MANAJEMEN RISIKO
TENTANG
MEMUTUSKAN
Kedua : Panduan ini menjadi acuan bagi rumah sakit untuk melaksanakan
kegiatan manajemen risiko di rumah sakit;
Ditetapkan di Pringsewu
Pada tanggal 11 Juli 2019
Berkat rahmat Allah SWT, dengan ini kami mengucapkan puji syukur atas
selesainya Panduan Manajemen Risiko di Rumah Sakit Surya Asih sehingga rumah
sakit dapat lebih meningkatkan mutu pelayanannya.
Demikian panduan ini kami buat, kami sadar manusia tidak ada yang sempurna
maka besar harapan kami semoga ini bisa membantu memberikan sedikit ilmu dan
wawasan akan manajemen risiko di Rumah Sakit Surya Asih.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
LAMPIRAN
BAB I
DEFINISI
A. Pendahuluan
Rumah sakit yang menerapkan prinsip keselamatan pasien berkewajiban
untuk mengidentifikasi dan mengendalikan seluruh risiko strategis dan
operasional yang penting. Hal ini mencakup seluruh area baik manajerial maupun
fungsional, termasuk area pelayanan, tempat pelayanan, dan juga area klinis.
Rumah sakit perlu menjamin berjalannya sistem untuk mengendalikan dan
mengurangi risiko
Manajemen risiko berhubungan erat dengan pelaksanaan keselamatan
pasien rumah sakit dan berdampak kepada pencapaian sasaran mutu rumah sakit.
Ketiganya berkaitan erat dalam suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
Hal ini meliputi dua hal:
Identifikasi pro-aktif dan pengelolaan potensi risiko utama yang dapat
mengancam pencapaian sasaran mutu pelayanan rumah sakit.
Re-aktif atau responsif terhadap kerugian akibat dari keluhan, klaim, dan
insiden serta respon terhadap laporan atau audit internal atau eksternal.
Panduan ini akan menjelaskan mekanisme dan tanggung jawab untuk:
Identifikasi risiko
Analisa risiko
Evaluasi risiko
Pengendalian risiko/ mengelola risiko
Mencatat risiko (risk register)
B. Tujuan Panduan
1. Memberikan panduan sistem manajemen risiko yang baku dan berlaku di
rumah sakit.
2. Memastikan sistem manajemen risiko berjalan dengan baik agar proses
identifikasi, analisa, dan pengelolaan risiko ini dapat memberikan manfaat
bagi keselamatan pasien dan peningkatan mutu rumah sakit secara
keseluruhan.
3. Membangun sistem monitoring dan komunikasi serta konsultasi yang efektif
demi tercapainya tujuan di atas dan penerapan yang berkesinambungan.
C. Batasan Operasional
1. Risiko: peluang/ probabilitas timbulnya suatu insiden (menurut WHO) yang
akan berdampak merugikan bagi pencapaian sasaran keselamatan pasien dan
menurunkan mutu pelayanan.
2. Manajemen Risiko Rumah Sakit Surya Asih: upaya mengidentifikasi dan
mengelompokkan risiko (grading) dan mengendalikan/ mengelola risiko
tersebut baik secara proaktif risiko yang mungkin terjadi maupun reaktif
terhadap insiden yang sudah terjadi agar memberikan dampak negatif
seminimal mungkin bagi keselamatan pasien dan mutu rumah sakit.
3. Insiden Keselamatan Pasien (IKP): setiap kejadian yang tidak disengaja
dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cidera pada
pasien. IKP terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris
Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), dan Kejadian Potensial
Cedera (KPC).
4. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD): insiden yang mengakibatkan cidera
pada pasien.
5. Kejadian Nyaris Cidera (KNC): insiden yang berpotensi menimbulkan
cidera pada pasien tetapi yang belum sampai terpapar ke pasien sehingga
tidak ada cidera pada pasien.
6. Kejadian Tidak Cedera (KTC): insiden yang berpotensi mengakibatkan
cidera pada pasien dan sudah terpapar ke pasien, tetap ternyata tidak
menimbulkan cidera pada pasien.
7. Kondisi Potensial Cedera (KPC): kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cidera, tetapi belum terjadi.
8. Kejadian Sentinel: kejadian yang tidak diharapkan dan telah mengakibatkan
kematian atau cidera fisik/ psikologis serius atau kecacatan pada pasien.
