Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH KEPEMILIKAN DAN PERKEMBANGAN RUMAH SAKIT DI INDONESIA

Berbeda dengan sejarah terbentuk dan berkembangnya rumah sakit di negara lain,
Sebagian besar rumah sakit awalnya dikembangkan oleh masyarakat tanpa peran serta
pemerintah. Di Indonesia awal mula terbentuknya rumah sakit sejak jaman penjajahan
dengan rumah sakit pertama didirikan dan dimiliki oleh pemerintah Hindia Belanda.
Rumah sakit pemerintah Hinda Belanda selanjutnya berkembang menjadi rumah sakit
militer.
Pada tahun 1919, program dari rumah sakit Hindia Belanda tersebut lebih kepada
upaya preventif dan promotif. Untuk fungsi dan penyediaan rumah sakitnya sendiri
diserahkan kepada masyarakat yang terbagi atas tiga, yaitu masyarakat Cina (Yang Seng
Ie), Missi Zending, dan Organisasi Keagamaan. Sesuai dengan yang dituliskan oleh dr.
Leimena, kebijakan tersebut akan dilanjutkan oleh pemerintah Republik Indonesia (RI).
Organisasi keagamaan sendiri yang diprakarsai oleh misionaris Kristen terutama mengelola
rumah sakit untuk kepentingan pribumi. Pada masa ini terdapat peranan penting dari
pendidikan “Dokter Jawa” dalam pelayanan rumah sakit untuk pribumi, keberadaan
“Dokter Jawa” pada bagian kedua abad XIX mempunyai arti penting dalam pelayanan
rumah sakit untuk penduduk pribumi. Pada masa awal para "Dokter Jawa" ini hanya
memberikan pelayanan kesehatan untuk penduduk sipil pribumi tidak dalam pengertian
pelayanan rumah sakit, akan tetapi setelah pemerintah mulai membangun rumah sakit
maka para "Dokter Jawa" ini merupakan pendukung utama dari pelayanan rumah sakit
untuk penduduk sipil pribumi. Sejak akhir abad XIX terdapat pengembangan rumah sakit
swasta yang dikelola oleh perkebunan besar dan perusahaan pertambangan. Satu catatan
yang perlu diperhatikan bahwa walaupun hampir semua rumah sakit pada awal abad XX
sudah membuka pelayanan untuk penduduk pribumi, namun terdapat perbedaan dalam
pelayanan rumah sakit.
Pendanaan rumah sakit dari masa awal berkembangnya rumah sakit Hindia Belanda
sampai awal abad XIX diperoleh dari subsidi penguasa dan dana yang diambil dari pasien
yang pada dasarnya adalah pegawai dari Hindia Belanda. Pada mulanya, rumah sakit
swasta (misal: rumah sakit misionaris Kristen) harus membiayai sendiri semua
operasionalnya. Namun sejak tahun 1906 pemerintah sudah memberikan subsidi teratur
berupa tenaga, obat, peralatan maupun dana.
Pada suatu waktu terjadi perubahan penting dalam pembiayaan rumah sakit.
Bermula dari personil militer yan dibebaskan dari biaya rumah sakit lalu dilanjutkan
dengan 8 kelompok penduduk sipil yang juga dibebaskan dari biaya rumah sakit, seperti
orang dengan gangguan jiwa, penghuni penjara, orang sipil yang bekerja pada pemerintah,
dll. Sementara rumah sakit yang dimiliki oleh orang cina membiayai sendiri dimana
dananya diambil dari pajak khusus yang berlaku pada masyarakat Cina. Semua ini terjadi
pada masa kekuasaan Daendels.
Pada tahun 1957 terjadi keretakan hubungan Indonesia dengan Belanda yang
menyebabkan Indonesia mengambil alih semua asset Belanda, termasuk rumah sakit dan
apotek (apotek yang saat ini dikenal sebagai kimia farma). Selanjutnya pemerintah lalu
mulai mengelola banyak rumah sakit sekaligus mendirikan rumah sakit – rumah sakit
lainnya di berbagai daerah.
Dengan perkembangan di atas, pada akhirnya muncul asumsi bahwa memang
seharusnya pemerintah yang mengelola rumah sakit agar biaya pengobatan bisa murah
sampai dengan gratis. Namun seiring berjalan waktu, mulai banyak rumah sakit yang
muncul dari praktik – praktik swasta dokter. Begitu juga rumah bersalin yang muncul dari
praktik mandiri bidan yang kemudian berkembang menjadi rumah sakit. Bahkan saat ini
juga pemilik rumah sakit bisa bukan berlatarbelakang dari orang kesehatan. Seseorang
yang memiliki modal yang cukup juga bisa membuat rumah sakit. Kemudian mulai
menjamur munculnya rumah sakit swasta di Indonesia.
Perkembangan sejarah pembentukan rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa
rumah sakit di Indonesia berasal dari suatu sistem yang berbasis pada rumah sakit militer,
yang diikuti oleh rumah sakit keagamaan, dan kemudian berkembang menjadi rumah sakit
pemerintah yang menunjukkan aspek sosial yang memberikan pengaruh besar pada
persepsi masyarakat mengenai rumah sakit.
Saat ini, rumah sakit di Indonesia, siapapun pemiliknya bisa dikatakan tidak
memiliki peraturan yang kuat untuk melindungi rakyat. Walaupun hampir Sebagian dari
rumah sakit di Indonesia ini dimiliki oleh pemerintah, namun keluhan akan pelayanan dari
rumah sakit yang dibiayai pemerintah cenderung tinggi. Dengan kata lain rumah sakit
pemerintah dinilai kurang dapat memuaskan pasien atau pelanggan. Sehingga banyak
masyarakat yang memiiki kecenderungan untuk menggunakan pelayanan di rumah sakit
swasta meskipun tarifnya “lebih tinggi” dibandingkan dengan rumah sakit pemerintah.
Dengan memahami perkembangan berbagai rumah sakit dari masa lalu sampai
sekarang, secara keseluruhan, perkembangan sejarah rumah sakit menunjukkan bahwa
faktor ekonomi merupakan hal penting sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu
faktor penting dalam pertumbuhan ataupun kemunduran rumah sakit adalah aspek
ekonomi. Tanpa adanya sumber dana cukup, perkembangan rumah sakit akan sulit
berjalan. Tanpa insentif ekonomi memadai bagi sumber daya manusia, sebuah rumah sakit
akan kesulitan menarik tenaga yang menjadi penentu keberhasilan pelayanan rumah sakit.
Kelembagaan Rumah Sakit
Terdapat dua jenis kelembagaan rumah sakit, yaitu rumah sakit for profit dan
rumah sakit non profit. Namun ada rumah sakit yang memiliki sistem kelembagaan
diantara kedua sistem kelembagaan tersebut. Menurut Dees (dalam Trisnantoro, 2005)
rumah sakit tersebut memiliki sistem campuran antara for profit dan don profit.
Menurut Folland batasan nonprofit secara hukum tidak boleh ada pihak yang
menerima sisa hasil usaha. Definisi kelembagaan rumah sakit non profit di Amerika
dimana lembaga non profit tidak perlu membayar pajak dan sumbangan ke lembaga non
profit akan mengurangi pajak bagi pihak yang menyumbang sulit untuk di terapkan di
Indonesia. Hal ini karenan di Indonesia rumah sakit for profit dan non profit mendapatkan
perlakuaan pajak yang sama.
Jenis-jenis Rumah Sakit
1. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam rumah
sakit umum dan rumah sakit khusus.
a. Rumah sakit umum, memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan
jenis penyakit.
b. Rumah sakit khusus, memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu
jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
penyakit, atau kekhususan lainnya.
2. Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi rumah sakit publik dan
rumah sakit privat.
a. Rumah sakit publik sebagaimana dimaksud dapat dikelola oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik
yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan
pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah sakit publik yang
dikelola pemerintah dan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud tidak dapat
dialihkan menjadi Rumah Sakit privat.
b. Rumah sakit privat sebagaimana dimaksud dikelola oleh badan hukum dengan
tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero. Menurut Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah
sakit dapat ditetapkan menjadi rumah sakit pendidikan setelah memenuhi
persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan.
Klasifikasi Rumah Sakit Di Indonesia
Dalam rangka penyelenggaraan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah
sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan
kemampuan pelayanan rumah sakit. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit umum diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Rumah Sakit umum kelas A
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang
medik, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.
b. Rumah Sakit umum kelas B
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang
medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.
c. Rumah Sakit umum kelas C
Adalah Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar
dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.
d. Rumah Sakit umum kelas D.
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.
Klasifikasi Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud terdiri atas :
a. Rumah Sakit khusus kelas A
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling
sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai
kekhususan yang lengkap.
b. Rumah Sakit khusus kelas B
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling
sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai
kekhususan yang terbatas.
c. Rumah Sakit khusus kelas C.
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling
sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai
kekhususan yang minimal.
Untuk rumah sakit swasta dibagi lagi menjadi :
a. Rumah sakit umum tingkat utama, rumah sakit tipe ini memiliki pelayanan medic
umum, spesialistik, dan subspesialistik
b. Rumah sakit umum tingkat madya, rumah sakit tipe ini minimal memiliki 4
(empat) macam pelayanan medic spesialistik
c. Rumah sakit umum tingkat pratama, rumah sakit tipe ini memiliki pelayanan
medic umum

A. CONTOH SEJARAH SALAH SATU RUMAH SAKIT DI JAKARTA


Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Umum Kramat 128
Alamat : Jalan Kramat Raya No 128 Jakarta Pusat
Tipe Rumah Sakit : Tipe B
Kepemilikan Rumah Sakit : Swasta / Yayasan
Rumah Sakit (RS) Kramat 128 adalah merupakan salah satu RS Swasta di Jakarta
Pusat yang Berawal dari klinik pribadi milik dr. R. Soeharto yang didirikan pada tahun
1957 dan beliau adalah salah satu dokter pribadi Presiden Soekarno pada era kemerdekaan
Sebuah klinik praktik pribadi seorang dokter yang merupakan salah satu dokter
pribadi Presiden Soekarno. Klinik tersebut didirikan pada tahun 1957. Lalu 19 tahun
kemudian, pada tahun 1978 klinik pribadi ini berubah menjadi Praktik Dokter Spesialis
Kramat 128 (PDS Kramat 128) yang bernaung dibawah Yayasan Kramat 128. Pada saat itu
PDS Kramat 128 ini membuka layanan 5 untuk 5 jenis spesialis yaitu : Spesialis Penyakit
Dalam, Spesialis Telinga Hidung dan Tenggorok, Spesialis Bedah Umum, Spesialis
Kebidanan dan Kandungan, dan Spesialis Kejiwaan.
Pada tahun 1984, PDS Kramat 128 kemudian berubah menjadi Rumah Sakit yang
kemudian surat izinnya terbit pada tanggal 12 Juni 1989. Surat izin tersebut berisi
ketetapan bahwa RS Kramat 128 menjadi Rumah Sakit Khusus Bedah.
Dengan berjalannya waktu, jumlah pasien yang semakin banyak, kebutuhan pasien
yang berobat semakin luas, dan kepercayaan masyarakat juga yang semakin tinggi maka
sejak tahun 1993 sampai dengan saat ini RS Kramat 128 berkembang menjadi RS Umum.
Berikut adalah Visi, Misi dan Motto RS Kramat 128
VISI: Menjadi rumah sakit terkemuka di Jakarta Pusat yang mengutamakan mutu
pelayanan dan kesehatan pasien.
MISI: 1.Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standart pelayanan dan standar profesi
melalui pendidikan, pelatihan, bedasarkan ilmu kedoktean berbasis bukti.
2.Menciptakan iklim kerja yang saling mendukung, kesejawatan, kerjasama,
disiplin, serta penuh tanggung jawab berdasarkan profesionalitas.
MOTTO: “ Serve with care and hospitality “
Saat ini RS Kramat 1978 memiliki 13 Poliklinik yang diisi oleh Dokter spesialis
dan memiliki pelayanan rawat inap dengan berbagai tipe kamar, serta disertai beberapa alat
penunjang medis kamar operasi, radiologi, homodialisa, penunjang radionostoik,
fisioterapi, laboratorium dan lainnya.

REFERENSI
1. Trisnantoro L. Memahami Ilmu Ekonomi Dalam Manajemen Rumah Sakit. Edisi ke-1.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2004. h. 4-22
2. https://rskramat128.com/penunjang-medik/ di akses tanggal 14 September 2021
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai