Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ANALISIS JURNAL INTERNASIONAL TENTANG

PREVALENSI DEPRESI DIANTARA PASIEN HIV YANG DIOBATI


DENGAN ARV PADA TAHAP YANG BERBEDA DARI INFEKSI

Dosen Pengampu :
Ns. Diah Nur Anisa.,M.Kep

Disusun Oleh :

1. Royan Fajar A (1610201217)


2. Chandra (1610201224)
3. Agatha Mayang P (1610201168)
4. Hanna Dwi Pratiwi (1610201194)
5. Sukmawati Kusuma (1610201180)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat dan salam kami
sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi Muhammad SAW. Diantara sekian banyak
nikmat Allah SWT yang membawa kita dari kegelapan ke dimensi terang yang memberi hikmah
dan yang paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karenanya kami dapat
menyelesaikan tugas keperawatan HIV/AIDS ini dengan baik dan tepat waktu. Adapun maksud
dan tujuan dari penyusun makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh dosen pada mata pelajaran keperawatan HIV/AIDS ini.

Dalam proses penyusunan tugas ini kami menjumpai hambatan, namun berkat dukungan
materil dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan cukup baik,
oleh karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya tugas ini.

Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal yang benar
datangnya hanya dari agama berkat adanya nikmat iman dari Allah SWT, meski begitu tentu
tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun
dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan kami
semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi pembaca lain pada umumnya.

Yogyakarta, 15 Januari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I

Latar Belakang

Rumusan masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian

Etiologi

Karakteristik

Cara penularan HIV/AIDS

Hubungan Pengobatan ARV dengan tingkat depresi

Efek samping

BAB III ANALISIS JURNAL


Pembahasan

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar belakang

Depresi adalah salah satu penyebab utama beban penyakit dan dapat menyebabkan hilangnya
kualitas hidup dengan disfungsi sosial dan ekonomi, menyebabkan penderitaan untuk kedua
penderita dan keluarga mereka. Penyebab suatu kondisi depresi meliputi:

 Faktor psikologis karena tekanan beban psikis, dampak pembelajaran perilaku terhadap
suatu situasi sosial
 Faktor sosio-lingkungan misalnya karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan
pekerjaan, paska bencana, dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya
 Faktor organobiologis karena ketidakseimbangan neurotransmiter di otak terutama serotonin

Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV - Text Revision (DSM IV-TR) (American
Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi jika: A. Lima (atau lebih)
gejala di bawah telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan
biasa seseorang; sekurangnya salah satu gejala harus (1) emosi depresi atau (2) kehilangan minat
atau kemampuan menikmati sesuatu.

1. Keadaan emosi depresi/tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari,
yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa) atau pengamatan
orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).
2. Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian
besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau
pengamatan orang lain)
3. Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya
berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan
sebelumnya dalam satu bulan)
4. Insomnia atau Hipersomnia hampir setiap hari

5. Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang
lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat)
6. Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari
7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar(bisa
merupakan delusi), dan mengganggap bahwa sumber dari setiap masalah adalah dirinya
8. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat
keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang
lain)
9. Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali
muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau
rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri

Cara menanggulangi depresi berbeda-beda sesuai dengan keadaan pasien, namun biasanya
merupakan gabungan dari farmakoterapi dan psikoterapi atau konseling. Dukungan dari orang-
orang terdekat serta dukungan spiritual juga sangat membantu dalam penyembuhan.

Human Immunodeficiency Virus (HIV ) adalah suatu virus yang dapat menyebabkan


penyakit AIDS. Virus ini menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh,
sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Tanpa pengobatan, seorang dengan HIV
bisa bertahan hidup selama 9-11 tahun setelah terinfeksi, tergantung tipenya. Dengan kata lain,
kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imun.
Penyaluran virus HIV bisa melalui penyaluran semen (reproduksi), darah, cairan vagina, dan
ASI. HIV bekerja dengan membunuh sel-sel penting yang dibutuhkan oleh manusia, salah
satunya adalah Sel T pembantu, Makrofaga, Sel dendritik.

