KEBIJAKAN DIREKTUR
N0MOR :162/KBJ/DIR/RSI/II/2017
TENTANG
Direktur Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram dengan senantiasa memohon
bimbingan, lindungan dan ridho Allah SWT :
Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya mencegah dan mengendalikan infeksi di
rumah sakit harus selalu berorientasi pada keselamatan pasien dan
petugas di rumah sakit.
: 2. Bahwa untuk menunjang penerapan kewaspadaan isolasi di setiap
unit pelayanan harus tersedia sarana dan prasarana yang
diperlukan.
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
1,2 dan 3, perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
:
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063)
2. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:
270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial PPI di
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
:382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman PPI di Rumah Sakit
dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
6. Kebijakan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan rumah.
7. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, Depkes RI, 2011
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999
Tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
1
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 129 Tahun 1999 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Ditetapkan di : Mataram
Tanggal : 02 Februri 2017
2
Lampiran Kebijakan Direktur Rumah Sakit Islam SitiHajar Mataram
Nomor : 162/KBJ/DIR/RSI/II/2017
Tanggal : 02 Februari 2017
Tentang : Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Kamar Isolasi di Rumah Sakit Islam Siti
Hajar Mataram.
Nomor : 162/KBJ/DIR/RSI/II/2017
1. KEBIJAKAN UMUM
1) Kewaspadaan kamar isolasi diterapkan untuk mengurangi resiko infeksi
penyakit menular pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang
diketahui maupun yang tidak diketahui.
2) Dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit setiap petugas
harus menerapkan kewaspadaan kamar isolasi yang terdiri dari dua lapis
yaitu kewaspadaan standart dan kewaspadaan berdasarkan transmisi.
3) Kewaspadaan standart harus diterapkan secara rutin dalam perawatan di
rumah sakit yang meliputi : kebersihan tangan, penggunaan APD,
pemrosesan peralatan perawatan pasien, pengendalian lingkungan,
penatalaksanaan linen, pengelolaan limbah, kesehatan karyawan,
penempatan pasien, hygiene respirasi (etika batuk), praktek menyuntik
yang aman dan praktek untuk lumbal fungci.
4) Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai tambahan
kewaspadaan standart pada kasus-kasus yang mempunyai resiko penularan
melalui kontak, droplet, airborne.
3
skin). Ganti sarung tangan di antara dua tugas dan prosedur berbeda pada
pasien yang sama setelah menyentuh bagian yang kemungkinan mengandung
banyak mikroorganisme. Lepas sarung tangan setelah selesai melakukan
tindakan, sebelum menyentuh barang dan permukaan lingkungan yang tidak
terkontaminasi, dan sebelum berpindah ke pasien lain, dan cuci tangan segera
untuk mencegah perpindahan mikroorganisme ke pasien lain atau lingkungan.
4) Masker, Pelindung Mata dan Pelindung Wajah.
Gunakan masker dan pelindung mata atau wajah untuk melindungi lapisan
mukosa pada mata, hidung dan mulut saat melakukan prosedur atau aktifitas
perawatan pasien yang memungkinkan adanya cairan darah, cairan tubuh,
sekresi dan ekskresi.
5) Gaun
Gunakan gaun (bersih dan tidak perlu steril) untuk melindungi kulit dan untuk
mencegah ternodanya pakaian saat melakukan prosedur dan aktifitas
perawatan pasien yang memungkinkan adanya cipratan darah. Lepas gaun
kotor sesegera mungkin dan cuci tangan untuk mencegah perpindahan
mikroorganisme ke pasien lain dan lingkungan.
6) Peralatan Perawatan Pasien dan ekskresi hendaknya diperlakukan sedemikian
rupa sehingga tidak bersentuhan dengan kulit dan lapisan mukosa, tidak
mengotori pakaian, dan tidak memindahkan mikroorganisme ke pasien lain
dan lingkungan. Pastikan bahwa peralatan yang dapat di pakai dengan kulit
dan lapisan mukosa, tidak mengotori pakaian, dan tidak memindahkan
mikroorganisme ke pasien lain dan lingkungan.
7) Kesehatan Karyawan dadn Penularan Penyakit Melalui Darah (Bloodborne
Pathogens)
8) Melakukan Pemeriksaan Kesehatan secara berkala terhadap petugas kesehatan
dan pemberian imunisasi.
9) Penatalaksanaan limbah benda tajam dan tertusuk jarum ditangani sesuai SPO
berkoordinasi dengan K3RS.
10) Peralatan yang dapat menggantikan pernafasan dari mulut ke mulut (mouth-to-
mouth resuscitation), seperti mouthpiece, kantong resusitasi dan peralatan
ventilasi lainnya hendaknya diletakkan di tempat yang sering dibutuhkan.
4
sebelum udara disirkulasikan ke ruang lain. Pintu harus selalu
tertutup dan pasien tersebut ada di dalamnya.
d) Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien bersama
dengan pasien lain yang terinfeksi aktif dengan mikroorganisme
yang sama, kecuali bila ada rekomendasi lain. Dilarang
menempatkan pasien dengan pasien jenis infeksi lain.
e) Bila tidak tersedia kamar tersendiri dan perawatan gabung tidak
diinginkan, konsultasikan dengan petugas pengendalian infeksi
sebelum menempatkan pasien.
5
c. Transmisi kontak
1) Penempatan Pasien : Pasien bisa ditempatkan di semua ruang
perawatan. Tempatkan pasien di kamar tersendiri. Bila tidak tersedia
kamar tersendiri, tempatkan pasien dalam kamar bersama dengan
pasien yang terinfeksi dengan mikroorganisme yang sama. tetapi bila
tidak memungkinkan dengan jarak sedikitnya 3 kaki (kira-kira 1 meter)
dengan pasien lainnya dan pengunjung. Tidak dibutuhkan penanganan
udara dan ventilasi khusus, dan pintu boleh tetap terbuka.
2) Sarung Tangan dan Cuci Tangan : Pakailah sarung tangan (bersih dan
tidak perlu steril) saat memasuki kamar dan merawat pasien, ganti
sarung tangan setelah menyentuh bahan-bahan terinfeksi yang kira-kira
mengandung mikroorganisme dengan konsentrasi tinggi (faeces dan
drainase luka). Lepas sarung tangan sebelum meninggalkan lingkungan
pasien dan segera lakukan kebersihan tangan dengan cuci tangan atau
handrub.
3) Gaun : Pakailah gaun (bersih dan tidak perlu steril) saat memasuki
kamar pasien
4) Pemindahan Pasien : Batasi pemindahan dan transportasi pasien hanya
untuk hal yang sangat penting saja. Bila memang dibutuhkan
pemindahan dan transportasi, pastikan kewaspadaan tetap terjaga
untuk meminimalkan kemungkinan penyebaran mikroorganisme ke
pasien lain dan kontaminasi permukaan lingkungan dan peralatan.
5) Peralatan Perawatan Pasien : Penggunaan peralatan non-kritikal hanya
untuk satu pasien saja (atau digunakan bersama dengan pasien yang
terinfeksi atau terkolonisasi dengan patogen yang sama yang
membutuhkan kewaspadaan) untuk mencegah penggunaan bersama
dengan pasien lain. Bila penggunaan bersama tidak dapat dihindari,
maka bersihkan dan desinfeksi peralatan tersebut sebelum digunakan
oleh pasien lain.
6
epidemiologi pemisah dengan 6-12 x/jam sebelum
mikrobanya dan jarak > 1 meter udara mengalir ke
populasi pasien. antara TT dan jarak ruang atau tempat
dengan pengunjung. lain di RS.
Bicarakan dengan
petugas PPI Pertahankan pintu Usahakan pintu
(kategori IB). terbuka, tidak perlu ruang pasien
penanganan khusus tertutup. Bila ruang
Tempatkan dengan terhadap udara dan terpisah tidak
jarak > 1 meter3 ventilasi (kategori memungkinkan,
kaki antara TT. IB) tempatkan pasien
dengan pasien lain
Jaga agar tidak ada yang mengidap
kontaminasi silang mikroba yang sama,
ke lingkungan dan jangan di campur
pasien lain (kategori dengan infeksi lain
IB) (kohorting) dengan
jarak > 1 meter.
Konsultasikan
dengan petugas
PPIRS sebelum
menempatkan pasien
bila tidak ada ruang
isolasi dan kohorting
tidak
memungkinkan
(kategori IB ).
Transport Pasien Batasi gerak, Batasi gerak dan Batasi gerakan dan
transport pasien transportasi untuk transport pasien
hanya kalau perlu batasi droplet dari hanya kalau
saja. Bila diperlukan pasien dengan diperlukan saja.
pasien keluar mengenakan masker Bila perlu untuk
ruangan perlu pada pasien pemeriksaan pasien
kewaspadaan agar (kategori IB) dan dapat diberi masker
resiko minimal menerapkan hygiene bedah untuk
transmisi ke pasien respirasi dan etika mencegah
lain atau lingkungan. batuk. penyebarannya
(kategori IB) droplet nuclei
(kategori IB).
7
APD Petugas Sarung tangan dan Masker : Perlindungan
cuci tangan : Pakailah bila bekerja saluran nafas :
Memakai sarung dalam radius 1m Kenakan masker
tangan bersih terhadap pasien respirator N95 atau
nonsteril, lateks saat (kategori IB), saat kategori N pada
masuk ke ruang kontak erat, masker efisiensi 95 % saat
pasien, ganti sarung seyogyanya masuk ruang pasien
tangan setelah melindungi hidung atau suspek TB
kontak dengan dan mulut, dipakai Paru.
bahan infeksius saat memasuki
(feses, cairan drain) ruang rawat pasien Orang yang rentan
lepaskan sarung dengan infeksi seharusnya tidak
tangan sebelum saluran nafas. boleh masuk ruang
keluar dari kamar pasien yang
pasien dan cuci diketahui atau
tangan dengan suspek campak,
antiseptic (kategori cacar air kecuali
IB) petugas yang telah
imun.
GAUN : Goggle :
Pakai gaun bersih, Bila melakukan
tidak steril saat tindakan dengan
masuk ruang pasien kemungkinan timbul
untuk melindungi aerosol.
baju dari kontak
dengan pasien,
permukaan
lingkungan, barang
di ruang pasien
cairan diare pasien,
ileostomy,
colostomy, luka
terbuka. Lepaskan
gaun sebelum keluar
ruangan. Jaga agar
tidak ada
kontaminasi silang
8
ke lingkungan dan
pasien lain (kategori
IB).
APRON :
Bila gaun
permeable, untuk
mengurangi
penetrasi cairan,
tidak di pakai
sendiri.
Di tetapkan di : Mataram
Tanggal : 02 Februari 2017
9
dr. H. Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD
10
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NTB
RUMAH SAKIT ISLAM SITI HAJARMATARAM
JalanCaturWargaMataram 83121, Telp. (0370) 623498 Fax. (0370) 638706
TEMPAT
LINEN
NON
11
INFEKSIUS
12