Anda di halaman 1dari 9

Klasifikasi Gangguan Mood

Menurut DSM VI :

1 . Gangguan depresi berat (mayor depressive disorder). Kriteria diagnostik : didapatkan lima
atau lebih simtom depresi selama dua minggu. Kriteria terebut adalah suasana perasaan
depresif hampir sepanjang hari yang diakui sendiri oleh subjek ataupun observasi orang lain
(pada anak-anak dan remaja perilaku yang biasa muncul adalah mudah terpancing
amarahnya), kehilangan minat atau perasaan senang yang sangat signifikan dalam menjalani
sebagian besar aktivitas sehari-hari, berat badan turun secara siginifkan tanpa ada program
diet atau justru ada kenaikan berat badan yang drastis, insomnia atau hipersomnia
berkelanjutan, agitasi atau retadasi psikomotorik, letih atau kehilangan energi, perasaan tak
berharga atau perasaan bersalah yang eksesif, kemampuan berpikir atau konsentrasi yang
menurun, pikiran-pikiran mengenai mati, bunuh diri, atau usaha bunuh diri yang muncul
berulang kali, distres dan hendaya yang signifikan secara klinis, tidak berhubugan dengan
belasungkawa karena kehilangan seseorang.

2. Gangguan distimik (dysthymic disorder) Gangguan distimik adalah suatu bentuk depresi
yang lebih kronis tanpa ada bukti suatu episode depresi berat (dahulu disebut depresi
neurosis). Kriteria DSM IV untuk distemik: perasaan depresi selama beberapa hari, paling
sedikit dua tahun (atau satu tahun pada anak-anak dan remaja); selama depresi, paling tidak
ada dua hal berikut yang hadir, yakni : tidak adanya nafsu makan atau makan berlebihan,
imsomnia atau hipersomnia, lemah atau keletihan, percaya diri rendah, daya konsentrasi
rendah, atau sulit membuat keputusan, perasaan putus asa; selama dua tahun atau lebih
mengalami gangguan, tanpa adanya gejala-gejala selama dua bulan; tidak ada episode manik
yang terjadi dan kriteria gangguan siklotimia tidak diketemukan; gejalagejala ini tidak
disebabkan oleh efek psikologis langsung dari kondisi obat atau medis; signifikansi klinis
distress (hendaya) atau ketidaksempurnaan dalam fungsi.

3. Gangguan afektif bipolar atau siklomitik (bipolar affective illness or cyclothynic disorder).
Kriteria : kemunculan (atau memiliki riwayat pernah mengalami) sebuah episode depresi
berat atau lebih; kemunculan (atau memiliki riwayat pernah mengalami) paling tidak satu
atau episode hipomania; tidak ada riwayat episode manik penuh atau episode campuran;
gejala-gejala suasana perasaan bukan karena skizofrenia atau menjadi gejala yang menutupi
gangguan lain seperti skizofrenia; gejalagejalanya tidak disebabkan oleh efek-efek fisiologis
dari substansi tertentu atau kondisi medis secara umum; distress atau hendaya dalam funsi
yang signifikan secara klinis.

Sedangkan menurut Carlson, depresi pada remaja terbagi 2 tipe yakni tipe primer dan tipe
sekunder. Tipe primer : bila tidak ada gangguan psikiatrik sebelumnya, dan tipe sekunder :
bila gangguan yang sekarang mempunyai hubungan dengan gangguan psikiatrik sebelumnya.
Pada gangguan depresi yang sekunder biasanya lebih kacau, lebih agresif, mempunyai lebih
banyak keluhan somatik, dan lebih sering terlihat mudah tersinggung, putus asa, mempunyai
ide bunuh diri, problem tidur, penurunan prestasi sekolah, percaya diri yang rendah, dan tidak
patuh.

