Anda di halaman 1dari 32

Disampaikan Acara Seminar Online FKM UI Seri ke 40 Dengan

tema : Strategi dan Persiapan RS Menghadapi Kelas Standar JKN

Muttaqien, MPH, AAK


Anggota DJSN 2019 – 1
Perbaikan Ekosistem JKN  Program Berkesinambungan,
Berkualitas dan Berkeadilan

• List agenda reformasi • KEBERLANJUTAN JKN JKN YANG


• Penyesuaian Manfaat Melalui Kebutuhan Dasar • PENINGKATAN UNGGUL
Kesehatan (KDK) KUALITAS
• Kelas Rawat Inap Standar JKN
• Perbaikan Tarif INA CBGs (Fairness) • EQUITY
• Perbaikan Sistem Pembayaran Keseimbangan Manfaat, Iuran, Dan
• Global Budget Mix CBGs
• Kapitasi dan Kinerja
Kolektabilitas
• Cost Contaiment : Urun Biaya (Permenkes
51/2018)
• Penguatan Koordinasi Antar Penyelenggara
Jaminan (KAPJ)
• Penyesuaian iuran berdasarkan aktuaria dan
ATP, dan keadilan sosial
• Kolektabilitas yang tinggi  kepatuhan peserta

2
Menjalankan Amanah Undang-
Undang No. 40 Tahun 2004 Tentang
SJSN
Pasal 19 ayat (1) : “Jaminan Kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial dan prinsip ekuitas
Pasal 23 ayat (4) : “Dalam hal peserta membutuhkan rawat inap di rumah sakit, maka kelas
pelayanan di rumah sakit diberikan berdasarkan kelas standar.

Peraturan Presiden No 64 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Perpres


82/2018 tentang Jaminan Kesehatan
Pasal 54A: “untuk keberlangsungan pendanaan Jaminan Kesehatan Menteri bersama
kementerian/lembaga terkait, organisasi profesi, dan asosiasi fasilitas kesehatan melakukan
peninjauan Manfaat Jaminan Kesehatan sesuai kebutuhan dasar kesehatan dan rawat inap kelas
standar paling lambat bulan Desember 2020”.

Pasal 54B : “Manfaat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54A diterapkan secara bertahap
sampai dengan paling lambat tahun 2022 dan pelaksanaannya dilakukan secara
berkesinambungan untuk meningkatkan tata kelola Jaminan Kesehatan.
3
KRIS JKN ADALAH AMANAH UU SJSN (2)

Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang


Perumahsakitan
• Pasal 18
Jumlah tempat tidur rawat inap untuk pelayanan rawat inap kelas standar paling
sedikit:
a. 60% untuk RS pemerintah pusat dan daerah; dan
b. 40% untuk RS swasta.
• Pasal 84 huruf b
pelayanan rawat inap kelas standar diterapkan paling lambat 1 Januari 2023.

PETA JALAN JKN 2012 -2019

4
KONSEPSI KRIS JKN  “Standardize”/
standarisasi

PERTIMBANGAN RANCANGAN KONSEP PENERAPAN


PERUMUSAN KRIS DEFINISI KRIS KRIS SEHARUSNYA
1. Penentuan Definisi dan Kriteria 1. Kelas layanan rawat 1. Mengutamakan keselamatan
Kelas Rawat Inap Standar inap rumah sakit pada pasien (Standar SKP, PPI, AP,
2. Ketersediaan jumlah tempat program JKN yang ARK, dan HPK (SNARS 1.1.)
tidur pada setiap kelas ditanggung oleh BPJS 2. Letak ruang inap berada di
perawatan di Rumah Sakit saat kesehatan; lokasi yang tenang, aman, dan
ini 2. Dimungkinkan naik nyaman
3. Pertumbuhan jumlah Peserta kelas bagi peserta 3. Ruang rawat inap harus memiliki
JKN selain PBI atas akses yang mudah ke ruang
4. Kemampuan fiskal negara dan pembiayaan sendir, penunjang pelayanan lainnya
kemampuan masyarakat dalam atau asuransi 4. Ruang rawat inap harus
membayar iuran tambahan; dipisahkan berdasarkan jenis
5. Angka rasio utilisasi di tingkat kelamin, usia, dan jenis penyakit
Kabupaten/ Kota
Kelas Standar Kelas Standar
No. Kriteria Uraian
PBI JKN (A) NON-PBI JKN (B)
Struktur bangunan rumah sakit yang baik tidak
memiliki porositas (pori) yang tinggi. Sehingga semakin
Tidak boleh memiliki porositas
1 Bahan bangunan tidak berpori atau padat struktur bangunan (contoh:
bangunan yang tinggi
dinding) maka jaminan mutu dan keselamatan pasien
semakin baik
Luasan dalam satuan meter persegi untuk tempat tidur
Minimal Luas m2 per
2 7,2 m2 10 m2 di masing-masing kelas harus lebih dari atau sama
tempat tidur *)
dengan standar yang ditetapkan.
Jarak As (posisi tengah) antar tempat tidur dalam
Jarak (as) antar
2,4 m instalasi ruang rawat inap diatur sebagaimana kriteria
tempat tidur***)
yang ditetapkan
Jarak antara tepi samping satu tempat tidur dengan
tempat tidur terdekat harus lebih dari atau sama
3 Antar Tepi Tempat dengan standar yang ditetapkan. Jarak antar tepi
1,5 m
Tidur minimal samping satu tempat tidur dengan dinding samping
minimal 75cm. bagian kepala (bed head) dapat
menempel pada dinding.
Sekurang-kurangnya Standar tempat tidur yang digunakan 3 engkol.
Standar Tempat Tidur 6
P:206 L:90 T:50-80 (adjustable)
Kelas Standar PBI Kelas Standar NON-
No. Kriteria Uraian
JKN (A) PBI JKN (B)
Jumlah maksimal tempat Jumlah maksimal tempat tidur dalam satu ruangan harus
4 6 4
tidur per ruangan **) kurang dari atau sama dengan standar yang ditetapkan.
Nakas ialah meja kecil yang harus tersedia untuk setiap
5 Nakas per Tempat Tidur **) 1
tempat tidur.
Pengaturan suhu dalam ruangan rawat inap harus berada
6 Suhu Ruangan **) 20-260 C
pada rentang 20 hingga 26 derajat Celsius.
Kamar mandi dalam ruang memenuhi standar Letak kamar mandi harus berada di dalam ruangan rawat
aksesibilitas sebagai berikut***) inap dengan spesifikasi sebagaiamana ditetapkan dalam
kriteria.
a. Ada tulisan/symbol “disable” pada bagian
luar
Spesifikasi Kamar mandi b. Memiliki ruang gerak yang cukup untuk
7 dalam ruangan**) pengguna kursi roda
c. Dilengkapi pegangan rambat (handrail)
d. Permukaan lantai tidak licin dan tidak
boleh menyebabkan genangan
e. Dianjurkan untuk memiliki tombol bantuan
darurat pada tempat yang mudah dicapai
Tirai atau partisi antar tempat tidur dapat diatur dengan rel
Tirai/partisi antar tempat tidur Rel Dibenamkan atau menempel di Plafon dan
8 **)
yang dibenamkan atau menempel di plafon dengan jaminan
sebaiknya bahan non porosif
bahan tidak berpori/ tidak menyerap air.
7
Kelas Standar PBI JKN Kelas Standar NON-
No. Kriteria Uraian
(A) PBI JKN (B)
Ventilasi udara harus memenuhi standar frekuensi
Menjamin pertukaran udara untuk mekanik pertukaran udara sebagaimana ditetapkan dalam kriteria
9 Ventilasi udara **) minimal pertukaran 6 kali per jam dan untuk melalui pengukuran menggunakan alat bantu velocitymeter/
ventilasi alami harus lebih dari nilai tersebut***) anemometer.

Pencahayaan Pencahayaan ruangan buatan harus mengikuti kriteria yang


Mengoptimalkan pencahayaan alami. Jika
ruangan***) ditetapkan dengan standar 250 lux untuk penerangan dan
pencahayaan buatan maka intensitas
10 50 lux untuk pencahayaan tidur diukur dengan luxmeter
pencahayaannya 250 lux untuk penerangan dan
pada bidang kerja (tempat tidur).
50 lux untuk tidur

Spesifikasi Setiap tempat tidur dilengkapi dengan: ***) Tempat tidur dalam instalasi rawat inap harus menjamin
kelengkapan tempat kelengkapan spesifikasi sebagaimana ditetapkan dalam
 Minimal 2 kotak kontak dan tidak boleh
tidur kriteria.
11 percabangan/ sambungan langsung tanpa
pengamanan arus
 Outlet oksigen tersentral
 Nurse call yang terhubung dengan nurse
Ruangan telah terbagi Ruang rawat inap terpisah berdasarkan jenis kelamin, usia,
atas jenis kelamin, jenis penyakit (infeksi, noninfeksi, bersalin)
Ruangan terpisah berdasarkan jenis kelamin,
12 usia, jenis penyakit
usia, jenis penyakit (infeksi, noninfeksi, bersalin)
(infeksi, noninfeksi,
bersalin)
8
RANCANGAN BOBOT INDIKATOR KRI JKN
(A) No Indikator B o b o t

• Penentuan bobot indikator 1 Kamar mandi di dalam ruangan inap


Indikator
10

dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu: 2


3
Kamar Mandi sesuai dengan standar aksesabilitas
Outlet oksigen
10
10

kemudahan rumah sakit untuk 4


5
Minimal luas per tempat tidur untuk peserta PBI adalah 7,2 m2
Minimal Luas Per Tempat Tidur untuk Peserta Bukan PBI (PPU 7
7

menyiapkan indikator kriteria dan 6


dan PBPU) adalah 10 m2
Kepadatan ruang rawat & kualitas TT bagi PBI 7
dampak biaya yang dibutuhkan. 

Jarak (As) Antar Tempat Tidur 2,4 m
Antar Tepi Tempat Tidur Minimal 1,5 m
• Terdiri dari: 

Jumlah maksimal TT per ruangan sebanyak 6 TT
Tempat Tidur dapat disesuaikan (adjustable), 200 x 90 x

a. 3 indikator dengan bobot 10 7


(50-80) cm
Kepadatan ruang rawat & kualitas TT bagi Non-PBI 7

b. 5 indikator dengan bobot 7 



Jarak (As) Antar Tempat Tidur 2,4 m
Antar Tepi Tempat Tidur Minimal 1,5 m

c. 7 indikator dengan bobot 5 



Jumlah maksimal TT per ruangan sebanyak 4 TT
Tempat Tidur, dapat disesuaikan (adjustable), 200 x 90 x

• Pentahapan Berdasarkan indikator 8


(50-80) cm
Tirai/Partisi Rel Dibenamkan atau menempel di Plafon dan 7
bahan tidak berpori
9 Bahan bangunan di Rumah Sakit tidak memiliki porositas yang 5
tinggi
10 Ventilasi Udara 5
11 Pencahayaan Ruangan 5
12 Kelengkapan TT 5
 Minimal 2 kotak kontak dan tidak boleh percabangan/
sambungan langsung tanpa pengamanan arus
 Nurse call yang terhubung dengan nurse
13 Tersedia nakas 1 buah per TT 5
14 Dapat mempertahankan dengan stabil suhu ruangan 20-260 C 5
SELF ASSESSMENT RS : RESPONSE RATE PER
REGIONAL*
Total Peserta (4.009)
• Pelaksanaan: 8-1 Februari 2021

• RS Bekerjasama dengan BPJS


Kesehatan Total RS (1916)

Regional 1 Regional 2 Regional 3 Regional 4 Regional 5


(996) (268) (405) (57) (190)

• Regional I terdiri dari Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur
• Regional II terdiri dari Sumatera Barat, Riau,Sumatera Selatan,  Lampung,  Bali, dan NTB
• Regional III terdiri dari NAD, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan
• Regional IV terdiri dari Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah
• Regional V terdiri dari Bangka Belitung, NTT, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.
* Regionalisasi tarif
inacbgs 10
Rekapitulasi Hasil Self Assessment RS
Rekapitulasi Kesiapaan RS dalam
Mengimplementasikan 1. Sebagian besar rumah sakit (81%)
Kebijakan KRI JKN dari self assessment dikategorikan
siap mengimplementasikan kebijakan
KRI, meskipun diperlukan
penyesuaian infrastruktur dalam skala
kecil
2. Kendala penyesuaian infrastruktur RS
umumnya ditemui pada RS Tua (lebih
dari 20 tahun masa guna), misalnya
dalam hal pengaturan kamar mandi,
jumlah tempat tidur dsb.

