Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MANAGEMEN RISIKO K3 DI LUAR GEDUNG

Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Mata Kuliah
Keselamatan dan KesehatanKerja
Dosen Pembimbing:

Disusun oleh:

Alfi Anugrah A.M (191FK03034) Raihan Syahida (191FK03042)


Amelia Agustin (191FK03040) Dina Novita R (191FK03138)
Anggi Andini (191FK03033) Revita Puspa S (191FK03084)
Ariani Sukmadiwanti (191FK03030) Rijan Apriana (191FK03145)
Erni Risnaeni (191FK03039) Farah Nabila N (191FK03023)
Kamaliyah (191FK03136) Sri Dewi Mey A (191FK03037)
Maya Permatasari (191FK03027) Rianty Damayanti (191FK03024)
Siti Julaeha (191FK03032) Sinta Nursari (191FK03038)
Tika Sari Santika (191FK03031) Sari Damayanti (191FK03029)
Wulandari (191FK03036)

Tingkat 3A Kelompok 1
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS
FAKULTAS S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta yakni nabi Muhammad SAW.

Makalah ini memuat tentang management risiko K3 di luar gedung. Walaupun


makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas
bagi pembaca.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya mohon
untuk saran dan kritiknya. Terimakasih.

Sumedang, 9 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................................2

1.3 TUJUAN.........................................................................................................2

BAB II...........................................................................................................................3

TINJAUAN TEORI.......................................................................................................3

2.1 KONSEP MANAGEMENT RISIKO K3...................................................3

2.2 TEORI PENYEBAB KECELAKAAN DAN MANAGEMENT K3.........4

2.3 FAKTOR RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


DILUAR GEDUNG RUMAH SAKIT..................................................................5

2.4 PERENCANAAN RESPON TERHADAP RISIKO..................................7

2.5 CARA PENGENDALIAN DAN MONITORING RISIKO K3 DI LUAR


GEDUNG RUMAH SAKIT..................................................................................8

2.6 PROSES MANAGEMENT RISIKO KECELAKAAN KERJA..............10

BAB III........................................................................................................................12

KESIMPULAN ..........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Angka kecelakaan kerja diindonesia masih termasuk buruk. Pada


tahun 2004 saja, lebih dari seribu tujuh ratus pekerja meninggal ditempat
kerja. Menurut Juan Somavia, Drijen ILO, industri konstruksi termasuk paling
rentan kecelakaan, diikuti dengan anufaktur makanan dan minuman . tidak
saja di negara-negara berkembang, dinegara maju sekalipun kecelakaan kerja
konstruksi masih memerlukan perhatian serius.penelitian yang dilakukan oleh
Duff(1998)dan Alves Diaz(1995)menyatakan hasil analisa statistik dari
beberapa negara-negara menunjukkan peristiwa tingkat kecelakaan fatal pada
proyek konstruksi asalah lebih tinggi dibanding rata-rata untuk semua
industri, dalam Suraji(2000).

Kecelakaan kerja sering terjadi akibat kurang dipenuhinya persyaratan


dalam pelaksanaan kesalamatan dan kesehatan kerja. Dalam hal ini
pemerintah sebagai penyelenggara negara mempuinyai kewajiban untuk
memberikan perlindungan kepada tenaga kerja. Hal ini direalisasikan
pemerintah dengan dikeluarkannya peraturan-peraturan seperti : UU RI No. 1
Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, Undang-undang No. 3 Tahun 1992
Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), dan peraturan Menteri
Tenaga Kerja No: Per.05/Men/1996 mengenai sistem manajemen K3.

1
Dahulu, para ahli menganggap suatu kecelakaan disebabkan oleh
tindakan pekerja yang salah. Sekarang anggapan itu telah bergeser bahwa
kecelakaan kerja bersumber kepada faktor-faktor organisasi dan manajemen.
Para pekerja dan pegawai mestinya dapat diarahkan dan dikontrol oleh pihak
manajemen sehingga tercipta suatu kegiatan kerja yang aman. Sejalan dengan
teori=teori penyebab kecelakaan yang terbaru, maka pihak manajemen harus
bertanggung jawab terhadap keselamatan kerja para pekerjanya.tulisan ini
akan membahas peranan manajemen risiko K3 didalam gedung dan diluar
gedung
1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana cara memanagement risiko kesehatan dan keselamatan kerja di


luar gedung.

1.3 TUJUAN

Untuk mengetahui managemen risiko K3 diluar gedung.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP MANAGEMENT RISIKO K3

Manajemen Risiko didefinisikan sebagai proses, mengidentifikasi, mengukur


dan memastikan risiko dan mengembangkan strategi untuk mengelolah risiko
tersebut. Dalam hal ini manajemen risiko akan melibatkan proses-proses, metode
dan teknik yang membantu manajer proyek maksimumkan probabilitas dan
konsekuensi dari event positif dan minimasi probabilitas dan konsekuensi event
yang berlawanan. Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang
tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu
kesisteman yang baik. Sehingga memungkinkan manajemen untuk meningkatkan
hasil dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang ada.
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan satu ilmu perilaku
yang mencakup aspek sosial dan tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan
dan kesehatan kerja baik dari segi perencanaan maupun pengambilan keputusan
dan organisasi, baik kecelakaan kerja, gangguan kesehatan, maupun pencemaran
lingkungan harus merupakan bagian dari biaya produksi. Manajemen K3 pada
dasarnya mencari dan mengumpulkan kelemahan operasional yang
memungkinkan terjadinya kecelakaan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan
mengungkapkan sebab suatu kecelakaan, dan meneliti apakah pengendalian
secara cermat dapat dilakukan atau tidak. Kesalahan operasional yang kurang
lengkap, keputusan yang tidak tepat, salah perhitungan, dan manajemen yang
kurang tepat dapat menimbulkan risiko terjadinya kecelakaan (Rumondang,
2015). Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya

3
yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan K3 dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja, guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Konsep rasional Total Safety Control adalah suatu pengintegrasian tindakan
manajemen dan tindakan pelaksanaan yang sinergis untuk mempromosikan suatu
proses konstruksi yang aman (Suraji, 2014).
Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk mengenali risiko dalam sebuah
proyek dan mengembangkan strategi untuk mengurangi atau bahkan
menghindarinya, dilain sisi juga harus dicari cara untuk memaksimalkan peluang
yang ada (Wideman, 2012). Dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu
proses di dalam menangani risiko-risiko yang ada, sehingga dalam penanganan
risiko tidak akan terjadi kesalahan. Proses tersebut antara lain adalah identifikasi,
pengukuran risiko dan penanganan risiko.

2.2 TEORI PENYEBAB KECELAKAAN DAN MANAGEMENT K3

Kecelakaan adalah kejadian merugikan yang tidak direncanakan, tidak


terduga, tidak diharapkan serta tidak ada unsur kesengajaan(Hinze, 2009). Ada
beberapa teori yang menjelaskan penyebab suatu kecelakaan. Dahulu teori
penyebab kecelakaan memandang bahwa kecelakaan disebabkan oleh tindakan
pekerja yang salah (misalnya pada The Accident-Proneness Theory). Semenjak
dikenalkannya The Chainof-Events Theory, The Domino Theory, dan The
Distraction Theory, maka pihak organisasi dan manajemenyang dianggap
berperan sebagai penyebabsuatu kecelakaan. Anggapan tentang kecelakaan kerja
yang bersumber kepada tindakan yang tidak aman yang dilakukan pekerja telah
bergeser dengan anggapan bahwa kecelakaan kerja bersumber kepada factor-
faktor organisasi dan manajemen (Andi, 2015). Pihak manajemen harus
bertanggungjawab terhadap keselamatan. Para pekerja dan pegawai mestinya
dapat diarahkan dan dikontrol oleh pihak manajemen sehingga tercipta suatu

4
kegiatan kerja yang aman. Pada teori yang terbaru makin terlihat bahwa
penyebab kecelakaan kerja semakin komplek.

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) adalah bagian dari


sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan K3 dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja, guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Konsep rasional Total Safety Control adalah suatu pengintegrasian tindakan
manajemen dan tindakan pelaksanaan yang sinergis untuk mempromosikan suatu
proses konstruksi yang aman (Suraji, 2014). Ada banyak pendekatan dalam
manajemen K3, diantaranya menurut OHSAS 18001, dan menurut TQM di mana
keselamatan merupakan suatu pusat dan fokus integral dalam program
pengendalian mutu terpaduyang harus ditingkatkan secara terus - menerus untuk
memenuhi kepuasan pelanggan (intern-ekstern).

2.3 FAKTOR RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


DILUAR GEDUNG RUMAH SAKIT

1. Ruang bangunan dan halaman : semua ruang/unit dan halaman yang ada
dalam batas pagar RS (bangunan fisik dan kelengkapannya ) yang
dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan RS.
2. Lingkungan bangunan RS harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi
dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang
peliharaan keluar masuk dengan bebas
3. Lingkungan bangunan RS harus bebas dari banjir, jika berlokasi di daerah
rawan banjir harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk mengatasinya.
4. Lingkungan RS harus bebas dari asap rokok, tidak berdebu, tidak becek, atau
tidak terdapat genangan air, dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau

5
tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuiakan dengan luas
halaman
5. Pencahayaan : jalur pejalan kaki harus cukup terang, lingkungan bangunan
RS harus dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup
terutama pada area dengan bayangan kuat dan yang menghadap cahaya yang
menyilaukan
6. Kebisingan : terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu
atau membahayakan kesehatan. Dengan menanam pohon (green belt),
meninggikan tembok dan meninggikan tanah (bukit buatan) yang berfungsi
untuk penyekatan/ penyerapan bising
7. Kebersihan : halaman bebas dari bahaya dan risiko minimum untuk
terjadinya infeksi silang, masalah kesehatan dan keselamatan kerja
8. Saluran air limbah domestic dan limbah medis harus tertutup dan terpisah,
masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi pengolahan air
limbah.
9. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan
keseluruhan, sehingga tesedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi
dengan rambu parkir
10. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat-tempat tertentu yang
menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah
11. Lingkungan, ruang, dan bangunan RS harus selalu dalam keadaan bersih dan
tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang memenuhi
persyaratan kesehatan sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat berenang
dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat, dan binatang
pengganggu lainnya.
12. Jalur lalulintas pejalan kaki dan jalur kendaraan harus dipisahkan :

6
 Jalur pejalan kaki : lebar, tidak licin, mengakomodasi penyandang cacat,
memiliki rambu atau marka yang jelas, bebas penghalang dan memiliki
rel pemandu
 Jalur kendaraan : cukup lebar, konstruksi kuat, tidak berlubang,
drainase baik, memiliki pembatas kecepatan (polisi tidur),marka jalan
jelas, memiliki tanda petunjuk tinggi atau lebar maksimum,
memungkinkan titik perlintasan dan parkir, menyediakan penyebrangan
bagi pejalan kaki.

2.4 PERENCANAAN RESPON TERHADAP RISIKO

1. Risiko Positif
Risiko positif adalah risiko yang mungkin terjadi dan merupakan peluang
untuk memberikan manfaat terhadap suatu proyek. Strategi untuk risiko
positif antara lain:
1) Exploit : strategi untuk memastikan bahwa kesempatan (risiko positif)
dapat terealisasi. Contoh: menugaskan SDM yang lebih berbakat
untuk mengurangi waktu penyelesaian atau menyediakan mutu lebih
baik dari yang direncanakan.
2) Share : alokasi kepemilikan kepada pihak ke tiga yang memiliki
kemampuan terbaik menangkap peluang manfaat proyek. Contoh:
special purpose company, joint venture.
3) Enchance : memodifikasi ukuran kesempatan dengan meningkatkan
peluang dan dampak positif dengan mengidentifikasi dan
memaksimalkan pengendali kunci dari risiko berdampak positif.
2. Risiko Negatif
Risiko Negatif adalah risiko yang mungkin terjadi dan jika terjadi dapat
memberikan dampak buruk dan merugikan untuk suatu proyek. Strategi
untuk risiko negatif antara lain:

