Anda di halaman 1dari 7

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NTB

RUMAH SAKIT ISLAM “SITI HAJAR” MATARAM


Jalan Catur Warga Mataram 83121, Telp. (0370) 623498 Fax. (0370) 638706

KEBIJAKAN DIREKTUR
N0MOR : /KBJ/DIR/RSI/II/2017

TENTANG

KEBIJAKAN PENERAPAN KEWASPADAAN ISOLASI

DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM ”SITI HAJAR” MATARAM

Menimbang : a. bahwa dalam upaya mencegah dan mengendalikan infeksi dirumah sakit
harus selalu berorientasi pada keselamatan pasien dan petugas dirumah
sakit;
b. bahwa untuk menunjang penerapan kewaspadaan isolasi di setiap unit
pelayanan harus tersedia sarana dan prasarana yang diperlukan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a, b dan
c, perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ( Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/2010
tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit;
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 270/ Menkes / SK/ III/2007
Tentang Pedoman Manajerial PPI di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya;
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 382/ Menkes/SK/III/2007
Tentang Pedoman PPI di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya.
6. Kebijakan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/
Menkes/SK / X/ 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah
sakit;
7. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, Depkes RI, 2011.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1333/Menkes/SK/ZII/1999
Tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 129 Tahun 1999 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;

1
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM “SITI HAJAR”
MATARAM Tentang PENERAPAN KEWASPADAAN ISOLASI;

KEDUA : Kebijakan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah Kebijakan


Penerapan Kewaspadaan Isolasi di Rumah Sakit Islam “Siti Hajar”
Mataram yang disusun oleh Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
KETIGA : Rumah Sakit Islam “Siti Hajar” Mataram;
Kebijakan ini mengatur bagaimana penerapan Kewaspadaan isolasi di unit
pelayanan;
KEEMPAT :
Tim PPI-RS bertanggung jawab atas pelaksanaan sosialisasi kebijakan dan
melaporkan pelaksanaan kebijakan tersebut;
KELIMA :
Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di M a t a r a m
Pada Tanggal 1 Februari 2017
Direktur Rumah Sakit Islam “Siti Hajar” Mataram

dr. H. Lalu Ahmadi Jaya, SpPD

2
Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam “Siti Hajar” Mataram
Nomor : /KBJ/DIR/RSI/II/2017
Tanggal :

KEBIJAKAN PENERAPAN KEWASPADAAN ISOLASI

I. KEBIJAKAN UMUM
1. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko infeksi penyakit menular
pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak
diketahui.
2. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumahsakit setiap petugas harus
menerapkan kewaspadaanisolasi yang terdiri dari dua lapis yaitu kewaspadaan standar
dan kewaspdaan berdasarkan transmisi
3. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam perawatan di rumah sakit
yang meliputi : kebersihan tangan, penggunaan APD, pemrosesan peralatan
perawatan pasien, pengendalian lingkungan, penatalaksanaan linen, pengelolaan
limbah, kesehatankaryawan, penempatan pasien, hygiene respirasi(etika batuk),
praktek menyuntik yang aman dan praktek untuk lumbal punksi
4. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai tambahan kewaspadaan
standar pada kasus - kasus yang mempunyai risiko penularan melalui kontak, droplet,
airborne.

II. KEBIJAKAN KHUSUS


Penempatan pasien tidak infeksius Menggunakan kewaspadaan standar :
1. Penempatan Pasien.
Pasien bisa ditempatkan di semua ruang perawatan kecuali ruang Isolasi di Unit
Perawatan Paru.
2. Kebersihan Tangan
a. Lakukan Enam langkah saat membersihkan tangan
b. Gunakan cairan berbasis alkohol (handrub) dan sabun antiseptik untuk kebersihan
tangan
3. Sarung Tangan.
Pakai sarung tangan (bersih dan tidak perlu steril) bila menyentuh darah, cairan tubuh,
sekresi, ekskresi danbarang-barang terkontaminasi. Pakai sarung tangan sebelum
menyentuh lapisan mukosa dan kulit yang luka (non-intact skin). Ganti sarung tangan
di antara dua tugas dan prosedur berbeda pada pasien yang sama setelah menyentuh
bagian yang kemungkinan mengandung banyak mikroorganisme. Lepas sarungtangan
setelah selesai melakukan tindakan, sebelum menyentuh barang dan permukaan
lingkungan yang tidak terkontaminasi, dan sebelum berpindah ke pasien lain, dan cuci
tangan segera untuk mencegah perpindahan mikroorganisme ke pasien lain atau
lingkungan.
4. Masker, Pelindung Mata,dan Pelindung Wajah.
Gunakan masker dan pelindung mata atau wajah untuk melindungi lapisan mukosa
pada mata, hidung dan mulut saat melakukan prosedur atau aktifitas perawatan pasien
yang memungkinkan adanya cipratan darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi.
5. Gaun.
Gunakan gaun (bersih dan tidak perlu steril) untuk melindungi kulit dan untuk
mencegah ternodanya pakaian saat melakukan prosedur dan aktifitas perawatan
pasien yang memungkinkan adanya cipratan darah. Lepas gaun kotor sesegera

3
mungkin dan cuci tangan untuk mencegah perpindahan mikroorganisme ke pasien
lain atau lingkungan.
6. Peralatan Perawatan Pasien dan ekskresi hendaknya diperlakukan sedemikian rupa
sehingga tidak bersentuhan dengan kulit dan lapisan mukosa, tidak mengotori
pakaian, dan tidak memindahkan mikroorganisme ke pasien lain dan lingkungan.
Pastikan bahwa peralatan yang dapat dipakai dengan kulit dan lapisan mukosa, tidak
mengotori pakaian, dan tidak memindahkan mikroorganisme ke pasien lain dan
lingkungan.
7. Kesehatan Karyawan dan Penularan Penyakit Melalui Darah (Bloodborne Pathogens )
8. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala terhadap petugas kesehatan dan
pemberian imunisasi.

9. Penatalaksanaan limbah benda tajam dan tertusuk jarum ditangani sesuai SPO
berkoordinasi dengan K3RS.
10. Peralatan yang dapat menggantikan pernafasan dari mutut ke mulut (mouth-to-mouth
resuscitation), seperti mouthpiece, kantong resusitasi, dan peralatan ventilasi lainnya
hendaknya diletakkan di tempat yang sering dibutuhkan

TABEL KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMISI

Kontak Droplet Udara/Airborne

Penempatan Tempatkan di Tempatkan pasien di Tempatkan pasien di


pasien ruang rawat terpisah, ruang terpisah, bila ruang terpisah yang
tidak mungkin mempunyai
bila tidak mungkin kohorting.
kohorting, bila 1. tekanan negatif
keduanya tidak
2. pertukaran udara 6-
mungkin maka Bila keduanya tidak 12 x /jam sebelum
pertimbangkan mungkin,buat pemisah udara mengalir ke
epidemiologi dengan jarak > 1 ruang atau tempat lain
mikroba nya dan meter antar TT dan di RS.
jarak dengan
populasi pasien. pengunjung. Usahakan pintu ruang
pasien tertutup. Bila
Bicarakan dengan Pertahankan pintu ruang terpisah tidak
petugas PPI ( kategori terbuka, tidak perlu memungkinkan,
penanganan khusus tempatkan pasien
IB).
terhadap udara dan dengan pasien lain
ventilasi ( kategori IB ) yang mengidap
Tempatkan dengan
jarak >1 meter3 mikroba yang sama,
kaki antar TT. jangan dicampur
dengan infeksi lain
Jaga agar tidak (kohorting) dengan
ada kontaminasi jarak >1 meter.
silang ke lingkungan
dan pasien lain Konsultasikan dengan
(kategori IB) petugas PPIRS
sebelum menempatkan
pasien bila tidak ada
ruang isolasi dan
kohorting tidak
memungkinkan.
( kategori IB )

