Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ONLINE

MANAJEMEN PEMBIAYAAN RUMAH SAKIT

PENILAIAN INVESTASI DI RUMAH SAKIT

OLEH:

NOFIANTI
201431333

JURUSAN KESEHATAN MASYRATAKAT


UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2015
A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai suatu organisasi sosio-ekonomi seperti organiasi ekinomi
lainnya memerlukan pembiayaan untuk dapat menjamin kelancaran pelaksanaan
kegiatanya. Mengacu kepada hal tersebut maka dapat dipahami disini bahwa yang
dimaksud dengan pembiayaan sebetulnya adalah pendanaan ( financing ) untuk
kegiatan. Secara umum, dirumah sakit hal ini biasanya dikaitkan dengan pembiayaan
dua kegiatan pokok yaitu ; investasi dan operasional.
Sebagaimana suatu industri yang mempunyai struktur fixed cost yang tinggi, rumah
sakit menghadapi problem dalam investasi dan pengembangan program. Problem ini
terjadi apabila sumber daya subsidi pemilik/pemodal berkurang. Sementara Misi rumah
sakit menununtut agar dalam memberikan pelayanan, rumah sakit dituntut untuk
melayani masyarakat tanpa membedakan status ekonominya. Akan tetapi disisi lain
kemampuan untuk melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat ekonomi lemah
terkadang terhalang oleh system birokrasi dan sistem reimbursement dari pemerintah
yang kurang cepat. Akibatnya terjadi berbagai isu ekonomi yang berkaitan dengan tarif
rumah sakit baik pemerintah maupun swasta. Pada prinsipnya tarif yang ada, cost-
recovery-nya tidak memungkinkan rumah sakit pemerintah untuk berkembang.
Kebutuhan untuk berkembang ini semakin tinggi karena persaingan antar rumah
sakit semakin besar. Jika suatu rumah sakit secara ekonomis tidak menarik bagi stafnya,
mutu pelayanan akan semakin turun. Hal ini dapat berakibat menurunnya jumlah pasien
sehingga pendapatan juga akan semakin menurun. Dari permasalahan tersebut maka
dibutuhkan sumber pendapatan dari luar rumah sakit, salah satunya dengan jalan
pembukaan investasi untuk pihak luar. Namun sebelum melakukan investasi tentunya
investor harus pandai menilai operasional atau pelayanan rumah sakit tersebut apakah
nantinya akan berkembang atau sebaliknya.

B. Landasan Teori : Kriteria Penilaian Investasi


1. Konsep Nilai Waktu Uang
Investasi pada umumnya memerlukan jangka waktu yang panjang, untuk itu perlu
dinilai apakah investasi tersebut dapat memberikan seberapa besar kelayakannya.
Untuk itu perlu konsep nilai waktu uang time value of money dan beberapa metode
penilaiannya.
Nilai waktu uang pada dasarnya membahas tentang bunga interest menurut Riggs
dkk yang dikutip Robert J.K. (1997) ada dua macam bunga, yaitu bunga biasa
simple interest dan bunga majemuk compount interest
Bunga Biasa
Bunga biasa adalah perhitungan bunga yang sederhana dengan menggunakan
formula sebagai berikut.
I=pxixn
Keterangan :
P = jumlah atau nilai sekarang
F = jumlah atau nilai yang akan datang
i = tingkat bunga pada suatu periode
n = waktu
Bila suatu rumah sakit meminjam sejumlah uang P dengan bunga i maka uang yang
harus dikembalikan adalah :
F (harga yang akan datang) = P + i = P + P i n
P(1+in)
RS.X meminjam uang Rp. 1.000,00 dengan bunga i = 20 % per tahun. Tiga bulan
atau tahun kemudian uang dikembalikan. Berapa besarnya ?
F = P ( 1 + . 20 % )
= 1.000 ( 1 + 0,05 )
= Rp. 1.050,00
Bagaimana bila pengembaliannya selama 2 tahun
F = P ( 1 + 2 . 20 % )
= 1.000 ( 1 + 0,40 )
= Rp. 1.400,00
Bunga Majemuk
Bunga yang didapat pada suatu periode dibungakan lagi sehingga berlipat
(majemuk)
Pada kasus di atas untuk pengembalian 2 tahun
Pada tahun pertama F1 = 1.000 ( 1 + 20 % ) = Rp. 1.200,00
Pada tahun kedua F2 = 1.200 ( 1 + 20 % ) = Rp. 1.440,00
Ada penambahan sebesar Rp. 40,00 dibandingkan dengan bunga biasa, angka ini
merupakan penggandaan bunga dari tahun pertama sebesar 20 % . Rp. 200,00
Bila dilihat dengan rumus menjadi
Tahun pertama = F1 = P ( 1 + i )
Tahun kedua = F2 = F1 ( 1 + i ) = P (1+i)(1+i) = P (1+i)2
Tahun ketiga = F3 = F2 ( 1 + i ) = P (1+i)3..
Tahun ke-n = Fn = P (1+i)n
2. Nilai Sekarang
Nilai sekarang present value menunjukkan berapa nilai uang pada saat ini untuk
nilai tertentu di masa yang akan datang.
3. Metode Penilaian Investasi
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menilai suatu investasi,
yaitu npv, irr, dan pi.
4. Metode Net PresentVvalue
Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang
penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal aliran kas) di
masa yang akan datang bernilai positif.
5. Metode Internal Rate of Return
Metode ini menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi
dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa-masa yang akan
datang. Apabila tingkat bunga ini lebih besar daripada tingkat bunga yang relevan
(tingkat keuntungan yang disyaratkan MARR)
6. Metode Profitability Index
Metode ini menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan-penerimaan
kas bersih di masa datang dengan nilai sekarang investasi. Kalau PI lebih besar dari
1, maka proyek diterima atau layak.
C. Permasalahan
Trend yang terjadi pada sepuluh tahun terakhir menunjukkan tingkat kepedulian
pemilik/pemodal investasi manajemen korporasi yang tinggi terhadap kepentingan
stakeholders, hal ini memunculkan istilah Return On Capital Employed (ROCE), ROCE
adalah bagaimana suatu korporasi mengolah dana investasi yang diberikan oleh pemodal
untuk diputarkan dalam operasional korporasi, sehingga setelah dikurangi dengan biaya
operasional, biaya pajak, biaya depresiasi, biaya investasi dan pembagian deviden akan
didapat Free Cash Flow (FCF) yang sesungguhnya bagi korporasi tersebut. Dari paragraf
diatas yang paling sulit bagi manajemen suatu korporasi adalah menyisihkan biaya investasi
untuk kepentingan pengembangan bisnisnya, sehingga yang terjadi adalah korporasi sudah
dapat melaksanakan pembagian deviden bagi stakeholders namun bisnisnya mengalami
stagnasi atau jalan ditempat karena tidak mampu menjalankan re-investasi.
D. Pemecahan Masalah
Kondisi tersebut diatas juga terjadi pada industri rumah sakit, banyak pengelola
rumah sakit yang mengeluhkan akan ketidakmampuan dalam hal ber re-investasi dengan
alasan tidak memiliki dana berlebih sehingga mereka takut untuk menambah struktur modal
investasi dengan cara meminjam dana dari pihak Bank, hal inilah yang menjadi ide awal
munculnya konsep Kerja Sama Operasional (KSO) dalam pengelolaan bisnis Rumah Sakit.
Investasi rumah sakit merupakan investasi yang aman. Banyak para pemilik modal
perseorangan maupun sekelompok orang belum mengetahui hal tersebut. Pihak Rumah
Sakit, selalu mengkaitkan pengembangan rumah sakit dengan perubahan struktur neraca
yang otomatis berhubungan langsung dengan struktur modal milik mereka sendiri. Dasar
dari konsep KSO sendiri adalah penggabungan kebutuhan pengembangan rumah sakit,
dengan investasi para pemilik modal di luar rumah sakit sehingga tercapai sebuah kerja
sama yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, tanpa merubah struktur modal
maupun kepemilikan saham pada rumah sakit tersebut.
Sebagai firma, rumah sakit harus membuat keputusan investasi. Sebagai contoh, pada akhir
dekade 1990-an Direksi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dihadapkan pada keputusan
penting, apakah akan membangun rumah sakit baru untuk mengatasi semakin padatnya
rumah sakit lama yang berada di jantung kota Yogyakarta. Keputusan membangun rumah
sakit baru ini membutuhkan pertim-bangan yang benar. Andaikata salah memutuskan ada
kemungkinan RS PKU akan kesulitan cash-flow dan akan berakibat buruk. Rumah Sakit
Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito mendapatkan soft-loan dari pemerintah Austria dalam
bentuk pembangunanCentral Operating Theatre dengan teknologi mutakhir berlantai lima.
Rumah Sakit (RS) Tabanan di Bali bermaksud memperluas bangsal VIP yang ada. Banyak
rumah sakit yang akan membeli USG baru untuk meng-gantikan USG yang lama.
Para manajer rumah sakit-rumah sakit tersebut membutuhkan keterampilan investasi agar
keputusan yang diambil tidak salah. Sebagaimana keputusan perorangan, direksi rumah
sakit dalam memutuskan investasi sebenarnya berada dalam ketidakpastian. Apakah
dengan mengembangkan bangsal VIP baru, nantinya penduduk Tabanan akan
menggunakannya? Dalam hal ini perlu pemahaman akan tahap-tahap dalam keputusan
investasi. Menurut Handaru (1996) tahap-tahap dalam keputusan investasi meliputi:

