : tidak ada
f. Warna lidah : putih.
g. Perdarahan gusi : tidak ada.
h. Karies : tidak ada.
i. Gangguan bicara :tidak ada .
7. Telinga
a. Bentuk : normal.
b. Warna : sawo matang.
c. Lesi : tidak ada.
d. Massa : tidak ada.
e. Nyeri : tidak ada.
f. Nyeri tekan : tidak ada
8. Leher
a. Kekakuan : tidak ada.
b. Benjolan/massa : tidak ada
c. Vena jugularis : tidak ada .
d. Nyeri : tidak ada.
e. Nyeri tekan : tidak ada.
f. Keterbatasan gerak :tidak ada .
g. Keluhan lain : tidak ada.
9. Thorak & Dada
a. Jantung
Inspeksi : Normal
Palpasi :Normal
Perkusi : Normal
Auskultasi : Normal
b. Paru
Inspeksi :Normal.
Palpasi : Normal.
Perkusi : Normal.
Auskultasi : Normal.
10. Payudara & Ketiak
44
a. Benjolan/massa : tidak ada.
b. Bengkak : tidak ada.
c. Nyeri : tidak ada.
d. Nyeri tekan : tidak ada.
e. Kesimetrisan : simetris.
11. Punggung & Tulang Belakang
Normal, tidak ada kelainan seperti skoliosis, lordosis, kifosis dan tidak ada
nyeri tekan.
12. Abdomen
Inspeksi : Normal .
Palpasi : Normal.
Perkusi : Normal.
Auskultasi : > 5-12 x/menit
13. Genitalia & Anus
Inspeksi : Normal
Palpasi: Normal
14. Ekstremitas (kekuatan otot, kontraktur, deformitas, edema, luka, nyeri/nyeri
tekan, pergerakan)
Atas : deformitas (-) edema(-) luka(-) nyeri (-)
Bawah : deformitas (-) edema(-) luka(-) nyeri (-)
15. Sistem Neurologi 9SSP : I-XII, reflek, motorik, sensorik)
Normal.
16. Kulit & Kuku
Kulit : (warna, lesi, turgor, jaringan parut, suhu, tekstur, diaphoresis)
Sawo matang, lesi (-) turgor , 2 dtk, tidak ada jaringan parut, 36,5 ̊c, Kuku :
(warna, lesi, bentuk, CRT)
Normal, lesi (-) , bentuk normal, CRT < 2 dtk.
45
PEMERIKSAAN HASIL NILAI Keterangan
PEMERIKSAAN SATUAN NORMAL
§ HEMATOLOG
I 10,5 g/ dl P: 12-16; L:14- Menurun
HGB, 30,8 % 18 Menurun
Hemoglobin 9,4 10^3/ul P: 35-45; L:40- Normal
HCT, Hematokrit 50
WBC, leukosit 338 10^3/ul Dws : 5,0-10,0 Normal
Bayi : 7,0-17,0
PLT, Trombosit 100 Mg/dl 150-350 Normal
46
2. Injeksi Novalgin 3x1 amp (metampiron 500 mg/ml) : Golongan
Analgesik
3. Injeksi Ulsikur 3x1 amp (simetidina 200mg/ 2ml) : Antasida dan Ulkus
4. Injeksi Cefotaxime 3x1 amp (sefotaksim 500mg/ml) : Antibiotik.
e. Kesimpulan
..........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
f. Perencanaan Pulang
a. Tujuan Pulang
b. Transportasi pulang.
c. Dukungan keluarga.
d. Antisipasi bantuan biaya setelah pulang.
e. Antisipasi masalah perawatan diri setelah pulang.
f. Pengobatan.
g. Rawat jalan ke.
h. Hal hal yang perlu diperhatikan di rumah.
i. Keterangan lain
……………………
47
B. Analisa Data
48
kebutuhan
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan output
yang berlebihan.
2. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu
makan menurun.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
49
₋ Berat badan mengalami
perubahan
50
₋ Tidak terjadi ₋ Ajarkan pasien
penurunan berat badan bagaimana membuat
yang berarti catatan makanan
harian.
₋ Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
₋ Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
₋ Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
₋ Nutrition
Monitoring
₋ BB pasien dalam
batas normal
₋ Monitor adanya
penurunan berat
badan
₋ Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
₋ Monitor interaksi
anak atau orangtua
selama makan
₋ Monitor lingkungan
selama makan
₋ Jadwalkan
pengobatan dan
perubahan
51
pigmentasi
₋ Monitor turgor kulit
₋ Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
₋ Monitor mual dan
muntah
₋ Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
₋ Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
₋ Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
₋ Monitor kalori dan
intake nutrisi
₋ Catat adanya edema,
hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
₋ Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
52
53
BAB IV
PEBAHASAN
4.1 Pengkajian
Dalam konsep askep dan tinjauan teori pada dasarnya terlihat sama, terdiri
dari pengkajian biodata, riwayat keluarga, keluhan utama, dan pemeriksaan secara
head to toe
4.2 Diagnosa
Pada konsep askep Diagnosa keperawatan menurut NANDA NIC-NOC yang
muncul ada 4, dan di dalam tinjauan teori diagnosa keperawatan sesuai dengan
kasus pasien yang dialami
4.3 Intervensi
Rencana tindakan konsep askep dan tinjuan teori tidak ada perbedaan.
54
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala
diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatann
suhu tubuh. Penyebabnya terjadi karena tiga faktor berikut:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan akibat utama
penyebab diare pada anak. Meliputi infeksi internal sebagai berikut:
1) infeksi bakteri : vibrio, ecoly, salmonella, shigella dan aeromonas
2) infeksi virus : entero virus (virus echo, virus coxsakria, poliomyelitis)
3) infeksi parasit:cacing ( ascaris, tricuris, yuris) protozoa, jamur
b. Infeksi parental : ialah infeksi diluar alat pencernaan seperti tongilitis, dan
ensefalitis
5.2 Saran
1. Dalam melakukan perawatan gastroenteritis hendaknya dengan hati-hati,
cermat dan teliti serta selalu menjaga kesterilan alat, maka mempercepat
proses penyembuhan.
2. Perawat perlu mengetahui tanda dan gejal adanya diare serta derajat
dehidrasi pada klien, perawat harus mampu mengetahui kondisi pasien
secara keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat untuk
kemampuan fungsional pasien.
55
DAFTAR PUSTAKA
56