Dapus : https://jurnal.usu.ac.id/index.php/jms/article/download/18180/7725

Hamilton Rating Scale for Depression(HAM-D)

Merupakan suatu alat ukur untuk mengetahui derajat depresi seseorang apakah ringan,
sedang, berat atau berat sekali. Alat ukur ini terdiri dari 21 kelompok gejala, masing-masing
gejala diberi penilaian angka 0-4 derajat nilai terdiri dari total nilai < 17= tidak ada depresi,
18-24= depresi ringan, 25-34= depresi sedang, 35-51= depresi berat, 52-68= depresi berat
sekali. Perlu diketahui alat ukur ini tidak dapat digunakan untuk mendiagnosa depresi akan
tetapi alat ini sebagai acuan derajat depresi ringan, sedang berat karena diagnosis depresi
hanya dilakukan oleh dokter spesialis jiwa dengan pemeriksaan klinis(Hawari, 2009).

Bech–Rafaelsen Melancholia Scale(MES)

Dibuat untuk memeriksa dan menetapkan derajat keparahan dari gejala depresi, termasuk
depresi pada pasien dengan kondisi kesehatan komorbid dan perubahan status depresi selama
pengobatan. Ada 11 item yang diperiksa yaitu aktivitas sosial dan ketertarikan, mood yang
rendah, gangguan tidur, kecemasan, introversi, kesusahan berfikir, kelelahan, kesalahan,
berkurangnya aktivitas verbal, keinginan bunuh diri dan berkurangnya aktivitas motorik.
Setiap item dinilai menggunakan skala dari 0 sampai 4. Skor total yang sudah distandarisasi
di mana skor 6-9 mengindikasikan depresi ringan dan skor >15 mengindikasikan depresi
mayor (Nurawalin, 2014).

MontgomeryAsberg Depression Rating Scale(MADRS)

Skala berdasarkan klinis dengan indikasi utama pada pasien depresi mayor dan untuk
menentukan derajat keparahan dari gejala depresi serta sebagai pengukur sensitif perubahan
dari keparahan gejala selama pengobatan deperesi. Terdapat 10 item di dalam ceklis dan
digunakan pada percobaan terapi obat-obatan. Adanya kekurangan perbandingan dari tekanan
dari gejala somatik, skala ini berguna untuk menilai depresi pada orang dengan penyakit
fisik. Skor utama berhubungan dengan pengukuran keparahan global sesuai dengan penelitian
tersebut terbagi menjadi, sangat parah 44, parah 31, sedang 25, ringan 15, dan perbaikan 7
(Nurawalin, 2014).

Beck Depression Inventory(BDI)

Merupakan skala simptomatik dengan indikasi utama untuk mengukur sikap dan gejala dari
karakteristik depresi. Penilaian diisi oleh tenaga kesehatan profesional atau diisi sendiri. Usia
10 tahun merupakan usia minimal untuk melakukan penilaian terhadap diri sendiri. Waktu
yang digunakan untuk mengisi penilaian sekitar 5-10 menit. Penilaian berisi 21 item dengan
setiap pertanyaan ada empat kategori respon sesuai dengan keparahan. Setiap item dinilai
dengan skor 0 (tidak ada masalah) -3 (berat). Skor total dengan menjumlahkan 21 skor item.
Skor 0-9 mengindikasikan tidak ada atau depresi minimal, 10-16 menunjukkan gejala
minor/depresi ringan, 17-29 menunjukkan depresi sedang, dan 30-63 menunjukkan depresi
berat (Nurawalin, 2014)

Hospital Anxiety Depression Scale(HAD)

Merupakan skala penilaian gejala dan fungsional diri sendiri. Indikasi utama digunakan HAD
adalah untuk menilai ada atau keparahan dari ansietas dan depresi pada pasien non-psikiatri
di rumah sakit. Hal ini bisa juga digunakan pada perawatan primer di masyarakat. Penilaian
dilakukan oleh pasien sendiri dengan periode waktu yang mencakup dalam pertanyaan
beberapa hari terakhir. Waktu pengisian kuesioner ini sekitar 5-10 menit. HAD bisa
digunakan oleh pasien yangdirawat atau rawat jalan. Ansietas dan depresi dinilai dengan
komponen terpisah dengan masing-masing tujuh item terpisah yang dinilai dari 0(tidak ada
masalah) –3; skor total untuk setiap komponen. Jika skor <7didalam komponen didapatkan
hasil normal, skor 8-10 mengindikasikan gejala ringan, 11-14 menunjukkan gejala sedang
dan>15 merupakan insdikasi derajat keparahan. Skor dari kedua komponen bisa juga
ditambahkan bersama untuk memberikan skor gabungan antara ansietas dan
depresi(Nurawalin, 2014).

The Beck Depression Inventory (BDI-II)

BDI merupakan alat tes yang digunakan untuk membantu mengungkapkan tingkat depresi
seseorang. Alat ukur tersebut dibuat oleh Beck pertama kali pada tahun 1976. Pada tahun
1996 BDI direvisi dengan tujuan untuk menjadi lebih konsisten dengan kriteria DSM-IV.
Beck et all (1996) memberi nama hasil revisi tersebut dengan BDI-II. Alat ukur ini dibuat
untuk digunakan pada individu usia 13 tahun ke atas.

Contoh perevisian BDI-II antara lain adalah responden diminta untuk merespon setiap
pernyataan berdasarkan periode waktu dua minggu bukan satu minggu seperti jangka waktu
dalam BDI. Alasan perevisian ini adalah agar sesuai dengan kriteria depresi pada DSM-IV
yang menyatakan bahwa untuk mendiagnosis depresi, sedikitnya gejala depresi telah ada
selama 2 minggu berturut-turut (American Psychology Association, 2000). Pada BDI
responden diminta untuk merespon pertanyaan berdasarkan perasaannya selama satu minggu
terakhir, maka pada BDI-II responden diminta untuk merespon pertanyaan berdasarkan
perasaannya selama dua minggu terakhir. BDI-II terdiri dari 21 aitem untuk menaksir
intensitas depresi pada orang yang sehat maupun sakit secara fisik. Setiap aitem terdiri dari
empat pernyataan yang mengindikasikan gejala depresi tertentu. Gejala-gejala tersebut yaitu
mengenai kesedihan, pesimisme, kegagalan masa lalu, kehilangan kesenangan, perasaan
bersalah, perasaan hukuman, tidak menyukai diri, kegawatan diri, pikiran atau keinginan
untuk bunuh diri, menangis, agitasi, kehilangan minat, keraguan, tidak berharga, kehilangan
energi, perubahan pola tidur, lekas marah, perubahan nafsu makan, kesulitan konsentrasi,
kelelahan dan kehilangan ketertarikan untuk melakukan hubungan seks.

Aitem yang terdapat dalam BDI-II juga dikembangkan untuk menaksir gejala depresi
individu berdasarkan kriteria dalam DSM-IV, antara lain aitem pada skala BDI-II yang
menggantikan aitem mengenai gejala kehilangan berat tubuh, perubahan citra tubuh dan
keterpakuan somatis pada BDI. Aitem lainnya dari BDI mengenai kesulitan dalam bekerja
juga digantikan dengan aitem mengenai kehilangan energi pada BDI-II. Perubahan
selanjutnya yaitu aitem mengenai kehilangan waktu tidur dan selera makan pada BDI juga
diubah dengan menambah dua pilihan pernyataan pada BDI-II yaitu meningkat atau
menurunnya pola tidur dan pola makan. Pada tahun 2013 alat ini diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia oleh Dr. Henndy Ginting untuk disertasi S3-nya di Radboud University dan
telah dibuktikan dapat dijadikan alat ukur yang valid untuk mengukur depresi pada
masyarakat Indonesia.