4
Batasi gerak, Batasi gerak dan Batasi gerakan dan
Transport transport pasien transportasi untuk transport pasien hanya
pasien hanya kalau perlu batasi droplet dari kalau diperlukan saja.
saja. Bila pasien dengan
diperlukan pasien mengenakan masker Bila perlu untuk
keluar ruangan perlu pada pasien pemeriksaan pasien
kewaspadaan agar (kategori IB) dan dapat diberi masker
risiko minimal menerapkan hygiene bedah untuk
transmisi ke pasien respirasi dan etika mencegah
lain atau lingkungan batuk. menyebarnya droplet
( kategori IB). nuklei (kategori IB)

APD petugas Masker


Sarung tangan dan Perlindungan
pakailah bila bekerja
cuci tangan dalam radius 1m saluran napas
memakai sarung terhadap pasien kenakan masker
( kategori IB ), saat respirator N95 atau
tangan bersih
kontak erat. masker kategori N pada
nonsteril, lateks saat efisiensi 95%) saat
seyogyanya melindungi
masuk ke ruang hidung dan mulut, masuk ruang pasien
pasien,ganti sarung dipakai saat memasuki atau suspek TB paru.
tangan setelah kontak ruang rawat pasien Orang yang rentan
dengan bahan dengan infeksi saluran seharusnya tidak
napas. boleh masuk ruang
infeksius (feses,
cairan drain), pasien yang
diketahui atau suspek
lepaskan sarung tangan campak, cacar air
sebelum keluar dari kecuali petugas
kamar pasien dan cuci yang telah imun.
tangan dengan Bila terpaksa harus
antiseptik (kategori IB) masuk maka harus
mengenakan masker
respirator untuk
pencegahan.
Orang yang telah
pernah sakit campak
atau cacar air tidak
perlu memakai
masker ( kategori IB )

Masker
bedah/prosedur(min)
Gaun
pakai gaun bersih, Sarung tangan
tidak steril saat
masuk Gaun
ruang pasien untuk

5
melindungi baju dari Goggle
kontak dengan
pasien, permukaan Bila melakukan
lingkungan, barang tindakan dengan
diruang pasien cairan kemungkinan timbul
diare pasien, aerosol
ileostomy,
colostomy,
luka terbuka.
Lepaskan
gaun sebelum keluar
ruangan.
Jaga agar tidak ada
kontaminasi silang ke
lingkungan dan
pasien
lain (kategori IB)

Apron
Bila gaun permeable,
Untuk mengurangi
penetrasi cairan, tidak
dipakai sendiri

Peralatan untuk
perawatan pasien Bila memungkinkan Tidak perlu penanganan Transmisi pada TB
Peralatan nonkritikal udara secara khusus sesuai pedoman TB
dipakai untuk 1 karena mikroba tidak CDC ”Guideline
pasien bergerak jarak jauh. for Preventing of
atau pasien dengan Tuberculosis in
infeksi mikroba Healthcare Facilities”
yang
sama. Bersihkan
dan
disinfeksi sebelum
dipakai untuk
pasien
lain (kategori IB)

6
Kontak Droplet Udara/Airborne

Peralatan untuk MDRO, MRSA, B. pertussis, SARS, MTB (obligat airborne)


perawatan pasien VRSA, VISA, VRE, RSV, Influenza, campak, cacar air
MDRSP (Strep Adenovirus,Rhinovirus, (kombinasi transmisi)
pneumoniae) N.meningitidis, Norovirus (partikel
Streptococ grup A, feses, vomitus),
Virus Herpes Mycoplasma Rotavirus melalui
simplex,SARS, RSV pneumoniae. partikel kecil aerosol.
(indirek melmainan,
S.aureus, MDRO,
VRE, C.difficile, P
aureginosa, Influenza,
Norovirus (juga
makanan dan
minuman)

Direktur Rumah Sakit Islam “Siti Hajar” Mataram

dr. H. Lalu Ahmadi Jaya, SpPD

Anda mungkin juga menyukai