Anda di halaman 1dari 10

PEMERINTAH PROVINSI BALI

DINAS KESEHATAN
UPTD RUMAH SAKIT JIWA
Jalan Kusuma Yudha No. 29, Telp. (0366)91073—91074
Bangli 80613
Website : www.rsjiwa@baliprov.go.id
Email : admin.rsjiwa@baliprov.go.id

UPTD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali

UPTD RUMAH SAKIT JIWA


PROVINSI BALI
2019
PANDUAN PRAKTIK KLINIS TATA LAKSANA KASUS TB
UPTD RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI

UPTD RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI


2019
PEMERINTAH PROVINSI BALI
DINAS KESEHATAN
UPTD RUMAH SAKIT JIWA
Jalan Kusuma Yudha No. 29, Telp. (0366) 91073–91074
Bangli 80613
Website : www.rsjiwa.baliprov.go.id
Email : admin.rsjiwa@baliprov.go.id

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA


PROVINSI BALI

NOMOR 188.5/ 1644/ RSJ/ 2018

TENTANG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS TATA LAKSANA KASUS TB
UPTD RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI

DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI

Menimbang : a Bahwa tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat


. yang menimbulkan kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi
sehingga perlu dilakukan upaya penanggulangan;

b Bahwa Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/Menkes/SK/V/2009


. tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis perlu disesuaikan
dengan perkembangan ilmu kedokteran dan kebutuhan hukum.

c Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam


. huruf a, dan huruf b, perlu adanya penetapan Peraturan Direktur
tentang Kebijakan Pelayanan Penanggulangan Tuberkulosis.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah;
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
5. Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 1994 Tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Rumah
Sakit Umum Daerah;
6. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2322/04-B/AK/2018 tentang
Direktur pada Unit Pelaksanaan Teknis Daerah Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali;
7. Peraturan Gubenur Bali Nomer 50 Tahun 2018 tentang UPTD Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Bali;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun
2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun
2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI


TENTANG PANDUAN PRAKTIK KLINIS TATA LAKSANA KASUS TB ;
Pertama : Panduan Praktik Klinis Tata Laksana Kasus TB adalah sebagaimana
terlampir yang merupakan bagian tak terpisahkan dari peraturan ini;
Kedua : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan
penanggulangan TB di UPTD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
dilaksanakan oleh Kepala Seksi Pelayanan Medis.
Ketiga : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Bangli
Pada tanggal: 9 Januari 2019
Lampiran Peraturan Direktur
Nomor : 188.5/ 1644/ RSJ/ 2018
Tanggal : 16 Desember 2018

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


TATA LAKSANA KASUS PENYAKIT DALAM
UPTD RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI
TAHUN 2019

TUBERKULOSIS PARU

1. Pengertian a. Tuberkulosis paru adalah infeksi paru yang menyerang


jaringan parenkim paru, disebabkan bakteri
Mycobacterium tuberculosis berdasakan hasil
pemeriksaan sputum, TB dibagi dalam :
a. TB paru BTA positif : sekurangnya 2 dari 3
spesimen sputum BTA positif.

b. TB paru BTA negative : dari 3 spesimen sputum


BTA negative, foto toraks positif.

b. Berdasarkan tingkat keparahan penyakit yang


ditunjukkan oleh foto toraks, TB paru dibagi dalam :

a. TB paru dengan kelainan paru luas

b. TB paru dengan kelainan paru sedikit

c. Berdasarkan organ selain paru yang terserang, TB


paru dibagi dalam :

a. TB ekstra paru ringan : TB kelenjar limfe, TB tulang


non- vertebra, TB sendi, TB adrenal.

b. TB ekstra paru berat : meningitis, TB milier, TB


diseminata, pericarditis, pleuritis, peritonitis, TB
vertebra, TB usus, TB genitourinarius.

d. Berdasarkan riwayat pengobatannya, TB paru dibagi


dalam :

a. Kasus baru

b. Kambuh

c. Drop- out/ default

d. Gagal terapi

e. Kronis

2. Anamnesis Keluhan (tergantung derajat berat, organ terlihat, dan


komplikasi) : batuk- batuk ≥ 3 minggu, batuk berdarah,
sesak napas, nyeri dada, malaise, lemah, berat badan
turun, nafsu makan turun, keringat malam, demam.
Klasifikasinya sebagai berikut:

− Demam: biasanya subfebril menyerupai demam


influenza, tetapi kadang-kadang panas badan dapat
mencapai 40-41o c, demam hilang timbul.

− Batuk lebih dari 3 minggu, sifat batuk dimulai dari


batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul
peradangan menjadi produktif (sputum). Keadaan
lanjut dapat terjadi batuk darah.

− Sesak nafas, sesak nafas akan ditemukan pada


penyakit yang sudah lanjut, yang infiltratnya sudah
meliputi setengah bagian paru.

− Nyeri dada, nyeri dada timbul bila infiltrate radang


sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan
pleuritis.

3. Pemeriksaan Fisik Gejala yang ditemukan (tergantung derajat berat,


organ terlihat, dan komplikasi) : keadaan umum lemah,
kekeksia, takipnea, febris, paru yaitu ada tanda- tanda
konsolidasi (redup, fremitus mengeras/melemah, suara
napas bronkial/ melemah, ronki basah/ kering).

4. Kriteria Diagnosis  Keluhan

 Pemeriksaan fisik

 Laboratorium : LED meningkat

 Mikrobiologis :

a. BTA sputum positif minimal 2 dari 3 spesimen SPS.

b. Kultur Mycobacterium Tuberculosis positif


(diagnosis pasti).

 Radiologis :

a. Foto toraks PA ± lateral (hasil bervariasi) : infiltrate,


pembesaran KGB hilus/ KGB paratrakeal, milier,
atelectasis, efusi pleura, kalsifikasi, bronkiektasis,
kavitas, destroyed lung.

 Imuno- Serologis :

a. Uji kulit dengan tuberculin (Mantoux) positif › 15


mm pada orang Indonesia yang imunokompeten.

b. Tes PAP, ICT- TB : Positif

c. PCR - TB dari sputum (hanya menunjang klinis)


a. Diagnosis Kerja Tuberkolusis Paru

b. Diagnosis Banding Pneumonia, tumor/ keganasan paru, jamur paru, penyakit


paru, akibat kerja

c. Pemeriksaan - Laboratorium : LED


Penunjang
- Mikrobiologis : BTA, sputum, kultur resistensi sputum
terhadap M. Tuberculosis

a. Pada kategori 1 dan 3 : sputum BTA diulangi pada


akhir ke 2, 4 dan 6

b. Pada kategori 2 : sputum BTA diulangi pada akhir


bulan ke 2, 5 dan 8

c. Kultur BTA sputum diulangi pada akhir bulan ke 2


dan akhir terapi

- Radiologis : foto toraks PA, lateral pada saat diagnosis


awal dan akhir terapi. Selama terapi : evaluasi foto
setelah pengobatan 2 bulan dan 6 bulan.

- Imuno - Serologis :

a.Uji kulit dengan tuberculin (Mantoux)

b.Tes PAP, ICT-TB PCR-TB dari sputum

d. Terapi Terapi umum : istirahat, stop merokok, hindari polusi, tata


laksana komorbiditas, nutrisi, vitamin.
Medikamentosa obat anti TB ( OAT ) :
Kategori I, untuk :
a. Penderita baru TB Paru, sputum BTA positif
b. Penderita TB paru, sputum BTA negative, rontgen
positif dengan kelainan paru luas

c. Penderita TB ekstra Paru berat diterapi dengan

 2 RHZES/ 1 RHZE/ 5 RHE

 2 RHZES/ 1 RHZE/ 5 R3H3E3

Kategori 2, untuk :
a. Penderita kambuh

b. Penderita gagal

c. Penderita after default

diterapi dengan :

 2 RHZ/ 4 RH

 2 RHZ/ 4 R3H3

 2 RHZ/ 6 HE

Kategori 3, untuk :
a. Penderita TB kronik

diterapi dengan :

 H seumur hidup

 Bila mampu : OAT lini kedua

e. Edukasi (Hospital a. Mengurangi penularan dengan menggunakan masker.


Health Promotion)
b. Kepatuhan pasien minum obat OAT sangat penting.

c. Adanya pendamping minum obat OAT sangat


membantu kesembuhan pada pasien TB.
d. Cek dahak dan Ro thorax secara berkala.

f. Prognosis − Ad vitam : dubia ad bonam/malam

− Ad sanationam : dubia ad bonam/malam

− Adfumgsionam : dubia ad bonam/malam

g. Tingkat Evidens I/II/III/IV

h. Tingkat Rekomendasi A/B/C

i. Penelaah Kritis SMF Non Jiwa

j. Kepustakaan Panduan Pelayanan Medik PAPDI

Ditetapkan di : Bangli
Pada tanggal : 9 Januari 2019

Anda mungkin juga menyukai