Anda di halaman 1dari 6

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA

DINAS KESEHATAN
UPTD RSUD dr. H. JUSUF SK
Jalan Pulau Irian No. 01 Kode Pos. 77113
Telp. (0551) 21166, 21720
Email : rsudtarakan@kaltaraprov.go.id ; Website : rsudtarakan.kaltaraprov.go.id
TARAKAN

Implementasi Kelas Rawat Inap Standar (KRIS)


Di UPTD RSUD dr. H. Jusuf SK Tarakan
Latar Belakang

Berdasarkan road map Kementrian Kesehatan RI mengenai perubahan sistem pelayanan


pada peserta JKN-KIS maka per 2023 akan diberlakukan kelas rawat inap standar (KRIS) untuk
pasien rawat inap BPJS Kesehatan. Para pasien nantinya akan mendapatkan kelas yang sama di
rumah sakit, sehingga diharapkan dapat memberikan kesetaraan dalam hal menerima pelayanan
non-medis di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL).
Ketentuan kelas standar ini sebenarnya bukanlah hal yang baru karena sudah tertuang
dalam Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional atau UU SJSN sejak 2004. Pasal 23 ayat
4 yang menyebutkan peserta yang membutuhkan rawat inap di RS, maka kelas pelayanan di RS
berdasarkan kelas standar. Adapun penjelasan pasal ini yaitu peserta yang menginginkan kelas
yang lebih tinggi daripada haknya (kelas standar), dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti
asuransi kesehatan tambahan. Pilihan lain yaitu membayar sendiri selisih antara biaya yang
dijamin oleh BPJS dengan biaya yang harus dibayar akibat peningkatan kelas perawatan.
Implementasi KRIS tersebut dapat menjadi sebuah tantangan dan hambatan bagi sebuah
rumah sakit, dimana terjadinya akan banyak risiko yang dapat terjadi baik dalam segi finansial
maupun reputasi rumah sakit itu sendiri. Pada era tersebut, pasien dengan bebas dapat
berkunjung sesuai dengan keinginannya dimana yang menadi faktor kunci adalah mutu
pelayanan yang ada di rumah sakit tersebut.
Sangat besar kemungkinan apabila manajemen rumah sakit tidak dapat berlari cepat
untuk mempersiapkan datangnya perubahan tersebut maka segala risiko yang telah disebutkan
akan terjadi. Sehingga diharapkan jajaran manajemen dapat segera menetapkan konsep
perubahan yang akan dilakukan dalam menghadapi implementasi KRIS ini agar dapat
mempertahankan operasionalisasi rumah sakit serta mencapai mutu pelayanan terbaik.
Dalam kesempatan ini, kami dari tim claim center mencoba Menyusun beberapa
komsep skenario pelayanan rawat inap pada era KRIS. Kami sangat berharap dengan konsep
tersebut dapat membantu manajemen dalam menyusun strategi dalam implementasi KRIS ini.
Landasan Hukum
Regulasi umum mengenai ketentuan jumlah tempat tidur yang berlaku saat ini adalah
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun 2020 disebutkan :
a. jumlah tempat tidur pada kelas 3 paling sedikit berjumlah 30% dari jumlah bed
b. jumlah tempat tidur pada kelas 1 paling sedikit berjumlah 30% dari jumlah bed, dan
c. jumlah tempat tidur pada perawatan intensif paling sedikit 8% dari jumlah bed.
Selain itu juga terdapat regulasi terbaru yakni Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3
Tahun 2020 disebutkan :
Jumlah tempat tidur kelas standar sebagai berikut:
a. 60% (enam puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah
b. 40% (empat puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik swasta
Rumah Sakit wajib menerapkan pelayanan rawat inap kelas standar paling lambat 1 Januari
2023 (kecuali ruang khusus ICU, ICCU, PICU, NICU)
Kriteria penilaian jumlah tempat tidur intensif meliputi persentase sesuai ketentuan terhadap
jumlah total tempat tidur, yaitu:
a. Jumlah tempat tidur perawatan intensif paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari seluruh
jumlah total tempat tidur
b. Jumlah tempat tidur perawatan intensif terdiri atas :
6% (enam persen) untuk tempat pelayanan unit rawat intensif (ICU),
4% (empat persen) untuk perawatan intensif neonates (Neonatal Intensive Care
Unit/NICU) dan perawatan intensif pediatrik (Pediatric Intensive Care Unit/PICU)
Ketersediaan ruangan ICU/PICU/NICU dikecualikan untuk dapat dipenuhi paling lambat
1 Januari 2023.
Analisa 12 Indikator Minimal Rawat Inap Kelas Standar
di RSUD dr. H. Jusuf SK Tarakan
No Indikator Kris JKN Uraian
1. Bahan bangunan Tidak boleh memiliki porositas Struktur bangunan rumah sakit yang
bangunan yang tinggi baik tidak memiliki porositas (pori)
yang tinggi. Sehingga semakin tidak
berpori atau padat struktur bangunan
(contoh: dinding) maka jaminan
mutu dan keselamatan pasien
semakin baik, dalam hal ini RSUD
dr. H. Jusuf SK sudah sesuai
2. Ventilasi udara Menjamin pertukaran udara untuk Ventilasi udara harus memenuhi
mekanik minimal pertukaran 6 kali standar frekuensi pertukaran udara
per jam dan untuk ventilasi alami sebagaimana ditetapkan dalam
harus lebih dari nilai tersebut kriteria melalui pengukuran
menggunakan alat bantu
velocitymeter/ anemometer, untuk
penilaian ini harus melalui uji dan
pengakuan lebih lanjut.

