Anda di halaman 1dari 17

ESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Disusun Oleh :

Sukmawati Kusuma (PO7120521018)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN YOGYAKARTA
2021
MENGIDENTIFIKASI RISIKO DAN HAZARD PADA PELAKSANAAN ASUHAN
KEPERAWATAN

A. RISIKO
1. Definisi Risiko
Risiko adalah gabungan dari kemungkinan atau frekuensi dan akibat atau
konsekuensi dari terjadinya bahaya tersebut penilaian risiko adalah penilaian
menyeluruh untuk mengidentifikasi bahaya dan menentukan apakah risiko dapat
diterima. Manajemen risiko adalah pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi
penilaian dan pengendalian risiko. Manajemen risiko terdiri dari tiga langkah
pelaksanaan yaitu identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengenzdalian risiko
(Ramli ,2010). Risiko adalah besarnya kerugian atau kemungkinan terjadi korban
manusia, kerusakan dan keruzgian ekonomi yang disebabkan oleh bahaya tertentu
di suatu daerah pada suatu waktu tertentu.
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan pengendalian terhadap tingkat
risiko kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Penilaian risiko adalah proses
evaluasi risiko risiko yang diakibatkan adanya bahaya-bahaya dengan
memperhatikan kecukupan pengendalian yang dimiliki, dan menentukan apakah
risiko dapat diterima atau tidak (Puspitasari, 2010).
3. Pengendalian Risiko
Menurut Hanafi dan Partawibawa 2016, pengendalian risiko terhadap bahaya yang
teridentifikasi dilakukan setelah dilakukan penilaian sebelumnya, sehingga
pengendalian risiko bahaya diprioritaskan pada bahaya dengan kategori paling
tinggi ke rendah.
4. Identifikasi dan Analisa Risiko
Identifikasi risiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan terus-
menerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko atau
kerugian terhadap kekayaan, hutang, dan personil perusahaan. Proses identifikasi
risiko ini mungkin adalah proses yang terpenting, karena dari proses inilah, semua
risiko yang ada atau yang mungkin terjadi pada suatu proyek, harus diidentifikasi.
Proses identifikasi ini harus dilakukan secara cermat dan juga komprehensif,
sehingga tidak ada resiko yang terlewatkan dan juga tidak teridentifikasi.
B. HAZARD
1. Pengertian Hazard
Hazard adalah :
a. Suatu kondisi secara alamiah maupun karena ulah manusia yang berpotensi
menizmbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia (BNPB,
2008)
b. Bahaya berpotensi menimbulkan bencana tetapi tidak semua bahaya selalu
menjadi bencana.
c. Sumber bahaya suatu peristiwa yang hebat atau kemungkinan menimbulkan
kerugian atau korban manusia (Dirjen yanmedik, 2007).
Secaraz umum terdapat 5 faktor bahaya K3 di tempat kerja, antara lain:
faktor bahaya biologi seperti : jamur, virus, bakteri, dan lain-lain.
Faktor bahaya kimia, seperti: gas, Debu, bahan beracun, dan lain-lain.
Faktor bahaya fisik/mekanik, seperti: Mesin tekanan dan lain-lain
Faktor bahaya biomekanik, seperti: posisi kerja, gerakan, dan lain-lain
Faktor bahaya sosial psikologis, seperti: stres, kekerasan dan lain-lain.
2. Klasifizkasi Hazard
Menuruzt Ndejjo 2015, bahaya secara luas diklasifikasikan sebagai biologis dan
non biologis. Bahaya biologis didefinisikan untuk dimasukkan luka laserasi, luka
yang tajam, kzontak langsung dengan spesimen yang terkontaminasi bahan
biohazardous, bizoterorisme, yang ditularkan melalui darah patogen, penyakit
infeksi, penyakit udara, peznyakit vektor yang ditanggung, dan kozzntaminasi
silang dari material kotor
Sementara zbahaya nonbizzologis didefinisikan untuk termasuk fisik, psikososial,
dan ergonomis bahaya: bahaya fisik termasuk slip, perjalanan, jatuh, luka bakar,
fraktur, radiasi dari szinar-x, kebisingan, dan radiasi nonionisasi. Bahaya
psikososial termasuk fisik, penyalahgunaan psikoszosial, seksual, dan verbal dan
menekankan. Bahaya ergonomis adalzah Ah lo skeletal cedera seperti nyeri otot,
strain atau terkilir.
3. Identifikasi Hazard
Mengidentifikasi suatu bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui potensi
bahaya yang ada di lingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat dan karakteristik
bahaya, maka dapat lebih berhati-hati dan waspada untuk melakukan langkah-
langkah pengamanan agar tidak terjadi kecelakaan, namun tidak semua bahaya
dapat dikenali dengan mudah (Ramli, 2009)

