PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%) dan terapi radiasi (2%)
(Herlan, 2001).
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi lambung
2. Untuk mengetahui pengertian dari gastritis
3. Untuk mengetahui penyebab penyakit gastritis
4. Untuk mengetahui klasifikasi gastritis
5. Untuk mengetahui patofisiologi gastritis
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis gastritis
7. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik gastritis
2
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang gastritis
9. Untuk mengetahui penatalaksaan medis gastritis
10. Untuk mengetahui komplikasi dari gastritis
11. Untuk mengetahui pencegahan gastritis
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi lambung
4
a. Kelenjar kardia berada dekat orifisium kardia. Kelenjar ini
mensekresikan mukus yang berfungsi sebagai sawar protektif.
b. Kelenjar fundus atau gastrik terletak di fundus dan pada hampir
seluruh corpus lambung. kelenjar gastrik memiliki empat tipe utama
sel meliputi :
1. Sel leher mukosa yang mensekresikan mukus yang berfungsi
sebagai sawar protektif untuk melindungi mukosa lambung dari
cedera.
2. Parietal cells mensekresikan asam hidroklorida dan faktor
intrinsik. Asam hidroklorida dapat membunuh bakteri dan
mengaktivasi pepsinogen. Faktor intrinsik yaitu suatu produk
sekretorik yang befungsi untuk absorbsi vitamin B12 di dalam
usus halus. Kekurangan faktor intrinsik akan mengakibatkan
anemia pernisiosa.
3. Chief cells mensekresikan pepsinogen yang berfungsi untuk
pencernaan protein dengan cara memecahkan ikatan asam amino
protein untuk menghasilkan peptida.
4. Endocrine cells mensekresikan gastrin yang berfungsi untuk
merangsang chief cells dan parietal cells untuk meningkatkan
sekresi getah lambung yang sangat asam.
5
B. Fisiologi lambung
a. Fungsi reservoir
b. Fungsi mencampur
Memecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan
mencampurnya dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang
mengelilingi lambung. kontraksi peristaltik diatur oleh suatu irama listrik
intrinsik dasar.
Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi fase sefalik, gastrik dan
intestinal.
6
lambung yaitu sebagai akibat melihat, mencium, memikir dan mengecap
makanan. Fase ini diperantarai seluruhnya oleh saraf vagus dan hilang
dengan vagotomi. Sinyal neurogenik yang menyebabkan fase sefalik
berasal dari corteks cerebri atau pusat nafsu makan. Impuls eferen
kemudian dihantarkan melalui saraf vagus ke lambung. Hasilnya,
kelenjar gastrik dirangsang mengeluarkan asam HCl, pepsinogen dan
menambah mukus. Fase sefalik menghasilkan sekitar 10 % dari sekresi
lambung normal yang berhubungan dengan makanan.
b. Fase gastrik dimulai saat makanan mencapai antrum pilorus. Distensi
yang terjadi pada antrum menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis
dari reseptor-reseptor pada dinding lambung. impuls tersebut berjalan
menuju medulla melalui aferen vagus dan kembali ke lambung melalui
eferen vagus ; impuls-impuls ini merangsang pelepasan hormon gastrin
dan secara langsung juga merangsang kelenjar-kelenjar lambung.
Gastrin dilepas dari antrum dan kemudian dibawa oleh aliran darah
menuju kelenjar lambung untuk merangsang sekresi. Pelepasan gastrin
juga dirangsang oleh pH alkali, garam empedu, di antrum dan terutama
oleh protein makanan dan alkohol. Gastrin adalah stimulus utama
sekresi asam hidroklorida. Fase sekresi gastrik menghasilkan lebih dari
2/3 sekresi lambung total setelah makan, sehingga merupakan bagian
terbesar dari total sekresi lambung harian yang berjumlah sekitar 2000
ml.
c. Fase intestinal dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke duodenum.
Fase sekresi lambung ini diduga sebagian besar bersifat hormonal.
Adanya protein yang telah dicerna sebagian dalam duodenum
tampaknya merangsang pelepasan gastrin usus, suatu hormon yang
menyebabkan lambung terus-menerus mensekresikan cairan lambung.
Tetapi peranan usus kecil sebagai penghambat sekresi lambung jauh
lebih besar.
Distensi usus halus menimbulkan refleks entrogastrik, diperantarai oleh
fleksus meisenterikus, saraf simpatis dan vagus, yang menghambat
sekresi dan pengosongan lambung. adanya asam (pH kurang dari 2,5),
lemak dan hasil-hasil pemecahan protein menyebabkan pengeluaran
beberapa hormon usus. Sekretin, cholecytokinin (CCK), dan peptida
penghambat gastrik, semuanya memiliki efek inti basi terhadap sekresi
lambung.
Selama periodik interdigestif (antara dua waktu pencernaan) sewaktu
pencernaan tidak terjadi dalam usus, sekresi asam klorida terus
berlangsung dengan kecepatan lambat yaitu 1 sampai 5 mEg/jam. Ini
disebut pengeluaran basal acid output (BAO) dan dapat diukur dengan
7
pemeriksaan sekresi cairan lambung selama puasa 12 jam. Sekresi
lambung normal selama periode ini terutama terdiri dari mukus dan
hanya sedikit pepsin dan asam. Tetapi rangsang emosional kuat, dapat
meningkatkan BAO melalui saraf parasimpatis (vagus) dan diduga
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tukak lambung.
8
1. Kelainan autoimun. Autoimun atrophik gastritis terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh menyerang sel sel yang sehat yang berada dalam
dinding lambung. Ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap
menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar kelenjar
penghasil asam lambung dan mengganggu produksi faktor intrinsik
(sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorpsi vitamin B-12).
Kekurangan Vitamin B-12 ini dapat mengakibatkan pernicious anemia.
Autoimun atrophik gastritis terjadi terutama pada orang tua.
2. Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka
bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok
serta pendarahan pada lambung.
3. Penggunaan kokain. Penggunaan kokain dapat merusak dinding
lambung dan menyebabkan pendarahan.
4. Penggunaan alkohol secara berlebihan. Alkohol ini dapat
mengiritasi dan mengikis mukosa pada lambung dan membuat dinding
lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun dalam kondisi
normal.
5. Pemakaian Obat penghilang nyeri secara terus-menerus. Obat
analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen
dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan
cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding
lambung. Jika pemakaian obat obat tersebut hanya sesekali maka
kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika
pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang
berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
6. Infeksi bakteri. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh
bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang
melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti
bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan. Namun diperkirakan
penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat makan
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi
H. pylori sering terjadi pada masa kanak kanak dan dapat bertahan
seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori ini
sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan
penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu
yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian
mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung.
Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan
dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan
rusak. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat asam lambung yang
9
rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker
tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari
lambung sehingga meningkatkan resiko dari kanker lambung. Tapi
sebagian besar orang yang terkena infeksi H. pylori kronis tidak
mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini
mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat sebagian
orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.
7. Crohns disease. Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan
peradangan kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang
dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung. Ketika
lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohns disease (yaitu
sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok
daripada gejala-gejala gastritis .
8. Radiasi dan kemoterapi. Gastritis akibat terapi penyinaran
menyebabkan nyeri, mual dan heartburn (rasa hangat atau rasa
terbakar di belakang tulang dada), yang terjadi karena adanya
peradangan dan kadang karena adanya tukak di lambung.Tukak bisa
menembus dinding lambung, sehingga isi lambung tumpah ke dalam
rongga perut, menyebabkan peritonitis (peradangan lapisan perut) dan
nyeri yang luar biasa. Perut tampak kaku dan keadaan ini memerlukan
tindakan pembedahan darurat. Kadang setelah terapi penyinaran,
terbentuk jaringan parut yang menyebabkan menyempitnya saluran
lambung yang menuju ke usus dua belas jari, sehingga terjadi nyeri
perut dan muntah. Penyinaran bisa merusak lapisan pelindung
lambung, sehingga bakteri bisa masuk ke dalam dinding lambung dan
menyebabkan nyeri hebat yang muncul secara tiba-tiba.
9. Refluks isi usus kedalam lambung. Membaliknya makanan yang
sudah masuk ke usus kembali ke lambung. Keadaan ini tentu saja
menggangu keseimbangan asam lambung, sehingga lama kelamaan
bisa menyebabkan gastritis.
