Anda di halaman 1dari 6

Kelas Rawat Inap Standar Pasca

Pemberlakukan Peraturan Pemerintah


No 47 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perumahsakitan
Posted on December 18, 2020
Konsep Kelas Standar

1. Kebutuhan standar minimal sarana prasarana dan alat kesehatan yang harus terpenuhi
disetiap ruang rawat inap
2. Memenuhi standar PPI dan keselamatan pasien
3. SDM sesuai dengan ratio kebutuhan (ratio perawat: pasien sesuai dengan jenis pelayanan
rawat inap
4. Akses dan mutu sesuai standar pelayanan
Kriteria Umum Pelayanan Rawat Inap

1. Tersedianya akomodasi dan pelayanan setiap hari selama 24 jam secara terus-menerus. 7 hari
seminggu
2. Pelayanan harus berorientasi pada pasien (PCC) dan bersifat komprehensif yang terintegrasi
antar disiplin ilmu.
3. Pelayanan harus mengacu pada Panduan Praktik Klinik (PPK), panduan asuhan keperawatan
(PAK), clinical pathway, dan SPO terkait.
4. Pelayanan harus sesuai dengan standar pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), mutu dan
keselamatan pasien
5. Tersedianya Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) yang terinformasi pada pasien-
keluarga yang ditangani untuk setiap pasien rawat inap
6. Pelayanan rawat inap harus dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang sesuai dengan
kompetensinya
7. Dalam memberikan pelayanan rawat inap, RS harus menjaga privasi dan kerahasiaan
informasi pasien
8. Pelayanan rawat in
9. ap didukung oleh pelayanan penunjang medik maupun non medik yang tersedia 24 jam
10. Pelayanan rawat inap diberikan kepada pasien sesuai Indikasi medis rawat inap dan
kebutuhan lainnya
Kelas A BPJS Kesehatan

1. minimal luas per tempat tidur (dalam meter persegi/m2) adalah 7,2 m2
2. jumlah maksimal 6 tempat tidur per ruangan.
3. Jarak (As) antar tempat tidur 2,4 m
4. Jarak antar tepi tempat tidur minimal 1,5 m
5. Jumlah maksimal tempat tidur per ruangan 6
6. Nakes per tempat tidur 1
7.
8. Suhu ruangan antara 20 sd 26 celcius
Kelas B BPJS Kesehatan

1. luas per tempat tidur 10 m2,


2. jumlah maksimal tempat 4 tidur per ruangan.
3. Jarak (As) antar tempat tidur 2,4 m
4. Jarak antar tepi tempat tidur 1,5 m
5. Jumlah maksimal tempat tidur per ruangan 4
6. Nakes pertempat tidur 1
7. Suhu ruangan antara 20 sd 26 celcius
Kriteria Umum dari Kelas A dan B BPJS Kesehatan

Berikut 9 kriteria kelas standar A dan B BPJS Kesehatan lainnya yang memiliki kriteria sama:
1. Bahan bangunan tidak boleh memiliki porositas yang tinggi.
2. Jarak antar tempat tidur 2,4 meter. Antar tepi tempat tidur minimal 1,5 meter, dengan standar
tempat tidur semi elektrik.
3. Disediakan satu nakas atau meja kecil per tempat tidur.
4. Suhu ruangan antara 20-26 derajat celcius.
5. Kamar mandi di dalam ruangan. Kamar juga memiliki standar aksesibilitas, misalnya
memiliki ruang gerak yang cukup untuk pengguna kursi roda, dilengkapi pegangan rambat
(handrail), dan sebagainya.
6. Rel pada tirai dibenamkan atau menempel di plafon dan bahan tidak berpori.
7. Menjamin pertukaran udara untuk mekanik minimal pertukaran 6 kali per jam untuk ventilasi
alami.
8. Mengoptimalkan pencahayaan alami. Jika pencahayaan buatan, maka intensitas
pencahayaannya 250 lux untuk penerangan dan 50 lux untuk tidur.
9. Setiap tempat tidur dilengkapi dengan minimal 2 stop kontak dan tidak boleh
percabangan/sambungan langsung tanpa pengamanan arus, outlet oksigen, dan nurse call yang
terhubung dengan nurse.
Kriteria Umum Bangunan Rumah Sakit

1. Suhu ruangan 24±2 oC


2. Kelembaban ruangan 55±5%
3. Pencahayaan 250 lux untuk penerangan dan 50 lux untuk tidur
4. Jarak antar tepi tempat tidur minimal 1,5 meter
5. Ruang perawatan memiliki 6 – 12 kali pergantian udara perjam
6. Tirai antar TT yang berbahan non porosif dan mudah di dekontaminasI, rel tirai harus
dibenamkan /menempel di plafon
7. Dua kotak kontak listrik di setiap tempat tidur dan tidak ada percabangan/sambungan
langsung tanpa pengamanan arus
8. Outlet oksigen di setiap tempat tidur
9. Bukaan jendela yang aman untuk kebutuhan pencahayaan dan ventilasi alami
10. Nurse call di setiap tempat tidur yang terhubung ke pos perawat (nurse station)
11. Kamar mandi yang mengikuti persyaratan aksesibilitas
Dengan diterbitkan Peraturan Pemerintah No 47 tahun 2021 tentang penyelenggaraan
perumahsakitan sebagai implementasi UU No 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja, maka aturan
tempat tidur mengalami perubahan. Pada ketentuan baru, sudah dihapus konsep rawat inap berbasis
kelas dan digantikan kaidah baru sebagai berikut :
Pasal 18 PP No 47 tahun 2021, pelayanan rawat inap standar paling sedikit 60% untuk RS Publik dan
40% untuk rumah sakit swasta, ketentuan kelas 3, kelas 2 dan kelas 1 sudah tidak ada lagi.

Peruntukan rawat inap lain juga berubah, dimana jumlah ruang isolasi paling sedikit 10%, pada
rumah sakit publik memiliki tanggungjawab mempersiapkan kapasitas lonjakan saat ada wabah 20%
sehingga total kamar isolasi paling sedikit 30%. Agak berbeda dengan RS Swasta, jumlah kamar
isolasi di RS Swasta 10% dan kapasitas lonjakan yang disiapkan 10% sehingga total menjadi 20%.

Kaidah lain di pasal 19 PP No 47 Tahun 2021 adalah kewajiban menyediakan paling sedikit 10%
untuk kamar intensif, kaidah ini mengalami peningkatan dari 8% pada Permenkes No 3 Tahun 2020
tentang Klasifikasi dan Perijinan rumah sakit.

Rumah sakit Swasta memiliki kelonggaran tempat tidur 40% pada kondisi wabah, dan atau
kelonggaran 30% pada kondisi wabah. Alokasi prosentase TT ini bisa dimanfaatkan untuk membuat
modifikasi peruntukan tempat tidur. Ketika PP No 47 tahun 2021 sudah tidak menyebut kelas rawat
inap, dan BPJS Kesehatan lalu DJSN sudah bicara tentang kelas rawat inap standar, sebenarnya kita
sudah tidak bicara lagi konsep kelas 3, kelas 2 dan kelas 1.

Konsep yang paling pas adalah kelonggaran tempat tidur dijadikan model pendekatan kelas VIP
semisal : VIP A, VIP B, VIP C, atau VVIP sd President Suite (meminjam penamaan rawat inap).
Untuk menjadikan model kelas VIP disukai masyarakat sebenarnya dengan pendekatan tarif yang
lebih terjangkau.

Saat membangun sebuah rawat inap yang baik, Permenkes No 24 Tahun 2016 tentang persyaratan
tehnis bangunan dan prasarana rumah sakit menjelaskan kaidah bangunan instalasi rawat inap yang
meliputi :

1. Letak ruang rawat inap harus dilokasi yang tenang, aman dan nyaman
2. Ruang rawat inap harus memiliki akses yang mudah ke ruangan penunjang pelayanan lain
3. Ruang perawatan pasien di ruangan rawat inap harus dipisah berdasarkan :
A. jenis kelamin
B. Usia pasien
C. Jenis penyakit
4. Memiliki ruang laktasi pada rawat inap yang secara kaidah merawat wanita ataupun anak
yang masih menyusui
5. Ruang Pos keperawatan dengan luas minimal 8 m2 atau 3 sd 5 m2 perperawat jaga,
disesuaikan dengan kebutuhan
6. Kapasitas maksimal pos keperawatan adalah 25 tempat tidur.
7. Ruangan pos keperawatan dilengkapi dengan
A. lemari arsip,
B. lemari obat pasien,
C. alat komunikasi,
D. fasilitas desinfeksi tangan
8. Ruang konsultasi untuk dokter (DPJP) sehingga dapat memberikan informasi dengan optimal
pada keluarga pasien.
9. Ruang tindakan baik tindakan keperawatan ataupun tindakan kedokteran, luasan bangunan 12
sd 20m2
10. Ruang jaga dokter, ini pilihan disesuaikan kebutuhan
11. Ruang kepala rawat inap, sesuai kebutuhan
12. Ruangan linen bersih
13. Gudang bersih
14. Gudang kotor
15. WC atau toilet yang terpisah antara toilet pengunjung dan toilet petugas. Sedangkan toilet
pasien disediakan pada masing masing kamar perawatan.
16. Dapur kecil untuk melakukan aktivitas pantri dan pengaturan konsumsi di rawat inap

Pembagian Ruang Rawat Inap Anak


Jumlah Peralatan Minimal Rawat Inap 1

Anda mungkin juga menyukai