Dosen :
Dr. Hasnawati Amqam, SKM, M.Sc
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
NAMA NIM
RINA K022202008
ZULKARNAIN WAHID K022202009
DANGKENG
REZKI TRI WAHYUNI S K022202017
RAHMI ISLAMIANA HERI K022202018
IRWANTO I L K022202012
AHMAD FAJRI K022202013
ARDIANSYAH K022202014
ASVIKA ANIS ANW K022202022
i
2021
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN……...................................................................1
A. Latar Belakang….........................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................3
C. Tujuan..........................................................................................3
A. Pengertian……………...............................................................4
iii
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................29
LAMPIRAN………..................................................................................30
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit menurut WHO (1957) adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial
dan kesehatan yang berfungsi menyediakan pelayanan kesehatan paripurna (komprehensif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat
serta pelayanan rawat jalan yang diberikannya guna menjangkau keluarga di rumah. Rumah
Sakit juga merupakan pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan serta pusat penelitian
biososial. Peningkatan pembangunan dan perkembangan rumah sakit terjadi di seluruh
pelosok tanah air guna mengimbangi kebutuhan di bidang kesehatan yang semakin
meningkat.
Rumah sakit sebagai bagian dari industri kesehatan berperan dalam meningkatkan
kesehatan sehingga memberikan dampak positif pada kualitas kehidupan yang baik. Di sisi
lain, kondisi lingkungan rumah sakit memiliki potensi sebagai sumber pencemaran penyakit
paling besar terhadap lingkungan di sekitarnya. Di dalam rumah sakit terdapat banyak
pasien dengan berbagai keluhan penyakit, pekerja rumah sakit dan pengunjung dengan
kondisi yang sehat dan berisiko terpapar penyakit yang berasal dari rumah sakit. Kondisi ini
menyebabkan pengelolaan lingkungan rumah sakit sebagai bisnis tidak dapat disamakan
dengan bisnis lain. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan fungsi pelayanan kesehatan
secara optimal maka rumah sakit wajib memenuhi indikator pengelolaan lingkungan.
Pengelolaan rumah sakit berkaitan erat dengan dampak lingkungan dari limbah
medis dan non medis, penggunaan material ramah lingkungan dan efisiensi penggunaan
sumber daya. Selain itu lingkungan area rumah sakit seperti air bersih, udara yang bersih,
penerangan dan sanitasi yang baik menjadi faktor pendukung kesehatan baik bagi pekerja
rumah sakit, pasien dan keluarga pasien yang datang ke rumah sakit. Konsep Green
Hospital muncul untuk memenuhi indikator pengelolaan lingkungan rumah sakit.
Lingkungan rumah sakit yang sehat akan memberikan dampak bagi lingkungan sekitar dan
masyarakat luas sehingga penerapan Green Hospital penting dalam peningkatan kualitas
layanan kesehatan.Di sisi lain masyarakat semakin menyadari bahwa jaminan kenyamanan
dan keamanan lingkungan selama berinteraksi di lingkungan rumah sakit merupakan bagian
1
pelayanan yang prima di rumah sakit. Penerapan Green Hospital yang baik akan
berpengaruh kepada kepuasan pelanggan di rumah sakit. Perubahan rumah sakit menuju
konsep ramah lingkungan ini dapat dilakukan untuk memenuhi kepentingan aspek
kesehatan, lingkungan hidup, ekonomi, sosial budaya dan produktivitas.
Saat ini konsep Green Hospital sendiri telah berkembang menjadi fenomena yang
baru (Phenomene) dalam manajemen rumah sakit. Rumah Sakit sebagai bagian dari satu
kesatuan ekosistem lingkungan menjadi bertanggung jawab secara langsung atas
keberlanjutan kualitas lingkungan dan secara tidak langsung terhadap pemanfaatan atas
hasil-hasil sumber daya alam, karena rumah sakit termasuk konsumen besar dalam
pemanfaatan sumber daya alam.
Green hospital, sebenarnya merupakan bagian dari suatu gerakan global secara
umum yang dikenal dengan Green building. Konsep Green building itu sendiri mulai
berkembang sejak tahun 1970. Saat itu, masyarakat prihatin akan perubahan kondisi
lingkungan, sehingga menjadi ramai dibicarakan. Perubahan tersebut diantaranya
disebabkan oleh kontribusi negatif bangunan terhadap lingkungan, seperti pengeluaran
limbah, konsumsi energi listrik, konsumsi air dan emisi jejak karbon (gas rumah kaca) yang
pada akhirnya menimbulkan kondisi pemanasan global. Berikut adalah gambar kontribusi
negatif bangunan terhadap lingkungan.
Di Indonesia, dari hasil kajian terhadap 100 rumah sakit di Jawa dan Bali menunjuk
kan rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 kg per tempat tidur per hari. Sedangkan produksi
2
limbah cair sebesar 416,8 liter per tempat tidur per hari. Diperkirakan secara nasional,
produksi limbah padat RS sebesar 376.089 ton perhari dan produksi air limbah sebesar
48.985,70 ton per hari. Dari gambaran tersebut terlihat betapa besar potensi RS untuk
mencemari lingkungan dan kemungkinannya menimbulkan kecelakaan serta penularan
penyakit (Alamsyah,2007).
B. Rumusan Makalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas, yaitu :
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Green Hospital ?
2. Bagaimana Prinsip Green Hospital ?
3. Bagaimana Konsep Green Hospital Di Rumah Sakit Indonesia?
4. Bagaimana Sasaran Green Hospital ?
5. Ruang Lingkup Green Hospital ?
6. Bagaimana Element Implementasi Green Hospital ?
7. Bagaimana Penerapan Green Hospital Di Rumah Sakit?
8. Bagaimana Tahap Implementasi Green Hospital?
9. Apa Manfaat Implementasi Green Hospital?
10. Bagaimana Upaya Dan Peran Aktif Rumah Sakit Dalam Pengelolaan Lingkungan?
11. Bagaimana Monitoring Dan Evaluasi Pada Penerapan Konsep Green Hospital?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan pembuatan makalah berdasarkan latar belakang di atas, yaitu :
1. Mengetahui Tentang Pengertian Green Hospital
2. Mengetahui Tentang Prinsip Green Hospital
3. Mengetahui Tentang Konsep Green Hospital Di Rumah Sakit Indonesia
4. Mengetahui Tentang Sasaran Green Hospital
5. Mengetahui Tentang Ruang Lingkup Green Hospital
6. Mengetahui Tentang Element Implementasi Green Hospital
7. Mengetahui Tentang Penerapan Green Hospital Di Rumah Sakit
8. Mengetahui Tentang Tahap Implementasi Green Hospital
9. Mengetahui Tentang Manfaat Implementasi Green Hospital
10. Mengetahui Tentang Upaya Dan Peran Aktif Rumah Sakit Dalam Pengelolaan
Lingkungan
3
11. Mengetahui Tentang Monitoring Dan Evaluasi Pada Penerapan Konsep Green
Hospital
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Menurut Indian Green Building Council (2012), Green Hospital didefinisikan
sebagai rumah yang meningkatkan kesejahteraan pasien, membantu proses penyembuhan,
sambil memanfaatkan sumber daya alam dengan cara yang ramah lingkungan yang efisien.
