Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MANAJEMEN RESIKO K3 DI DALAM ATAU DILUAR GEDUNG

Dosen Pengampu:
Ns. Amrih Widiati, M.Kep

Disusun Oleh:
1. Novita Putri Wulandari 1903001
2. Dian Ayu Puspitasari 1903021
3. Utami Mardianingsih 1903063

PROGAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan dan kesempatan
kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di harapkan
walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah ini membahas tentang
“MANAJEMEN RESIKO K3 DI DALAM DAN DI LUAR GEDUNG” dan kiranya makalah
ini dapat meningkatkan pengetahuan kita khususnya tentang bagaimana sistem atau susunan
pelaporan suatu insiden yang terjadi pada kita atau orang lain.
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat minim,
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................................................5
1.4.1 Manfaat Praktis.....................................................................................................................5
1.4.2 Manfaat Teoritis....................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Konsep Manajemen Risiko K3....................................................................................................6
2.2 Teori Penyebab Kecelakaan dan Manajemen K3.........................................................................6
2.3 Faktor Risiko K3 Didalam dan Diluar gedung RS.......................................................................7
2.4 Cara pengendalian dan Monitoring Risiko K3 Didalam dan Diluar Gedung Rumah Sakit..........7
2.5 Proses Manajemen Risiko Kecelakaan Kerja.............................................................................10
BAB III................................................................................................................................................11
ANALISA KASUS.............................................................................................................................11
3.1 Contoh Kasus.............................................................................................................................11
3.2 Pembahasan Kasus....................................................................................................................12
BAB IV...............................................................................................................................................14
PENUTUP...........................................................................................................................................14
4.1 Kesimpulan................................................................................................................................14
4.2 Saran..........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih termasuk buruk. Kecelakaan kerja
sering terjadi akibat kurang dipenuhinya persyaratan dalam pelaksanaan keselamatan
dan kesehatan kerja. Dalam hal ini pemerintah sebagai penyelenggara Negara
mempunyai kewajiban untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja. Hal ini
direalisasikan pemerintah dengan dikeluarkannya perauran-peraturan seperti : UU RI
No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, Undang-undang No. 3 Tahun 1992
Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), dan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja No: Per.05/Men/1996 mengenai sistem manajemen K3.
Dahulu, para ahli menganggap suatu kecelakaan disebabkan oleh tindakan
pekerja yang salah. Sekarang anggapan itu telah bergeser bahwa kecelakaan kerja
bersumber kepada faktor-faktor organisasi dan manajemen. Para pekerja dan
pegawai mestinya dapat diarahkan dan dikontrol oleh pihak manajemen sehingga
tercipta suatu kegiatan kerja yang aman. Sejalan dengan teori-teori penyebab
kecelakaan yang terbaru, maka pihak manajemen harus bertanggung jawab terhadap
keselamatan kerja para pekerjanya. Tulisan ini akan membahas peranan menjemen
risiko K3 di dalam dan di luar gedung.

1.2 Rumusan Masalah


1.) Bagaimanakah konsep manajemen risiko K3 ?
2.) Bagaimana teori penyebab kecelakaan dan manajemen K3 ?
3.) Apa sajakah faktor resiko K3 di dalam dan di luar gedung RS ?
4.) Bagaimana cara pengendalian dan monitoring risiko K3 di dalam dan di luar gedung
RS ?
5.) Bagaimana proses manajemen risiko kecelakaan kerja ?
1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum


Tujuan Umum dari penulisan makalah Manajemen Risiko K3 Di Dalam
dan Di Luar Gedung adalah untuk memberikan wawasan kepada semua orang
mengenai konsep, penyebab, faktor risiko, pengendalian dan proses manajemen
risiko K3 didalam dan diluar gedung.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan Khusus dari penulisan makalah Manajemen Risiko K3 Di Dalam dan
Di Luar Gedung adalah untuk dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari
bila terjadi suatu insiden baik di dalam maupun di luar gedung.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Praktis


a. Dapat menerapkan keselamatan kerja baik di dalam maupun di luar
gedung.

1.4.2 Manfaat Teoritis


a. Memberikan wawasan mengenai konsep, penyebab, faktor risiko,
pengendalian dan proses manajemen risiko K3 didalam dan diluar
gedung.
b. Memberikan wawasan tentang bagaimana cara menjaga keselamatan kerja
yang benar baik di dalam maupun di luar gedung.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Manajemen Risiko K3


Manajemen keselamatan dan keselamatan kerja merupakan satu ilmu perilaku yang
mencakup aspek social dan tidak terlepas dari tanggug jawab keselamatan dan kesehatan
kerja baik dari segi perencanaan maupun pengambilan keputusan dan organisasi, baik
kecelakaan kerja, gangguan kesehatan, maupun pencemaran lingkungan harus merupakan
bagian dari biaya produksi . Manajemen K3 pada dasarnya mencari dan mengumpulkan
kelemahan operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan mengungkapkan sebab suatu kecelakaan,dan meneliti apakah
pengendalian secara cermat dapat dilakukan atau tidak. Kesalahan operasional yang
kurang lengkap tepat dapat menimbulkan resiko terjadinya kecelakaan (Rumondang,
1995).

Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk mengenali risiko dalam sebuah proyek
dan mengembangkan strategi untuk mengurangi atau bahkan menghindarinya, dilain sisi
juga harus dicari cara untuk memaksimalkan peluang yang ada (Wideman,1992). Dalam
mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu proses didalam menangani risiko-risiko yang
ada, sehingga dalam penangana risiko tidak akan terjadi kesalahan . Proses tersebut antara
lain adalah identifikasi,pengurangan risiko, dan penanganan risiko.

2.2 Teori Penyebab Kecelakaan dan Manajemen K3


Kecelakaan aalah kejadian merugikan yang tidak direncanakan, tidak terduga, tidak
diharapkan, serta tidakada unsur kecelakaan (Hinze, 1977). Ada beberapa teori yang
menjelaskan penyebab suatu kecelakaan . Dahulu teori penyebab kecelakaan memandang
bahwa kecelakaan disebabkan oleh tindakan pekerja yang salah ( misalnya pada The
Accident-Proseness Theory). Semenjak dikenalkannya The Chain-of Event Theory, The
Domino Theory dan The Distraction Theory, maka pihak organisasi dan manajemen yang
dianggap berperan sebagai penyebab suatu kecelakaan . Anggapan tentang kecelakaan
kerja yang bersumber kepada tindakan yang tidak aman yang dilakukan pekerja telah
bergesar dengan anggapan bahwa kecelakaan kerja bersumber kepada factor-faktor
organisasi dan manajemen (Andi, 2005). Pihak manajemen harus bertanggung jawab
terhadap keselamatan .Para pegawai dan pekerja mestinya dapat diarahkan dan dikontrol
oleh pihak manajemen sehingga tercipta suatu kegiatan kerja yang aman. Pada teori yang
terbaru makin terlihat bahwa penyebab kecelakaan kerja semakin kompleks.

Manajemen keselamatan dan Kesehatan kerja (MK3) adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan dan yang meliputi struktur organisasi. Perencanaan,
tanggung jawab, pelaksanaan,prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian,pengkajian dan pemeliharaan K3 dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja, guna terciptanya tempat kerja
yang aman , efisien dan produktif . Konsep rasional Total Safety Control adalah suatu
pengintegrasian tindakan manajemen dan tindakan pelaksanaan yang sinergis untuk
mempromosikan suatu proses konstruksi yang aman (Suraji, 2004). Ada banyak
pendekatan dalam manajemen K3, diantaranya menurut OHSAS 18001, dan menurut
TQM dimana keselamatan merupakan suatu pusat dan fokus integral dalam program
dalam pengendalian mutu terpadu yang harus ditingkatkan secara terus-menerus untuk
memenuhi kepuasan pelanggan (intern-ekstern).

2.3 Faktor Risiko K3 Didalam dan Diluar gedung RS


1) Faktor risiko K3 Didalam Rumah Sakit
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas kesehatan selalu dihadapkan pada bahaya-
bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, peralatan listrik maupun peralatan
kesehatan. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit/instansi
kesehatan dapat digolongkan dalam:
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari bahan /zat yang mudah terbakar atau meledak
(obat-obatan)
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik
3. Bahaya radiasi
4. Pencahayaan
5. Syok akibat aliran listrik
6. Dll
2) Faktor risiko K3 Diluar Rumah Sakit
Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalamrumah sakit/instansi kesehatan dapat
digolongkan dalam :
1. Ruang bangunan dan halaman RS
2. Lingkungan bangunan RS
3. Kebisingan
4. Kebersihan
5. Saluran air limbah domestik dan limbah media harus tertutup dan tepisah
6. Jalur lalu lintas pejalan kaki dan jalur kendaraan harus dipisahkan
7. Lingkungan bangunan RS harus bebas dari banjir
8. Kriteria limbah berbahaya
9. Dll.

2.4 Cara pengendalian dan Monitoring Risiko K3 Didalam dan Diluar Gedung Rumah
Sakit
1) Cara pengendalian dan Monitoring Risiko Dalam K3 Didalam Rumah Sakit
a. Planning / perencanaan
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan dilakukan
di masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan . Dalam hal ini
adalah keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit dan instansi kesehatan.
Perencanaan ini dilakukan untuk memenuhi standarisasi kesehatan pasca
perawatan dan merawat (hubungan timbal balik pasien-perawat/dokter, seta
masyarakat umum lainnya). Dalam perencanaan tersebut, kegiatan yang
ditentukan meliputi :
a. Hal apa yang dikerjakan
b. Bagaimana cara mengerjakannya
c. Mengapa mengerjakan
d. Siapa yang mengerjakan
e. Kapan harus dikerjakan
f. Dimana kegiatan itu harus dikerjakan
g. Hubungan timbal balik (sebab akibat)
Kegiatan kesehatan (rumah sakit/instansi kesehatan) sekarang tidak lagi hanya
di bidang pelayanan, tetapi sudah mencakup kegiatan-kegiatan dibidang
pendidikan dan penelitian, juga metode-metode yang dipakai makin banyak
ragamnya. Semuanya menyebabkan risiko bahaya yang dapat terjadi didalam
(rumah sakit/instansi kesehatan) makin besar. Oleh karena itu usaha-usaha
pengamanan kerja di rumah sakit/instansi kesehatan harus ditangani secara serius
oleh organisasi keselamatan kerja rumah sakit/instansi kesehatan.
b. Organizing / organisasi
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan dapat
dibentuk dalam beberapa jenjang , mulai dari tingkat rumah sakit / instansi
kesehatan daerah (wilayah) sampai ke tingkat pusat atau nasional. Keterlibatan
pemerintah dalam organisasi ini baik secara langsung atau tidak langsung sangat
diperlukan. Pemerintah dapat menempatkan pejabat yang terkait dalam organisasi
ini ditingkat pusat (nasional) dan tingkat daerah (wilayah), disamping
memberlakukan Undang-undang keselamatan kerja. Di tingkat daerah (wilayah)
dan tingkat pusat (nasional) perlu dibentuk komisi keamanan kerja rumah sakit /
instansi yang tugas dan wewenangnya dapat berupa :
1. Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja rumah sakit / instansi
kesehatan
2. Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja rumah sakit/instansi
kesehatan
3. Mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatumasalah
rumah sakit/instansi kesehatan
4. Dll

c. Actuanting/pelaksanaan
Fungsi pelaksanaan atau pengerakkan adalah kegiatan mendorong semangat kerja,
mengerahkan aktivitas, mengkoordonasikan berbagai aktivitas yang akan menjadi
aktivitas yang kompak (sinkron). Sehingga semua aktivitas sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya.Pelaksanaan program kesehatan dan
keselamatan kerja rumah sakit/instansi kesehatan sasarannya ialah tempat kerja
yang aman dan sehat. Untuk itu setiap individu yang bekerja maupun masyarakat
dalam rumah sakit/instansi kesehatan wajib mengetahui dan memahami semua hal
yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber kecelakaan kerja dalam rumah
sakit/instansi kecelakaan, serta memiliki kemampuan dan pengetahuan yang
cukup untuk melaksanakan pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja
tersebut. Kemudian mematuhi berbagai peraturan atau ketentuan dalam
menangani berbagai spesimen reagensia dan alat-alat . Jika dalam pelaksanaan
fungsi pergerakkan ini timbul permasalahan, keraguan atau pertentangan, maka
menjadi tugas semua mengambil keputusan penyelesaiannya.

d. Controlling/pengawasan
Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan
terlaksana sesuai dengan rencana yang diterapkan atau hasil yang dikehendaki.
Untuk dapat menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu :
a. Adanya rencana
b. Adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan
Dalam fungsi pengawasan tidak kalah penting adalah sosialisasi tentang
perlunya disiplin, mematuhi segala peraturan demi keselamatan kerja bersama
di rumah sakit/instansi kesehatan . Sosialisasi perlu dilakukanterus-menerus
karena usaha pencegahan bahaya yang bagaimanapun baiknya akan sia-sia
bila peraturan diabaikan. Dalam instansi rumah sakit/instansi kesehatan perlu
dibentuk pengawasan rumah sakit/instansi kesehatanyang tugasnya antara
lain :
1. Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek-praktek rumah
sakit/instansi kesehatan yang baik, benar dan aman
2. Mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan kerja
rumah sakit/instansi kesehatan
3. Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya dan
mencegah meluasnya bahaya tersebut.
4. Dll
2) Cara pengendalian dan monitoring Risiko Dalam K3 Diluar Rumah Sakit
1. Eliminasi, memodifikasi desain untuk menghilangkan bahaya, misalnya
memperkenalkan perangkat mengangkat mekanik untuk menghilangkan
penanganan bahaya manual
2. Substitusi, pengganti bahan kurang berbahaya atau mengurangi energy sistem
(misalnya menurunkan kekuatan, ampere, tekanan, suhu, dll)
3. Control teknik/perancangan, menginstal sistem ventilasi, mesin penjagaan,
interlock,dll.
4. Control administrative, tanda-tanda keselamatan, daerah berbahaya, tanda-tanda
foto luminescent, tanda untuk trotoar pejalan kaki, peringatan sirine/lampu, alarm,
prosedur keselamatani dan izin kerja, dll.
5. Alat pelindung diri (APD) , Misalnya kacamata safety, pelindung pendengaran,
pelindung wajah,reseptor,dan sarung tangan.
Umumnya tiga tingkat pertama adalah paling diinginkan, namun tiga tingkat
tersebut tidak selalu mungkin untuk diterapkan. Dalam menerapkan hirarki, anda
harus mempertimbangkan biaya relative, manfaat pengurangan risiko, dan
keandalan dari pilihan yang tersedia. Dalam membangun dan memilih
control,masih banyak hal yang harus dipertimbangkan, diantaranya :
 Kebutuhan untuk kombinasi control, menggabungkan unsur-unsur dan
hirarki diatas (misalnya,perancangan dan control administrative)
 Mengambil keuntungan dari kemajuan teknis untuk meningkatkan control
 Perilaku manusia dan apakah ukuran control tertentu akan diterima dan
dapat dilaksanakan secara efektif.
 Kebutuhan akan kemungkinan peraturan tanggap darurat bilapengendalian
risiko gagal.

2.5 Proses Manajemen Risiko Kecelakaan Kerja


Proses yang dilalui dalam manajemen risiko adalah :

A. Perencanaan Manajemen Risiko


Perencanaan meliputi langkah memutuskan bagaimana mendekati dan merencanakan
aktivitas manajemen risiko untuk proyek.
B. Identifikasi Risiko
Tahapan selanjutnya dari proses indentifikasi risiko adalah mengenali jenis-jenis
risiko yang mungkin dan umumnya dihadapi oleh setiap pekerja.
C. Analisa Risiko Kualitatif
Analisis kualitatif dalam manajemen risiko adalah proses meniali (assessment)
kemungkinan dari risiko yang sudah diidentifikasi. Proses ini dilakukan dengan
menyusun risiko berdasarkan efeknya terhadap tujuan proyek.
D. Analisa Risiko Kuantitatif
Proses identifikasi secara numerik probabilitas dari setiap risiko dan konseukensinya
terhadap tujuan proyek.
E. Perencanaan Respon Risiko
Risk respone planning adalah proses yang dilakukan untuk meminimalisasi tingkat
risiko yang dihadapi sampai batas yang dapat diterima.
F. Pengendalian dan Monitoring
Langkah ini adalah proses mengawasi risiko yang sudah diidentifikasi, memonitor
risiko yang tersisa, dan mengindentifikasi risiko baru, memastikan pelaksanaan risk
management plan dan mengevaluasi keefektifannya dalam mengurangi risiko.
BAB III

ANALISA KASUS
3.1 Contoh Kasus
RSUD Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang adalah rumah sakit tipe D dengan
kapasitas 57 tempat tidur, melayani pasien umum, jamsoskes dan BPJS. Pelayanan
pasien Jamsoskes yang merupakan kebijakan Gubernur Sumatera Selatan yang mana
semua penduduk yang domisili Sumatera Selatan mendapatkan pelayanan pengobatan
gratis pada fasilitas kesehatan pemerintah. Pelayanan pasien BPJS merupakan kelanjutan
dari sistem pelayanan pasien ASKES yang sudah dilaksanakan d RSUD Tebing tinggi
sejak bulan November 2012.

Mulai tanggal 1 Januari 2014 sudah mengikuti kebijakan pemerintah untuk


menyelenggarakan pelayanan bagi pasien BPJS, yang merupakan implementasi dari
program pemerintah dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), yang tertuang dalam
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan
yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait
Obat.

Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian,


mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk
(drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented)
dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care).Namun seiring
berjalannya kegiatan pelayanan di RSUD Tebing Tinggi tidak lepas dari berbagai
permasalahan baik pelayanan pada konsumen maupun manajemen internal rumah sakit.
Instalasi farmasi yang merupakan titik akhir dan titik tolak dari persediaan perbekalan
kesehatan di rumah sakit tidak luput dari permasalahan tersebut.

Kasus yang pernah terjadi di instalasi farmasi RSUD tebing tinggi kabupaten Empat
Lawang adalah terjadinya kesalahan pemberian obat di apotek rawat jalan dikarenakan
penulisan resep yang terbalik nama pasiennya. Pasien berasal dari poliklinik penyakit
dalam yang merupakan pasien “langganan” atau sudah sering berobat ke RS. Pasien
bernama saibani dan rafani. Pasien saibani membawa resep dengan nama rafani
sedangkan pasien rafani membawa resep dengan nama saibani. Namun pasien tidak
mengecek nama yang tercantum dalam resep dan langsung menuju apotek rawat jalan.
Pada saat pasien menyerahkan resep pada petugas penerima resep, kemudian di cek
sediaan, kekuatan dan jenis sediaan, dikerjakan etiket dan pengemasan sesuai dengan
yang diperintahkan dalam resep. Setelah obat siap diserahkan kepada pasien, petugas
penyerahan resep memanggil pasien yang bernama saibani. Petugas memberikan
konseling mengenai sediaan yang diterima pasien.

Namun kemudian pasien sedikit curiga dengan penjelasan yang diberikan petugas
kepada beliau. Menurut pasien bahwa obat yang diberikan tidak sesuai dengan kondisi
penyakit yang diderita pasien. Petugas kemudian segera meriscek resep pasien saibani
kemudian berkonsultasi dengan bagian poli rawat jalan penyakit dalam. Dari hasil cek
dan riscek ternyata dokter salah menuliskan resep pada pasien saibani. Jenis obat yang
diresepkan untuk pasien saibani tertukar dengan jenis obat yang tertulis pada pasien
rafani. Jadi pasien saibani sesungguhnya membawa resep obatnya sendiri sesuai dengan
penyakitnya namun dalam resep yang dibawanya tertulis nama rafani, sedangkan rafani
memang benar membawa resep obatnya sendiri sesuai dengan penyakitnya namun
dalam resep yang dibawanya bertuliskan saibani. Jadi pada saat di panngil nama saibani
saat penyerahan obat tentu saja pasien saibani yang datang namun tidak sesuai obatnya
dengan kondisi penyakitnya. Kesimpulannya, terjadi kesalahan pada penulisan nama
pasien pada resep yang dibawa pasien. Hal ini dimungkinkan dokter penulis resep
kurang berkonsentrasi pada saat pelayanan pasien atau nama pasien yang berdekatan
pada saat pemeriksaan sehingga rekam medisnya terbalik pengamatannya.

3.2 Pembahasan Kasus


1.Perencanaan Manajemen Risiko.

Dalam kasus diatas bisa membuat dokumentasi mengenai banyaknya kejadian


kesalahan pemberian obat pada pasien dikarenakan resep yang tertukar dan tidak
disadari oleh pasien

2.Identifikasi Risiko.

Sejauh mana bahaya terhadap kejadian kesalahan pemberian obat terhadap


pelayanan pasien dan berdasar pada resep pasien sehingga perlu koordinasi dengan
dokter penulis resep maupun petugas di poli rawat jalan, rawat inap maupun UGG. c

3.Analisa Risiko Kualitatif.

Setelah seluruh resiko diidentifikasi maka dilakukan pengukuran tingkat


kemungkinan dan dampak resiko. Pengukuran resiko dilakukan setelah
mempertimbangkan pengendalian resiko yang ada. Pengukuran resiko dilakukan
menggunakan criteria pengukuran resiko secara kualitatif, semi kualitatif, atau kuantitatif
tergantung pada ketersediaan data tingkat kejadian peristiwa dan dampak kerugian yang
ditimbulkannya. Pada kasus salah memberikan obat pada pasien, maka pengukuran
kualitatif frekuensi/kemungkinan (likehood) adalah sebagai berikut :

Kemungkinan Deskripsi Nilai


Jarang Terjadi pada keadaan khusus 1
Kadang-kadang Dapat terjadi sewaktu-sewaktu 2

Mungkin Mungin terjadi sewaktu-waktu 3


(Possible)
Mungkin sekali Mungkin terjadi pada banyak keadaan tapi tidak 4
menetap
Hampir Pasti Dapat terjadi pada tiap Keadaan dan menetap 5
Setelah seluruh resiko diidentifikasi maka dilakukan pengukuran tingkat
kemungkinan dan dampak resiko. kejadian ini mungkin terjadi sewaktu-waktu karena
kejadiannya dalam setahun lebih dari 3 kejadian. Hal ini lebih banyak terjadi pada
saat peak hour sehingga memungkinkan petugas kurang berkonsentrasi dalam
melayani pasien.

4.Analisa Risiko Kuantitatif.

Tingkat Deskription Contoh


1 Tidak Tidak ada cidera ,tidak ada keuangan kecil.
Bermakna
2 Rendah Pertolongan pertama dapat diatasi, kerugian keuangan
3 Menengah Memerlukan pengobatan medis, kerugian keuaangan
besar
4 Berat Cedera luas, kehilangan kemampuan produksi,
kerugian keuangan besar
5 Katastripik Kematian, kerugian keuangan sangat besar.

Dampak yang terjadi pada kasus tersebut berbobot nilai satu (1) yaitu tidak bermakna
karena petugas apotek segera meriscek resep pasien pada petugas poli dan dokter
penulis resep, sehingga pada saat pemberian ke pasien, kesalahan bisa langsin diatasi.

5.Perencanaan Respon Risiko

Dalam kasus diatas bisa dilakukan setelah diukur tingkat kemungkinan dan
bagaimana dampaknya. Apakah resiko masih dapat ditoleransi atau diterima atau
tidak dan apakah resiko termasuk prioritas yang harus ditangani sesegera mungkin.
Dari kasus ini, pemberian konseling/informasi obat dan informed consent petugas
apotek pada pasien guna mengecek informed consent yang di berikan dokter sangat
penting dilakukan sehingga terjadi kecocokan. Selain diperlukan ketelitian dan dalam
penyerahan obat pada pasien berdasarkan resep, sehingga jika terjadi kesalahan
penulisan resep dapat segera ditangani.

6.Pengendalian dan Monitoring

Dalam kasus ini, penanganan resiko adalah dengan melakukan cross-check


dengan segera agar masalah dapat segera teratasi dan tidak menganggu pelayanan
pasien yang lain. Pengendalian bersama petugas medis yang lain dari poli rawat
jalan, zaal rawat inap dan UGDyang terintegrasi agar kasus ini dapat ditekan
kejadiannya atau bahkan tidak terjadi lagi di masa yang akan datang. Salah satu
pengendaliannya adalah dengan menganalisa beban kerja petugas dengan pelayanan
yang diberikan agar walaupun pada saat peak hour tetap dapat berkonsentrasi dan
maksimal dalam melakukan pelayanan.
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a) Manajemen K3 pada dasarnya mencari dan mengumpulkan kelemahan operasional
operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan . Hal ini dapat dilaksanakan
dengan mengungkapkan sebab suatu kecelakaan.
b) Dahulu teori penyebab kecelakaan memandang bahwa kecelakaan disebabkan oleh
tindakan pekerjaan yang salah .tetapi anggapan bahwa kecelakaan kerja telah tergeser
dengan anggapan bahwa kecelakaan kerja bersumber kepada factor-faktor organisasi
dan manajemen.
c) Perencanaan respon terhadap resiko terhadap respon positif dan respon negatif .respon
positif meliputi :Eksploit, share and encanche,sedangkan respon negatif meliputi :
avoid,transfer, mitigate.
d) Cara pengendalian dan monitoring risiko K3 adanya dengan menekan
probability,menekan concequences, hindari resiko dan pengalihan resiko.
e) Proses yang dilalui pada manajemen resiko adalah perencanaan manajemen resiko
,identifikasi resiko ,analisis resiko kualitatif, analisis resiko kuantitatif,perencanaan
respon resiko,,pengendalian dan monitoring resiko.

4.2 Saran
a.) K3 harus dibudayakan dan dilaksananakan sepenuhnya oleh para pekerja ,stakeholder
dansemua yang ada didalam satu organisasi perusahaan atau proyrk.manajemen K3
harus menjamin adanya tindakan perbaikan kinerja dan budaya keselamatan secara
berkesinambungan.
b.) Perusahaan dapat memperhatikan penerapan K3 yang baik bagi pekerjanya agar tidak
terjadi hal-hal yang dapat menimbulkan resiko yang sangat tinggi .
c.) Perusahaan dapat melakukan pemeriksaan yang rutin terhadap pekerja dan berbagai
hal yang menyangkut kesehatan dan keselamatan (K3).
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/404525039/MAKALAH-MANAJEMEN-RISIKO-K3-DI-
DALAM-GEDUNG-docx

Anda mungkin juga menyukai