Sumber: Hasil Self Assessment KRI JKN, 2021 11


81% dari total sampel dikategorikan siap dalam
Kriteria dengan kendala paling banyak antara lain
mengimplementasikan kebijakan KRI meskipun
adalah setting spesifikasi kamar mandi dalam
sebagian besar (78%) diantaranya masih perlu
ruangan, rel separator dan kelengkapan TT.
penyesuaian infrastruktur dalam skala kecil

12
Rekapitulasi Hasil Self Assessment RS TNI/Polri

Rekapitulasi Kesiapaan RS TNI/Polri dalam • Kegiatan self assessment diikuti oleh 114
Mengimplementasikan rumah sakit TNI/Polri yang tersebar di seluruh
Kebijakan KRI JKN Indonesia.
• Berdasarkan penilaian terhadap 15 indikator
kelas standar, tidak ada satu pun RS TNI/Polri
yang sudah memenuhi seluruh kriteria yang
ditetapkan.
• Sebanyak 84 rumah sakit (74%) masuk dalam
kategori RIS JKN dengan perbaikan dan
peningkatan infrastruktur skala kecil.
• Sebanyak 30 rumah sakit (26%)
membutuhkan perbaikan dan peningkatan
infrastruktur skala sedang hingga besar.

13
RANGKAIAN KONSULTASI DAN DIALOG
PUBLIK

14
DAMPAK PP 47 TAHUN 2021 DENGAN
POLA TARIF DAN RUJUKAN, WAKTU
PELAKSANAAN
PP 47 2021 dengan Keberlanjutan, Mutu, dan Akses di JKN
UU 29/2004 Tentang Praktik
Kedokteran AKSES &
RS
UU 36/2009 Tentang Kesehatan MUTU
EXISTING UU 44/2009 Tentang Rumah Sakit
RS BARU UU 36/2014 Tentang Tenaga Kualitas dan Perijinan RS?
Kesehatan Kuantitas SDM? Tools?
 Maldistribusi SDM
 Kuantitas dan Kualitas
SDM PP 47/2021 tentang Kompetensi
Tempat Tidur?
RS?
 Jumlah Kecukupan TT Penyelenggaraan
 Sistem Rujukan
Berjenjang Berdasarkan
Bidang DAMPAK JKN :
Kelas RS Perumahsakitan  Pola sistem rujukan
 Pola tarif RS
 Pola standar akreditasi RS
Disparitas Kompetensi RS UU 11/2020 Tentang Cipta  Implementasi Kelas
Kerja Standar
Variasi Mutu
*Apakah perlu klasifikasi rumah sakit setelah
Pelayanan Sumber : Presentasi Dr Hesty
regulasi baru?
16
PASAL-PASAL DALAM PP 47/2021 TERKAIT
KELAS STANDAR
Peraturan Perundang-Undangan

• Pasal 16:
Ketersediaan tempat tidur rawat
inap sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (1) huruf b meliputi:
a. Klarifikasi Rumah Sakit Umum:
1. Kelas A paling sedikit 250 TT.
2. Kelas B paling sedikit 200 TT.
3. Kelas C paling sedikit 100 TT.
4. Kelas D paling sedikit 50 TT.
b. Klarifikasi Rumah Sakit Khusus:
1. Kelas A paling sedikit 100 TT.
2. Kelas B paling sedikit 75 TT.
3. Kelas C paling sedikit 25 TT.
PASAL-PASAL DALAM PP 47/2021 TERKAIT
KELAS STANDAR
Peraturan Perundang-Undangan

• Pasal 17:
((
) Ketentuan mengenai ketersediaan tempat tidur rawat inap • Pasal 18:
Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 huruf b dikecualikan bagi Rumah Sakit khusus gigi dan
Jumlah tempat tidur rawat inap
mulut, Rumah Sakit khusus Mata, dan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal
khusus telinga hidung tenggorok dan bedah kepala leher.
((
) Ketersediaan tempat tidur rawat inap dan dental unit bagi 16 dan Pasal 17 untuk pelayanan
Rumah Sakit khusus gigi dan mulut sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
rawat inap kelas standar paling
a. Kelas A paling sedikit 14 TT rawat inap dan 75 dental sedikit:
unit;
b. Kelas B paling sedikit 12 TT rawat inap dan 50 dental a. 60% (enam puluh persen) dari
unit; dan
c. Kelas C paling sedikit 10 TT rawat inap dan 25 dental seluruh tempat tidur untuk
((
unit.
) Ketersediaan tempat tidur rawat inap bagi Rumah Sakit
Rumah Sakit milik Pemerintah
khusus mata dan Rumah Sakit khusus telinga hidung Pusat dan Pemerintah Daerah;
tenggorok dan bedah kepala leher sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi: dan
a. Kelas A paling sedikit 40 TT rawat inap;
b. Kelas B paling sedikit 25 TT rawat inap; dan
b. 40% (empat puluh persen) dari
c. Kelas C paling sedikit 15 TT rawat inap. seluruh tempat tidur untuk
Rumah Sakit milik swasta.
PASAL-PASAL DALAM PP 47/2021 TERKAIT
KELAS STANDAR
Peraturan Perundang-Undangan

• Pasal 19: (3) Dalam kondisi wabah atau kedaruratan kesehatan


(1) Jumlah TT rawat inap sebagaimana dimaksud masyarakat, kapasitas ruang yang dapat digunakan
dalam Pasal 16, selain memenuhi ketentuan sebagai tempat isolasi sebagaimana dimaksud pada
sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 juga harus ayat (1) huruf b paling sedikit:
memenuhi: a. 30% dari seluruh TT untuk RS milik Pemerintah
a. Jumlah tempat tidur perawatan intensif paling Pusat dan Pemerintah Daerah; dan
b. 20% dari seluruh TT untuk RS milik swasta.
sedikit 10% dari seluruh TT untuk RS milik
Pemerintah Pusat, Pemda, atau swasta; dan
b. Ruang yang dapat digunakan sebagai tempat
isolasi dengan kapasitas paling sedikit 10% dari
seluruh TT untuk RS milik Pemerintah Pusat,
Pemda, atau swasta.
(2) Jumlah TT perawatan intensif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk RS umum,
terdiri atas:
a. 6% untuk pelayanan unit perawatan intensif
(ICU); dan
b. 4% untuk pelayanan intensif lain yang terdiri
atas:
PASAL-PASAL DALAM PP 47/2021 TERKAIT
KELAS STANDAR
Peraturan Perundang-Undangan

• Pasal 36:
Kewajiban Rumah Sakit menyediakan
sarana dan pelayanan bagi masyarakat
tidak mampu atau miskin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) huruf e • Pasal 84:
dilaksanakan dengan menyediakan a. R u m a h S a k i t t e t a p d a p a t
pelayanan rawat inap kelas standar yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap
diperuntukkan bagi peserta jaminan sesuai dengan kelas perawatan yang
kesehatan penerima bantuan iuran sesuai dimiliki sampai diselenggarakannya
dengan ketentuan peraturan perundang- pelayanan rawat inap kelas standar
undangan. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18;
b. Pelayanan rawat inap kelas standar
sebagaimana dimaksud dalam huruf a
diterapkan paling lambat 1 Januari 2023.
DAMPAK TERHADAP POLA TARIF
PERMASALAHAN TARIF JKN Rata-rata Biaya Klaim Per
Admisi
• Akurasi Costing (undercost ataupun
overcost)
• Tarif
• Overprice : Berdampak kepada
kecukupan DJS BPJS Kesehatan
• Underprice : Fasilitas kesehatan dan
peserta yang tidak puas berdampak
kepada JKN yang inferior
• Fairness tarif INA CBGs : Pusat dan
5 regional, antar kelas RS, kelas
rawat inap, kepemilikan pemerintah
dan swasta, jenis pelayanan yang Sumber : Thabrany, 2020, USAID-
Kemenkes
masuk skema top up