Menurut Healthcare Without Harm (2011), rumah sakit yang ramah lingkungan dan sehat
adalah yang mempromosikan kesehatan masyarakat dengan terus mengurangi dampak
lingkungannya dan akhirnya menghilangkan kontribusinya sebagai penyebab penyakit.
Rumah sakit yang ramah lingkungan dan sehat memahami hubungan antara kesehatan
manusia dan lingkungan dan menunjukkan pemahaman tersebut melalui tata kelola, strategi
dan operasinya untuk mendorong kesehatan lingkungan masyarakat, kesetaraan kesehatan
dan ekonomi hijau. Menurut Pedoman Rumah Sakit Ramah Lingkungan (Green Hospital) di
Indonesia (2018), Green Hospital adalah rumah sakit yang didesain, dibangun/direnovasi
dan dioperasikan serta dipelihara dengan mempertimbangkan prinsip kesehatan dan
lingkungan berkelanjutan.
Green Hospital adalah rumah sakit yang berwawasan lingkungan yang memberikan
fasilitas terbaik untuk masyarakat penguna jasa kesehatan, dimana didalam rumah sakit
tersebut bernuansa hijau yang berarti tentram, asri dengan berbagai pepohonan dan taman-
taman sehingga pasien serta pengunjung Green Hospital merasa nyaman
Konsep Green Hospital adalah untuk mewujudkan kenyamanan lingkungan bagi
pasien serta warga masyarakat yang tinggal di sekitar lingkungan rumah sakit. Green
Hospital adalah rumah sakit yang berwawasan lingkungan dan merupakan jawaban atas
4
tuntutan kebutuhan pelayanan dari pelanggan rumah sakit yang telah bergeser ke arah
pelayanan paripurna serta berbasis kenyamanan dan keamanan lingkungan rumah sakit.
Saat ini konsep green hospital berkembang menjadi pendekatan sisi baru dalam
pengelolaan rumah sakit karena keberadaan rumah sakit merupakan satu kesatuan ekosistem
suatu wilayah ditengah isu pemanasan global dan perubahan iklim serta degradasi lingkungan
yang seharusnya bertanggungjawab atas keberlanjutan kwalitas lingkungan dan pemanfaatan
sumber daya alam.
Untuk menjadikan sebuah rumah sakit agar berdaya guna, memberikan manfaat,
kenyamanan, keuntungan, dan mendapatkan citra yang baik khususnya bagi masyarakat,
tentu pemberian pelayanan yang baik dengan dukungan segala aspek yang terkait dan terikat
di internal rumah sakit harus berjalan seimbang, seperti menerapkan prinsip good corporate
governance dan Green Hospital di Rumah Sakit tersebut.
1. Rumah sakit perlu mendesain bangunan yang menjamin keamanan dan keselamatan
pasien di semua area dengan bahan konstruksi yang mampu mereduksi kebisingan,
bersifat non toksik dengan sirkulasi udara dan penerangan yang baik.
2. Desain konstruksi bangunan rumah sakit harus memprioritaskan pada desain untuk
kemudahan pengendalian infeksi dan penyiapan kondisi darurat.
3. Memaksimalkan kemudahan tenaga medis, staf, pasien dan keluarganya dalam alur
desain proses kegiatan rumah sakit.
5
Terkait dengan penerapan prinsip green dalam desain dan konstruksi rumah sakit, Joint
Comission International Accreditation (2008) merumuskan konsep green pada rumah sakit
sebagai berikut :
1. Rumah sakit di masa mendatang harus menjadi tempat yang sehat baik di dalam
maupun di lingkungan sekitarnya.
2. Mengurangi tingkat toksisitas pada bahan-bahan yang digunakan oleh rumah sakit.
3. Rumah sakit harus sesedikit mungkin menggunakan sumber daya energi dan air, serta
mengurangi produksi limbah yang dihasilkan.
Sumber daya rumah sakit berbasis alam dan lingkungan hidup seperti air bersih,
energi, kertas dan material lainnya yang merupakan kebutuhan harian pengoperasian rumah
sakit penggunaannya perlu dilandasi oleh prinsip efisiensi ekologi, sementara produk
samping rumah sakit seperti limbah cair, padat dan gas perlu diolah sehingga targetnya tidak
saja untuk memenuhi baku mutu limbah, juga untuk memenuhi kaidah reduce, reuse, recycle
dan recovery. Model rumah sakit perlu dikelola secara baik dengan selalu
mempertimbangkan aspek kesehatan, ekonomi, ekologi dan sosial sehingga prinsip
pemenuhan konsep pembangunan berkelanjutan dalam bidang kesehatan akan terpenuhi, dan
rumah sakit dapat ikut berperan aktif dalam meminimalisir dampak perubahan iklim serta
mengurangi jejak karbon yang dihasilkannya, sebagaimana kebijakan Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) dalam Healthy Hospitals, healthy planet, healthy people (Addressing Climate
Change in Health Care Settings).
7
Dari konsep dan tujuan green hospital tersebut, ada 9 langkah teknis sederhana namun
strategis yang bisa dilakukan.
1. Hemat Listrik
Mengefisienkan penggunaan energi listrik sehari-hari dan menggunakan energi hijau
yang bersih dan berkelanjutan. Memadamkan lampu dan alat listrik yang tidak
digunakan adalah hal sederhana yang bisa dilakukan. Sumber energi berkelanjutan
yang dapat digunakan di rumah sakit seperti listrik tenaga matahari dan tenaga angin.
2. Hemat Air
Mengefisienkan dan mengurangi penggunaan air yang tidak perlu dalam
penggunaannya sehari-hari, bahkan perlu dipikirkan juga mengenai pemanfaatan air
hujan. Perlu juga membuat sumur resapan air di sekitar rumah untuk menjaga
ketersediaan air dalam tanah.
3. Mengurangi penggunaan kertas
Penggunaan kertas dapat dikurangi dengan cara memperkecil ukuran kertas atau
menggantikannya secara elektronik atau online. Bisa pula dengan menggunakan
kertas dari bahan daur ulang. Urusan birokrasi di rumah sakit yang banyak
menggunakan kertas sudah saatnya dipangkas (paperless report).
4. Pengelolaan Limbah
Seluruh bangunan pasti menghasilkan limbah, apalagi rumah sakit. Untuk itu perlu
pengolahan limbah yang arif bagi lingkungan. Limbah berbahaya harus diolah dengan
standar yang sesuai syarat yang ada. Pengelolaan limbah mengacu pada prinsip-
prinsip ramah lingkungan dan berkelanjutan.
5. Pengelolaan Sampah
Pemisahan sampah yang baik dan benar yakni memisahkan sampah organik dan non
organik, sudah jamak diterapkan pada fasilitas umum apalagi di rumah sakit. Yang
jadi masalah terbesar adalah perilaku segelintir orang yang kurang sadar membuang
sampah di tempatnya. Sampah organik bisa dibuat sebagai kompos.
6. Penggunaan produk ramah lingkungan
Bahan rumah sakit seperti plastik dan sterofoam yang sulit terurai agar tidak
digunakan lagi. Penggunaannya diganti saja dengan bahan lain yang mudah terurai
atau menggunakan alat yang bisa dipakai ulang.
7. Menanam pohon
8
Icon program go green adalah menanam pohon. Tak terkecuali di rumah sakit, lahan
kosong dapat dimanfaatkan menjadi lahan terbuka hijau. Sebenarnya inilah hal paling
sederhana yang dapat segera dilakukan. Pepohonan dan tanaman hijau akan
meningkatkan kualitas udara menjadi lebih sehat.
8. Desain bangunan
Bangunan rumah sakit perlu didesain dan dirancang dengan mengakomodasi
pemanfaatan potensi alam secara efisien. Desain bangunan rumah sakit sebaiknya
mempertimbangkan sirkulasi udara dan pencahayaan yang efektif. Efek lain adalah
akan menghemat penggunaan energi listrik. Contohnya adalah dengan membangun
gedung menghadap ke timur, maka cahaya alami dari matahari akan membantu
pencahayaan gedung RS dari pagi hingga siang hari.
9. Bahan bangunan
Bahan bangunan seperti pemilihan cat bangunan diupayakan tidak mengandung bahan
berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan, begitu juga dengan penggunaan material
seperti alat dan bahan dalam operasional rumah sakit.
9
berkicau tiada henti diatas tangkai pohon yang rindang.
Kegiatan pokok green hospital tidak terlepas dari 10 sasaran Global Green & Healthy
Hospital (GGHH) yaitu
1. Kesederhanaan (simple)
Ruang lingkup kriteria rumah sakit ramah lingkungan yang terangkum dalam pedoman ini
pada dasarnya mengacu pada :
11
2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi,
10. Peraturan Pemerintah RI Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun,
11. Instruksi Presiden Nomor 13 tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air,
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2306 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis
Prasarana Instalasi Eletrikal Rumah Sakit,
13. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2010 tentang Kriteria
dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan,
14. Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan
Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan,
15. Peraturan Menteri PU Nomor 5/PRT/M/2008 tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH),
16. Peraturan Menteri PUPR Nomor 02/PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau,
17. Peraturan Menteri LHK Nomor P. 56 Tahun 2015 tentangTata Cara dan Persyaratan
Pengelolaan Limbah di Fasyankes,
12
18. Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 Tahun 2012 tentang Penghematan Pemakaian
Tenaga Listrik,
19. Peraturan Menteri ESDM Nomor 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Energi,
20. Peraturan Menteri ESDM Nomor 15 Tahun 2012 tentang Penghematan Penggunaan
Air Tanah,
Bangunan rumah sakit memiliki area hijau, berada di lokasi yang tepat, memiliki
akses ke fasilitas umum, tersedia fasilitas transportasi umum, memiliki area lansekap
(landscape) berimbang, melakukan upaya untuk menciptakan iklim mikro,
tersedianya area parkir sepeda, tersedianya manajemen limpasan air hujan dan upaya
lain untuk mengurangi beban banjir ke kawasan sekitar.
Bangunan rumah sakit dilengkapi meteran listrik (kWh meter) pada setiap sub-sistem
beban listrik secara terpisah terutama antara fasilitas pelayanan rumah sakit dan
medis, melakukan kalkulasi listrik, melakukan pengukuran efisiensi energi,
menggunakan pencahayaan alami, dilengkapi ventilasi, menghitung dampak
perubahan iklim lokal melalui pengukuran emisi CO 2 dan menggunakan sumber
energi baru dan terbarukan.
13
c) Konservasi Air
Bangunan rumah sakit tidak menggunakan Chloro Fluoro Carbon (CFC) sebagai
refrigerant dan halon sebagai bahan pemadam kebakaran, menggunakan material
yang memiliki sertifikat manajemen lingkungan, menggunakan kembali material
bekas dan material kayu bersertifikasi ramah lingkungan, tidak menggunakan bahan
perusak ozon, desain modular untuk bangunan dan menggunakan material lokal.
Bangunan rumah sakit dilengkapi ventilasi yang memanfaatkan potensi udara luar,
pengukuran emisi CO2, memasang larangan merokok sebagai kawasan tanpa rokok,
tidak menggunakan mater polutan, terdapat pandangan keluar, menggunakan
penerangan, mengontrol suhu dan kelembaban ruangan serta mereduksi kebisingan
yang berlebih.
Rumah sakit memiliki ruangan dengan tata kualitas udara dalam ruang dan desain
ventilasi yang memenuhi standar, sehingga menjamin kualitas udara dalam ruang
bebas dari mikrobiologi, bahan kimia, asap rokok, gas berbahaya seperti VOC
(volatile organic compound a.l formaldehida, acetaldehyde, naftalin dan toluene)
yang dilepaskan ke udara dari material interior dan gas berbahaya lainnya.
f) Taman penyembuhan
14
g) Manajemen Lingkungan Gedung
Penerapan kriteria desain dan konstruksi secara keseluruhan diutamakan untuk rumah
sakit yang akan dibangun sedangkan untuk rumah sakit yang sudah beroperasi, penerapan
kriteria ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi rumah sakit tersebut.
2. Kriteria operasional
a) Efisiensi Energi
b) Tata Udara
Rumah sakit memiliki prosedur pemeliharaan dan pemantauan tata udara ruangan
sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan melaksanakannya secara konsisten.
c) Pengelolaan Limbah
Rumah sakit menerapkan pengelolaan limbah medis dan non medis sesuai ketentuan,
menerapkan upaya pengurangan, penggunaan kembali, daur ulang dan komposting
dari limbah yang dihasilkan. Penggunaan insinerator untuk memusnahkan limbah
medis hanya sebagai alternatif terakhir saja.