3. Pencahayaan Mengoptimalkan pencahayaan alami. Pencahayaan ruangan buatan harus


ruangan Jika pencahayaan buatan maka mengikuti kriteria yang ditetapkan
intensitas pencahayaannya 250 lux dengan standar 250 lux untuk
untuk penerangan dan 50 lux untuk penerangan dan 50 lux untuk
tidur pencahayaan tidur diukur dengan
luxmeter pada bidang kerja (tempat
tidur). Untuk penilaian ini harus
melalui uji dan pengakuan lebih
lanjut.

4. Spesifikasi Setiap tempat tidur dilengkapi di RSUD dr. H. Jusuf SK sudah


kelengkapan tempat dengan: sesuai
tidur a. Minimal 2 kotak kontak dan tidak
boleh percabangan/ sambungan
langsung tanpa pengamanan arus
b. Nurse call yang terhubung
dengan nurse
5. Nakas per Tempat 1 buah di RSUD dr. H. Jusuf SK sudah
Tidur Nakas ialah meja kecil yang harus sesuai
tersedia untuk setiap tempat tidur.
6. Suhu Ruangan 20-260 C di RSUD dr. H. Jusuf SK sudah
Pengaturan suhu dalam ruangan sesuai
rawat inap harus berada pada rentang
20 hingga 26 derajat Celsius.
7. Tirai/partisi antar Ruangan terpisah berdasarkan jenis di RSUD dr. H. Jusuf SK sudah
Ruangan telah kelamin, usia, jenis penyakit (infeksi, sesuai
terbagi atas jenis noninfeksi, bersalin)
kelamin, usia, jenis
penyakit (infeksi,
noninfeksi, bersalin)
tempat tidur

8. Kepadatan Ruang a. Jarak (as) antar tempat tidur:2,4 di RSUD dr. H. Jusuf SK sudah
Rawat dan Kualitas m sesuai
TT b. Minimal Luas m2 per tempat dengan catatan pembagian bed sesuai
tidur:10 m2 poin scenario
c. Antar Tepi Tempat Tidur
minimal:1,5 m
d. Jumlah maksimal TT per
ruangan:4
e. Standar Tempat Tidur :
f. Sekurang-kurangnya P:200 L:90
T:50-80 (adjustable)
9. Tirai/partisi antar Rel Dibenamkan atau menempel di Tirai atau partisi antar tempat tidur
tempat tidur Plafon dan sebaiknya bahan non dapat diatur dengan rel yang
porosif dibenamkan atau menempel di plafon
dengan jaminan bahan tidak berpori/
tidak menyerap air.
di RSUD dr. H. Jusuf SK sudah
sesuai

10. Kamar mandi dalam Kamar mandi dalam ruangan rawat di RSUD dr. H. Jusuf SK sudah
ruangan inap sesuai

11. Kamar mandi sesuai Kamar mandi memenuhi standar Dapat dipenuhi tanpa perubahan
dengan standar aksesibilitas sebagai berikut***) infrastruktur dan biaya operasional
aksesabilitas a. Ada tulisan/symbol “disable” tinggi
pada bagian luar
b. Memiliki ruang gerak yang cukup
untuk pengguna kursi roda
c. Dilengkapi pegangan rambat
(handrail)
d. Permukaan lantai tidak licin dan
tidak boleh menyebabkan
genangan
e. Dianjurkan untuk memiliki
tombol bantuan darurat pada
tempat yang mudah dicapai
12. Outlet oksigen Outlet oksigen tersentral di RSUD dr. H. Jusuf SK sudah
sesuai

Adapun Skenario Untuk Persiapan Rawat Inap Kelas Standar Antara Lain :
a. Skenario prosentase tempat tidur

