Anda di halaman 1dari 4

Konsep Kelas Standar

1. Kebutuhan standar minimal sarana prasarana dan alat kesehatan yang


harus terpenuhi disetiap ruang rawat inap
2. Memenuhi standar PPI dan keselamatan pasien
3. SDM sesuai dengan ratio kebutuhan (ratio perawat: pasien sesuai
dengan jenis pelayanan rawat inap
4. Akses dan mutu sesuai standar pelayanan

Kriteria Umum Pelayanan Rawat Inap


1. Tersedianya akomodasi dan pelayanan setiap hari selama 24 jam secara
terus-menerus. 7 hari seminggu
2. Pelayanan harus berorientasi pada pasien (PCC) dan bersifat
komprehensif yang terintegrasi antar disiplin ilmu.
3. Pelayanan harus mengacu pada Panduan Praktik Klinik (PPK), panduan
asuhan keperawatan (PAK), clinical pathway, dan SPO terkait.
4. Pelayanan harus sesuai dengan standar pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI), mutu dan keselamatan pasien
5. Tersedianya Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) yang
terinformasi pada pasien-keluarga yang ditangani untuk setiap pasien
rawat inap
6. Pelayanan rawat inap harus dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang
sesuai dengan kompetensinya
7. Dalam memberikan pelayanan rawat inap, RS harus menjaga privasi
dan kerahasiaan informasi pasien
8. Pelayanan rawat inap didukung oleh pelayanan penunjang medik
maupun non medik yang tersedia 24 jam
9. Pelayanan rawat inap diberikan kepada pasien sesuai Indikasi medis
rawat inap dan kebutuhan lainnya

Kelas A BPJS Kesehatan

1. minimal luas per tempat tidur (dalam meter persegi/m2) adalah 7,2 m2
2. jumlah maksimal 6 tempat tidur per ruangan.
3. Jarak (As) antar tempat tidur 2,4 m
4. Jarak antar tepi tempat tidur minimal 1,5 m
5. Jumlah maksimal tempat tidur per ruangan 6
6. Nakes per tempat tidur 1
7. Suhu ruangan antara 20 sd 26 celcius

Kelas B BPJS Kesehatan


1. luas per tempat tidur 10 m2,
2. jumlah maksimal tempat 4 tidur per ruangan.
3. Jarak (As) antar tempat tidur 2,4 m
4. Jarak antar tepi tempat tidur 1,5 m
5. Jumlah maksimal tempat tidur per ruangan 4
6. Nakes pertempat tidur 1
7. Suhu ruangan antara 20 sd 26 celcius

Kriteria Umum dari Kelas A dan B BPJS Kesehatan

Berikut 9 kriteria kelas standar A dan B BPJS Kesehatan lainnya yang memiliki


kriteria sama:

1. Bahan bangunan tidak boleh memiliki porositas yang tinggi.


2. Jarak antar tempat tidur 2,4 meter. Antar tepi tempat tidur minimal 1,5
meter, dengan standar tempat tidur semi elektrik.
3. Disediakan satu nakas atau meja kecil per tempat tidur.
4. Suhu ruangan antara 20-26 derajat celcius.
5. Kamar mandi di dalam ruangan. Kamar juga memiliki standar
aksesibilitas, misalnya memiliki ruang gerak yang cukup untuk
pengguna kursi roda, dilengkapi pegangan rambat (handrail), dan
sebagainya.
6. Rel pada tirai dibenamkan atau menempel di plafon dan bahan tidak
berpori.
7. Menjamin pertukaran udara untuk mekanik minimal pertukaran 6 kali
per jam untuk ventilasi alami.
8. Mengoptimalkan pencahayaan alami. Jika pencahayaan buatan, maka
intensitas pencahayaannya 250 lux untuk penerangan dan 50 lux untuk
tidur.
9. Setiap tempat tidur dilengkapi dengan minimal 2 stop kontak dan tidak
boleh percabangan/sambungan langsung tanpa pengamanan arus,
outlet oksigen, dan nurse call yang terhubung dengan nurse.

Kriteria Umum Bangunan Rumah Sakit


1. Suhu ruangan 24±2 oC
2. Kelembaban ruangan 55±5%
3. Pencahayaan 250 lux untuk penerangan dan 50 lux untuk tidur
4. Jarak antar tepi tempat tidur minimal 1,5 meter
5. Ruang perawatan memiliki 6 – 12 kali pergantian udara perjam
6. Tirai antar TT yang berbahan non porosif dan mudah di dekontaminasI,
rel tirai harus dibenamkan /menempel di plafon
7. Dua kotak kontak listrik di setiap tempat tidur dan tidak ada
percabangan/sambungan langsung tanpa pengamanan arus
8. Outlet oksigen di setiap tempat tidur
9. Bukaan jendela yang aman untuk kebutuhan pencahayaan dan ventilasi
alami
10. Nurse call  di setiap tempat tidur yang terhubung ke pos perawat
(nurse station)
11. Kamar mandi yang mengikuti persyaratan aksesibilitas

Dengan diterbitkan Peraturan Pemerintah No 47 tahun 2021 tentang


penyelenggaraan perumahsakitan sebagai implementasi UU No 11 tahun 2020
tentang Cipta Kerja, maka aturan tempat tidur mengalami perubahan. Pada
ketentuan baru, sudah dihapus konsep rawat inap berbasis kelas dan
digantikan kaidah baru sebagai berikut :

Pasal 18 PP No 47 tahun 2021, pelayanan rawat inap standar paling sedikit


60% untuk RS Publik dan 40% untuk rumah sakit swasta, ketentuan kelas 3,
kelas 2 dan kelas 1 sudah tidak ada lagi.

Peruntukan rawat inap lain juga berubah, dimana jumlah ruang isolasi paling
sedikit 10%, pada rumah sakit publik memiliki tanggungjawab
mempersiapkan kapasitas lonjakan saat ada wabah 20% sehingga total kamar
isolasi paling sedikit 30%. Agak berbeda dengan RS Swasta, jumlah kamar
isolasi di RS Swasta 10% dan kapasitas lonjakan yang disiapkan 10%
sehingga total menjadi 20%.

Kaidah lain di pasal 19 PP No 47 Tahun 2021 adalah kewajiban menyediakan


paling sedikit 10% untuk kamar intensif, kaidah ini mengalami peningkatan
dari 8% pada Permenkes No 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perijinan
rumah sakit.

Rumah sakit Swasta memiliki kelonggaran tempat tidur 40% pada kondisi
wabah, dan atau kelonggaran 30% pada kondisi wabah. Alokasi prosentase
TT ini bisa dimanfaatkan untuk membuat modifikasi peruntukan tempat tidur.
Ketika PP No 47 tahun 2021 sudah tidak menyebut kelas rawat inap, dan BPJS
Kesehatan lalu DJSN sudah bicara tentang kelas rawat inap standar,
sebenarnya kita sudah tidak bicara lagi konsep kelas 3, kelas 2 dan kelas 1.

Konsep yang paling pas adalah kelonggaran tempat tidur dijadikan model
pendekatan kelas VIP semisal : VIP A, VIP B, VIP C, atau VVIP sd President
Suite (meminjam penamaan rawat inap). Untuk menjadikan model kelas VIP
disukai masyarakat sebenarnya dengan pendekatan tarif yang lebih
terjangkau.
Saat membangun sebuah rawat inap yang baik, Permenkes No 24 Tahun
2016 tentang persyaratan tehnis bangunan dan prasarana rumah sakit
menjelaskan kaidah bangunan instalasi rawat inap yang meliputi :

1. Letak ruang rawat inap harus dilokasi yang tenang, aman dan nyaman
2. Ruang rawat inap harus memiliki akses yang mudah ke ruangan
penunjang pelayanan lain
3. Ruang perawatan pasien di ruangan rawat inap harus dipisah
berdasarkan :
1. jenis kelamin
2. Usia pasien
3. Jenis penyakit
4. Memiliki ruang laktasi pada rawat inap yang secara kaidah merawat
wanita ataupun anak yang masih menyusui
5. Ruang Pos keperawatan dengan luas minimal 8 m2 atau 3 sd 5 m2
perperawat jaga, disesuaikan dengan kebutuhan
6. Kapasitas maksimal pos keperawatan adalah 25 tempat tidur.
7. Ruangan pos keperawatan dilengkapi dengan
1. lemari arsip,
2. lemari obat pasien,
3. alat komunikasi,
4. fasilitas desinfeksi tangan
8. Ruang konsultasi untuk dokter (DPJP) sehingga dapat memberikan
informasi dengan optimal pada keluarga pasien.
9. Ruang tindakan baik tindakan keperawatan ataupun tindakan
kedokteran, luasan bangunan 12 sd 20m2
10. Ruang jaga dokter, ini pilihan disesuaikan kebutuhan
11. Ruang kepala rawat inap, sesuai kebutuhan
12. Ruangan linen bersih
13. Gudang bersih
14. Gudang kotor
15. WC atau toilet yang terpisah antara toilet pengunjung dan toilet
petugas. Sedangkan toilet pasien disediakan pada masing masing
kamar perawatan.
16. Dapur kecil untuk melakukan aktivitas pantri dan pengaturan
konsumsi di rawat inap

Anda mungkin juga menyukai