C. PERAWAT DAN ASUHAN KEPERAWATAN


1. Perawat
Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia, perawat adalah tenaga perawatan
yang berasal dari jenjang pendidikan tinggi keperawatan Ahli Madya, Ners, Ners
Spesialis, dan Ners Konsultan. Dalam pemberian pelayanan kesehatan, perawat
dituntut untuk lebih profesional agar kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan
semakin meningkat.
2. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan masalah yang
memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan.
Standar asuhan kezperawatan ini tercantum dalam standar praktik klinis
keperawatan yang terdiri dari lima fzase asuhan keperawatan. Lima (5) fase
tersebut yaitu: Pengkajian, Diagnosa, Perencanaanz, Implementasi dan Evaluasi.
Asuhan keperawatan memiliki manfaat untuk meningkatkanz mutu dan kualitas
pelayanan dalam bidang keperawatan.
3. Risiko dan Hazard dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
a. Risiko dan Hazard dalam pengkajian asuhan keperawatan
Risiko melekat dari tindakan pelayanan kesehatan dalam hal ini pada saat
melzakukan pengkajian asuhan keperawatan adalah bahwa dalam kegiatan ini
yang diukur adalah upaya yang dilakukan. Pada proses pengkajian data, hal-
hal yang dapat saja bisa terjadi adalah:
a) Kurangnya informasi atau data yang diberikan oleh keluarga pasien atau
Pasien itu sendiri zatau dalam kata lain menyembunyikan suatu hal,
sehingga dalam proses pengkajian kurang lengkap. Akibatnya perawat
ataupun dokter akan salah dalam memberikan perawatan sehingga
berbahaya terhadap pasien.
b) Pada saat melakukan pengkajian dapat juga terjadi di kejadian tertularnya
penyakit dalam hal ini seperti kontak fisik maupun udara titik pada saat
perawat melakukan perawatan ataupun pengkajian kepada pasien maka
perawat mempunyai resiko tertular penyakit dari pasien tersebut.
c) Mendapatkan cacian atau pelecehan verbal saat melakukan pengkajian
ataupun pada proses zwawancara. Ketika perawat menanyakan data atau
informasi pasien namun, keluarzga pasien menyembunyikannya. Sehingga
demi keselamatan pasien perawat tetap zmenanyakan sehingga pasien atau
keluarga kurang menyukainya dan akhirnya mendazpatkan cacian atau
perlakuan tidak baik.
d) Dalam melakukan pengkajian atau pemeriksaan perawat bisa saja
mendapatkan kekerasan fisik dari pasien ataupun keluarga pasien.
Misalnya pasien ataupun keluarga yang tidak menyukai proses perawatan
atau pengkajian dapat saja melakukan kekerasan fisik terhadap perawat.
b. Risiko dan Hazard dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
Kesalahan saat merencanakan pengkajian dapat saja terjadi, jika perawat salah
dalam mengkaji maka Perawat akan salah dalam memberikan proses
perawatan atau pengobatan yang pada akhirnya akan mengakibatkan
kesehatan pasien Malah semakin terganggu. Kemudian dapat saja terjadi jika
perawat salah dalam merencanakan tindakan keperawatan maka perawat juga
akan mendapatkan bahaya seperti tertularnya penyakit dari pasien Karen
kurangnya perlindungan diri terhadap perawat.
c. Risiko dan Hazard dalam implementasi keperawatan
Menurut Putri, T.E.R,2017, kesalahan saat melakukan implementasi atau
pelaksanaan tindakan keperawatan yaitu merupakan kesalahan yang sangat
fatal. Kesalahan ini dapat mengakibatkan kecelakaan pada pasien atau
perawat, misalnya kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien,
dikarenakan perawat lupa membaca instruktur atau catatan an-nur dokumen
rekam medik dari pasien tersebut.
d. Risiko dan Hazard dalam evaluasi asuhan keperawatan
Kesalahan pada saat melakukan evaluasi dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan dapat mengakibatkan pendokumentasian Asuhan Keperawatan
yang kurang data yang sudah dilakukan oleh perawat. Terkadang perawat lupa
mengkonfirmasi ke dalam dokumentasi asuhan keperawatan, sehingga yang
tertulis atau yang telah dilaksanakan oleh perawat kepada pasiennya tidak ada
dalam dokumentasi asuhan keperawatan.
4. Upaya mencegah dan meminimalkan Risiko dan Hazard pada asuhan keperawatan
a) Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada pengkajian
asuhan keperawatan
Upaya yang dapat dilakukan perawat dalam tahap pengkajian tersebut yaitu:
a) Perawat harus memperkenalkan identitas diri baik kepada pasien
maupun kepzada keluarganya
b) Perawat hzendak tidak menyinggung perasaan klien saat pengkajian
dilakukan, Misalnya mengzgunakan masker yang sebenarnya tidak
perlu dipakai
c) Perawat juga zdapat membangun kepercayaan kepada pasien
d) Dalam merawat pasien, perawat harus memperlakukan setiap pasien
dengan sama
e) Padat melakukan wawancara dengan pasien, perawat harus menjadi
pendengar yang baik, perawat harus mampu menempatkan diri
sebagai tempat curhat pasien sebaik mungkin dan diharapkzan
menggunakan bahasa serta tutur kata yang sopan
f) Ketika pasien terlihat dalam keadaan tidak terkontrol dan susah untuk
didekati, maka perawat dapat melakukan pengkajian kepada
keluarganya terlebih dahulu
g) Saat melakukan pemeriksaan fisik, perawat harus meminta
persetujuan dari klien terlebih dahulu
h) Perawat harus menggunakan APD saat melakukan pemeriksaan fisik
pada klien
i) Perawat juga harus melaporkan setiap adanya tindakan kekerasan
dalam bentuk apapun kepada pihak rumah sakit
j) Perawat juga harus menghindari memegang benda yang mungkin
telah terkontaminasi
k) Sebelum menuju klien hendaknya perawat mencuci tangan.
b. Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard dalam tahap
perencanaan asuhan keperawatan
a) Identifikasi sumber bahaya yang mungkin dapat terjadi saat menyusun
rencana keperawatan
b) Lakukan penilaian faktor risiko dengan jalan melakukan penilaian bahaya
potenial yang menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan kerja saat
menyusun perencanaan keperawatan
c) Kendalikan faktor risiko yang mungkin terjadi saat menyusun rencana
tindakan keperawatan. Hal ini dapat dilakukan dengan menghilangkan
bahaya, mengganti sumber risiko dengan sarana atau peralatan lain yang
lebih memiliki tingkat risiko yang lebih rendah
d) Ketika menyusun rencana keperawatan perawat hendak berpedoman pada
pedoman rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan diagnosis
keperawatan yang ada
e) Perawat juga diharapkan untuk mampu mempertimbangkan alokasi waktu
pencapaian dari rencana keperawatan yang disusun untuk menjadi
indikator evaluasi keperawatan.
d. Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap
implementasi asuhan keperawatan
a) Perawat harus menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan
teknik aseptik seperti mencuci tangan, memakai APD lengkap,
menggunakan alat kesehatan dalam keadaan steril
b) Perawat harus mematuhi SOP yang telah ditetapkan oleh rumah sakit
dan tidak terburu-buru dalam melakukan tindakan
c) Perawat hendak memperhatikan cara menutup jarum suntik yang benar
susunan sel hidung kamu banyak diharapkan perawat dapat
menghindari kontak langsung dengan segala macam cairan klien,
apabila dirasa sistem imunitas tubuh sedang menurun atau tidak
menggunakanz APD
d) Perawat sebaiknya menerapkan perilaku hidup bersih dan juga sehat
serta menerapkan pola hidup yang sehat pula
e) Perawat harus menanamkan sifat kehati-hatian, konsentrasi yang
tinggi, dan ketenangan saat bekerja sama saat melakukan tindakan
yang beresiko kepada pasien
f) Perawat dituntut untuk belajar mengoperasikan alat-alat yang sudah
disediakan oleh pihak rumah sakit dengan tujuan mengurangi risiko
cedera bzaik bagi klien maupun bagi perawat sendiri.
e. Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada evaluasi asuhan
kzeperawatan
a) Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai sejauh mana intervensi dan
izmplementasi yang diberikan berhasil dalam perkembangan kesembuhan
pasien ada bzeberapa cara untuk mencegah dan mengurangi resiko hazard.
Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah risiko dan hazard dalam
evaluasi asuhan keperawatan yaitu
b) Identifikasi sumber bahaya yang mungkin terjadi saat menyusun evaluasi
keperawatan, dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi dan
kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya baik pada klien maupun
kepada diri perawat sendiri
c) Memperhatikan setiap perkembangan atau respon yang ditampakkan atau
ditimbulkan oleh klien setelah selesai melakukan tindakan keperawatan.
D. Unsafe Action
1. Pengertian Unsafe Action
Suatu perilaku membahayakanatau tidak aman yangdapat menyebabkan
kecelakaan. Perilaku berbahaya adalah kegagalan (human failure) dalammengikuti
persyaratan dan prosedur kerja yang benar sehingga menyebabkan terjadinya
kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang terjadi secara umum 80-85% disebabkan
unsafe action.
2. Penyebab Unsafe action
Banyak pekerja melakukan unsafe action, tetapi mereka tidak mengerti jika
pekerjaan mereka beresiko. Mereka memilih banyak alasan dan jika kita
mendengarkan keluhan yang disampaikan oleh pekerja, kita akan mampu mencari
penyebab yang mengakibatkan pekerja melakukanunsafeaction. Adapun penyebab
dasar unsafe action antara lain:
1. Ketidakseimbangan fisik tenaga kerja, antara lain :
a) Tidak sesuai berat badan, kekuatan dan jangkauan
b) Posisi tubuh yang menyebabkan melemah
c) Kepekaan tubuh
d) Kepekaan panca indera terhadap bunyi
e) Cacat fisik
f) Cacat sementara

2. Kurangnya pengetahuan, antara lain :

a) Kurang pengalaman
b) Kurang orientasi
c) Kurang latihan memahami tombol tombol
d) Kurang latihan memahami data
e) Salah pengertian terhadap suatu perintah

3. Pemakaian alat pelindung diri (APD) tidak sesuai aturan

4. Stess fisik, antara lain :

a) Beban sakit

b) Beban tugas berlebihan

c) Kurang istirahat

d) Kelelahan sensori

e) Terpapar bahan berbahaya

f) Terpapar panas tinggi

3. Faktor-faktor Unsafe Action

Sebagian besar unsafe action diakibatkan oleh tindakan yang dilakukan oleh
manusia. Adapun faktor – faktor manusia yang mempengaruhi terjadinya unsafe
action antara lain:

a. Masa Kerja
Masa kerja adalah akumulasi waktu pekerja memegang pekerjaan tersebut.
Masa kerja mempunyai kaitan dengan kepuasan kerja yang terus meningkat
sampai lama kerja 5 tahun kemudian mengalami penurunan sampai masa
kerja 8 tahun, akan tetapi setelah tahun kedelapan secara perlahan mulai
meningkat kembali. Disamping itu, masa kerja juga dapat memberikan efek
positif dan negative yaitu dapat menurunkan ketegangan dan peningkatan
aktivitas dan batas ketahanan tubuh yang berlebihan pada proses kerja.
Semakin lama masa kerja seorang pekerja dipandang lebih mampu
melaksanakan dan memahami pekerjaannya. Penelitian yang dilakukan di
PT Pupuk Kalimantan Timur menunjukkan bahwa pekerja yang pengalaman
kerjanya masih sedikit atau masa kerja <20 tahun, akan lebih sering
melakukan unsafe action dibandingkan dengan pekerja yang masa kerja atau
pengalaman kerjanya lebih lama ( ≥20 tahun).
b. Pengetahuan kesehatan keselamatan kerjaPengetahuan kesehatan
keselamatan kerja adalah ilmu tentang kesehatan keselamatan kerja yang
dimiliki seseorang yang dapat gunakan sebagai pelindung diri saat bekerja
untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja di tempat kerja. Oleh karena itu, pekerja dengan pengetahuan
kesehatan keselamatan kerjayang baik seseorang akan lebih berhati-hati
dalam melakukan pekerjaan sehingga dapat mencegah terjadinya unsafe
actiondalam bekerja. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
antara lain :
1. Umur Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang dihitung
sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur seseorang, maka semakin
bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan
seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang
diperoleh dari orang lain.
2. Pendidikan Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan
seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan. Tingkat
pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
persepsi dan kualitas seseorang.
3. Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal
biasanya diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses
pengembangan misalnya sering mengikuti organisasi.
4. Media Masa
Media masa merupakan sumber informasi yang diterima oleh
masyarakat, sehingga semakin seseorang sering terpapar media massa
akan memperoleh informasi yang lebih banyak dan dapat mempengaruhi
tingkat pengetahuan yang dimiliki.
5. Hubungan sosial
Hubungan sosial adalah kemampuan seseorang individu sebagai
komunikan untuk saling memberi dan menerima pesan melalui
komunikasi dalam bentuk media atau interaksi dengan individu lain.
Semakin hubungan sosial seseorang dengan individu baik maka
pengetahuan yang dimiliki juga akan bertambah.
c. Kelelahan
Kelelahan adalah reaksi fungsionaldari pusat kesadaran yaitucortex cerebri
yang dipengaruhi oleh 2 sistem antagonis yaitu sistem penghambat (inhibisi)
dan systempenggerak (aktivitas) tetapi semuanya bermuara kepada
pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh.Oleh karena itu semakin
seseorang merasakan kelelahan maka kemampuan manusia untuk melakukan
aktivitas berkurang, sehingga hal tersebut mengakibatkan penurunan
produktivitas kerja dan dapat memicu seseorang untuk melakukan unsafe
action.
Faktor penyebab kelelahan kerja antara lain:
1. Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi,
variasi kerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan
pekerjaan.
2. Faktor Psikologis, misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir yang
berlebihan, serta konflik yang kronis/ menahun.
3. Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta tidak
menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja
4. Status kesehatan (penyakit) dan status gizi.
5. Monoton (pekerjaan/ lingkungan kerja yang membosankan

d. Sikap
Sikap adalah reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindakSemakin sikap
seseorang negatif maka akan berdampak kepada perilakuseseorang
mengarah negatif sehingga melakukan unsafe action, hal tersebut dapat
mencelakakan dirinya sendiri maupun orang lain yang berada disekitarnya.
4..Akibat unsafe action
Akibat yang ditimbulkan unsafe action adalah terjadinya kecelakaan kerja.
Adapun unsafe action yang mengakibatkankecelakaan kerja antar lain :
a. Tidak hati-hati
b. Tidak mematuhi peraturan
c. Tidak mengikuti standar prosedur kerja
d. Tidak memakai alat pelindung diri
e. Kondisi badan yang lemah Persentase penyebab kecelakaan kerja yaitu 88%
karena unsafe action of person.
Contoh unsafe action dalam keperawatan :
a. Tidak memakai APD
b. Tidak mengikuti prosedur kerja
c. Tidak mengikuti peraturan keselamatan kerja dan bekerja tidak hati hati

E. Unsafe Condition
1. Pengertian Unsafe Condition
Unsafe condition adalah kondisi lingkungan kerja yang tidak baik atau kondisi
peralatan kerja yang berbahaya. Akibat yang ditimbulkan dari unsafe condition
yaitu dapat menimbulkan potensi bahaya.
2. Penyebab unsafe condition
Unsafe condition disebabkan oleh berbagai hal antara lain :
a. Peralatan yang sudah tidak layak pakai
b. Pengamanan gedung yang kurang standar
c. Pencahayaan dan ventilasi yang kurang atau berlebihan
d. Kondisi suhu yang membahayakan
e. Sifat pekerjaan yang mengandung potensi bahaya
3. Faktor – faktor unsafe conditionSebagian besar unsafe condition didominasi
akibat kondisi lingkungan kerja yang tidak aman. Adapun faktor – faktor
lingkungan kerja yang mempengaruhi terjadinya unsafe condition antara lain :
a. Tempat kerja Tempat kerja merupakan tempat yang digunakan untuk
melakukan suatu pekerjaan yang didalamnya terdapat tenaga kerja yang
melakukan pekerjaan dan ditempat kerja tersebut kemungkinan adanya bahaya
dapat terjadi. Disain tempat kerja yang tidak ergonomis dapat mengakibatkan
unsafe condition sehingga dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
b. Bahan Bahan brperan penting dalam proses produksi, sebab bahan merupakan
hal yang paling mendasar digunakan untuk menciptakan suatu produk yang
dihasilkan. Sebaiknya pemilihan bahan dasar material berasal dari bahan yang
aman, sehingga tidak membahayakan para pekerja selama proses produksi
berlangsung.
c. Peralatan Peralatan merupakan hal terpenting guna menunjang proses
produksi, sehingga sebaiknya pemilihan peralatan dan perlengkapan yang
efektif sesuai dengan apa yang diproduksi. Dengan pemilihan peralatan yang
efektif maka akan dapat meminimalisir potensi bahaya yang akan terjadi.
Peralatan yang mengandung potensi bahaya sebaiknya harus diminimalisir
dengan jalan mengubah kontruksi dan memberi alat pelindung diri pada
pekerja. Sehingga para pekerja tidak terpapar langsung dengan sumber bahaya
tersebut.
4. Bahaya
Bahaya adalah segalasesuatu baiktindakanatausituasi yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan
lainya.Akibat terjadinya bahaya maka perlu upaya pengendalian agar bahaya
tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan yaitu terjadinya kecelakaan
a. Faktor – faktor bahaya yang mengakibatkan kecelakaan
1. Manusia Faktor – faktor yang melatarbelakangi kesalahan dan tindakan
berbahaya yang dilakukan manusia antara lain:
a) Kurang pengetahuan dan ketrampilan
b) Tidak mampu untuk bekerja secara normal
c) Kelelahan dan kejenuhan
d) Penurunan konsentrasi
e) Stress
f) Umur
g) Kurang adanya motivasi dan kepuasan kerja
h) Sikap kurang perhatian terhadap lingkungan sekitar dan masa bodoh
i) Belum adanya adaptasi antara pekerja dengan mesin-mesin atau
peralatan kerja
2. Lingkungan Penyebab kecelakaan pada ruang lingkup lingkungan tidak
hanya lingkungan fisik, tetapi juga berkaitan pada penyediaan fasilitas,
pengalaman manusia sebelum dan saat bekerja, pengaturan organisasi
kerja, hubungan sesame pekerja, kondisi ekonomi dan politik yang dapat
mengganggu konsentrasi.
3. Bahan Bahaya yang ditimbulkan dari bahan material yang digunakan
dalam proses produksi dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja yang dapat merugikan perusahaan. Bahan atau
material yang mencakup bebagai resiko yang sesuaidengan sifat bahan,
antara lain :
a) Mudah terbakar
b) Mudah meledak
c) Menimbulkan alergi
d) Menyebabkan kanker
e) Bersifat racun
f) Menimbulkan kerusakan pada kulit atau jaringan
g) Radioaktif
4. Cara kerja
Cara kerja yang dilakukan harus memperhatikan cara kerja yang benar.
Cara kerja yang salah akan membahayakan orang itu sendiri dan orang lain
disekitarnya. Hal – hal yang perlu diperhatikan untuk menghindari
kecelakaan kerja di tempat kerja antara lain :
a. Cara angkat angkut yang benar
b. Cara kerja salah akan mengakibatkan kecelakaan kerja dan cidera
terutama yang sering terjadi cidera tulang punggung
c. Pemakaian APD yang benar.
5. Lingkungan kerja Bahaya lingkungan digolongkan jenis antara lain :
a) Faktor lingkungan fisik Bahaya yang bersifat fisik seperti ruangan
terlalu panas, terlalu dingin, penerangan kurang, terlalu bising, getaran
melebihi NAB, dan radiasi.
b) Faktor psikologi Bahaya yang diakibatkan dari keadaan lingkungan
kerja yang tidak sesuai sehingga menimbulkan ketegangan jiwa.
6. Akibat unsafe condition
Akibat yang ditimbulkan unsafe condition adalah terjadinya kecelakaan
kerja. Adapun unsafe condition yang mengakibatkankecelakaan kerjaantar
lain :
1. Alat pelindung yang tidak efektif
2. Alat yang tidak aman walau dibutuhkan
3. Bahan - bahan yang berbahaya
4. Alat atau mesin yang tidak efektif
5. Pakaian kerja yang tidak cocok
6. Penerangan, ventilasi yang tidak cocok
Unsafe action mendominasi kejadiaan kecelakaan kerja terbanyak dengan
prosentase 88%, 10% oleh unsafe condition, dan 2% oleh sebab - sebab
lain yang tidak bisa dipelajari.
Contoh unsafe condition dalam keperawatan:
a. Tidak memasang penyangga tempat tidur apabila pasien memiliki
resiko jatuh
b. Salah memberikan obat
c. Tidak memberikan label pada obat high alert
DAFTAR PUSTAKA

Aspihan,Moch.,dkk. Ergonomic Partisipatif Berjenjang sebagai Bentuk Intervensi


Keperawatan
Komunitas pada Kelompok Pekerja dengan Risiko Gangguan Muskuloskeletal di PT
X.
Buku Proceeding Unissula Nursing Conference.Unissula Press
Ernawati,Novi.,Hj.Ella Nurlelawati.2017.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pelaksanaan
Penerapan K3 pada Tenaga Kesehatan di RSIA Permata Sarana Husada Periode
Februari
2015.Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya Vol 3(1)
Hamarno,Rudi.2016. Keperawatan Kegawatdaruratan & Manajemen Bencana. Kebayoran
Baru
Jakarta Selatan
Indragiri, Suzana.,Triesda Yuttya.2018.Manajemen Risiko K3 Menggunakan Hazard
Identification Risk Assement and Risk Control (HIRARC).Jurnal Kesehatan Vol 9
(1)
Irawan,Shandy.,dkk.2015.Penyusunan Hazard Identification Risk Assesment and Risk
Control
(HIRARC). Di PT. X.Jurnal Titra Vol 3 (1)
Mahdarsari,Mayanti.,dkk2016. Peningkatan Keselamatan Diri Perawat Melalui Optimalisasi
Fungsi Manajemen.Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 19 (3) hal 176-183
Mantiri, Ezra Zimri Ruben Abiam.,dkk.2020. Faktor Psikologi dan Perilaku dengan
Penerapan
Manajemen Keselamatan Kerja Rumah Sakit.
Prasetyo, Erwan Henri.,dkk.2018. Analisis Hira (Hazard identification and risk assessment)
pada
instansi x di Semarang.Jurnal Kesehatan masyarakat Vol 6 (5)
Putri, Oktaviana Zahratul.,dkk.2017. Analisis risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada
petugas kesehatan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit akademik UGM.Jurnal
Kesehatan Vol 10 (1)
Ramdan,Iwan M.,dkk.2017. Analisi Risiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Pada
Perawat.Jurnal Kesehatan Vol 5 (3)
Sapryadi., dkk.2017.Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada Divisi Boiler
Menggunakan
Metode Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control (HIRARC).Journal
of
Industrial Hygiene and Occupational Health Vol 1(2)
Simamora, R. H. (2011). ROLE CONFLICT OF NURSE RELATIONSHIP WITH
PERFORMANCE IN THE EMERGENCY UNIT OF HOSPITALS RSD DR.
SOEBANDI JEMBER. The Malaysian Journal of Nursing, 3(2), 23-32
Wulan,Fatwa Hisadayah.2019.”Analisis Faktor Risiko dan Hazard dalam Implementasi
Keperawatan”. Skripsi.Fakultas Ilmi Kesehatan.Keperawatan S1. UMP.

Anda mungkin juga menyukai