CLUSTER CAKUPAN JENIS TT


RUANG LAYANAN TOTAL PERSEN
KRIS Anggrek B (dex) R. Anak Terpadu 40
R. Mawar R. Kebidanan 20
Terpadu
Anggek A R. Non Bedah 30
Dahlia R. Bedah 40
Subtotal 130 60,5%
NON KRIS Anggrek B (Sin) Deluxe ibu dan 10
anak
Asoka Deluxe dewasa 20
Vip lt 5 Premium 10
Vip lt 6 Suite 5
PINERE DAN ASOKA Pinere 7
HCU BELAKANG
HCU/HCCU Intermedite 10
Subtotal 63 29,3%
INTENSIF ICCU/ICU ICCU/ICU 14
PICU/NICU PICU/NICU 8
Subtotal 22 10,2%
Grand Total 215 100%
b. Skenario Pengembangan Ruangan Lainnya
Sebagai upaya peningkatan pendapatan dari pelayanan non medik, maka RS harus
membuat sumber pendapatan lainnya, misalnya :
a. pengelolaan ulang kantin, dimana biaya sewa saat ini hanya Rp. 600.000,- perbulan
b. pengelolaan home stay (Gedung lama) dimana akan mendapat pangsa pasar dari
pasien katastrofik luar daerah (Kanker, Hemodialisis). Pengelolaan ini dapat
dilakukan melalui Kerjasama dengan pihak ketiga (misalnya : red door) sehingga kita
dapat focus mengelola pendapatan melalui mekanisme real cost dan transparan.
c. penyediaan tempat untuk mesin ATM dimana pada tempat umum lain, biaya sewa
ATM per mesin rata-rata Rp. 10. 000.000,- perbulan
d. pengelolaan lahan parkir , biasa dilakukan dengan Kerjasama dengan pihak ketiga
sama halnya seperti home stay

Kesimpulan
Pemerintah saat ini sedang berupaya mengimplementasikan Kelas Rawat Inap Standar
Jaminan Kesehatan Nasional (KRIS-JKN) dengan tujuan untuk pemenuhan prinsip ekuitas, yang
dikarenakan masih belum terstandarnya kelas perawatan saat ini.
Implementasi secara bertahap ini dilaksanakan berdasarkan regulasi pada Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan, dan
Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden
Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan.
Kebijakan KRIS akan dilakukan secara bertahap dimulai pada tahun 2022, dan di
implementasikan sebagai uji coba pada Juni 2022 pada Rumah Sakit yang memenuhi kriteria.
Mengingat akan terjadi perubahan yang begitu pesat dalam waktu yang singkat terutama
dalam hal pola admisi pasien, maka seluruh RS terutama RSUD dr. H. Jusuf SK Tarakan harus
membuat persiapan dan perencanaan yang berafiliasi dengan perubahan tersebut.

Rekomendasi
Adapun rekomendasi yang kami berikan terkait persiapan dan perencanaan:
a. Penetapan skala prioritas yakni :
 Mapping ruangan, mapping tenaga kesehatan terutama perawat sesuai kebutuhan yang
berbasis Analisa beban kerja dapat menggunakan rumus tertentu baik berdasarkan formula
PPNI dan formula lainnya. Jumlah SDM ini harus mendapat perhatian khusus dimana
untuk keberlangsungan operasional pada era KRIS sangat dibutuhkan kendali mutu dan
kendali biaya yang sangat baik terutama dalam strategi efektifitas dan efisiensi SDM
 Penyusunan tarif berbasis data akurat dan formula terkini dimana sistem unit cost dengan
pendekatan pola pembiayaan esensial sudah tidak relevan jika digunakan pada pola
pembiayaan ina cbgs.
b. Penetapan waktu persiapan serta simulasi KRIS, akan tetapi karena belum ada ketetapan
standarisasi biaya maka pola pembiayaan cukup dengan penyetaraan
c. Dalam peningkatan strategi pendapatan, menjadi sangat penting adanya kolaborasi antara
bidang pelayanan dan keuangan untuk menetapkan strategi bersama. Misalnya dari pelayanan
memiliki target penurunan loss dan peningkatan BOR sedangkan dari keuangan memiliki
target peningkatan unit cost pendapatan dan penurunan biaya operasional.
d. Pengaturan ulang ruangan, kembalikan fungsi ruang pelayanan misalnya ruang anggrek yang
saat ini menjadi ruang perkantoran dapat dikembalikan menjadi ruang perawatan karena ruang
tersebut memenuhi kriteria kris (outlet oksigen). Adapun ruangan yang tidak memenuhi
kriteria, digunakan semaksimal mungkin dengan tujuan manfaat dan nilai seperti misalnya
Gedung lama menjadi home stay.
Tarakan, 25 April 2020
Ketua Tim Klaim Center
dr. Wina Marlin, MPH
Penata III/d
NIP. 198504172011012002

Anda mungkin juga menyukai