MISI
KEBIJAKAN PENCEGAHAN
1. Memberikan pelayanan
kesehatan ibu dan anak
yang berkualitas.
DAN PENGENDALIAN
2. Meningkatkan mutu
pelayanan medis, maupun
non medis, rumah sakit
berstandart keselamatan
INFEKSI (PPI)
pasien.
3. Meningkatkan fasilitas
baik sarana prasarana
yang menyangkut
peralatan medis dan non
medis, dengan berorientasi
kepada keselamatan
pasien.
4. Meningkatkan mutu
profesionalisme dan
komitmen, sumber daya
manusia baik dalam
bidang medik,
keperawatan, maupun non
medik
MOTTO
” 5S ”
Senyum
Salam
RSIA AMALIA SIDAYU
Sapa Jl. Raya Deandles Rt 01, Rw 01Golokan, Sidayu,Gresik,61153
Sopan Tlp (031)99112451
Santun Email: rsiaamaliasidayu@gmail.com
2018
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RSIA AMALIA SIDAYU
Nomor : 01/RSIA-AMALIA/KEP/G/III/2018
TENTANG
Menimbang : a Bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan dan tempat
berkumpulnya orang sakit dapat berpotensi menyebabkan terjadinya
penularan penyakit infeksi
Ketiga : Segala biaya yang timbul akibat dari dikeluarkannya surat keputusan ini,
menjadi tanggung jawab RSIA Amalia Sidayu
Ditetapkan di : Sidayu
Direktur
Nomor : /01/RSIA-AMALIA/G/KEP/III/20182018
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………..
A. KEBIJAKAN UMUM..........................................................................................................................
B. KEBIJAKAN KHUSUS.......................................................................................................................
M. PENGELOLAAN MAKANAN……………………………………………………………………..
U. SIRS.......................................................................................................................................................
KEBIJAKAN PELAYANAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
RSIA AMALIA SIDAYU
A. KEBIJAKAN UMUM
1. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu
layanan, keselamatan pasien, dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi pasien,
keluarga dan masyarakat serta karyawan sesuai dengan Visi, Misi, Falsafah dan Tujuan
RSIA Amalia Sidayu
2. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berfokus pada pasien
dengan melaksanakan akses ke pelayanan dan kontinuitas pelayanan, memenuhi hak
pasien dan keluarga, asesmen pasien, pemberian pelayanan pasien, serta memberikan
edukasi kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
3. Pelayanan rumah sakit dilaksanakan selama 24 jam setiap hari, kecuali beberapa unit
pelayanan tertentu
4. Setiap unit pelayanan harus menjalankan kewaspadaan universal melalui kegiatan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang menjangkau setiap pelayanan di rumah sakit
dan melibatkan berbagai individu.
5. Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dilaksanakan oleh Komite PPI.
6. Program PPI di RSIA Amalia Sidayu dilakukan secara bertahap. Fokus program
ditentukan dengan melakukan Assesmen Risiko setiap tahun.
7. Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi dilaksanakan melalui program kerja komite
PPI
8. Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi dilaksanakan melalui program kerja komite
PPI Rumah Sakit yang terintegrasi dengan Komite Mutu Pelayanan dan K3RS.
9. Setiap petugas rumah sakit harus bekerja sesuai standar profesi, standar kompetensi,
standar prosedur operasional, etika profesi, kode etik rumah sakit dan semua peraturan
rumah sakit yang berlaku.
10. Setiap unit pelayanan harus mampu mengelola data yang dapat dijadikan sebagai sumber
informasi dan pengambilan keputusan bagi kepentingan manajemen dan pelayanan
kepada masyarakat.
11. Koordinasi dan evaluasi pelayanan dilaksanakan melalui rapat rutin dan insidentiil.
12. Komite PPI membuat laporan bulanan, semester dan tahunan kepada manajemen rumah
sakit.
B. KEBIJAKAN KHUSUS :
1. ORGANISASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
a. RSIA Amalia Sidayu melaksanakan program pencegahan dan pengendalian infeksi
untuk melindungi pasien, pengunjung dan petugas terhadap penularan infeksi di
Rumah Sakit.
b. Direktur membentuk Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI). Komite
PPI RSIA Amalia Sidayu bertanggung jawab langsung kepada Direktur.
c. Komite dan Tim PPI mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas sesuai
dengan Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
fasilitas kesehatan lainnya yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 2011.
d. Pelaksanaan PPI dikelola dan diintegrasikan antara struktural dan fungsional disemua
unit dan menjadi tanggung jawab seluruh staf dan karyawan.
e. Agar kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi berjalan lancar, maka RSIA
Amalia Sidayu memiliki 1 IPCN (Infection Prevention and Control Nurse), yang
bertugas mengawasi seluruh kegiatan pencegahan pengendalian infeksi.
f. Dalam melaksanakan tugasnya IPCN dibantu oleh IPCLN (Infection Prevention and
Control Link Nurse) dan IPCLS (Infection Prevention and Control Link Staf ) sebagai
pelaksana harian/penghubung di unit masing-masing.
g. Pengorganisasian PPI dijelaskan lebih lanjut dalam pedoman pengorganisasian PPIRS
Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan dengan menggunakan alat pelindung diri
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Setiap petugas yang melakukan tindakan yang berpotensi terpapar bahan infeksius
harus menggunakan alat pelindung diri (APD).
b. Unit Kerja wajib menyediakan peralatan dan material alat pelindung diri yang
memadai bagi petugas sesuai Panduan Alat Pelindung Diri
2.3 Peralatan atau material yang digunakan untuk perawatan pasien dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Setiap peralatan disposable yang digunakan pada pasien yang diduga menderita
penyakit menular harus dikelola sebagai bahan infeksius sesuai dengan panduan
yang telah ditetapkan.
b. Setiap peralatan disposable yang digunakan pada pasien yang diduga menderita
penyakit menular tidak boleh digunakan kembali (re-use).
c. Pengawasan terhadap sterilitas peralatan dan material kadaluwarsa dilaksanakan
secara berkala dibawah koordinasi Unit Sterilisasi.
d. Pemantauan Mutu Sterilisasi dengan menggunakan :
1. Pemberian indikator pada setiap instrumen yang di sterilisasi.
2. Pemeriksaan swab pada instrumen yang sudah di sterilisasi ke BPFK setahun
sekali.
e. Peralatan dan bahan material yang digunakan lagi dalam pelayanan asuhan
pasien harus dilakukan proses dekontaminasi sesuai panduan yang telah
ditetapkan (o-zyme).
f. Proses sterilisasi mengacu pada standar sterilisasi yang telah ditetapkan oleh
Pedoman Sterilisasi yang dikeluarkan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
dengan tahap dekontaminasi dan pencucian, pengemasan, sterilisasi,
penyimpanan, dan distribusi.
g. Pemprosesan alat / instrumen paska pakai berdasarkan kriteria alat yaitu Kritikal,
Semi Kritikal dan Non Kritikal
2.4 Pengendalian lingkungan dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pembersihan lingkungan:
1. Pembersihan lingkungan perawatan pasien dilaksanakan oleh petugas cleaning
servise yang telah dilatih upaya pencegahan dan pengendalian infeksi.
2. Proses pembersihan lingkungan dilaksanakan sesuai dengan panduan yang
telah ditetapkan.
3. Sterilisasi ruang kamar operasi dilaksanakan sesuai panduan yang telah
ditetapkan.
4. Proses pengelolaan lingkungan pasien dilakukan dengan menggunakan
desinfektan yang telah ditetapkan.
b. Pengelolaan limbah:
Pengelolaan limbah harus memperhatikan prinsip sebagai berikut :
1. Semua limbah berisiko tinggi harus diberi label/ tanda yang jelas.
2. Wadah /kontainer diberi alas kantong plastik dengan warna : kuning untuk
limbah infeksius & B3,hitam untuk limbah non infeksius / domestika.
3. Limbah tidak boleh dibiarkan atau disimpan > 24 jam
4. Kantong plastik tempat limbah tidak diisi terlalu penuh ( cukup 3/4)
5. Wadah / kontainer harus tertutup, tahan bocor, tidak berkarat, mudah
dikosongkan atau diangkat, mudah dibersihkan dan berada ditempat yang
terlindungi dari binatang atau serangga.
6. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah anti bocor dan
tahan tusukan ( safety box), tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidak.
7. Benda tajam dan jarum dan syringe setelah dipakai tidak dilakukan recapping
dan langsung dibuang ke dalam Safety Box.
8. Pengangkutan limbah harus menggunakan troli yang tertutup. Pengangkutan
dilakukan 2 kali / hari.
9. Pembuangan atau pemusnahan limbah infeksius padat harus dilakukan di
tempat pengelolaan sampah infeksius dalam hal ini Rumah Sakit bekerjasama
dengan pihak ketiga
10. Pembuangan limbah cair darah dan komponennya dibuang di spoelhoeck
melalui saluran IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah). Pengawasan
dilakukan oleh Unit Kesehatan Lingkungan serta Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi.
11. Petugas yang menangani limbah harus mengunakan APD seperti sarung
tangan khusus, masker, sepatu boot, apron dan pelindung mata.
2.5 Pengelolaan Linen
a. Jenis linen di RSIA Amalia Sidayu dikualifikasikan menjadi linen bersih, linen
kotor infeksius, linen kotor non infeksius.
b. Di setiap unit penghasil linen kotor harus menyediakan tempat dan sudah diberi
kantong plastik sehingga memudahkan pengangkutan dan menghindari risiko
tercecer.
c. Linen infeksius dimasukkan kantong warna kuning dan linen kotor non
infeksius dimasukkan dalam kantong warna hitam.
d. Untuk mencegah kontaminasi, pengangkutan linen menggunakan troli yang
berbeda antara troli bersih dan troli kotor.
e. Pembersihan troli dilakukan setiap selesai digunakan dengan menggunakan
cairan desinfektan dan petugas harus menggunakan APD sesuai potensi risiko
selama bekerja.
2.6 Pengelolaan/ perlindungan petugas kesehatan mengacu pada beberapa hal sebagai
berikut:
a. Pengelolaan terhadap occupational incident dilakukan sesuai dengan panduan
pengelolaan pajanan yang telah ditetapkan.
b. Edukasi terkait upaya pencegahan dan pengendalian infeksi diberikan dalam
rangka upaya meningkatkan kesehatan karyawan.
a. Praktek menyuntik aman harus dilakukan oleh dokter dan perawat yang
mempunyai kompetensi
b. Pakai jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap suntikan untuk mencegah
kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
c. Vial/ampul/botol infus untuk single use harus dapat digunakan dengan cara
yang dapat menjaga syarat aseptik.
d. Multi dose vial digunakan
1. Hanya digunakan untuk satu orang pasien
2. Setiap mengakses via multi dose harus menggunakan jarum dan spuit yang
steril
3. Tidak disimpan atau dibawa ke kamar pasien atau ruang tindakan kecuali
vial tersebut hanya diperuntukkan untuk satu orang pasien tertentu.
4. Setelah digunakan untuk pertama kali, harus dicantumkan tanggal pertama
kali vial dibuka pada etiket obat dan batas waktu hanya 1 x 24 jam.
5. Cairan infus dalam botol (plastik atau kaca) tidak dapat digunakan bersama
sama untuk beberapa pasien.
3. KEBIJAKAN TENTANG KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI
1. Merupakan tambahan kewaspadaan standar diterapkan pada pasien rawat inap yang
suspek atau telah ditentukan jenis infeksinya, berdasarkan cara transmisi kontak,
droplet atau airbone.
2. Tatalaksana administratif meliputi percepatan akses diagnosis, pemisahan
penempatan pasien, mempersingkat waktu pelayanan di rumah sakit, penyediaan
paket perlindungan petugas ; tatalaksana lingkungan meliputi penataan alur pasien,
3. penataan sistem ventilasi (natural maupun mekanikal) tatalaksana penyediaan dan
penggunaan alat pelindung diri.
4. Pasien dengan imuno supressed hanya di lakukan stabilisasi keadaan untuk
selanjutnya dirujuk kefasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
5. RSIA Amalia Sidayu menyiapkan ruang kohort untuk perawatan pasien airbone
disease, yang terpisah dari pasien non infeksi dan khususnya terpisah dari pasien
dengan kondisi imunocompromise.
6. Tatalaksana perawatan pasien infeksi diterapkan berdasarkan prinsip kewaspadaan
isolasi sesuai cara transmisi spesifiknya. Petugas menerapkan prinsip kewaspadaan
kontak atau droplet atau airbone atau kombinasinya.
7. Transportasi pasien infeksi dari satu unit ke unit lain harus dibatasi seminimal
mungkin dan bila terpaksa harus memperhatikan prinsip kewaspadaan isolasi.
8. Pembersihan ruang kohort dilakukan setelah pembersihan ruang perawatan umum
dengan menggunakan bahan desinfektan.
9. Prosedur penunjang medik (pengambilan darah, pemberian gizi) dilakukan setelah
pasien yang tidak menular.
10. Keluarga dan pasien ruang kohort harus dilakukan edukasi penggunaan APD,
kebersihan tangan, etika batuk.
1. Sanitasi dapur dilakukan dengan cara memelihara dan menjaga kebersihan individu,
lingkungan dan peralatan. Penyiapan makanan dilakukan dengan pemilihan kualitas bahan
makanan, pengolahan bahan makanan dilihat terhadap kematangan, penyajian
makanan dengan menggunakan APD (sarung tangan, celemek, masker), tempat / wadah
tertutup. Dan distribusi makanan ke setiap ruangan menggunakan kereta makanan
tertutup.
2. Penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih,
terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya dan hewan lain serta suhu penyimpanan
disesuaikan dengan jenis bahan makanan.
3. Penjamah makanan yang kontak langsung dengan makanan mulai dari proses penyiapan
bahan sampai dengan penyajiannya dilakukan surveilans higiene pribadi berupa
monitoring kultur mikrobiologi swab rektal, dikoordinasikan dan di bawah tanggung
jawab Komite K3 RS. Tempat penyimpanan bahan makanan (Chiller dan Freezer) di
kontrol suhunya setiap hari menggunakan termometer dan dicatat dalam form suhu
kulkas. Termometer dilakukan kalibrasi setiap 1 tahun sekali.
4. Unit gizi menyediakan bank food sebagai pertanggung jawaban apabila terjadi KLB.
1. Seluruh SDM baru di RS wajib mengikuti program orientasi, termasuk materi PPIRS
2. Setiap ada mahasiswa yang akan praktek harus diberikan materi orientasi PPIRS.
3. Monitoring dan evaluasi hasil pendidikan dan pelatihan dilakukan oleh bagian SDM
bersama Komite PPI RS sesuai ketentuan yang berlaku sebagai dasar perencanaan program
selanjutnya.
4. Dalam program diklat target pencapaian Seluruh staff harus mencapai 80% dalam setahun.
13. PENDIDIKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI UNTUK PASIEN,
KELUARGA DAN PENGUNJUNG
1. Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit melibatkan seluruh karyawan
dari seluruh unit pelayanan, pasien, keluarga pasien serta pengunjung rumah sakit.
2. Salah satu Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di rumah sakit adalah kepedulian
terhadap pasien, keluarga dan pengunjung rumah sakit.
3. Untuk pasien rawat inap disampaikan oleh perawat saat orientasi pasien baru masuk,
meliputi kebersihan tangan, etika batuk dan ketertiban membuang sampah.
4. Edukasi pada pasien tentang hand hygiene dan etika batuk dilakukan pada setiap pasien
baru bekerjasama dengan IPCLN menggunakan metode ceramah dan brosur
5. Pasien ,keluarga dan pengunjung harus diberikan edukasi tentang PPIRS.
6. Masing –masing dari tenaga kesehatan ( Dokter, perawat, Laboratorium, Farmasi dll )
maupun non kesehatan ( Pekarya, petugas kebersihan , dll ) pasien ,keluarga dan
pengunjung turut ambil bagian dalam pencegahan dan pengendalian infeksi.
7. Pasien, keluarga, dan pengunjung yang dirawat di RSIA Amalia Sidayu harus mentaati
peraturan yang ada di RSIA Amalia Sidayu sesuai dengan peraturan tata tertib pasien.
8. Pasien dapat mengingatkan petugas kesehatan ( Dokter, Perawat, Laboratorium, Pekarya,
dll ) bila tidak melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah menyentuh pasien dan
lingkungan pasien.
9. Anak-anak di bawah 12 tahun di larang mengunjungi pasien