21
KONSEKUENSI PERUBAHAN KEBIJAKAN
TERHADAP TARIF JKN
• PP 47 Tahun 2021 KONSEKUENSI:
• Perbaikan Pola Tarif tidak berdasarkan kelas
Tentang
RS dan Kelas Rawat Inap. Tapi tetap bisa
Penyelenggaraan dilakukan adjusment factor (kota – desa,
Bidang pendidikan – non pendidikan)
Perumahsakitan : • Biaya medis yang sama untuk PBI dan Non
• Kelas RS berdasarkan PBI
jumlah ketersediaan • Pada tahap transisi terdapat perbedaan tarif
tempat tidur Rawat Inap A dan Rawat Inap B dengan
• Kelas Standar paling “rencana” 11 kriteria. Dalam kondisi yang
sedikit 60% untuk RS sudah ideal tidak ada perbedaan kelas rawat
Pemerintah Pusat dan inap JKN
Daerah dan 40% • Nilai tarif yang rasional (inflasi) dan
untuk RS Swasta, berkeadilan (perbedaan antara RS
berlaku paling lambat
Pemerintah dan Swasta)
1 Januari 2023 22
POLA RUJUKAN JKN AKANKAH BERUBAH ?
Pasal 14 Ayat 1
• Pasal 3: Fasilitas kesehatan dan sarana penunjang pada
(() Klasifikasi RS umum sebagaimana dimaksud dalam
Rumah Sakit terdiri atas:
Pasal 2 ayat (2) terdiri atas:
a. RS umum kelas A; a. bangunan dan prasarana;
b. RS umum kelas B; b. ketersediaan tempat tidur rawat inap; dan
c. RS umum kelas C; dan
d. RS umum kelas D. c. peralatan
(2) Klarifikasi RS khusus sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16:
pasal 2 ayat (2) terdiri atas:
Ketersediaan tempat tidur rawat inap sebagaimana dimaksud
a. RS khusus kelas A;
dalam Pasal 14 ayat (1) huruf b meliputi:
b. RS khusus kelas B; dan
a. Klarifikasi Rumah Sakit Umum:
c. RS khsusu kelas C.
1. Kelas A paling sedikit 250 TT.
• Pasal 6: 2. Kelas B paling sedikit 200 TT.
3. Kelas C paling sedikit 100 TT.
(1) Rumah Sakit umum dengan klasifikasi kelas 4. Kelas D paling sedikit 50 TT.
b. Klarifikasi Rumah Sakit Khusus:
A, kelas B, kelas C, dan kelas D sebagaimana 1. Kelas A paling sedikit 100 TT.
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) memberikan 2. Kelas B paling sedikit 75 TT.
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan 3. Kelas C paling sedikit 25 TT.
jenis penyakit.
Konsekuensi  Pola rujukan JKN
Pada Lampiran dari Kelas A – D
berbasis kompetensi, sarana dan
tidak ada perbedaan, baik dari : Jenis Pelayanan, Ruang
prasarana  Dibutuhkan pemetaan
dan Sarana Prasarana, SDM baik Jenis kualifikasi maupun
kemampuan dan kompetensi RS
Jumlahnya
dalam pelayanan  Juga Berdampak
DRAFT KERANGKA STRATEGIS IMPLEMENTASI KRIS JKN
Aspek Peraturan Perundang-undangan

1. Amanat penerapan kelas rawat inap


standar sebagaimana dalam ketentuan
Pasal 23 ayat (4) UU SJSN belum
1. Penerapan kelas rawat inap standar sesuai
terlaksana
Pasal 24 ayat (3) UU SJSN
2. Manfaat akomodasi rawat inap terdiri
2. Manfaat akomodasi rawat inap terdiri atas 2
atas 3 kelas diatur dalam Pasal 50
kelas dan disiapkan menuju 1 kelas pada tahun
Perpres No. 82 Tahun 2018
Kondisi saat ini 2025
Kondisi yang akan dicapai
TIMELINE

- 25 -
N
PERUNDANGAN/ RANCANGAN PER-UU PERIHAL
O
• Manfaat
• Iuran
1 Perpres 82/ 2018 tentang Jaminan Kesehatan
• Koordinasi antar Penyelenggara
Jaminan
Perpres 64/2020 tentang Perubahan Kedua atas Perpres 82 • Manfaat
2
tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan • Iuran
Permenkes 3/ 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah • Penyelenggaraan Rawat Inap RS
3
Sakit • Penyediaan jumlah TT
Permenkes No.51 Tahun 2018 Mengenai Pengenaan Urun Koordinasi Antar Penyelenggara
4
Biaya Dan Selisih Biaya Dalam Program Jaminan Kesehatan Jaminan Kesehatan
PMK No 141/PMK.02/2018 tentang Koordinasi Antar
Koordinasi Antar Penyelenggara
5 Penyelenggara Jaminan Dalam Pemberian Manfaat
Jaminan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan
Permenkes 52/ 2016 tentang Standar Tarif Pelayanan
6 Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Tarif pelayanan rawat inap JKN
Kesehatan 26
Aspek Kepesertaan

Kepesertaan segmentatif mengikuti Kepesertaan universal sesuai dengan


hak akomodasi rawat inap sesuai prinsip asuransi sosial dan ekuitas, dan
dengan pilihan kelas peserta hak akomodasi rawat inap sesuai dengan
kelas rawat inap standar
Kondisi saat ini Kondisi yang akan dicapai
TIMELINE

- 27 -
Aspek Iuran dan Manfaat
Kondisi yang akan dicapai Kondisi saat ini

Manfaat akomodasi sesuai


dengan iuran yang
dibay a rk a n ( t i d a k se sua i
dengan manfaat kelas rawat
inap standar Pasal 23 ayat

TIMELINE
(4) UU SJSN)

1. M a n f a a t a k o m o d a s i
sesuai dengan kelas
rawat inap standar dan
tidak bergantung kepada
besaran iuran yang
dibayarkan untuk peserta
yang membayar iuran
2. K o o r d i n a s i a n t a r
penyelenggara jaminan
- 28 -
Aspek Pelayanan Kesehatan

1. Standarisasi mutu kelas rawat inap standar tanpa


membedakan kelas rawat inap
1. Standarisasi mutu kelas rawat inap RS masih dibedakan 2. Kesepakatan para pihak dalam perikatan perjanjian sesuai
berdasarkan kelas rawat inap peserta dengan kriteria KRIS
2. Faskes pemerintah wajib bekerja sama dengan BPJS tanpa 3. BPJS berwenang penuh dalam mengembangkan sistem
dipengaruhi hasil kredensialing pelayanan kesehatan, sistem kendali mutu pelayanan, dan
3. Masih adanya peraturan perundangan terkait yang membatasi sistem pembayaran pelayanan kesehatan untuk meningkatkan
BPJS Kesehatan untuk menjalankan wewenang dan tugas efisiensi dan efektivitas jaminan kesehatan (Pasal 24 ayat (3)
dalam mengembangkan sistem pembayaran di JKN UU SJSN)
4. Tarif INA CBGs belum mengalami penyesuaian sejak tahun 4. Diatur batas atas tarif dengan nilai sekurang-kurangnya sama
2017 dengan nilai tarif rata-rata nasional sesuai dengan standar
5. BPJS Kesehatan menjalankan sistem rujukan berjenjang mutu pelayanan medis dan standar akomodasi KRIS
sesuai dengan kelas RS dan tarif 5. Sistem rujukan berdasarkan kompetensi dan kebutuhan medis
Kondisi saat ini peserta Kondisi yang akan dicapai
TIMELINE

- 29 -
Aspek Sosialisasi

Konsultasi dan dialog publik


Sosialisasi kepada
dilakukan dalam seluruh
publik belum optimal
proses penyusunan
kebijakan dan peraturan
perundangan JKN
Kondisi saat ini Kondisi yang akan dicapai
TIMELINE

- 30 -
Aspek Monitoring dan Evaluasi

Tersebar pada Monitoring dan evaluasi


seluruh K/L dan terpadu dengan mekanisme
lembaga-lembaga dan kriteria standar
independen
Kondisi saat ini Kondisi yang akan dicapai
TIMELINE

- 31 -
Terima kasih
email: contact@djsn.go.id | SMS: 0822-21-500500 | P.O Box: DJSN500500 Jakart

32

Anda mungkin juga menyukai