Gastritis dapat dibagi menjadi dua (Brunner & Suddart ,2002:1062) yaitu :
1. Gastritis Akut
o Adalah peradangan (inflamasi mukosa lambung) yang
diakibatkan diet yang sembrono, alkohol, aspirin, refluk,
empedu. Gastritis akut merupakan iritasi mukosa lambung yang
sering diakibatkan karena diet yang tidak teratur. Dimana
individu makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan
10
makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung
mikroorganisme penyebab. Gastritis akut merupakan penyakit
yang sering ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh
dengan sendirinya, merupakan respon mukosa lambung
terhadap berbagai iritasi lokal. Gastritis akut di bagi menjadi 2
golongan:
o Gastritis akut eksogen (Acute Exsogenus Gastritis) : Tipe ini
biasanya di sebabkan oleh faktor dari luar. Misalkan : bahan
kimia, termis, mekanis, iritasi bakterial, alkohol, salisilat &
makan atau miniman yang panas atau yang dapat merusak
(harmful)
o Gastritis akut endogen (Acute Endogenus Gastritis) :
Disebabkan oleh mikroorganisme yang beredar melalui
pembuluh darah dan menyebabkan nekrosis pada kelenjar
lambung dan menimbulkan inflamasi. Disebabkan invasi
langsung dari bakteri piogen misalkan : Streptokokus,
stapilokokus, E. Coli.
2. Gastritis Kronik
o Adalah inflamasi yang lama yang disebabkan oleh ulkus
benigna, atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri
helicobacter pylory (H. Pylory). Gastritis Kronik dibagi
menjadi 2 yaitu :
o Gastritis Kronik Tipe A : Tipe A sering disebut dengan
Gastritis autoimun diakibatkan dari perubahan sel pariental,
yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini
dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia
pernisiosa dan terjadi pada fundus dan korpus dari lambung.
o Gastritis Kronik Tipe B : Tipe B disebut juga gastritis H.Pylori
mempengaruhi antrum dan pylorus (ujung bawah lambung
dekat duodenum). Ini dihubungkan dengan bakteri
H.pylori, faktor diet seperti minum panas atau pedas,
penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok, atau
refluks isi usus kedalam lambung.
11
tumbuh di dalam lambung yang bersifat asam, tetapi jika lambung
tidak menghasilkan asam, berbagai bakteri bisa tumbuh di
lambung.Bakteri ini bisa menyebabkan gastritis menetap atau gastritis
sementara.
2. Gastritis karena stres akut. Merupakan jenis gastritis yang paling
berat, yang disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera) yang
terjadi secara tiba-tiba.Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai
lambung, seperti yang terjadi pada luka bakar yang luas atau cedera
yang menyebabkan perdarahan hebat.
3. Gastritis erosif kronis. Merupakan akibat dari bahan iritan seperti
obat-obatan, terutama aspirin dan obat anti peradangan non-steroid
lainnya, penyakit Crohn, iinfeksi virus dan bakteri. Gastritis ini terjadi
secara perlahan pada orang-orang yang sehat, bisa disertai dengan
perdarahan atau pembentukan ulkus (borok, luka terbuka).Paling
sering terjadi pada alkoholik.
4. Gastritis karena virus atau jamur. Merupakan akibat dari virus atau
jamur. Bisa terjadi pada penderita penyakit menahun atau penderita
yang mengalami gangguan sistem kekebalan.
5. Gastritis eosinofilik. Merupakan akibat dari reaksi alergi terhadap
infestasi cacing gelang. Eosinofil (sel darah putih) terkumpul di
dinding lambung.
6. Gastritis atrofik. Merupakan akibat dari antibodi yang menyerang
lapisan lambung, sehingga lapisan lambung menjadi sangat tipis dan
kehilangan sebagian atau seluruh selnya yang menghasilkan asam dan
enzim.Keadaan ini biasanya terjadi pada usia lanjut. Gastritis ini juga
cenderung terjadi pada orang-orang yang sebagian lambungnya telah
diangkat (menjalani pembedahan gastrektomi parsial).Gastritis atrofik
bisa menyebabkan anemia pernisiosa karena mempengaruhi
penyerapan vitamin B12 dari makanan.
7. Gastritis sel plasma. Merupakan gastritis yang penyebabnya tidak
diketahui. Sel plasma (salah satu jenis sel darah putih) terkumpul di
dalam dinding lambung dan organ lainnya
12
2.5 Patofisiologi
Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif
mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung (gastritis
korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan
akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis.
13
1.1 PATHWAY
H. phylori Kafein
Obat-obatan (NISAD,
aspirin, sulfanomida
steroid, digitalis
Melekat pada epitel Me produksi
lambung bikarbonat (HCO3)
Mengganggu
pembentukan sawat
mukosa lambung
Menghancurkan Me kemampuan protek
lapisan mukosa terhadap asam
lambung
\
Erosi mukosa Pendarahan
Inflamasi
lambung
Nyeri
Mukosa lambung
epigastrium Me tonus dan
kehilangan
peristaltic lambung
integritas jaringan
Me sensori
untuk makan Refluk isi duodenum
ke lambung
Nyeri akut
Ketidakseimbangan
Muntah
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
14 Kekurangan volume
cairan
2.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada gastritis akut dan gastritis kronik (Brunner &
Suddart,2002:1062) yaitu :
1. Gastritis akut :
2. Gastritis kronik :
15
Palpasi : Menekan atau meraba bagian perut. Apakah kondisi
perutnya kembung atau sakit kalau ditekan
16
6. Pemeriksaan Feces. Tes ini memeriksa apakah ada H.Pylori dalam
feces atau tidak. Hasil yang positif dapat mengidentifikasi terjadinya
infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam
feces. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.
7. Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien
terinfeksi oleh bakteri H.Pylori atau tidak
1. gastritis akut
2. Gastritis kronis
17
Gastritis kronis Tipe B disebut juga sebagai gastritis antral karena
umumnya mengenai daerah atrium lambung dan lebih sering terjadi
dibandingkan dengan gastritis kronis Tipe A. Penyebab utama gastritis
Tipe B adalah infeksi kronis oleh Helicobater Pylory. Faktor etiologi
gastritis kronis lainya adalah asupan alcohol yang berlebihan, merokok,
dan refluks yang dapat mencetuskan terjadinya ulkus peptikum dan
karsinoma.
2.10 Komplikasi
a. Gastritis Akut
b. Gastritis Kronis
Gangguan penyerapan Vitamin B12 karena atropi lambung dan
akan terjadi anemia pernisiosa.
Gangguan penyerapan zat besi.
Penyempitan daerah fillorus.
18
Kanker lambung; biasanya terjadi pada individu usia 40 tahun
keatas dan juga pad individu yang lebih muda. Diit yang mengiritasi
biasanya adalah factor utamanya. (makanan yang diasap dan sedikit
mengkonsumsi buah dan sayur), penyakit ini timbul akibat gastritis
yang sudah kronis, anemia pernisiosa, ulkus gastrikum.
2.11 Pencegahan
19
6. Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari
penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan
terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada
menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung
acetaminophen.
20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Data Subjektif
a. Identitas pasien
Nama : Tn. G
Umur : 76 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : swasta
Agama : Islam
Status : Kawin
21
Riwayat Kesehatan
2. Data Objektif
Keadaan umum : pasien tampak lemah
Kesadaran : Composmentis.
GCS : E:4V:5M:6
Terpasang infus : Dextrose 5 % pada tangan kanan
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 90/50 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,50C
22
3. Pemeriksaan Fisik B1B6
B1 (breath) :
Inspeksi : bentuk dada normal, kedua dada bergerak simetris saat bernafas,
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada dada, vokal fremitus getaran
B2 (blood) :
B3 (brain) :
stastus mental : cara berpakaian rapi, kebersihan diri terjaga, ekspresi wajah sesuai
B4 (bladder) :
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada distensi kandung kemih
B5 (bowel) :
23
Perkusi : tympani pada area abdomen, pekak pada area hepar.
B6 (bone) :
Inspeksi : tidak ada luka, warna kulit sawo matang, turgor kulit menurun.
4.Pemeriksaan Penunjang
5. Terapi Medis
Peroral :
1. Ulcidex 2 x 1 tab
2. Dexanta syr 3 x 1
3. Kotrimoxazole 3 x 1
4. Lansoprazole 2 x 3 mg
5. Gronagion 500 gram 1 x 1
Diet lunak TKTP
24
ANALISA DATA
N : 72 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,50C
25
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
pusing
DO : Pelepasan zat bradikinin dan
- Keadaan umum tampak histamin
lemah.
Tanda-tanda vital :
Merangsang reseptor nyeri
T : 90/50 mmHg
N : 72 x/menit
Rangsangan pada thalamus
R : 20 x/menit
0
S : 36,5 C
Nyeri dipersepsikan di
cortex cerebri
Nyeri
Anoreksia
26
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
3. Ds :
Mual, muntah
27
DIAGNOSA KEPERAWATAN
28
INTERVENSI
Diagnosa Tujuan
Keperawatan Intervensi Rasionalisasi
5.tanda-tanda vital
5. Observasi tanda-tanda vital 5. Mengetahui keadaan
dalam batas
normal umum pasien
6. Menentukan tindakan,
6. Kolaborasi dalam pemberian
obat. obat dan terapi yang tepat
untuk mempercepat
proses penyembuhan
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
Inayah, Iin, 2004, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan, Edisi 1, Salemba Medika : Jakarta.
31