7
1) Avoid : upaya untuk mencegah risiko dengan cara menghentikan
aktivitas atau kondisi yang dapat memberikan risiko. Upaya ini
dilakukan jika tidak ada respon risiko yang sesuai untuk menangani
risiko yang diperkirakan.
2) Transfer : respon risiko yang dilakukan dengan upaya mengurangi
frekuensi ataupun dampak risiko dengan cara mentransfer atau membagi
porsi risiko dengan pihak lain dengan cara membuat asuransi atau
melakukan outsource pada aktivitas yang diperkirakan dapat
memberikan risiko.
3) Mitigate : melakukan tindakan pengurangan peluang atau dampak dari
aktivitas risiko yang dapat merugikan.

2.5 CARA PENGENDALIAN DAN MONITORING RISIKO K3 DI LUAR


GEDUNG RUMAH SAKIT

1. Eliminasi – memodifikasi desain untuk menghilangkan bahaya; misalnya,


memperkenalkan perangkat mengangkat mekanik untuk menghilangkan
penanganan bahaya manual;
2. Subtitusi – pengganti bahan kurang berbahaya atau mengurangi energi
sistem (misalnya, menurunkan kekuatan, ampere, tekanan, suhu, dll);
3. Kontrol teknik / Perancangan – menginstal sistem ventilasi, mesin
penjagaan, interlock, dll.
4. Kontrol administratif – tanda-tanda keselamatan, daerah berbahaya tanda,
tanda-tanda fotoluminescent, tanda untuk trotoar pejalan kaki, peringatan
sirene / lampu, alarm, prosedur keselamatan, inspeksi peralatan, kontrol
akses, sistem yang aman, penandaan, dan izin kerja, dll.
5. Alat Pelindung Diri (APD) – kacamata safety, perlindungan pendengaran,
pelindung wajah, respirator, dan sarung tangan. Umumnya tiga tingkat
pertama adalah paling diinginkan, namun tiga tingkat tersebut tidak selalu
mungkin untuk diterapkan. Dalam menerapkan hirarki, Anda harus

8
mempertimbangkan biaya relatif, manfaat pengurangan risiko, dan
keandalan dari pilihan yang tersedia. Dalam membangun dan memilih
kontrol, masih banyak hal yang perlu dipertimbangkan, diantaranya:
 Kebutuhan untuk kombinasi kontrol, menggabungkan unsur-unsur
dari hirarki di atas (misalnya, perancangan dan kontrol
administratif),
 Membangun praktik yang baik dalam pengendalian bahaya tertentu
yang dipertimbangkan, beradaptasi bekerja untuk individu
(misalnya, untuk memperhitungkan kemampuan mental dan fisik
individu),
 Mengambil keuntungan dari kemajuan teknis untuk meningkatkan
kontrol,
 Menggunakan langkah-langkah yang melindungi semua orang
(misalnya, dengan memilih kontrol rekayasa yang melindungi
semua orang di sekitar bahaya daripada menggunakan Alat
Pelindung Diri),
 Perilaku manusia dan apakah ukuran kontrol tertentu akan diterima
dan dapat dilaksanakan secara efektif,
 Tipe dasar kegagalan manusia/human error (misalnya, kegagalan
sederhana dari tindakan sering diulang, penyimpangan memori
atau perhatian, kurangnya pemahaman atau kesalahan penilaian,
dan pelanggaran aturan atau prosedur) dan cara mencegahnya,
 Kebutuhan untuk kemungkinan peraturan tanggap darurat bila
pengendalian risiko gagal,
 Potensi kurangnya pengenalan terhadap tempat kerja, contoh:
visitor atau personil kontraktor. Setelah kontrol telah ditentukan,
organisasi dapat memprioritaskan tindakan untuk
melaksanakannya. Dalam prioritas tindakan, organisasi harus

9
memperhitungkan potensi pengurangan risiko kontrol
direncanakan. Dalam beberapa kasus, perlu untuk memodifikasi
aktivitas kerja sampai pengendalian risiko di tempat atau
menerapkan pengendalian risiko sementara sampai tindakan yang
lebih efektif diselesaikan – misalnya, penggunaan mendengar
perlindungan sebagai langkah sementara sampai sumber
kebisingan dapat dihilangkan, atau aktivitas kerja dipisahkan untuk
mengurangi paparan kebisingan. kontrol sementara tidak harus
dianggap sebagai pengganti jangka panjang untuk langkah-langkah
pengendalian risiko yang lebih efektif. Seleksi dan pelaksanaan
kontrol adalah bagian paling penting dari Sistem Manajemen K3,
tapi itu tidak cukup untuk membuatnya bekerja. Efek dari
implementasi kontrol harus dipantau untuk menentukan apakah
sudah mencapai hasil yang diinginkan, dan organisasi harus selalu
mengejar kemungkinan adanya kontrol baru yang lebih efektif dan
lebih low cost.

2.6 PROSES MANAGEMENT RISIKO KECELAKAAN KERJA

Proses Yang dilalui dalam manajemen risiko adalah :

a. Perencanaan Manajemen Risiko Perencanaan meliputi langkah


memutuskan bagaimana mendekati dan merencanakan aktivitas
manajemen risiko untuk proyek.
b. Identifikasi Risiko Tahapan selanjutnya dari proses identifikasi risiko
adalah mengenali jenis-jenis risiko yang mungkin dan umumnya
dihadapi oleh setiap pekerja.

10
c. Analisis Risiko Kualitatif Analisis kualitatif dalam manajemen risiko
adalah proses menilai (assessment) kemungkinan dari risiko yang sudah
diidentifikasi. Proses ini dilakukan dengan menyusun risiko berdasarkan
efeknya terhadap tujuan proyek.
d. Analisis Risiko Kuantitatif Proses identifikasi secara numerik
probabilitas dari setiap risiko dan konsekuensinya terhadap tujuan
proyek.
e. Perencanaan Respon Risiko Risk response planning adalah proses yang
dilakukan untuk meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai
batas yang dapat diterima.
f. Pengendalian dan Monitoring Risiko Langkah ini adalah proses
mengawasi risiko yang sudah diidentifikasi, memonitor risiko yang
tersisa, dan mengidentifikasikan risiko baru, memastikan pelaksanaan
risk management plan dan mengevaluasi keefektifannya dalam
mengurangi risiko

11
BAB III
KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN
Manajemen Risiko didefinisikan sebagai proses, mengidentifikasi,
mengukur dan memastikan risiko dan mengembangkan strategi untuk
mengelolah risiko tersebut.
Adapun cara untuk memanajemn resiko tersebut seperti Eliminasi atau
memodifikasi desain untuk menghilangkan bahaya; misalnya,
memperkenalkan perangkat mengangkat mekanik untuk menghilangkan
penanganan bahaya manual.
Subtitusi atau pengganti bahan kurang berbahaya atau mengurangi
energi sistem (misalnya, menurunkan kekuatan, ampere, tekanan, suhu, dll).
Kontrol teknik / Perancangan atau menginstal sistem ventilasi, mesin
penjagaan, interlock, dll.
Kontrol administratif tanda-tanda keselamatan, daerah berbahaya
tanda, tanda-tanda fotoluminescent, tanda untuk trotoar pejalan kaki,
peringatan sirene / lampu, alarm, prosedur keselamatan, inspeksi peralatan,
kontrol akses, sistem yang aman, penandaan, dan izin kerja,
Dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti kacamata safety,
perlindungan pendengaran, pelindung wajah, dan sarung tangan.

12
DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai