BIOMEDIKA
TENTANG
Mengingat :
1. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun
2009 tentang kesehatan;Undang-undang nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit;
2. Peratuarn Menteri Kesehatan Nomor
:986/Menkes/Per/XI/1992 Tentang Penyehatan
Lngkungan Rumah Sakit;
3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara RI
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 5059);
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan umah sakit
MEMUTUSK
AN
Menetapkan
DITETAPKAN DI :
PADA TANGGAL : .............. 2016
DIREKTUR RUMAH SAKIT BIOMEDIKA
A. Latar Belakang
Healthcare associated infections (HAIs) adalah infeksi yang terjadi selama proses
perawatan di rumah sakit atau di fasilitas kesehatan lain, di mana pasien tidak ada infeksi
atau tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi yang didapat di rumah sakit tapi muncul
setelah pulang, juga infeksi pada petugas kesehatan yang terjadi di pelayanan kesehatan.
Infeksi silang dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas, dari pasien
ke pasien yang lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun dari petugas
kepada pasien, melalui kontak langsung ataupun melalui peralatan atau bahan yang sudah
terkontaminasi dengan darah ataupun cairan tubuh lainnya.
Keberhasilan pengendalian infeksi sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan
perilaku petugas kesehatan. Sehingga perlu dilakukan penekanan dalam upaya pencegahan
penularan untuk merubah perilaku petugas dalam memberikan pelayanan dengan terus
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta adanya panduan dalam pelaksanaan
kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit Bioemdika.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengurangi angka infeksi di Rumah Sakit Bioemdika
2. Tujuan Khusus
a. Mengurangi angka infeksi bagi petugas, pasien dan pengunjung
b. Memberikan pengetahuan bagi petugas, pasien dan pengunjung tentang pengelolaan
dan perawatan pasien penyakit menular
c. Supaya petugas dapat mengatur pemisahan antara pasien dengan penyakit antara
pasien dengan penyakit menular, dari pasien lain yang berrisiko tinggi, yang rentan
karena immunosuppressed atau sebab lain
d. Supaya petugas dapat mengatur cara mengelola pasien dengan infeksi airborne untuk
jangka waktu pendek ketika ruangan bertekanan negatif tidak tersedia
e. Supaya petugas mengetahui alur dan penempatan pasien dengan penyakit menular
BAB II
KEBIJAKAN PENERAPAN KEWASPADAAN ISOLASI
I. Kebijakan Umum
a. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko infeksi penyakit
menular pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun
yang tidak diketahui.
b. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit setiap petugas harus
menerapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua lapis yaitu kewaspadaan
standar dan kewaspdaan berdasarkan transmisi
c. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam perawatan di rumah
sakit yang meliputi : kebersihan tangan, penggunaan APD, pemrosesan peralatan
perawatan pasien, pengendalian lingkungan, penatalaksanaan linen, pengelolaan
limbah, kesehatan karyawan, penempatan pasien, hygiene respirasi (etika batuk),
praktek menyuntik yang aman dan praktek untuk lumbal punksi
d. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai tambahan kewaspadaan
standar pada kasus kasus yang mempunyai risiko penularan melalui kontak,
droplet, airborne.
Dalam pengelolaan perawatan pasien isolasi diperlukan pengaturan baik dari tata
ruangnya, alur pasien, petugas, maupun pengunjungnya.
A. Tata Ruang
1. Sistem ventilasi
Mikroorganisme yang ada di udara merupakan salah satu sumber infeksi nosokomial,
misalnya Mycobacterium tuberculosis, Aspergilus spp, virus campak dan varicella.
Sistem ventilasi yang dibutuhkan tergantung dari keadaan pasien yang dirawat dan
kualitas udara di sekitar ruangan.
a. Ruang Rawat Intensif (ICU)
Resirkulasi udara di ruang ini sebaiknya menggunakan filter HEPA yaitu suatu
filter yang dapat menghambat 99,97% partikel dioktilphtalat yang dihembuskan
dengan cara aerosol berdiameter 0,3 m. Penggantian udara minimal 6 kali dalam
satu jam yang menjamin udara bersih dari partikel.
b. Ruang Isolasi
Sistem ventilasi dengan tekanan negatif diperlukan untuk pasien yang terinfeksi
virus, tuberkulosis, virus campak dan varisela.
Tekanan negatif dengan menggunakan exhaust exceeding supply sekitar 15% atau
feet3/min. Udara dari ruangan langsung dialirkan keluar. Resirkulasi boleh
dilakukan tetapi perlu filter HEPA sebelum masuk kembali ke ruangan.
Sementara ini di Bioemdika ruang isolasi didesign dengan pemasangan 1 pintu,
pintu selalu tertutup dan resirkulasi udara dengan kipas angin.
c. Ruang Operasi (IBS)
Aliran udara harus selalu berasal dari ruangan yang bersih ke ruangan yang
kurang bersih. Sistem ventilasi dan pengatur udara (AC) harus terjamin dan
menciptakan kondisi udara yang nyaman bagi pasien, dokter dan petugas.
Masuknya udara melalui diffuser (alat penyebar) pada ruangan, dan melalui
exhaust yang berada di dinding, tepat di atas lantai, udara keluar, sistem ventilasi
harus mencakup persyaratan berikut :
Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan perawatan pasien penyakit
menular. Pelaksanaan perawatan pasien penyakit menular sesuai panduan dan prosedur akan
menurunkan angka infeksi di Rumah Sakit Bioemdika.
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya, Kesiapan Menghadapi Emerging Infectious Disease, 2009.
Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya
Terbatas, 2004.