Termasuk di dalam Kejadian Sentinel antara lain: kematian yang tidak dapat
diantisipasi dan tidak berhubungan dengan penyebab alami dari penyakit
pasien atau kondisi medis dasar pasien, bunuh diri, kehilangan permanen
dari sebagian besar fungsi tubuh yang tidak berhubungan dengan penyakit
dasar pasien, pembedahan yang salah lokasi/ salah prosedur/ salah pasien,
dan penculikan bayi atau bayi yang dibawa pulang oleh orang tua yang
salah.
9. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien: sistem untuk mendokumentasikan
laporan insiden keselamatan pasien, menganalisa dan mengantisipasi/
mengelola/ mengendalikan insiden secara berkesinambungan.
10. Risiko Sisa: sisa risiko tingkat terendah yang dapat dicapai setelah upaya
pengendalian/ tindakan dilakukan.
11. Penilaian Risiko: upaya identifikasi dari risiko yang terjadi atau berpotensi
terjadi dalam pelayanan di rumah sakit dengan mempertimbangkan
klasifikasi dan derajat (grading) kerugian yang mungkin terjadi sebagai
akibat dari terpapar risiko tersebut.
12. Penilai Risiko: anggota dari staf (manager atau yang lain) yang telah
menghadiri pelatihan penilaian risiko. Hal ini adalah tanggung jawab
manajemen untuk memastikan bahwa tiap unit kerja memiliki paling sedikit
satu penilai risiko yang terlatih.
13. Internal: merujuk kepada aktivitas atau dokumen di dalam rumah sakit.
14. Eksternal: merujuk kepada aktivitas atau dokumen yang bukan berasal dari
rumah sakit.
Tahap persiapan mencakup: ruang lingkup kegiatan manajemen risiko,
personil yang terlibat, standar dalam penentuan kriteria risiko, prosedur/
mekanisme pelaporan, pemantuan, serta review dokumentasi yang terkait.
Identifikasi bahaya merupakan tahapan yang penting. Beberapa teknik
identifikasi bahaya seperti observasi/ survei, inspeksi, pemantauan, audit,
kuesioner, data statistik, konsultasi dengan pekerja, Fault Tee Analysis, dan Walk
Through Survei.
Penilaian risiko merupakan acuan agar penilaian yang dilakukan se-objektif
mungkin berdasarkan data yang ada. Penilaian ini mencakup: informasi tentang
suatu aktifitas, tindakan pengendalian risiko yang ada, peralatan/ mesin yang
digunakan untuk melakukan aktifitas, data Material Safety Data Sheet/ MSDS,
data statistik kecelakaan/ penyakit akibat kerja, hasil studi atau survei, studi
banding pada industri sejenis, dan penilaian dari pihak spesialis/ tenaga ahli.
Analisa risiko adalah kegiatan analisa suatu risiko dengan cara menentukan
besarnya kemungkinan/ probability dan tingkat keparahan (severity) dari akibat
atau konsekuensi suatu risiko. Analisa ini dilakukan untuk membuat prioritas
pengendalian risiko.
Kegiatan yang dilakukan berupa:
Mengidentifikasi besarnya risiko
Penentuan besar risiko: berapa besar bahaya dan kemungkinan terjadinya
BAB II
RUANG LINGKUP
8. Keamanan
a. Pencurian
b. Pasien hilang
c. Lingkungan yang tidak aman
Risiko atau insiden yang sudah teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya
(grading) dengan memperhatikan:
1. Tingkat peluang/ frekuensi kejadian (likelihood)
2. Tingkat dampak yang dapat/ sudah ditimbulkan (consequence)
B. Analisis Risiko
Analisa dilakukan dengan menentukan skor risiko atau insiden tersebut
untuk menentukan prioritas penanganan dan level manajemen yang harus
bertanggung jawab untuk mengelola/ mengendalikan risiko/ insiden tersebut
termasuk dalam kategori biru/ hijau/ kuning/ merah.
bulan)
Hal ini akan menentukan evaluasi dan tata laksana selanjutnya. Untuk
risiko/ insiden dengan kategori biru dan hijau maka evaluasi cukup dengan
investigasi sederhana sedangkan untuk kategori kuning dan merah perlu
dilakukan evaluasi lebih mendalam dengan metode RCA (root cause analysis -
reaktif/ responsif) atau HFMEA (healthcare failure mode effect analysis -
proaktif).
C. Evaluasi Risiko
1. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut sesuai
skor dan grading yang didapat dalam analisis.
SKOR RISIKO = DAMPAK X PELUANG
2. Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai,
meliputi proses berikut:
a. Menilai secara obyektif beratnya/ dampak/ akibat dan menentukan suatu
skor
b. Menilai secara obyektif kemungkinan/ peluang/ frekuensi suatu
peristiwa terjadi dan menentukan suatu skor
c. Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko.
3. Penilaian risiko akan dilaksanakan dalam dua tahap:
a. Tahap pertama akan diselesaikan oleh penilai risiko yang terlatih, yang
akan mengidentifikasi bahaya, efek yang mungkin terjadi, dan
pemeringkatan risiko.
b. Tahap kedua dari penilaian akan dilakukan oleh Kepala Unit Kerja yang
akan melakukan verifikasi tahap pertama dan membuat suatu rencana
tindakan untuk mengatasi risiko.
Dari contoh terdahulu pada Unit Rawat Inap dapat dibuat evaluasi sebagai
berikut.
D. Kelola Risiko
Setelah analisis dan evaluasi selesai dilakukan maka tahap selanjutnya
adalah pengelolaan risiko atau insiden dengan target menghilangkan atau
menekan risiko hingga ke level terendah (risiko sisa) dan meminimalisir dampak
atau kerugian yang timbul dari insiden yang sudah terjadi.
LEVEL/ BANDS TINDAKAN
SENTINEL RCA
KTD
RISK GRADING
KUNING INVESTIGASI
SEDERHANA
Contoh kasus:
Pasien setelah menjalani fisioterapi pemanasan dengan alat mengalami luka
bakar derajat satu. Petugas fisioterapinya adalah tenaga yang baru bekerja 1
bulan. Langkah yang dilakukan:
Identifikasi insiden dan mengumpulkan informasi (observasi,
wawancara, telaah RM)
Membuat laporan insiden keselamatan pasien dan kronologi kejadian
(lampiran 1)
Nilai Dampak = 3, karena cidera sedang
Nilai Probabilitas = 2, karena kejadiannya jarang terjadi (2-5 tahun
sekali)
Skor risiko = 3 x 2 = 6
Kategori risiko moderate dengan warna bands hijau
Maka dilakukan investigasi sederhana
TIM INVESTIGATOR:
Ketua : _______________________________________________________________
Anggota : 1. ________________________ 4. _________________________
2. ________________________ 5. _________________________
3. ________________________ 6. _________________________
Notulen :_____________________________
Tanggal dimulai : _______________________ Tanggal dilengkapi : _________________
Dalam hal insiden sentinel maka tim investigator harus terdiri dari:
a. Expert insiden dan analis expert external (misal yang tidak berlatar
belakang medis).
b. Senior management expert (misal Direktur Medis)
c. Senior clinical expert (misal konsultan senior)
d. Orang yang mengetahui unit kerja/ bagian terkait dengan baik namun
tidak terlibat langsung dalam insiden tersebut
Tim ini dibentuk oleh Komite PMKP yang akan bertanggung jawab kepada
Direksi RS Surya Asih. Tim diberi tenggang waktu kerja sesuai grading
untuk memberikan laporan kepada Ketua Komite PMKP.
3. Pengumpulan data dan informasi dilakukan di lapangan dengan berbagai
cara:
a. Observasi
Observasi langsung kepada praktek di lapangan dan tempat kejadian.
b. Telaah Dokumen
Meliputi penelusuran kepada rekam medik pasien dan seluruh
pedoman/ panduan/ SPO terkait dengan insiden untuk korelasi
keduanya.
c. Wawancara
Dilakukan dalam sesi tertutup kepada setiap personil terkait secara
terpisah termasuk kepada pihak yang dirugikan/ pasien dalam insiden
tersebut.
Tujuan pengumpulan informasi pada tahap ini:
a. Mengamankan informasi untuk memastikan dapat digunakan selama
investigasi dan jika kasus disidangkan ke pengadilan.
b. Identifikasi kebijakan dan prosedur yang relevan.
c. Menggambarkan insiden secara akurat.
d. Mengorganisasi informasi.
e. Memberikan petunjuk kepada tim investigasi
Dokumentasi semua bukti yang berkaitan dengan insiden harus
dikumpulkan sesegera mungkin:
a. Semua catatan medis dan catatan keperawatan
b. Semua hasil pemeriksaan yang berhubungan dan penunjang
diagnostik
c. Incident report (laporan keselamatan pasien)
d. Kebijakan dan prosedur
e. Integrated care pathway yang berhubungan
f. Pernyataan-pernyataan dan hasil observasi
g. Bukti fisik
h. Daftar staf yang terlibat
i. Lakukan interview dengan semua orang yang terlibat
j. Informasi mengenai kondisi yang dapat mempengaruhi terjadinya
insiden (misal pergantian jaga, ketersediaan petugas terlatih,
kecukupan tenaga, dll)
4. Pemetaan kronologi kejadian dilakukan dengan cara:
a. Kronologi naratif: berguna pada laporan akhir insiden.
b. Timeline: menelusuri rantai insiden secara kronologis dan berguna
untuk menemukan bagian dalan proses di mana insiden terjadi.
c. Tabular Timeline: seperti timeline tetapi lebih detail terutama dalam hal
good practice dan CMP (care management problem), berguna untuk
kejadian yang berlangsung lama.
d. Time-Person Grid: untuk mengetahui pergerakan dan keberadaan
seseorang sebelum, selama, dan sesudah kejadian. Berguna pada
kejadian yang melibatkan banyak orang namun dalam periode waktu
pendek.
MASALAH
PELAYANAN
b. Analisis Perubahan
Digunakan bila dicurigai adanya perubahan praktek daripada prosedur
yang seharusnya. Contoh: kasus salah area operasi.
c. Analisis Barrier
Contoh dari kasus di atas:
Failure Mode Failure Mode Failure Mode Failure Mode Failure Mode Failure Mode
5. No wrong
test tube
Bila dari analisa pohon keputusan berakhir pada STOP, maka tidak perlu
lagi meneruskan pencarian akar masalah untuk hazard ini karena berarti
hazard tersebut tidak prioritas. Sedangkan hazard yang berakhir pada titik
hijau sebagaimana gambar di atas, perlu ditindaklanjuti sebagai langkah ke-
5.
V. Langkah 5. ACTION AND OUTCOME MEASURE
1. Tentukan apakah potensial penyebab modus kegagalan dapat dikontrol,
eliminasi, atau terima.
2. Jelaskan tindakan untuk setiap potensial modus kegagalan yang akan
dieliminasi atau dikontrol.
3. Identifikasi ukuran outcome yang digunakan analisa dan uji redisain
proses.
4. Identifikasi penanggung jawab untuk melaksanakan tindakan tersebut.
5. Tentukan apakah diperlukan dukungan manajemen puncak untuk
melaksanakan rekomendasi.
D4. Menurunkan Risiko
1. Tujuan dari identifikasi dan menilai risiko adalah untuk memastikan bahwa
tindakan dilakukan untuk mengurangi risiko pada tingkat terendah yang
dapat dicapai.
2. Tabel penanda tingkat risiko dan skala waktu yang dapat diterima untuk
memulai tindakan.
Tingkat Risiko Target Waktu Untuk Memulai Pengendalian
Ekstrim (15-25) Segera atau paling lambat dalam 2 X 24 jam
Tinggi (8-12) Sampai 2 minggu
Sedang (4-6) Sampai 6 minggu
Risiko Rendah (1-3) Sampai 12 minggu
Pengelolaan Risiko
Insiden
Buat laporan insiden
Atasan
Investigasi sederhana yang
dilaporkan
Melapor Sub. Komite KPRS
Ketua Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
Direktur RS
Bagian : ………………………………………………
Unit : ………………………………………………
Risiko teridentifikasi:
Siapa (atau apa) yang terkena risiko dan bagaimana? (misal : dokter, perawat, staf, pasien,
pengunjung, gedung, reputasi RS)
Tindakan pengendalian risiko yang ada (jika ada) (misal: peralatan, kesiapan staf,
lingkungan, kebijakan/ prosedur, pelatihan, dokumentasi):
1. ………………………………………………………………………………………
2. ………………………………………………………………………………………
3. ……………………………………………………………………………………...
1 2 3 4 5
Consequenc Tidak Kecil Sedang Besar Malapetak
e Bermakn a
a
Likelihood 5-10 2-5 Setahu Triwula Sebulan
Tahun Tahu n n
n
( ) ( ) ( )
Nama & TT Kepala Manajemen Resiko Kepala Unit Kerja