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency


Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain
yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain). HIV dan virus-virus
sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran
mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air
mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi
melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Meskipun kurangnya studi, sesuai dengan laporan yang tersedia di India, tidak kurang dari satu
dalam setiap dua puluh orang India menderita depresi. Di hadapan komorbiditas seperti Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immuno Deficiency Sindrom(AIDS), risiko
tertular depresi meningkat lebih lanjut. Depresi pada virus HIV dan AIDS adalah umum dan
dapat memiliki implikasi yang luas pada pasien yang menerima terapi antiretroviral virus (ARV).
Sebuah prevalensi tinggi depresi telah dilaporkan pada orang yang hidup dengan HIV / AIDS
(ODHA). Dengan perbaikan dalam pengelolaan pasien HIV / AIDS, depresi menjadi masalah
medis umum dan mengganggu ARV selama infeksi HIV. Penanganan HIV/AIDS memerlukan
perhatian yang serius dari berbagai pihak. Hal ini terutama karena penyakit ini
mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh yang akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup
dan produktifitas bangsa. Maka tujuan kami memilih jurnal ini untuk dapat mengetahui
prevalensi depresi di antara pasien HIV-positif yang diobati dengan ARV. Tujuannya untuk
menurunkan angka depresi pada pasien dengan HIV dan AIDS dengan asuhan keperawatan yang
tepat.

2. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana Prevalensi depresi di antara pasien HIV-positif yang diobati dengan ARV pada tahap
infeksi yang berbeda?

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Stres adalah suatu respon adaptif, melalui karakteistik individu dan atau proses
psikologis secara langsung terhadap tindakan, situasi dan kejadian eksternal yang
menimbulkan tuntutan khusus baik fisik maupun psikologis individu yang bersangkutan.
Pendapat lain mengatakan bahwa stres adalah tanggapan yang menyeluruh dari tubuh
terhadap tuntutan yang datang kepadanya.(Agung 2012 danAnaroga, 2001).

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dapat diartikan sebagai kumpulan


gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi
oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk famili retroviridae.
Penularan HIV/AIDS terjadi akibat melalui cairan tubuh yang mengandung virus HIV
yaitu melalui hubungan seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual, jarum suntik
pada pengguna narkotika, transfuse komponen darah dan dari ibu yang terinfeksi HIV ke
bayi yang dilahirkannya. Secara klinis, seseorang didefinisikan mengidap AIDS jika
hitungan sel CD4+ limfosit T<200/mm3 atau dibawah 14% atau jika terkena satu macam
atau lebih infeksi opurtunistik (UNICEF, 2013).

HIV/AIDS sangat erat hubungannya dengan gangguan depresi. Penyebabnya bisa


dikarenakan factor psikologisnya ataupun efek dari agen HIV yang sudah menginfeksi
sistem saraf pusat. Perjalanan penyakit HIV/AIDS yang progresif, penyebarannya yang
luas dan cepat serta adanya stigma dan diskriminasi pada pasien HIV/AIDS dapat
menimbulkan stres pada penderitanya. Bila gangguan psikologis ini tidak ditatalaksana
dengan baik, maka besar kemungkinan seseorang yang mengalami HIV/AIDS mengalami
depresi.

B. Etiologi
a. Faktor psikologis yaitu Stres biasanya merupakan perasaan subyektif seseorang
sebagai bentuk kelelahan, kegelisahan (anxiety) dan depresi. Reaksi psikologis akibat
stres dapat dievaluasi dalam bentuk beban mental, kelelahan dan perilaku (arousal).
b. Faktor sosial-budaya seseorang yaitu Setelah beberapa lama mengalami kegelisahan,
depresi konflik dan stres di tempat kerja, maka pengaruhnya akan dibawa kedalam
lingkungan keluarga dan lingkungan social (Pallesen, 2007).
c. Respon stres kepada gangguan kesehatan atau reaksi fisiologis. Bila tubuh
mengalami stres, maka akan terjadi perubahan fisiologis sebagai jawaban atas
terjadinya stres. Adapun sistem didalam tubuh yang mengadakan respon adalah
diperantarai oleh saraf otonom, hypothalamic-pituitari axis dan pengeluaran
katekolamin yang akan mempengaruhi fungsi-fungsi organ didalam tubuh seperti
sistem kardiovaskuler, sistem gastrointestinal dan gangguan penyakit lainnya.

C. Karakteristik
karakteristik orang dengan HIV/AIDS yang didapatkan adalah usia yang produktif yang
paling banyak menderita HIV/ AIDS, usia 27-30 tahun. Pada usia ini setiap individu akan
berusaha untuk bisa menunjukkan dirinya dalam mencapai setiap keinginan dalam
hidupnya. Keinginan untuk memperoleh Pendidikan dan mengejar karir serta membina
hubungan dalam berumah tangga juga akan ada pada usia ini, tanpa membedakan laki-
laki maupun perempuan pada usia ini setiap orang pasti mengharapkan hal-hal yang ideal
dan sempurna.

D. Cara Penularan HIV/AIDS


Cara penularan HIV/AIDS lewat hubungan seks menjadi yang terbanyak dibandingkan
dengan penggunaan jarum suntik, hubungan seks yang tanpa pengaman ini yang
kemudian menjadi penyebab penularan. Virus HIV sebagai fenomena gunung es yang
masih terselebung, membuat manusia tidak dapat mengetahui apakah setiap orang yang
sehat secara fisik adalah mereka yang sehat. Transmisi HIV secara seksual terjadi ketika
ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rectum,
alat kelamin atau membrane mukosa mulut pasangnnya. Hubungan seksual reseptif tanpa
pelindung lebih lebih berisiko daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan
risiko seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seks biasa dan seks oral. Kekerasan
seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung umumnya
tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang meudahkan
transmisi HIV( Budioro,2007).

E. Hubungan Pengobatan ARV dengan tingkat depresi


Terapi anti retro viral berarti mengobati infeksi HIV dengan obat–obatan. Obat tersebut
(yang disebut ARV) tidak dapat membunuh virus. Meskipun demikian, obat tersebut
dapat memperlambat pertumbuhan virus. Waktu pertumbuhan virus diperlambat,begitu
juga HIV. Karena HIV adalah retrovirus, obat–obatan ini biasa disebut sebagai terapi anti
retro viral (Widyanti,2008) Pengobatan ARV yang dianjurkan WHO adalah kombinasi
dari 3 obat ARV. Terdapat beberapa regimen yang dapat dipergunakan dengan
keunggulan dan kerugiannya masing-masing. Kombinasi obat anti retro viral yang
umumnya digunakan di Indonesia adalah kombinasi zidovudin (ZDV)/lamivudin
(3TC), dengan nevirapin (NVP) (Poksidus, 2010) Anti retro viral biasanya ditawarkan
jika viral load diatas 100.000, jumlah CD4 dibawah 350 atau ada gejala HIV seperti
kandidiasis. Perlu diingat, bahwa keputusan ini adalah sangat penting dan sebaiknya
dibahas terlebih dahulu dengan dokter. Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah
efek samping yang mungkin dirasakan oleh pasien. Selain itu, pemantauan jumlah virus
di dalam darah (viral load) secara teratur juga perlu dilakukan agar dapat dideteksi
apakah sudah waktunya mengganti kombinasi obat ( Poksidus, 2010).
Orang dengan HIV/AIDS yang mengalami stres berat lebih banyak yang masih tetap
minum obat ARV, dalam mengalami stres berat dengan penyakit atau tekanan yang
sedang dialami oleh ODHA, mereka tetap didampingi untuk tetap minum obat, karena
Tujuan utama terapi ARV adalah penekanan secara maksimum dan berkelanjutan
terhadap jumlah virus, pemulihan atau pemeliharaan fungsi imunologik, perbaikan
kualitas hidup dan pengurangan morbiditas dan mortalitas HIV. Pemberian ARV telah
menyebabkan kondisi kesehatan ODHA menjadi jauh lebih baik. Infeksi yang
sebelumnya sukar diobati, menjadi jauh lebih mudah ditangani ( Widyanti, 2008).

E. Efek samping
Efek samping yang paling sering terjadi adalah keluhan kembung, mual, diare yang
sifatnya dapat terjadi sementara atau menetap. Efek samping yang lain adalah rasa lelah,
dan sakit kepala yang disebabkan AZT dan mimpi buruk akibat efavirenz. Beberapa efek
samping yang lain yang jarang terjadi namun serius adalah anemia karena AZT,
neuropati perifer akibat d4T, toksisitas retinoid karena PI dan reaksi hipersensitivitas
akibat penggunaan NNRTI (Poksidus, 2010).

