Anda di halaman 1dari 17

FUNGSI PENGENDALIAN

MANAJEMEN KEPERAWATAN
Disusun untuk memenuhi tugas manajemen keperawatan
Dosen Pengampu: Ns. Ari Febru Nurlaily, M.Kep

Disusun Oleh:

1. Arofi sasanti ST182006


2. Diajeng Ayu Septian W ST182011
3. Faisal Hidayatullah ST182014
4. Muhammad Damar S ST182024
5. Ndaru Syukma Putra ST182025
6. Novi Kusumaningrum ST18 2029

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019
A. Konsep Dasar dan Tujuan Pengendalian

1. Pengertian Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan. Fayol
(2008)mendefinisikan pengontrolan adalah “Pemeriksaan apakah segala sesuatu yang
terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta
prinsip-prinsip yang ditentukan”.
Tujuan pengontrolan adalah untuk mengidentifikasi kekurangan dan kesalahan
agar dapat dilakukan perbaikan. Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui
fakta yang ada, sehingga jika muncul isue dapat segera direspons dengan cepat dengan
cara duduk bersama.
Menurut Mockler ( 2004 ), pengendalian dalam manajemen adalah usaha
sistematisuntuk menetapkan standar prestasi kerja agar sesuai dengan tujuan
perencanaan, untukmendesain sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan
prestasi yangsesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan, untuk menetapkan
apakah ada deviasidan untuk mengukur signifikansinya, serta mengambil tindakan yang
diperlukan untukmemastikan bahwa sumber daya digunakan dengan cara yang efektif
dan efisien mungkin untuk mencapai tujuan.
Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas yang dilakukan
adalah sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin mutu
serta evaluasi kinerja.
2. Tujuan Pengendalian

a. Dapat mengetahui kegiatan program yang sudah dilaksanakan oleh staf dalam kurun
waktu tertentu.
b. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf yang melaksanakan
tugas
c. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya organisasi sudah digunakan
dengan tepat dan efisien
d. Dapat mengetahui faktor penyebab terjadinya penyimpangan
e. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan (reward)
3. Proses Pengendalian
Proses pengendalian yang dilakukan seorang manajer dikatakan berhasil bila
mengandung beberapa karakteristik seperti di bawah ini:
a. Menggambarkan kegiatan sebenarnya
b. Melaporkan kesalahan dengan tepat
c. Berpandangan ke depan
d. Menunjukkan kesalahan pada hal-hal yang kritis dan penting
e. Bersifat obyektif
f. Bersifat fleksibel
g. Menggambarkan pola kegiatan organisasi
h. Bersifat ekonomis
i. Bersifat mudah dimengerti
j. Menunjukkan kegiatan perbaikan
4. Sifat Pengendalian
Sifat pengendalian yang efektif dapat lebih diperinci sebagai berikut :
a. Akurat . Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat. Data yang tidak
akurat dari sistem pengendalian dapat menyebabkan organisasi mengambil tindakan
koreksi yang keliru atau bahkan menciptakan masalah yang sebenarnya tidak ada.
b. Tepat-Waktu. Informasi harus dikumpulkan, disampaikan dan dievaluasi secepatnya
bila kegiatan perbaikan harus dilakukan segera.
c. Obyektif dan menyeluruh. Informasi harus mudah dipahami dan bersifat obyektif
serta lengkap.
d. Terpusat pada titik-titik pengendalian strategik. Sistem pengawas_ anharus
memusatkan perhatian pada bidang-bidang di mana penyimpangan-penyimpangan
dari standar paling sering terjadi atauyang akan mengakibatkan kerusakan paling
fatal.
e. Realistik secara ekonomis. Biaya pelaksanaan sistem pengendalianharus lebih
rendah, atau paling tidak sama, dengan kegunaanyang diperoleh dari sistem tersebut.
f. Realistik secara organisasional. Sistem pengendalian harus cocok atau harmonis
dengan kenyataan-kenyataan organisasi.
g. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi. Informasi pengendalian harus
terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, karena (1) setiap tahap dari proses
pekerjaan dapat mempengaruhi sukses atau kegagalan keseluruhan operasi, dan (2)
informasipengendalian harus sampai pada seluruh personalia yang memerlukannya.
h. Fleksibel. Pengendalian harus mempunyai fleksibilitas untuk memberikan
tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun kesempatan dari lingkungan.
i. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional. Sistem pengendalian efektif harus
menunjukkan, baik deteksi atau deviasi dari standar, tindakan koreksi
apa yang seharusnya diambil.
j. Diterima para anggota organisasi. Sistem pengendalian harus mampu mengarahkan
pelaksanaan kerja para anggota organisasidengan mendorong perasaan otonomi,
tanggung jawab dan berprestasi.
5. Kegiatan Manajer Keperawatan pada Fungsi Pengendalian
Berikut ini adalah langkah-langkah pengendaalian/pengontrolan:
a. Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja
b. Melakukan pengukuran prestasi kerja
c. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
d. Mengambil tindakan korektif
B. Indikator Pengarahan Yang Baik Dan Indikator Pengendalian Mutu Asuhan
Keperawatan
1. Indicator Pengendalian Mutu Asuhan Keperawatan
a. Keselamatan pasien (patien safety)
Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien aman dari kejadian jatuh,ulkus
dekubitus, kesalahan pemberian obat dan cidera akibat restrain.
b. Keterbatasan perawatan diri.
Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang
harusterpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat dari tidak terpenuhinya
kebutuhan tersebut, misal penyakit kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih,
dll. Pelayanan keperawatan bermutu jika pasien terpelihara perawatan dirinya dan
bebas dari penyakit yang disebabkan oleh higiene yang buruk.
c. Kepuasan pasien
Salah satu indikator penting lainnya dari pelayanan keperawatan yang
bermutuadalah kepuasan pasien.Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap
pelayanankeperawatan tercapai bila terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga
terhadappelayanan keperawatan yang diharapkan.
d. Kecemasan
Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau perasaan tidak nyaman yang terjadi
karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Kecemasan yang masih ada
setelah intervensi keperawatan, dapat menjadi indikator klinik.
e. Kenyamanan
Rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol.
Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien merasa nyaman dan bebasdari
rasa nyeri dan menyakitkan
f. Pengetahuan
Indikator mutu lain adalah pengetahuan dimana salah satunya
diimplementasikandalam program discharge planning.Discharge planing adalah
suatu proses yang dipakai sebagai pengambilan keputusan dalam hal memenuhi
kebutuhan pasien dari suatu tempat perawatan ke tempat lainnya. Dalam
perencanaan kepulangan, pasien dapat dipindahkan kerumahnya sendiri atau
keluarga, fasilitas rehabilitasi, nursing home atau tempat tempat lain diluar rumah
sakit.
2. Keselamatan Pasien
a. Pengertian
Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat
asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman.Sistem ini mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
b. Tujuan patient safety
Tujuan “Patient safety” adalah
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit thdp pasien dan masyarakat;
3) Menurunnya KTD di RS
4) Terlaksananya program-program pencegahan shg tidak terjadi pengulangan KTD.
c. Langkah-langkah pelaksanaan patient safety
Sembilan solusi keselamatan pasien di RS (who collaborating centre for
patient safety, 2 may 2007), yaitu:
1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication
names)
2) Pastikan identifikasi pasien
3) Komunikasi secara benar saat serah terima pasienPastikan tindakan yang benar
pada sisi tubuh yang benar
4) Kendalikan cairan elektrolit pekat
5) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
6) Hindari salah kateter dan salah sambung slang
7) Gunakan alat injeksi sekali pakai
8) Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.
d. Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient Safety
Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health
Organizations, Illinois, USA, tahun 2002),yaitu:
1) Hak pasien
Standarnya adalah Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana & hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
Kriterianya adalah
a) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
b) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
c) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas
dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya
KTD
2) Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban &
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriterianya adalah:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn keterlibatan
pasien adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada system
dan mekanisme mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien.Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien
& keluarga dapat:
a) Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur
b) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
c) Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti
d) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
e) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
f) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
g) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
3) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan. Kriterianya:
a) Koordinasi pelayanan secara menyeluruh
b) Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber
daya
c) Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
d) Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
4) Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien Standarnya adalah RS harus mendesign
proses baru atau memperbaiki proses yg ada, memonitor & mengevaluasi kinerja
melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, & melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP. Kriterianya adalah
a) Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,
sesuai dengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
b) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
c) Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
d) Setiap rumah sakitharus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
5) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standarnya adalah
a) Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui penerapan “7
Langkah Menuju KP RS ”.
b) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko KP &
program mengurangi KTD.
c) Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit &
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP
d) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur, mengkaji,
& meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.
e) Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam meningkatkan
kinerja RS & KP.
Kriterianya:

a) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.


b) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden,
c) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen
darirumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi
d) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
e) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden,
f) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
g) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
antar pengelola pelayanan
h) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
i) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan
keselamatan pasien
6) Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standarnya:
a) RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
b) RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriterianya adalah
a) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien
b) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice
training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
c) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani
pasien.
7) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Standarnya:
a) RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.
b) Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.
Kriterianya adalah
a) Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen
untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan
keselamatan pasien.
b) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasiyang ada

3. Infeksi Nosokomial
Infeksi masih merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Di indonesia, infeksi merupakan
salah satu penyebab utama kematian ibu dan bayi baru lahir. Selain itu, menyebabkan
perpanjangan masa rawat inap bagi penderita.
Resiko infeksi di rumah sakit atau yang biasa dikenal dengan infeksi nosokomial.
Merupakan masalah penting di seluruh dunia. Infeksi ini terus meningkat dari 1% di
beberapa negara eropa dan amerika, sampai lebih dari 40% di asia, amerika latin dan
afrika.
Demikian sambutan menkes pada seminar sehari patient safety dan pencegahan
pengendalian infeksi, di jakarta (7/11). Acara ini diselenggarakan oleh perhimpunan
pengendalian infeksi indonesia (perdalin). Seminar diikuti perwakilan organisasi
profesi dan para dikrektur rumah sakit. Turut hadir pada acara ini, guru besar
kedokteran dan epidemiologi rumah sakit di jenewa, swiss, prof. Didier pittet dan ketua
perdalin prof. Dr. Djoko widodo.
Menkes mengatakan, orang-orang yang berada di lingkungan rumah sakit, seperti
pasien, petugas kesehatan, penunggu/pengunjung sangat berisiko terinfeksi health-care
associated infections (hais)."dengan pelaksanaan program pencegahan dan
pengendalian infeksi (ppi), permasalahan tersebut diharapkan dapat diatasi sebagai
bentuk dari patient safety," ujar menkes.
Menkes menegaskan, tujuan utama pengembangan program patient safety di rumah
sakit dan fasyankes lainnya adalah, menciptakan budaya patient safety; memperbaiki
akuntabilitas rumah sakit; menurunkan angka hais dan melakukan pencegahan agar
kejadian yang tidak diinginkan tidak terulang kembali.
Menkes menyebutkan 5 isu utama patient safety yaitu: safety untuk pasien, safety
untuk petugas kesehatan, safety untuk institusinya, safety untuk lingkungan dan safety
untuk bisnis.
"kemkes telah menetapkan kebijakan pengembangan program ppi di rs. Pengelola
rs wajib menyelenggarakan ppi serta membentuk komite dan tim ppi di rs," tambah
menkes.
Tujuan dari program ppi adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah
sakit dan fasilitas kesehatan lainnya melalui pencegahan dan pengendalian infeksi;
melindungi sumber daya manusia kesehatan dan masyarakat dari penyakit infeksi yang
berbahaya; serta menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial.
Ruang lingkup dari program ppi meliputi pencegahan infeksi, pendidikan dan
pelatihan, surveilans, dan penggunaan obat antibiotik secara rasional, terang menkes.
Menkes mengatakan, pelaksanaan peningkatan program ppi saat ini memiliki
tantangan di masa mendatang. Jumlah rumah sakit dan fasyankes sangat banyak dan
terus bertambah, serta keterbatasan sumber daya manusia yang terampil di bidang hais.
Untuk itu, perlu pelatihan pelatihan agar didapat tenaga kesehatan yang profesional dan
terampil.
4. Pasien Jatuh

a. Defenisi
Jatuh adalah Cidera Jatuh dari ketinggian tertentu ke yang lebih rendah.
b. Tujuan
1) Identifikasi pasien yang mempunyai risiko jatuh
2) Optimalisasi penggunaan asesmen jatuh untuk menentukan kategori risiko jatuh
3) Membandingkan faktor risiko intrinsik dan ekstrinsik jatuh
4) Mendeskripsikan kebutuhan akan perlunya pemahaman faktor risiko jatuh,
pencegahan,dan penanganannya dalam meningkatkan klinis dan kepuasan pasien,
serta menurunkan biaya kesehatan.
5) Memahami kunci keberhasilan Program Faktor Risiko Jatuh, Pencegahan,
danPenanganannya.
6) Memperoleh sumber daya dalam mengembangkan dan meningkatkan Program
Faktor Risiko Jatuh, Pencegahan, dan Penanganannya.
c. Faktor Risiko Jatuh

1) Riwayat jatuh sebelumnya


2) Gangguan kognitif
3) Gangguan keseimbangan, gaya berjalan, atau kekuatan
4) Gangguan mobilitas
5) Penyakit neurologi; seperti stroke dan Parkinson
6) Gangguan muskuloskeletal; seperti artritis,penggantian sendi, deformitas
7) Penyakit kronis; seperti osteoporosis, penyakit kardiovaskular, penyakit paru, dan
diabetes
8) Masalah nutrisi
9) Medikamentosa (terutama konsumsi > 4 jenis obat)
d. Mengurangi Risiko Cidera Akibat Jatuh
1) Melakukan pengkajian ulang secara berkala mengenai resiko pasien jatuh,
2) Termasuk resiko potensial yang berhubungan dengan jadwal pemberian obat serta
3) Mengambil tindakan untuk mengurangi semua resiko yang telah di
identifikasikan tersebut
e. Assessment Resiko Jatuh
1) Memonitor pasien sejak masuk
2) Memonitor dengan ketat pada pasien yang mempunyai risiko tinggi : memberikan
tanda/ alert ( sesuai warna universal )
3) Libatkan pasien atau keluarga dalam upaya pencegahan risiko jatuh
4) Laporan peristiwa pasien jatuh
f. Scoring Resiko Pasien Jatuh
Skala Humpty Dumpty
Untuk pasien anak digunakan skala Humpty Dumpty dalam table berikut:

No Parameter Kriteria Nilai Skor


1 Usia < 3 Tahun 4
3-7 Tahun 3
7-13 Tahun 2
≥ 13 Tahun 1

2 Jenis Kelamin Laki-Laki 2


Perempuan 1

3 Diagnosis Diagnosis Neurologi 4


Perubahan oksigenasi 3
(diagnosis, respiratorik,
dehidrasi, anemia, anoreksia,
S sindop, pusing dsb)
Gangguan perilaku/psikiatri 2
k Diagnosis lainnya 1
o Gangguan Kognitif Tidan menyadari keterbatasan 3
dirinya
r Lupa akan adanya keterbatasan 2
Orientasi baik terhadap diri 1
sendiri
a
Faktor Lingkungan Riwayat jatuh/bayi diletakkan 4
s ditempat tidur dewasa
Pasien menggunakan alat 3
e
Bantu/bayi diletakkan dalam
s tempat tidur bayi/perabot
rumah
m
Pasien diletakkan di tempat 2
e tidur
Area diluar rumah sakit 1
n
Pembedahan/Sedasi/A Dalam 24 Jam 3
t nastesi Dalam 48 Jam 2
> 48 Jam atau tidak menjalani 1
pembedahan/sedasi/anestesi
r Penggunaan Penggunaan multiple: sedative, 3
e Medikamentosa obat hypnosis, barbiturate,
fenotiazin, antidepresan,
s pencahar, diuretic, nakose
i Penggunaan salah satu obat 2
diatas
k Penggunaan medikasi 1
o lainnya/tidak ada medikasi
Jumlah Skor Humpty Dumpty

jatuh (skor minimum 7, skor maksimum 23


a. Skor 7-11 resiko rendah
b. Skor ≥ 12 Resiko tinggi
c. ProtokolPencegahan Pasien Jatuh Pasien Anak
1) Standar resiko rendah (Skor 7-11)
a) Orientasi ruangan
b) Posisi tempat tidur rendah dan ada remnya
c) Ada pengaman samping tempat tidur dengan 2 atau 4 sisi pengaman.
Mempunyai luas tempat tidur yang cukup untuk mencegah tangan dan kaki
atau bagian lain terjepit
d) Menggunakan alas kaki yang tidak licin untuk pasien yang dapat berjalan
e) Nilai kemampuan untuk ke kamar mandi & bantu bila dibutuhkan
f) Akses untuk menghubungi petugas kesehatan mudah dijangkau, jelaskan
kepada pasien fungsi alat tersebut
g) Lingkungan harus bebas dari peralatan yang mengandung resiko
h) Penerangan lampu harus cukup
i) Penjelasan pada pasien dan keluarga harus tersedia
j) Dokumen pencegahan pasien jatuh ini harus berada pada tempatnya
2) Standar resiko tinggi (skor>12)
a) Pakailah gelang resiko jatuh berwarna kuning
b) Terdapat tanda peringatan pasien resiko jatuh
c) Penjelasan pada pasien atau orangtuanya tentang protokol pencegahan
pasien jatuh
d) Cek pasien minimal setiap satu jam
e) Temani pasien pada saat mobilisasi
f) Tempat tidur pasien harus disesuaikan dengan perkembangan tubuh pasien
g) Pertimbangkan penempatan pasien, yang perlu diperhatikan diletakan di
dekat nurse station
h) Perbandingan pasien dengan perawat 1:3, libatkan keluarga pasien
sementara perbandingan belum memadai
i) Evaluasi terapi sesuai. Pindahkan semua peralatan yang tidak dibutuhkan
keluar ruangan.
j) Pencegahan pengamanan yang cukup, batasi di tempat tidur
k) Biarkan pintu terbuka setiap saat kecuali pada pasien yang membutuhkan
ruang isolasi
l) Tempatkan pasien pada posisi tempat tidur yang rendah kecuali pada pasien
yang ditunggu keluarga
m) Semua kegiatan yang dilakukan pada pasien harus didokumentasikan.
g. Intervensi Jatuh Standart
1) Tingkatkan observasi bantuan yang sesuai saat ambulasi.
2) Keselamatan lingkungan: hindari ruangan yang kacau balau, dekatkan bel dan
telepon, biarkan pintu terbuka, gunakan lampu malam hari serta pagar tempat
tidur.
3) Monitor kebutuhan pasien secara berkala (minimalnya tiap 2 jam): tawarkan ke
belakang(kamar kecil) secara teratur.
4) Edukasi perilaku yang lebih aman saat jatuh atau transfer
h. SOP Pemasangan Gelang Resiko Jatuh

SOP Pemasangan Gelang Resiko Jatuh

SOP No. Dokumen No.Revisi Halaman 1

I. Pengertian Proses kegiatan identifikasi pasien resiko jatuh dengan


memasang gelang yang berwarna kuning identitas resiko
jatuh pada pergelangan tangan pasien.
II. Tujuan 1. Memastikan identitas pasien resiko jatuh dengan
benar selama pasien dirawat
2. Mencegah insiden pasien jatuh selama dirawat.
III. Kebijakan
IV. Prosedur A. Persiapan Alat
1. Gelang identifikasi resiko jatuh
2. Rekam Medik pasien
3. Pengkajian resiko jatuh

B. Pelaksanaan
1. Siapkan gelang identifikasi pada pasien, pemasangan
gelang dilakukan di IDG, oleh perawat IGD/Poli rawat
jalan
2. Mengucapkan salam
“Selamat pagi/siang/malam Bapak/ibu
3. Sebutkan nama dan peran anda
“ Saya suster…(sebutkan nama), saya perawat
penanggung jawab diruangan ini “
4. Jelaskan maksud dan tujuan pemasangan gelang
5. Identifikasu resiko jatuh pada pasien
“Bapak/ibu sesuai prosedur keselamatan pasien, saya
akan memasang gelang identifikasi bapak/ibu yang
menandakan bapak/ibu beresiko jatuh, dan perawat
yang akan merawat bapak.ibu nanti mengetahui bahwa
bapak/ibu beresiko jatuh dan dapat lebih waspada
dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan
keterbatasan mobilisasi bapak/ibu sehingga dapat
mencegah jatuh selama dirawat di RS. Petugas
meminta pasien untuk menyebutkan nama, medical
record dan tanggal lahir sebelum melakukan prosedur
dengan pertanyaan terbuka, contoh: nama Bapak/Ibu
siapa?” tolong sebutkan tanggal lahir bapak?.
Perawat IGD/Poli rawat inap menuliskan Medical
Record.
6. Pasangkan gelang identifikasi pada pergelangan tangan
pasien
7. Informasikan kepada pasien/keluarga pasien, bahwa
gelang identifikasi ini harus selalu dipakai hingga
pasien tidakuntuk jatuh.
“Bapak/ibu, mohon agar gelang identifikasi resiko
jatuh ini jangan dilepaskan selama masih dalam
perawatan dirumah sakit ini sampai kondisi membaik
dan tidak beresiko untuk jatuh”
8. Ucapkan terimakasih dan sampaikan salam
9. Dokumentasikan pemasangan gelang beresiko pada
catatan keperawatan
10. Hal-hal yang perlu disampaikan
a. Pemasangan gelang tidak boleh terlalu kencang
b. Gelang dilepas apabila pasien sudah tidak beresiko
jatuh.

V.Unit terkait Instalasi Perawatan Intensif


Rawat inap
ICU
IGD

5. Dekubitus

a. Skala Braden Untuk Menilai Risiko Dekubitus


No Faktor Deskripsi Score Jmlh
1 Persepsi sensori 1. Keterbatasan penuh
2. Sangat terbatas
3. Keterbatasan ringan
4. Tidak ada gangguan
2 Kelembaban 1.Selalu lembab
2.Umumnya lembab
3.Kadang-kadang lembab
4.Jarang lembab
3 Aktivitas 1.Total di tempat tidur
2.Dapat duduk
3.Berjalan kadang-kadang
4.Dapat berjalan
4 Mobilitas 1. Tidak mampu bergerak sama
sekali
2. Sangat terbatas
3. Tidak ada masalah
4. Tanpa keterbatasan
5 Nutrisi 1. Sangat buruk
2. Kurang mencukupi
3. Mencukupi
4. Sangat baik
6 Pergeseran dan 1. Bermasalah
pergerakan 2. Potensial bermasalah
3. Keterbatasan ringan
4. Tanpa keterbatasan
Jumlah Score

C. Proses Menjaga Mutu Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat


1. Audit Internal Pelayanan Keperawatan
Audit internal merupakan suatu penilaian atas keyakinan, independen, obyektif dan
aktivitas konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan
operasi organisasi. Ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan membawa
pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan
efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian, dan tata kelola. Audit internal
adalah katalis untuk meningkatkan efektivitasorganisasi dan efisiensi dengan
memberikan wawasan dan rekomendasi berdasarkan analisis dan penilaian data dan
proses bisnis. Audit keperawatan internal dilakukan oleh organisasi profesi di dalam
institusi tempat praktik keperawatan, audit keperawatan eksternal dilakukan oleh
organisasi profesi di luar institusi.Kebijakan audit medis di Rumah Sakit didasarkan
pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
496/Menkes/SK/IV/2005 tanggal 5 April 2005 tentang Pedoman Audit Medis di RS,
sedangkan untuk audit keperawatan belum ada kebijakan yang mengatur.
Pelaksana Audit Keperawatan di Rumah Sakit :
a. Tim pelaksana dapat merupakan tim atau panitia yg dibentuk di bawah Komite
Keperawatan atau panitia khusus untuk itu à pelaksana audit keperawatan di RS
dapat dilakukan oleh Komite Keperawatan, Sub Komite (Panitia) Peningkatan Mutu
Keperawatan atau Sub Komite (Panitia) Audit Keperawatan
b. Pelaksana audit keperawatan wajib melibatkan bagian rekam keperawatan
Pelaksana audit wajib melibatkan SMF mulai dari pemilihan topik, penyusunan
standar & kriteria serta analisa hasil audit keperawatan
c. Apabila diperlukan dapat mengundang konsultan tamu atau organisasi profesi terkait
untuk melakukan analisa hasil audit keperawatan & memberikan rekomendasi
khusus
Daftar Pustaka

Thoha. M (2008) Perilaku organisasi: Konsep dasar dan aplikasinya. Cetakan ke18 , Jakarta :

PT Raja Grafindo Persada

Hasibuan,Malayu S.P. 2018.Manajemen ; Dasar,Pengertian Dan Masalah. (Edisi Revisi).Di


Terbitkan Oleh Pt Bumi Aksara

Wardani,Viera.2017.Manajemen Keselamatan Pasien.UB Press.Jalan veteran Malang

Http://www.depkes.go.id/article/print/1710/program-pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-
nosokomial-merupakan-unsur-patient-safety.htmldipublikasikan pada : senin, 07
november 2011 06:08:45

https://www.academia.edu/28783919/panduan_pengurangan_risiko_cidera_karena_pasien_ja
tuh

Anda mungkin juga menyukai