a) Penentuan tujuan. Organisasi atau perusahaan yang bersangkutan harus menentukan


tujuan yang hendak dicapai secara jelas. Misalnya, memaksimalkan laba, memaksimalkan
tingkat pertum-buhan, penguasaan pasar, kepuasan pelanggan, atau sebagai tempat
pengembangan ilmu pengetahuan.

b) Perkiraan biaya proyek dan biaya operasi. Biaya investasi awal harus diperkirakan. Begitu
pula biaya-biaya operasi yang akan dikeluarkan selama umur investasi. Untuk dapat
memperkirakan biaya-biaya tersebut, pemahaman mengenai perilaku biaya sangat
diperlukan.

c) Perkiraan permintaan. Memperkirakan permintaan diperlukan untuk mengestimasi jumlah


penerimaan (pendapatan operasi) yang diterima rumah sakit pada setiap periode selama
umur investasi. Pada saat memperkirakan permintaan ini, unsur ketidak-pastian muncul.
Dalam kasus di rumah sakit, ketidak-pastian ini terkait dengan berbagai faktor demand,
termasuk perubahan pola penyakit ataupun perilaku dokter.
d) Perhitungan tambahan aliran kas bersih. Aliran kas bersih perlu dihitung setelah
mengetahui taksiran penerimaan, pengeluaran, pajak, dan biaya non-tunai yang
dicadangkan. Prinsip yang digunakan dalam penghitungan aliran kas bersih antara lain,
sesudah pajak dan merupakan aliran kas tambahan (incremental cash flows).
e) Perhitungan nilai sekarang aliran kas. Dengan menentukan taksiran aliran kas dengan
suatu tingkat biaya modal perusahaan atau proyek, akan didapatkan nilai sekarang dari
seluruh aliran kas yang dihasilkan proyek selama umur investasi.

Menarik untuk dicermati dalam kasus investasi, misalnya di RSUP Dr. Sardjito dalam
hal soft-loan dari pemerintah Austria. Dalam hal ini RSUP pendidikan berfungsi pula sebagai
pusat pengem-bangan ilmu kedokteran. Alasan sebagai tempat pengembangan ilmu ini
sering dipakai untuk melakukan pengembangan baru dengan teknologi baru yang mahal,
tetapi tidak menggunakan kaidah-kaidah investasi. Investasi pengembangan Central
Operating Theatre lima lantai di RSUP Dr. Sardjito diputuskan tanpa perhitungan investasi,
sehingga pertanyaan kritisnya adalah apakah demi pertimbangan ilmu, maka tidak perlu
menggunakan model investasi? Jawabannya tentulah tidak. Semua pengembangan
sebaiknya berdasarkan investasi. Andaikata secara politis atau ilmu pengetahuan
menyatakan bahwa keputusan investasi harus dijalankan walaupun secara ekonomis tidak
menguntungkan, maka hal ini merupakan kenyataan. Akan tetapi, keputusan politis ataupun
demi ilmu ini harus konsekuen, artinya dapat dipertanggungjawabkan termasuk untuk
mencari subsidi pada fase operasional program investasi. Di Indonesia sudah banyak kasus
investasi besar dalam rumah sakit, tetapi tidak mempunyai biaya operasional dan
pemeliharaan sehingga proyek pengembangan akhirnya gagal.
Salah satu yang membedakan konsep penilaian investasi rumah sakit dengan perusahaan-
perusahaan pada umumnya adalah memerlukan pelatihan yang continue dan selalu
menyesuaikan dengan perkembangan informasi dan teknologi terkini. Contohnya : rumah
sakit investasi alat-alat penunjang medis, tentunya harus diikuti dengan pelatihan staf rumah
sakit tersebut.

E. Kategori Investasi
Berbagai macam investasi dapat dilakukan di rumah sakit. Ber-dasarkan konsep Handaru
(1996) berbagai jenis investasi misalnya:

a) Penggantian peralatan medik yang lama dengan teknologi yang lebih baru, atau teknologi
tetap tetapi alat baru. .

b) Perluasan perlengkapan modal yang sudah ada misalnya, penam-bahan kapasitas


dengan menambah ruangan bangsal.

c) Perluasan atau penambahan garis produk baru dengan pembelian mesin atau peralatan
baru yang belum pernah dimiliki.Sebagai contoh, pengembangan operasi jantung RSUP Dr.
Kariadi Sema-rang dengan soft-loan dari pemerintah Jerman (KfW).
d) Sewa atau leasing peralatan baru.
e) Merger atau pembelian rumah sakit oleh sebuah rumah sakit yang lebih baik keadaan
keuangannya.

F. Penutup
Kegiatan analisis dan pengendalian biaya bukan suatu proses mudah. Tiga syarat mutlak yang
harus dipenuhi dengan baik sebelum dilakukan suatu analisi biaya yaitu, struktur organisasi
rumah sakit yang baik, system akutansi yang tepat, dan adanya informasi statistik yang cukup
baik. Masalah yang muncul adalan sulitnya rumah sakit dalam memenuhi persyaratan ini.
Sebagai contoh, perbaikan system akutansi membutuhkan penaganan yang tepat dengan
tujuan ujung tombak oleh profesi akuntan. Diharapkan dengan pemahaman mengenai konsep
produksi rumah sakit beserta analisi biayanya, pihak rumah sakit menjadi semakin
menghargai informasi akutansi biaya untuk keperluan pengambilan keputusan manajemen
termasuk penetapan tarif dan investasi.
G. Daftar Pustaka
Nur Lailiyatul M, Konsep Penilaian Investasi pada Rumah Sakit, May 26, 2012
Jonatan Situmorang, Makalah Konsep Penilaian Investasi pada Rumah Sakit, Agustus 26,
2012
paybackperiods.blogspot.com/ Periode Payback menunjukkan perbandingan antara initial
investment dengan aliran kas tahunan, dengan rumus umu, Okt 12,
2015mfakhrypriambodo.blogspot.com/ /.../penilaian-ekuitas... Okt 12, 2015
hasanjiwand.blogspot.com/.../investasi-modal-laba-profit, Okt 12, 2015

Anda mungkin juga menyukai