15
d) Efisiensi dan Konservasi Air
Rumah sakit melakukan tindakan efisiensi penggunaan air dengan menyediakan alat
monitoring (meteran air), sarana penyuluhan penghematan air, menggunakan sumber
air alternatif seperti air daur ulang air limbah, melakukan konservasi air dengan
membangun sumur resapan air hujan, biopori dan kolam ekologi, menggunakan
peralatan plumbing yang hemat air, melakukan daur ulang air limbah, pemisahan air
dengan cemaran air ringan untuk reuse.
e) Transportasi
Rumah sakit menyediakan fasilitas dan kemudahan akses menuju transportasi umum
seperti angkutan umum, bus kota dan lain-lain dengan menyediakan fasilitas jalur
pedestrian/akses pejalan kaki dengan mengacu pada Peraturan Menteri PU No.
30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan. Selain itu rumah sakit menggunakan kendaraan rendah
emisi dan efisien dalam penggunaan bahan bakar dan menyediakan fasilitas parkir
sepeda.
16
penanganan makanan di rumah sakit dan menggunakan peralatan/material penyajian
makanan yang aman dari bahan toksik dan bahan beracun berbahaya.
i) Pengadaan Material Ramah Lingkungan
Rumah sakit menerapkan prosedur pengadaan barang maupun jasa/ pekerjaan yang
memenuhi prinsip-prinsip ramah lingkungan.
j) Manajemen Ramah Lingkungan
Rumah sakit melaksanakan sistem manajemen rumah sakit ramah lingkungan dengan
mengacu pada standar manajemen sesuai sistem manajemen lingkungan (ISO 14001)
dengan melaksanakan tahapan- tahapan : kebijakan, perencanaan, implementasi dan
operasi, pengecekan dan upaya perbaikan, serta mengkaji kembali pelaksanaan
manajemen.
Healthcare without harm (2011), menambahkan elemen kepemimpinan,
kimia, farmasi dan pengadaan sebagai elemen rumah sakit hijau. Indian Green
Building Council (2012) menambahkan elemen kualitas udara dan taman serta
landscape. Kementerian Kesehatan RI (2018) dalam Pedoman Rumah Sakit Ramah
Lingkungan di Indonesia menetapkan sepuluh elemen implementasi Green Hospital
yang termasuk dalam kriteria operasional dan kriteria desain dan konstruksi, yaitu :
1. Kepemimpinan
2. Lokasi dan Landscape
3. Bangunan rumah sakit
4. Pengelolaan bahan kimia dan B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya)
5. Pengelolaan limbah
6. Efisiensi dan konservasi energi
7. Efisiensi dan konservasi air
8. Kebersihan lingkungan dan vektor penyakit
9. Pengelolaan makanan
10. Kualitas udara
Selain sepuluh elemen di atas, terdapat 2 penilaian tambahan dalam
implementasi Green Hospital yaitu: inovasi lain terkait Green Hospital dan
penghargaan bidang kesehatan lingkungan lainnya.
17
Berdasarkan intruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 mengemukakan
bahwa ruang terbuka hijau memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Memberikan kesegaran, kenyamanan dan keindahan lingkungan
2. Memberikan lingkungan bersih dan sehat
3. Memberikan hasil produksi berupa kayu, daun bunga, biji, serta buah atau
hasil lainnya.
Green Hospital merupakan jawaban dari tuntutan kebutuhan pelayanan dari
pelanggan rumah sakit yang telah bergeser ke arah pelayanan paripurna dengan berbasis
kenyamanan dan keamanan lingkungan rumah sakit. Oleh karena itu rumah sakit hendaknya
mampu memberikan perlindungan dan kenyamanan bagi pasien dan pengunjung lainnya.
Terpenuhinya unsur kenyamanan lingkungan merupakan salah satu pertimbangan pasien
dalam pemilihan rumah sakit.
Pemanfaatan sumberdaya air, energi, material alam yang merupakan kebutuhan input
secara terus menerus bagi pengoperasian rumah sakit perlu dilandasi prinsip prinsip eco-
effisiensi, sehingga pemenuhan konsep prinsip pembangunan berkelanjutan di bidang
kesehatan akan terpenuhi. Maka kedepannya dibutuhkan model rumah sakit dengan kegiatan
berbasis green hospital atau rumah sakit ramah lingkungan, sekaligus sebagai salah satu
upaya menuju pembangunan kesehatan yang berkelanjutan.
Kegiatan Green Hospital menitik beratkan pada Go Green yang merupakan sebuah
upaya dalam pelestarian ekosistem bumi. Dan penerapan Green Hospital dapat dilakukan
melalui kegiatan sebagai berikut :
1. Save the water (hemat air)
Untuk mengurangi konsumsi air yang berlebihan, dapat diusahakan
penghematan penggunaan air agar tidak terbuang percuma. Efisiensi
Penggunaan Sumber daya air dapat berupa efisiensi penampungan,
penyimpanan, penyaluran, dan efisiensi pemanfaatan air berupa penggunaan
sumber daya air yang tepat guna dan dapat dilakukan secara optimal.
Penggunaan air secara hemat dapat pula mencegah terjadinya pencemaran
limbah rumah sakit terutama dengan memanfaatkan secara optimal grey water
system.
Grey water adalah sisa pembuangan air yang berasal dari cucu piring, mandi,
ataupun bekas cucian. Segala bentuk pembuangan air seperti cuci piring,
laundry, mandi yang dilakukan pihak rumah sakir termasuk dalam Grey
18
water, dan ini bisa termasuk dalam kategori limbah. Oleh karena itu, untuk
mengatasinya dibentuklah Grey water system. Grey water system adalah
sebuah sistem yang memanfaatkan pembuangan air limbah tadi untuk dapat
digunakan dan dimanfaatkan kembali untuk kebutuhan lainnya. Prinsip
kerjanya pun sederhana dan mudah untuk dilakukan. Jadi, Grey water
system dapat menjadi alternatif dalam penghematan dan efisiensi air.
2. Save the energy (hemat energi)
adalah mengefisiensikan penggunaan energi listrik dengan pemanfaatan
energy matahari sebagai penerangan dan pemanasan alami.
Rumah sakit yang ramah lingkungan tentu saja sangat memiliki garis lurus
dengan yang namanya efisiensi energi karena konsep dari bangunan ramah
lingkungan akan menimalkan penggunaan energi untuk mencegah semakin
besarnya polusi dan efek buruk lainnya. Efisiensi energi dapat berupa
penggunaan AC pada setiap ruang dan bagian di rumah sakit. Penggunaan AC
yang berlebihan sebenarnya dapat menyebabkan efek yang buruk bagi tubuh
seperti kulit kering karena AC dapat menark kelembapan dari kulit. Penelitian
lain juga menyebutkan bahwa adanya infeksi virus yang terbawa oleh udara
yang ada. Untuk mengantisipasinya dapat dengan penggunaan optimal dari
ventilasi dan sirkulasi udara yang baik pula. Mungkin dapat diterapkan dengan
penggunaan jendela yang terbuka sehingga udara yang ada diluar dapat masuk
dengan baik. Hal itu juga diiringi dengan penanaman tanaman hijau
disekeliling dan setiap sudut rumah sakit sehingga sirkulasi udara menjadi
baik. Jika sirkulasi udara yang ada malah jelek maka ini dapat menimbulkan
penyakit akibat infeksi nasokomial yang berasal dari rumah sakit itu sendiri.
Penggunaan lampu secara hemat dapat menjadi efisiensi energi listrik. Konsep
bangunan rumah sakit dengan panel surya dapat menjadi suatu pilihan.
Pemanfaatan cahaya matahari sebagai energi dapat mengoptimalkan
penggunaan energi listrik.
3. Waste management (manajemen pengolahan sampah) yaitu mengelola sampah
organik rumah tangga rumah sakit dengan membuatnya menjadi kompos yang
berguna untuk memperbaiki struktur tanah, jika struktur tanah baik maka
tanah akan menjadi lebih gembur dan baik untuk tanaman. Dan jika tanaman
19
tumbuh menghijau maka udara dan hawa menjadi segar karena oksigen yang
dihasilkan oleh tumbuhan.
4. Eco-protection (pelestarian lingkungan) yaitu jika beberapa komponen diatas
dilakukan dalampenerapan greeen hospital maka langkah selanjutnya adalah
melestarikan lingkungan yang telah tercipta agar menjadi lebih baik lagi.
Kegiatan atau kebijakan green hospital menekankan pentingnya pengelolaan
lingkungan untuk mewujudkan lingkungan yang sehat dan aman. Kegiatan green hospital
dengan menambah ruang terbuka hijau diharapkan akan dapat memberi kontribusi bagi
peningkatan kualitas udara didalam rumah sakit, selain itu agar tercipta kawasan rumah sakit
yang bebas asap rokok
21
ketidakpastian pemangku kepentingan. Selain faktor penghambat, menurut hasil penelitian
Putri, Purnomo dan Astuti (2017) terdapat beberapa faktor pendukung terwujudnya Green
Hospital yaitu komitmen manajemen, budaya, manfaat, kepemilikan, perubahan yang
ditimbulkan, kesiapan infrastruktur dan sumber daya manusia
Manfaat kesehatan yang diperoleh dari perubahan desain rumah sakit dengan
paradigma green hospital adalah :
2. Manfaat Ekonomi
22
Meningkatkan pendapatan rumah sakit peningkatan jumlah kunjungan pasien
sehingga segera mengembalikan nilai investasi yang dikeluarkan dalam penerapan
green hospital.
3. Manfaat Sosial
Manfaat sosial yang akan diperoleh dari penerapan prinsip rumah sakit ramah
lingkungan meliputi :
Meningkatkan pencitraan positif sebagai nilai tambah rumah sakit dalam
pemenuhan standar yang berlaku.
Rasa nyaman, relaksasi dan suasana penyembuhan dari lingkungan rumah sakit
menciptakan interaksi sosial yang positif di dalam rumah sakit.
Masyarakat rumah sakit akan mendapatkan pendidikan informal tentang
pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Menciptakan budaya ramah lingkungan pada masyarakat rumah sakit yang
berdampak pada terlaksananya penerapan efisiensi penggunaan sumber daya
rumah sakit.
4. Manfaat Lingkungan
Manfaat lingkungan yang akan diperoleh dari penerapan prinsip rumah sakit ramah
lingkungan meliputi :
Terjaganya mutu lingkungan hidup di dalam dan sekitar rumah sakit akibat
ancaman pencemaran limbah rumah sakit.
Memperkecil dampak negatif lingkungan hidup pada masyarakat rumah sakit yang
dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat rumah sakit.
Mencegah dampak negatif akibat penanganan limbah bahan beracun berbahaya
dari rumah sakit.
Membantu mentaati berbagai peraturan perundangan kesehatan, perumahsakitan,
lingkungan hidup, dll.
Menurut Indian Green Building Council (2012), manfaat penerapan Green Hospital , yaitu:
23
pencahayaan alami di siang hari dan sirkulasi udara yang baik sehingga
meminimalkan bau rumah sakit yang khas. Keberadaan taman dan pohon
meminimalkan kesan kaku pada bangunan rumah sakit
3. Mengurangi tingkat stres pada pekerja rumah sakit, sehingga meningkatkan
kualitas perawatan. Keberadaan taman, kualitas udara dan cahaya alami
yang baik merupakan kesenangan estetis yang akan mendorong perasaan
positif lebih tinggi daripada perasaan negatif.
4. Konsumsi energi dan air lebih rendah karena adanya pencahayaan yang baik
pada siang hari, penggunaan lampu hemat energi, sensor lampu dan kran
air, resapan air serta daur ulang air limbah dengan tujuan bukan untuk
diminum langsung
5. Kualitas udara dalam ruangan yang lebih, bangunan rumah sakit yang
didesain dengan baik akan memperhitungkan aliran pergantian udara
sehingga udara dalam ruangan yang terkontaminasi dapat keluar dan
menjaga kualitas udara dalam ruangan tetap baik.
6. Pencahayaan siang hari yang baik berasal dari cahaya alami dari matahari
yang masuk dan dipantulkan ke dalam bangunan melalui jendela dan atau
pintu sehingga dapat mengurangi penggunaan energi listrik dan
memberikan efek positif pada pasien.
24
menimbulkan pengaruh tidak baik pada lingkungan maupun terhadap kehidupan, antara
lain (a)gangguan terhadap kesehatan, (b)gangguan terhadap kehidupan biotik,
(c)gangguan terhadap keindahan, dan (d)gangguan terhadap kerusakan benda. Limbah
rumah sakit berupa cairan yang berasal dari dapur, kantin, laundry, dan kegiatan medis
(ruang operasi, ruang bersalin, rawat inap, rawat jalan, rehabilitasi medis, laboratorium,
penunjang medis, dan lain-lain) disalurkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL),
sedangkan kotoran air limbah WC disalurkan ke septic tank. Pengelolaan limbah padat
RS dipisahkan antara limbah yang bersifat infeksius dan non infeksius. Untuk limbah
padat infeksius dilakukan pengelolaan mengunakan medical incinerator ataupun
menggukanakan jasa pihak ketiga dalam mengelola limbah padat infeksius tersebut.
Sedangkan untuk limbah padat non infeksius, dikumpulkan dan ditampung di lokasi TPS
sebelum diangkut ke TPA.
Menurut WHO (2008), waste merupakan salah satu dari tujuh elemen green hospital
dan harus diterapkan pada rumah sakit yang ramah lingkungan. Waste tersebut harus
diolah dengan menerapkan 3R (reduce, reuse, recycle), dan komposting. Dalam masalah
sampah organik pembuatan lubang biopori menjad solusi dalam upaya menjaga
ligkungan rumah sakit. Analisis kelayakan lingkungan dilihat dari manfaat keberdaan
lubang biopori bagi lingkungan sekitar, yaitu: (1) meningkatkan daya resapan air, (2)
mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca, (3)
memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman, dan (4) mengatasi masalah
yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah dan malaria (Tim
Biopori IPB, 2007).
25
Untuk memudahkan monitoring dan evaluasi ini, maka rumah sakit perlu
merumuskan ukuran-ukuran kinerja keberhasilan yang dapat dikuantifikasi, sehingga
memudahkan untuk mendapat akurasi evaluasinya. Sebagai gambaran, berikut contoh
indikator keberhasilan penerapan prinsip ramah lingkungan pada kegiatan rumah sakit,
yakni :
1. Indikator Input
1. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit untuk membayar
pemakaian/penggunaan/pengadaan sumber daya seperti air, listrik,
bahan bakar, kertas dan material lainnya. Biaya ini dievaluasi dengan
melakukan perbandingan terhadap perbedaan besarnya biaya yang
dikeluarkan pada kondisi sebelum dan setelah diterapkannya program
efisisensi (efisiensi air, efisiensi listrik, efisiensi kertas dan efisiensi
material lainnya)
2. Volume atau jumlah penggunaan sumber daya yang digunakan oleh
rumah sakit. Volume dan jumlah sumber daya ini dievaluasi dengan
membandingkan selisih antara sebelum dan setelah diterapkannya
perubahan prosedur pemakaian sumber daya yang ramah lingkungan.
2. Indikator Proses
1. Kesesuaian operasional dan sistem dengan prosedur.
2. Waktu prosesoperasional dan sistem kegiatan.
3. Kecepatan pengambilan keputusan upaya perbaikan atas kesalahan
proses/sistem.
4. Waktu respon (kecepatan) penanganan dampak lingkungan.
3. Indikator Output
1. Penurunan biaya operasional dan pemeliharaan rumah sakit.
2. Peningkatan kunjungan pasien.
3. Penurunan lamawaktu tinggal pasien.
4. Persentase kepuasan pasien dan staf rumah sakit.
5. Angka insiden pasien dan staf rumah sakit.
6. Kualitas lingkungan fisik, kimia dan biologi serta Kesehatan
masyarakat.
Indikator output kegiatan di atas dievaluasi dengan cara membandingkan antara
kondisi sebelum dan setelah diterapkannya prinsip-prinsip ramah lingkungan dirumah
26
sakit dengan menggunakan metode yang mudah dan terukur, misalnya membandingkan
dengan standar/baku mutu, wawancara menggunakan kuesioner, analisis kecenderungan
data time series, analisis statistik dan lain-lain.
Pihak manajemen rumah sakit perlu melakukan penilaian mandiri untuk menilai
pencapaian mereka untuk membangun sebuah rumah sakit dengan konsep ramah
lingkungan. Menurut KEMENKES RI (2018) dalam buku Pedoman Rumah Sakit
Ramah Lingkungan Di Indonesia, penilaian mandiri (self assessment) ini harus menilai
12 aspek dari rumah sakit yang terkait. Adapun 12 aspek yang dimaksud adalah;
1. Aspek Kepemimpinan
Perizinan dasar terkait pengelolaan lingkungan hidup rumah sakit
Kinerja pemantauan lingkungan hidup rumah sakit
Organisasi pendukung program green hospital rumah sakit
2. Lokasi Dan Landscape
3. Bangunan rumah sakit
4. Pengelolaan bahan kimia dan B3
5. Pengelolaan limbah
6. Efisiensi energi
7. Efisiensi air
8. Kebersihan lingkungan dan vector penyakit
9. Pengelolaan makanan
10. Kualitas udara
11. Inovasi lain rumah sakit terkait green hospital
12. Penghargaan bidang Kesehatan lingkungan lainnya.
Jabaran lengkap mengenai poin-poin penilaian dari 12 aspek ini ditampilkan pada
lampiran makalah.
27
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada prinsipnya model rumah sakit dimasa mendatang perlu dikelola secara baik
dengan selalu mempertimbangkan aspek kesehatan, ekonomi, ekologi dan sosial.
Konsep bangunan hijau (green building) adalah bangunan dimana dalam perancangan,
pembangunan, pengoperasian, serta dalam pemeliharaannya memperhatikan aspek-aspek
lingkungan dan berdasarkan kaidah pembangunan berkelanjutan. Pada prinsipnya tujuan dari
green building adalah :
1. Meminimalkan/ mengurangi penggunaan sumber daya alam
2. Meminimalkan/ mengurangi dampak lingkungan
3. Meningkatkan kualitas udara ruangan menjadi lebih sehat
Hubungan antara konsep bangunan hijau dengan jejak karbon sangat signifikan karena suatu
bangunan dapat disebut bangunan hijau apabila sudah memenuhi syarat-syarat atau kriteria
seperti :
1. Efisiensi energi dan konservasi
28
Sebagian besar energi yang tersedia saat ini merupakan energi yang tidak dapat
diperbaharui dan pada tahap produksi maupun pemanfaatannya menghasilkan CO2
yang cukup besar. Dengan menerapkan efisiensi dan konservasi energi otomatis
bangunan tersebut dapat menghemat emisi karbon yang dihasilkan. Contoh sederhana,
Phillips pernah melakukan perhitungan dalam penggantian lampu dan elektronik
ballast di RS. Kanker “Dharmaisâ€, ternyata didapat hasil penghematan CO2
sebesar 279 ton per tahun dengan penghematan energi sebesar 664.553 KWh/ tahun.
2. Tata guna lahan
Pada kriteria tata guna lahan terdapat beberapa aspek yang terkait langsung dengan
jejak karbon seperti kemudahan akses, meminimalkan penggunaan kendaraan pribadi,
mendukung penggunaan sepeda melalui penyediaan area parkir khusus sepeda,
adanya area landscape yang salah satu fungsinya menyerap karbon.
3. Sumber dan siklus material
Pemilihan material yang ramah lingkungan juga terkait erat dengan jejak karbon baik
dari segi pembuatan material tersebut maupun asal material (terkait dengan
trasportasi). Energi yang dibutuhkan dalam pembuatan beberapa produk material
antara lain : Sumber : Materi network sharing Bambang Subiyanto Pusat Inovasi-LIPI
Berdasarkan tabel diatas apabila dikaitkan dengan jejak karbon maka data diartikan
bahwa semakin banyak energi yang dibutuhkan untuk membuat suatu produk,
semakin besar pula emisi karbon yang dihasilkan. Kriteria sumber dan siklus material
juga menyinggung masalah pengelolaan sampah dan limbah B3 yang juga harus
ditangani dengan baik, agar tidak mencemari lingkungan dan menghasilkan jejak
karbon.
4. Manajemen lingkungan bangunan
Kriteria ini mensyaratkan pemeliharaan dan operasional seluruh sarana prasarana
bangunan termasuk pengelolaan limbah mengacu pada prinsip-prinsip ramah
lingkungan dan sustainability (berkelanjutan), agar bangunan tersebut dapat tetap
berpredikat green mulai dari dibangun sampai operasional dan pemeliharaannya.
5. Konservasi air
6. Kualitas udara dan kenyamanan ruangan
29
B. SARAN
Saat ini standar rumah sakit ramah lingkungan (green hospital) telah mengalami
perubahan seiring dengan perkembangan dari kebijakan, peraturan perundang- undangan,
dan pedoman teknis terkait kesehatan lingkungan. Sementara disisi lain masyarakat
menuntut perbaikan kualitas pelayanan rumah sakit melalui perbaikan kualitas kesehatan
lingkungan. Dimana, rumah sakit diharapkan dapat melakukan upaya kesehatan
lingkungan sesuai dengan standar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dengan tujuan untuk menghindari masalah akibat yang dapat ditimbulkan dari kegiatan
pelayanan rumah sakit dalam menjamin perlindungan kesehatan bagi petugas, pasien, dan
pengunjung termasuk masyarakat di sekitar rumah sakit. Seperti masalah kesehatan
lingkungan yang ditandai dengan indikator menurunnya kualitas media kesehatan
lingkungan di rumah sakit, yakni media air, udara, pangan, sarana dan bangunan, serta
vektor dan binatang pembawa penyakit. Salah satu sumber berbahaya yakni peralatan
yang dapat mengandung bahan berbahaya dan beracun. Untuk itu perlu dilakukan upaya
terprogram dari pihak manajemen RS untuk meningkatkan implementasi terhadap
elemen-elemen Green Hospital yang sesuai dengan pedoman rumah sakit ramah
lingkungan (green hospital), dan perlunya dilakukan pengecekan Kembali dan
pembahuruan terhadap beberapa sarana prasarana dalam mendukung implemetasi
elemen-elemen Green Hospital.
DAFTAR PUSTAKA
30
http://www.iosrjournals.org/iosr- jbm/papers/Vol20-issue9/Version-
5/H2009054548.pdf
6. Khan, M., Ajmal, M., Hussain, M., & Helo, P. (2017). Barriers to Social
Sustainability in the Healthcare Industry in UAE.
www.emeraldinsight.com/1934- 8835.htm
7. Rismawati F, Purwanto P, Setiani O. (2015). Penerapan green hospital
sebagai upaya manajemen lingkungan di rumah sakit pertamina Cirebon.
Jurnal EKOSAINS, 7(1). 27-39
8. Bishop, P.L. 2000. Pollution Prevention: Fundamentals and Practice.
USA: McGraw-Hill Companies.
9. WHO. 2008. Healthy Hospitals Healthy Planet Healthy People Adressing
Climate Change in Health Care Settings, Discussion Draft..
http://www.who.int/globalchange/publications/climatefootprint_report.pdf
10. Alatas, Haniah Ayuningtyas, Dumilah. (2019). Implementasi Green
Hospital di RSUD R. Syamsudin, SH dengan Kriteria Kerangka Kinerja
Ekselen Malcolm Baldrige. Jurnal ARSI/Februari 2019. Volume 5 Nomor
2. (https://journal.fkm.ui.ac.id/arsi/article/view/3197)
Lampiran
I. KEPEMIMPINAN
CEKLIST *)
31
NAMA IZIN / ADA TDK Nomor dan Instansi Tanggal
NO Keterangan **)
REKOMENDASI Tgl Terbit Pemberi Izin Berakhir Izin
1 Izin lingkungan/ Izin
AMDAL (Andal, RKL, RPL,
DELH, dan UKL-UPL atau
DPLH)
2 Izin Pembuangan Air
Limbah (IPAL)
3 Izin Tempat Penyimpanan
Sementara (TPS) limbah
B3
4 Izin Pengoperasian Bila menerapkan
Incinerator pengolahan limbah
medis dengan
incinerator
5 Sertifikat Laik Operasi
(SLO) dana tau izin
Pemanfaatan tenaga
nuklir
6 MoU kerjasama Izin bisa berbentuk
pengangkutan/pengolahan three parted
limbah B3 dengan pihak III (penghasil,
pengangkut dan
pengolah limbah B3)
yang berizin dari
Kementerian LHK,
Dinas
Perhubungan
Keterangan : *) Isi dengan tanda “ V ” dan **) Bila dalam masa perpanjangan izin, tuliskan sedang
dalam proses
CEKLIST *)
NO PENILAIAN KETERANGAN
ADA TDK
2 Hasil uji laboratorium per Dari 12 hasil uji laboratorium air limbah, diketahui :
bulan outlet IPAL 1 (satu) uji lab. memenuhi baku mutu/standar
tahun terakhiroleh uji lab tidak memenuhi baku mutu/standar
laboratorium yang
terakreditasi KAN
32
3 Hasil uji laboratorium per Dari hasil uji laboratorium air bersih yang dilaksanakan , diketahui :
3-6 bulan air bersih 1 (satu) uji lab. fisika-kimia memenuhi baku mutu/standar
tahun terakhiroleh uji lab fisika-kimia tidak memenuhi baku mutu/standar
laboratorium yang uji lab Mikrobiologi memenuhi baku mutu/standar
terakreditasi KAN uji lab mikrobiologi tidak memenuhi baku mutu/standar
4 Hasil uji laboratorium Dari titik hasil uji laboratorium udara ambien yang dilaksanakan ,
udara ambien 1 (satu) diketahui :
tahun terakhiroleh titik memenuhi baku mutu/standar
laboratorium yang titik tidak memenuhi baku mutu/standar
terakreditasi KAN
5 Hasil uji laboratorium Dari titik hasil uji laboratorium udara ambien yang dilaksanakan ,
emisi genset ambien 1 diketahui :
(satu) tahun terakhiroleh titik memenuhi baku mutu/standar
laboratorium yang titik tidak memenuhi baku mutu/standar
terakreditasi KAN
6 Hasil uji laboratorium emisi Dari titik hasil uji laboratorium udara ambien yang dilaksanakan ,
boiler ambien 1 (satu) tahun diketahui :
terakhir oleh laboratorium titik memenuhi baku mutu/standar
yang titik tidak memenuhi baku mutu/standar
terakreditasi KAN
7 Hasil uji laboratorium Dari contoh hasil uji laboratorium makanan/penjamah yang
makanan dan atau dilaksanakan , diketahui :
penjamah makanan 1 (satu) contoh memenuhi baku mutu/standar
tahun terakhir oleh contoh tidak memenuhi baku mutu/standar
laboratorium yang
terakreditasi KAN
8 Hasil uji laboratorium yang
terakreditasi KANlainnya,
sebutkan :
9 Rapat berkala Evaluasi DIbuktikan dengan notulen rapat dan dokumentasi pelaksanaan rapat
penerapan program rumah
sakit ramah lingkungan
Keterangan : *) Isi dengan tanda “ V ” dan **) Bila dalam masa perpanjangan izin, tuliskan
sedang dalam proses
33
C. ORGANISASI PENDUKUNG PROGRAM GREEN HOSPITAL RUMAH SAKIT
34
II. LOKASI DAN LANDSCAPE
CEKLIST
NO NAMA DOKUMEN KETERANGAN
ADA TDK
35
IV. PENGELOLAAN BAHAN KIMIA DAN B3
Dokumen yang
CEKLIST KETERANG
NO NAMA DOKUMEN dibutuhkan
AN
ADA TDK
36
7 Penggunaan AC Non-Freon Jumlah AC
yang
digunakan :
unit
% AC
Non-Freon
37
Dokumen yang
CEKLIST KETERANG
NO NAMA DOKUMEN dibutuhkan
AN
ADA TDK
yang sudah
diterapkan
dari total
jumlah
(pembuktian
lapangan)
8 Penggunaan Kulkas / Freezer dengan Non-Freon Jumlah
kulkas/freezer
yang digunakan
:
unit
%
kulkas/freezer
Non-Freon
yang sudah
diterapkan dari
total jumlah
(pembuktian
lapangan)
V. PENGELOLAAN LIMBAH
CEKLIST
NO NAMA DOKUMEN KETERANGAN
ADA TDK
A LIMBAH PADAT
1 SPO pengelolaan limbah padat Pembuktian Lapangan
2 Logbook Limbah B3 (Asli) 1 (satu) tahun terahir Pembuktian Lapangan
3 Neraca Limbah B3 (Asli) 1 (satu) tahun terahir Pembuktian Lapangan
4 Manifest Limbah B3 (Asli) 1 (satu) tahun terahir Pembuktian Lapangan
5 TPS limbah domestik yang memenuhi syarat
6 TPS limbah B3 yang memenuhi syarat
38
CEKLIST
NO NAMA DOKUMEN KETERANGAN
ADA TDK
7 Fasilitas komposting sampah organik/daun Rata-rata pupuk kompos
dihasilkan : Kg/bulan
8 Fasilitas tempatsampah daur ulang Rata-rata sampah daur ulang
dihasilkan : Kg/bulan
Pembuktian Lapangan
9 Upaya minimisasi penggunaan kertas bekas Uraikan singkat dikolom ini
(paperless) Pembuktian lapangan
B LIMBAH CAIR
1 Fasilitas IPAL Kapasitas olah IPAL :
M3/hari
Vol air bersih digunakan :
M3/hari (rata-rata)
2 IPAL dilengkapi alat ukur debit outlet Pembuktian Lapangan
3 IPAL dilengkapibak sampling Pembuktian lapangan
4 IPAL dilengkapitanda titik koordinat Lokasi koordinat (LS, LU, BB, BT)
5 IPAL dilengkapi simbol/petunjuk K3 Pembuktian lapangan
39
CEKLIST
NO NAMA DOKUMEN KETERANGAN
ADA TDK
7 Penggunaan AC Central Hemat Energi Jumlah total AC yang terpasang :
buah
% AC Central Hemat energi
yang sudah terpasang dari total
jumlah (pembuktian lapangan)
8 Penggunaan meteran listrik per blok/lantai Jumlah blok bangunan :
bangunan Blok
% blok bangunan yang sudah
terpasang sub-meteran listrik dari total
jumlah (pembuktian
lapangan)
9 Penggunaan PJU Tenaga Surya (energi matahari) Jumlah total lampu PJU yang
terpasang : buah
% lampu LED yang
menggunakan sumber tenaga surya
(energi matahari) yang sudah
terpasang dari total jumlah
(pembuktian lapangan)
10 Pemanfaatan Energi Terbarukan lainnya Sebutkan :
……………………………………….
Pembuktian lapangan
11 Dokumen program penghematan energi yang Pembuktian lapangan
terukur dan dievaluasi
12 Memiliki media promosi : Pembuktian lapangan
- Poster
- Spanduk
- Stiker
- Standing Banner
- Pelatihan/sosialisasi di Kelas
- TV Media
- Lain-lain
13 Melakukan upaya penghematan energi : Pembuktian lapangan
- Pemasangan instalasi lampu sensor
- Catatan pemantauan penggunaan energi
40
CEKLIST
NO NAMA DOKUMEN KETERANGAN
ADA TDK
4 Standing Banner
5 Pelatihan/sosialisasi di Kelas
6 TV Media
7 Lain-lain
B BUKTI UPAYA HEMAT PENGGUNAAN AIR
1 Fasilitas daur ulang air limbah Volume air limbah terolah IPAL :
buah
% volume air limbah didaur
ulang dari total volume
(pembuktian lapangan)
2 Penggunaan toilet dual flushing Jumlah total toilet yang terpasang
: buah
% toilet dual system yang
sudah terpasang dari total jumlah
(pembuktian lapangan)
3 Pemasangan kran tekan Jumlah kran air terpasang :
buah
% kran tekan yang sudah
terpasang dari total jumlah
atau (pembuktian lapangan)
Pemasangan kran sensor Jumlah kran air terpasang :
buah
% kran sensor yang sudah
terpasang dari total jumlah
(pembuktian lapangan)
4 Pemasangan urinoir (peturasan) dengan sensor Jumlah urinoirterpasang :
buah
% urinoir yang sudah
terpasang dari total jumlah
(pembuktian lapangan)
5 Pemasangan sensor/pelampungair outomatis di Jumlah tangki air : buah
tangka air (rooftank/groundtank) untuk % tangka air yang sudah
menhentikan suplai ketika tangka penuh terpasang sensor/pelampung
otomatis dari total jumlah
(pembuktian lapangan)
6 Pemasangan meteran air per blok/lantai Jumlah blok bangunan :
bangunan Blok
% blok bangunan yang sudah
terpasang sub-meteran air dari total
jumlah (pembuktian
lapangan)
7 Lainnya %, Pembuktian lapangan
41
VIII.KEBERSIHAN LINGKUNGAN DAN VEKTOR PENYAKIT
CEKLIST
NO NAMA DOKUMEN KETERANGAN
ADA TDK
X. KUALITAS UDARA
CEKLIST
NO NAMA DOKUMEN KETERANGAN
ADA TDK
1. ..................................................................................
2. ..................................................................................
2. ..................................................................................
43