Skala Nilai Depresi dari Hamilton atau Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)

Skala Nilai Depresi dari Hamilton atau Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) adalah
rating skala yang pertama dikembangkan untuk mengukur beratnya gejala depresi. Pertama
kali diperkenalkan oleh Max Hamilton tahun 1960 yang kemudian secara luas digunakan dan
diterima untuk mengevaluasi beratnya depresi. HDRS terdiri dari 21 aitem pernyataan dengan
fokus primer pada gejala somatik. HDRS selanjutnya dijadikan standar pengukuran evaluasi
depresi pada percobaan klinis perusahaan farmasi untuk persetujuan obat baru oleh FDA
(Food and Drug Administration) juga digunakan sebagai evaluasi utama ‘National Institute
of Mental Health’ untuk membandingkan farmakoterapi dengan psikoterapi dalam mengobati
depresi (Idrus, 2016).

Skala Depresi Geriatri atau Geriatri Depression Scale (GDS)

Salah satu instrumen yang dapat membantu mengukur tingkat depresi adalah GDS (Geriatri
Depression Scale). GDS adalah suatu kuesioner, terdiri dari 30 pertanyaan yang harus
dijawab. GDS ini dapat dimampatkan menjadi hanya 15 pertanyaan yang harus dijawab.
Sederhana saja, hanya dengan “Ya atau Tidak”, suatu bentuk penyederhanaan dari skala yang
mempergunakan lima rangkai respon kategori. Skala ini mendapatkan angka dengan memberi
satu pokok untuk masing-masing jawaban yang cocok dengan apa yang ada dalam sintesa di
belakang pertanyaan tertulis tersebut. Angka akhir antara 10 sampai 11, biasanya
dipergunakan sebagai suatu tanda awal untuk memisahkan pasien tersebut masuk ke dalam
kelompok depresi atau kelompok non depresi.

Menurut Gallo (1998), secara umum terdapat 15 pertanyaan yang harus diajukan pada lansia
dalam instrumen Geriatri Depression Scale (GDS) adalah sebagai berikut :

1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda ?


2. Apakah anda telah banyak menghentikan aktivitas dan minat – minat anda ?
3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong ?
4. Apakah anda sering merasa hidup anda bosan ?
5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat ?
6. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan akan terjadi pada anda ?
7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda ?
8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya ?
9. Apakah anda lebih senang tinggal di rumah dari pada pergi ke luar dan mengerjakan
sesuatu hal yang baru ?
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingatan anda
dibandingkan kebanyakan orang ?
11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan ?
12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini ?
13. Apakah anda merasa penuh semangat ?
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan ?
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari pada anda ?

Menurut Yesavage & Brink (Gallo, 1998), penentuan skornya adalah skor 20-40 kategori
tidak ada depresi, skor 41-60 kategori depresi ringan, skor 61-80 kategori depresi sedang, dan
skor 81-100 kategori depresi berat.
Tanda dan Gejala Depresi

Gejala depresi bisa sangat luas dan rumit, bukan hanya sekadar perasaan sedih yang dapat terjadi
dari waktu ke waktu. Gejala depresi juga dapat dialami berbeda oleh masing-masing orang, namun
secara umum seseorang yang mengalami depresi akan mengalami perasaan sedih, hilang harapan,
dan hilang ketertariakan terhadap berbagai hal.

Gejala depresi dapat dilihat dari 2 aspek, yaitu psikologi dan fisik. Berikut ini adalah gejala-gejala
depresi yang ditinjau dari masing-masing aspek:

Aspek psikologi.

-Selalu dibebani rasa bersalah.

-Merasa putus asa, rendah diri dan tidak berharga.

-Selalu merasa cemas dan khawatir yang berlebihan.

-Suasana hati yang buruk atau sedih secara berkelanjutan.

-Mudah marah atau sensitif, serta mudah menangis.

-Kesulitan konsentrasi, berpikir, dan mengambil keputusan.

-Tidak tertarik dan tidak memiliki motivasi terhadap segala hal.

-Timbul ide untuk menyakiti diri sendiri atau ide bunuh diri.

Aspek Fisik.

-Selalu merasa kelelahan dan hilang tenaga.

-Perubahan siklus menstruasipada wanita.

-Konstipasi.

-Pergerakan tubuh dan bicara yang lebih lambat dari biasanya.