BAB III
ANALISIS JURNAL

Pembahasan:
a. Penulis Jurnal : YasirAlvi, NajamKhalique, Anees Ahmad, Haroon S. Khan,
NafisFaizi
b. Judul Jurnal : Prevalence of depression among HIV-positive patients treated
with antiretrovirals at different stage of infection
c. Volume : 17/ nomor 4
d. Penelitian ini dilakukan dari Juli 2015 sampai Juni 2016
e. Masalah atau isu yang dibahas :
f. Tujuan : Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan prevalensi depresi
dan untuk mempelajari hubungan pada berbagai tahap infeksi (staging WHO) dan
perkembangan penyakit
g. Metode : Jenis penelitian ini menggunakan rancangan penelitian metode kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional yaitu rancangan studi yang mempelajari hubungan
antara paparan dan penyakit dengan cara mengamati status keduanya secara serentak
(diukur pada waktu yang sama) pada individu atau unit pengamatan dari populasi
pada periode tertentu
h. Hipotesis atau hasil sementara :Dari 440 pasien yang dipilih, hanya 434 yang
menyelesaikan wawancara. Sekitar 70 dari 434 pasien ditemukan menderita depresi.
Gambar 1 dan Tabel 1 menggambarkan prevalensi depresi saat ini di antara pasien
yang diobati dengan ART. Selanjutnya, ditemukan bahwa di antara pasien yang
menderita depresi, kebanyakan dari mereka yang memiliki depressi ringan (81,4%)
diikuti oleh depresi sedang (14,3% ) dan cukup parah (4,3%) secara berturut-turut.
Depresi dibandingkan dengan klinis keparahan. Kami mulai analisis ini dengan
menguji ada tidaknya depresi dengan pementasan WHO. Sekitar sembilan (12,9%)
pasien yang menderita depresi yang ditemukan untuk hadir di stadium III dan IV, 31
(44,3%) dalam tahap II, dan 30 (42,9%) dalam tahap I. Di antara pasien tanpa depresi,
23 (6,3% ) berada di stadium III dan IV, 122 (33,5%) dalam tahap II, dan 219
(60,2%) dalam tahap I. dengan demikian, tingkat keparahan infeksi dalam hal tahapan
WHO ditemukan secara signifikan lebih tinggi pada pasien yang menderita depresi
i. Diskusi :penelitian ini adalah studi pertama yang membandingkan dua variable ini
penting dari Asia Tenggara. Namun, depresi yang mengarah keperkembangan buruk
dari infeksi HIV telah didokumentasikan di tempat lain di Dunia. Oleh karena itu,
perkembangan buruk dari penyakit akibat depresi, yang sering tidak diketahui dan
tidak terdeteksi, merupakan penyebab keprihatinan bagimana manajemen kesehatan
masyarakat dari HIV / AIDS. Studi kami juga memiliki beberapa itationslim-.
Pertama, itu adalah studi cross-sectional diselesaikan dalam pengaturan rumahsakit,
oleh karena itu memiliki alizability Star Excursion Balance Test dibatasi. Meskipun
sebagian besar pasien HIV / AIDS di India (997.000 seperti pada September 2016)
pengobatan berhasil dari Pusat ART 528-satunya. Kedua, kita menahan diri dari
hubungan sebab-akibat karena desain studi, seperti temporalitas tidak dapat
dipastikan. Meskipun demikian, kami telah mencoba yang terbaik untuk mengukur
perkembangan kemudahan dis- melaluitingkat CD4 saat ini dan tingkat pada awal
pengobatan.
j. Kesimpulan :Depresi memiliki hubungan yang signifikan dengan tahap yang lebih
tinggi dari infeksi dan penyakit sionprogres- dari responden yang terinfeksi HIV.
Oleh karenaitu, skrining untuk depresi penting dan harus dimasukkan dalam
perawatan pasien primer.
k. Menurut kami, judul jurnal tersebut sudah sesuai dengan isi jurnal yang membahas
tentang depresi Prevalensi depresi di antarapasien HIV-positif yang diobati dengan
ARV pad atahap yang berbeda dari infeksi.
l. Pada bagian abstrak sudah mewakili isi jurnal, yang membahas tentangDepresi pada
virus manusia immunodeficiency (HIV) dan sindrom defisiensi imun didapat (AIDS)
adalah umum dan dapat memiliki implikasi yang luas pada pasien yang menerima
terapi antiretrovi- ral (ART)
m. Sumber/referensi yang dikutip penulis sudah relevan dengan topik yang dibahas.
n. Penulis menggunakan referensi yang update dan akurat dari semua buku; artikel
jurnal, laporan dan media lain. Sumber yang direferensikan juga merupakan sumber
yang berguna untuk informasi lebih lanjut tentang subjek yang sedang dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?
sa=
t

&

source=we
b

&

rct=
j

&

url=https://www.researchgate.net/publication/50274659_DINAMIKA_DEPRESI_PADA_PEND
ERITA_AIDS&ved=2ahUKEwj76OO-
uO7fAhWFqI8KHWEUBnoQFjACegQIAhAB&usg=AOvVaw0jMXCMnUKNeF1lpljSHJVq

Anda mungkin juga menyukai