TINJAUAN TEORITIS
1.VISI
Visi yang dimaksudkan adalah perawat/ manajer keperawatan harus mempunyai
suatu pandangan dan pegetahuan yang luas tentang menejemen dan proses perubahan
yang terjadi saat ini dan yang akan datang yaitu tentang penduduk, social ekonomi, politik
yang akan berdampak terhadap pelayanan kesehatan
2. MISI
1
B. PENGORGANISASIAN
Definisi Pengorganisasi
Struktur organisasi
1. Lini
Ciri :
Hubungan antara pimpinan & bawahan masih bersifat langsung melalui satu garis
wewenang
Jumlah karyawan sedikit
Pucuk pimpinan biasanya pemilik perusahaan
Organisasi kecil
2
Keuntungan daris struktur organisasi ini adalah:
Ciri :
3
Keuntungan dari struktur organisasi ini adalah:
Adanya pembagian tugas yang jelas antara kelompok lini dan kelompok staff.
Adanya pengembangan spesialisasi untuk para anggota.
Koordinasi didalam setiap bagian dapat diterapkan dengan mudah.
Ciri :
4
Mempromosikan ketrampilan yang terspesialisasi
Mengurangi duplikasi penggunaan sumber daya yang terbatas
Memberikan kesempatan karir bagi para tenaga ahli spesialis
Lingkungan stabil
Tugas bersifat rutin dan tidak banyak perubahan terjadi
Mengutamakan efisiensi dan kapabilitas fungsional
5
C. METODE PENUGASAN KEPERAWTAN
1. Metode Fungsional
Metode fungsional merupakan pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan
yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.
Contoh : Perawat A tugasnya menyuntik, perawat B tugasnya mengukur suhu badan
klien. Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien
yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan (head nurse) bertanggung jawab dalam
pembagian tugas tersebut dan menerima laporan tentang semua klien serta menjawab
semua pertanyaan tentang klien. Orientasi pada jenis tugas tertentu. Pendekatan ini
efisien , dalam arti :
Semua jenis pekerjaan akan terkelola dan terkontrol
Waktu pengerjaan lebih singkat
Seseorang dengan jenis tugas tertentu untuk jangka waktu lama akan menjadi
sangat trampil terhadap tugas tersebut
Dibutuhkan : uraian kerja, protap jelas, kontrol terstruktur
Model ini cocok untuk keadaan darurat, tetapi kurang untuk meningkatkan mutu
askep (Gillies,1989; Tomey,1992).Metode pemberian asuhan keperawatan fungsional
pertamakalinya berkembang pada saat perang dunia ke II.
Keuntungan:
Perawat terampil untuk tugas /pekerjaan tertentu.
Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas
6
Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang
praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kerugian
Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau total sehingga proses keperawatan sulit
dilakukan.
Apabila pekerjaan selesai cenderung meninggalkan klien dan melakukan tugasnon
keperawatan.
Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai dan sulit diidentifikasi kontribusinya
terhadap pelayanan.
Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai keterampilan saja.
7
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/ketua
tim. Selain itu ketua tim bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota grup/tim.
Sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta
membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan.
Selanjutnya ketua tim yang melaporkan pada kepala ruangan tentang kemajuan
pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien.
8
Beberapa keuntungan dan kerugian metode keperawatan tim dapat dilihat sebagai
berikut:
Keuntungan
Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
Memungkinkan pencapaian proses keperawatan
Konflik atau perbedaan pendapat antar staf daapt ditekan melalui rapat tim cara ini
efektif untuk belajar.
Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda dengan
aman dan efektif.
Kerugian
Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau
terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi dan koordinasi antar
anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat.
Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
Akuntabilitas dalam tim kabur
a. ketua tim diberikan pada perawat profesional dan harus mampu menggunakan
berbagai tehnik kepemimpinan, manajemen dan komunikasi efektif.
b. Ketua tim harus dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan,
supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan.
c. Komunikasi yang efektif penting untuk menjamin kontinuitas rencana perawatan.
Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan
d. Melalui berbagai cara terutama melalui rencana perawatan tertulis yang merupakan
pedoman pelaksanaan asuhan, supervisi dan evaluasi.
9
e. Anggota tim harus menerima dan menghargai kepemimpinan ketua tim. Ketua tim
membantu anggotanya untuk memahami dan melakukan tugas sesuai dengan
kemampuan mereka.
3. Metode kasus
Metode ini adalah suatu penugasan yang diberikan kepada perawat untuk
memberikan asuhan secara total terhadap seorang atau sekelompok klien.
Berpusat pada client/pasien
Perawat bertanggung jawab untuk melakukan asuhan secara komprehensif
terhadap satu atau sekelompok pasien pada shift dinas tertentu
Secara konsisten pasien dilayani oleh perawat yang sama dalam satu
periode/shift dinas
Dibutuhkan level kompetensi yang tinggi dari pelaksana asuhan
10
4. Metode keperawatan primer/utama (Primary Nursing)
11
Keuntungan
Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif
Memungkinkan penerapan proses keperawatan
Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan
Kerugian
Metode
12
Keuntungan dan Kerugian
Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode keperawatan primer.
Semua metode di atas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi ruangan.
Jumlah staf yang ada harus berimbang sesuai dengan yang telah dibahas pembicara
yang sebelumnya. Selain itu kategori pendidikan tenaga yang ada perlu diperhatikan
sesuai dengan kondisi ketenagaan yang ada saat ini di Indonesia
Khususnya di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo metode tim lebih
memungkinkan untuk digunakan, selain itu menurut organisasi rumah sakit
Amerika bahwa dari hasil penelitian dinyatakan 33% rumah sakit menggunakan
metode Tim, 25% perawatan total/alokasi klien, 15% perawatan primer dan 12%
metode fungsional (Kron & Gray, 1987).
13
BAB II
HASIL
A. VISI
Menjadi ruang perawatan yang aman dan nyaman dengan pemberian asuhan
keperawatan holistic dan berkelanjutan
B. MISI
1. Meningkatkan kebersihan dan kerapian ruangan
2. Melindungi pasien, pengunjung dan tenaga medis dari resiko infeksi
nosocomial (INOS)
3. Meningkatkan Komunikasi Terapiutik dalam pemberian asuhan keperawatan
4. Memberikan asuhan kepaerawatan yanag optimal dari tahap Prainteraksi,
Interaksi, Terminal dan Dokumentasi
5. Mengutamakan kepentingan pasien
14
C. STUKTUR ORGANISASI
KEPALA IRNA
Irfan Maulana S.Kep
Ns. M.Kep
KEPALA RUANGAN
Hj. Asih Dwi M. S.Kep.
Ns
ASISTEN TENAGA ADMINISTRA
KETUA TIM 2 KETUA TIM 3 KESEHATAN
KETUA TIM 1 SI
Sri Lestari Erythrina Siti Aqobah
M. Fadli Siti Aisyah
Handayani Nirmalasari
15
D. METODE PENUGASAN KEPERAWATAN
Berdasarkan hasil wawancara ruangan Ar-Raudah RS Ratu Zalecha Martapura
pada tanggal 12 Desember 2017, bahwa diruangan tersebut mengetahui tentang
pengertian metode peungasan keperawatan yang digunakan diruangan Ar- Raudah
.Kepala ruangan Ar-Raudah RS Ratu Zalecha Martapura mengatakan bahwa ada dan
terdapat metode penugasan di dalam ruangannya. Metode penugasan yang digunakan di
ruang Ar-Raudah adalah menggunakan metode TIM, Metode penugasan TIM yang
digunakan diruang Ar-RAudah berjalan dengan baik dan dapat memfasilitasi dengan
pembagian tim yang ada. Setiap perawat bekerja sesuai timnya, bertanggung jawab penuh
atas pasien di masing – masing timnya, sehingga asuhan keperawatan lebih optimal dan
lebih fokus pada pasien di masing – masing timnya , di dalam metode penugasan TIM di
Ar- Raudah pun juga ada pencapaian, yaitu asuhan keperawatan terlaksana dengan baik
dan pencapaian dalam implementasi keperawatan yang optimal , dan pada saat ketika
terjadi perbedaan pendapat/konflik antara staf, katim yang akan pertama kali turun tangan
untuk mengatasi/mengambil keputusan – keputusan yang biasanya mengakibatkan
konflik, tetapi jika masih tidak terselesaikan karu yang akan turun tangan langsung
dengan tujuan tercipta adanya kekompakkan anggota tim dalam hubungan interpersonal
yang diharapkan dapat memberi kepuasan pada anggota masing – masing tim dan
diharapkan dapat menyatukan kemampuan anggota dengan metode penugasan tim.
Adanya hubungan yang terjalin baik antara pasien & perawat pun juga diharapkan
dapat memberikan kepuasan bisa dalam fasilitas pelayanan keperawatan yang diberikan
maupun pencapaian proses keperawatan, di dalam metode penugasan TIM pun dilakukan
secara produktif yang sampai Sejauh ini staf dari anggota masing – masing tim selalu
bekerja sama dengan baik serta Komunikasi antar anggota staf berjalan dengan baik ,
Staf/anggota tim pun juga selalu mengutamakan sikap/ bertindak sesuai dengan moral.
Dikarenakan Ar-Raudah terdapat 2 ruangan perawatan inap, yaitu saraf dan THT mata
jadi, tim yang ada dibagi dengan pembagian yang jelas. Yaitu Tim yang ada di ruang Ar-
Raudah berjumlah 3 tim, jadi 2 tim ditugaskan diruang saraf dengan jumlah anggota
masing – masing (1 ketua tim dan 5 anggota tim/perawat pelaksana), dan diruang THT
mata terdapat 1 tim dengan anggota 1 ketua tim dan 8 perawat pelaksana dan selalu
terdapat serah terima tugas di ruang Ar-Raudah.
16
BAB III
PEMBAHASAN DAN SOLUSI
A. PEMBAHASAN
1) VISI
2) MISI
17
3) PENGORGANISASIAN
Cara pengorganisasian yang digunakan oleh ruangan Ar- Rudah RS Ratu Zalecha
Martapura tersebut yaitu MPKP yang dapat diartikan sebagai suatu system ( struktur,
proses dan nilai-nilai professional ) yang memungkinkan perawat professional mengatur
pemberian asuhan keperawatan.Sedangkan dalam teori pengorganisasian adalah
keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas, tugas, kewenangan dan
tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan
18
Selanjutnya ketua tim yang melaporkan pada kepala ruangan tentang kemajuan
pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien.
B. SOLUSI
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Melanjutkan manajemen keperawatan yang telah terlaksana dengan baik mengenai Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MPKP)
b. Melaksanakan fungsi pengawasan dan evaluasi secara lebih terpadu dengan melibatkan
lintas program dan bidang keperawatan sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan
20
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI (1998), National Strategic Plan of Action for Nursing and Midwifery Workforce
Development, POKJA Keperawatan dan Kebidanan, Jakarta
Depkes RI (2005), Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik Perawat dan Bidan, Direktorat
Pelayanan Keperawatan Direktorat Jendral Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI & FK-UGM (2008), Evaluasi Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik Perawat dan
Bidan di 2 provinsi, Direktorat Pelayanan Keperawatan Direktorat Jendral Pelayanan Medik
Depkes RI, Jakarta.
Gillies (1994). Nursing management: A system approach. (third edition). Philadelphia: WB.
Saunders.
Marquis, B.L. & Huston, C., J. (1998). Management decision making for nurses: 124 case
studies. (3rd edition). Philadelphia: Lippincott
Marquis, B.L. & Huston, C., J. (2002). Leadership roles and management function in nursing:
Theory & application. (3rd ed.). Philadelphia: Lippincott
Swansburg, R.C. & Swansburg, R.J. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan. Untuk Perawat Klinis. Alih Bahasa Samba.Suharyati. EGC. Jakarta
21