-Tidak ada gairah seksual.

-Gangguan tidur.

-Perubahan berat badan dan selera makan.

Tidak seluruh gejala ini dialami oleh orang dengan depresi. Ada yang mengalami seluruhnya, tetapi
ada juga yang hanya mengalami beberapa gejala. Untuk menyatakan seseorang mengalami depresi,
gejala tersebut harus berlangsung sepanjang hari selama paling tidak 2 minggu dan mengakibatkan
gangguan terhadap aspek sosial seperti pekerjaan, sekolah, serta hubungan dengan teman dan
keluarga.
Gejala tersebut seringkali tidak disadari oleh pasien, akan tetapi nampak jelas bagi orang di
sekitarnya. Oleh karena itu, untuk menyatakan seseorang mengalami depresi, dokter membutuhkan
pemeriksaan psikiatri, salah satunya dengan kuesioner untuk menentukan diagnosis depresi. Selain
itu, dibutuhkan juga pemeriksaan fisik yang menyeluruh serta pemeriksaan penunjang, seperti tes
laboratorium untuk mendeteksi adanya gangguan lain secara fisik yang mungkin berhubungan
dengan keadaan depresinya.

http://www.alodokter.com/depresi/gejala

Faktor resiko

1. Bunuh Diri
Orang yang menderita depresi memiliki perasaan kesepian, ketidakberdayaan dan putus asa.
Sehingga mereka mempertimbangkan membunuh dirinya sendiri.

2. Gangguan Tidur :

Insomnia ataupun hypersomnia, Gangguan tidur dan depresi biasanya cenderung muncul
bersamaan. Setidaknya 80% dari orang yang menderita depresi mengalami insomnia atau kesulitan
untuk tidur. !5 % mengalami depresi dengan tidur yang berlebihan. Kesulitan tidur dianggap sebagai
gejala gangguan mood.

3. Gangguan Interpersonal
Individu yang mengalami depresi cenderung mudah tersinggung, sedih yang berkepanjangan
sehingga cenderung menarik diri dan menjauhkan diri dari orang lain. Terkadang menyalahkan orang
lain. Hal ini menyebabkan hubungan dengan orang lain maupun lingkungan sekitar menjadi tidak
baik.

4. Gangguan dalam pekerjaan


Depresi meningkatkan kemungkinan dipecat atau penderita sendiri yang mengundurkan diri dari
pekerjaan ataupun sekolah. Orang yang menderita depresi cenderung memiliki motivasi yang
menurun untuk melakukan aktivitas ataupun minat pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Gangguan pola makan


Depresi dapat menyebabkan gangguan pola makan atau sebaliknya gangguan pola makan juga dapat
menyebabkan depresi. Pada penderita depresi terdapat dua kecenderungan umum menegenai pola
makan yang secara nyata mempengaruhi berat tubuh yaitu :

a. Tidak selera makan


b. Keinginan makan-makanan yang manis bertambah
6. Perilaku-perilaku merusak
Beberapa orang yang menderita depresi memiliki perilaku yang merusak seperti, agresivitas dan
kekerasan, menggunakan obat-obatan terlarang dan alkhohol, serta perilaku merokok yang
berlebihan.

http://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/psikologi/article/download/235/184/

Komplikasi

1. Masalah tidur

2. Penyakit jantung

3. Obesitas

4. Penyalah gunaan obat

Penyebab Depresi
Depresi disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor. Jika seseorang di dalam riwayat kesehatannya
memiliki keluarga yang mengalami depresi, maka terdapat kecenderungan untuk mengalami depresi
juga. Menurut Kaplan (2002) dan Nolen – Hoeksema & Girgus (dalam Krenke & Stremmler, 2002),
faktor – faktor yang dihubungkan dengan penyebab dapat dibagi atas : faktor biologi, faktor
psikologis/kepribadian dan faktor sosial. Dimana ketiga faktor tersebut dapat saling mempengaruhi
satu dengan yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai