Anda di halaman 1dari 33

TREND DAN ISSUE ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM

PERNAPASAN PENYAKIT TUBERCULOSIS

MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah kmb 1
dosen pengampu Dian Anggraeni, S. Kep., Ners., M.kep
Oleh :

Kelompok 4
Inayaturrohmah (218016)
Indri irmaniyanti (218017)
Karina septiani (218018)
Ligar widiani sopia (218019)
Maram (218020)
Windawati (218040)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JABAR
BANDUNG
2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puja hanya bagi Allah yang Maha Pengasi lagi Maha Penyayang. Berkat
limpahan karunia nikmatNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Trend dan
issue asuhan keperawatan gangguan pernafasan penyakit tuberculosis” dengan lancar.
Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Biomedik 3 yang diampu
oleh Ibu Dian Anggraeni, S. Kep., Ners., M. Kep.

Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan makalah ini.

Meski demikian, kami menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di
dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga
penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.

Demikian apa yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.

Bandung, Juni 2019

Penulis

ii
Daftar isi

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Penyakit TB Paru adalah penyakit infeksi dan menular yang menyerang paru-paru yang
disebabkan oleh kuman Micobacterium Tuberkulosis. Saat ini secara epidemilogi menurut
WHO terdapat 10 – 12 juta penderita TB Paru dan mempunyai kemampuan untuk menular,
dengan angka kematian 3 juta penderita tiap tahun, dan keadaan tersesebut 75 % terdapat di
Negara yang sedang berkembang dengan sosial ekonomi rendah seperti Indonesia. Di
Indonesia penyakit TB Paru merupakan penyakit rakyat nomor satu dan penyebab kematian
nomor tiga.Prevalensi BTA positif adalah 0,3 % (1982).Prevalensi pasien di dunia saat ini
adalah sekitar 20 juta orang dan terdapat 3 juta pasien yang meninggal setiap tahunnya
karena TB Paru, dan pada survey kesehatan rumah tangga (SKRT) Depkes RI 1986TB Paru
menduduki urutan 10 morbiditas dan urutan ke-4 mortalitas. Pada SKRT tahun 1992
mortalitas ini meningkat ke urutan ke-2. Berdasarkan informasi dari WHO tahun 1998,
program TB Paru di Indonesia masih menempati rangking ke-3 di dunia setelah India dan
RRC. Hal ini bisa dilihat dari angka kematian yang masih cukup tinggi yaitu sekitar 2,2 per-
1000 penduduk. Dari angka tersebut setiap tahun di Indonesia muncul sejumlah kasus baru
sekitar 436.000 kasus. Jika hal ini tidak mendapat perhatian dan penanganan yang
tepat,cepat,segera dan intensif, maka prevalensi penyakit ini akan terus meningkat serta
resiko penularan pun semakin tinggi. Oleh karena itu, diperlukan adanya asuhan keperawatan
yang komprehensif untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit TB paru.
1.2.Rumusan Masalah
a. Bagaimana klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberculosis ?
b. Bagaimana etiologi penyakit tuberculosis ?
c. Bagaimana patofisiologi penyakit tuberculosis ?
d. Bagaimana maniifestasi klinis penyakit tuberculosis ?
e. Bagaimana komplikasi penyakit tuberculosis ?
f. Bagaimana pemeriksaan diagnostic penyakit tuberculosis ?
g. Bagaimana penatalaksanaan penyakit tuberculosis ?
h. Bagaimana asuhan keperawtan penyakit tuberculosis ?

4
1.3 Tujuan
a. Menjelaskan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberculosis.
b. Menjelaskan etiologi penyakit tuberculosis.
c. Menjelaskan patofisiologi penyakit tuberculosis.
d. Menjelaskan maniifestasi klinis penyakit tuberculosis.
e. Menjelaskan komplikasi penyakit tuberculosis.
f. Menjelaskan pemeriksaan diagnostic penyakit tuberculosis.
g. Menjelaskan penatalaksanaan penyakit tuberculosis.
h. Menjelaskan asuhan keperawtan penyakit tuberculosis.

1.4 Manfaat

Hasil penugasan makalah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pada setiap
pembaca agar memiliki wawasan mengenai trend dan issue asuhan keperawatan gangguan sistem
pernafasan penyakit tuberculosis. Dan dapat dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan keperawatan dalam materi tentang gangguan sistem pernafasan penyakit
tuberculosis.

5
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA
2.1.Pengertian

Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk
pertukaran gas (Wikipedia, 2016). Fungsi pernapasan adalah untuk mengambil oksigen (O2) dari
atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan
sel-sel tubuh kembali ke atmosfer.

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai
oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan
dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Myobacterium
tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya. (Depkes RI, 2007).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru Tuberkulosis
dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe.
(Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2002 ).

6
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Klasifikasi penyakit dan tipe pasien

Menurut Depkes (2006), klasifikasi penyakit TB dan tipe pasien digolongkan:

1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:

 Tuberkulosis paru.
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak
termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
 Tuberkulosis ekstra paru.
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak,
selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru:

a. Tuberkulosis paru BTA positif.

Kriteria diagnostik TB paru BTA positif harus meliputi

 Sekurang-kurangnya dua dari tiga spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
 Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran
tuberkulosis.
 Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
 Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah tiga spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian
antibiotika non OAT.

b. Tuberkulosis paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.

Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:

 Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif


 Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
 Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

7
 Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

3. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit

 TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya,
yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan
gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan
umum pasien buruk.
 TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
 TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral,
tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
 TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis
eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.

4. Tipe Pasien

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien
yaitu:

a. Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari
satu bulan (4 minggu).

b. Kasus kambuh (Relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberculosis dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau
kultur).

c. Kasus setelah putus berobat (Default )

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

d. Kasus setelah gagal (failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada
bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

e. Kasus Pindahan (Transfer In)

8
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan
pengobatannya.

f. Kasus lain :

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk Kasus
Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan
ulangan.

3.2 Etiologi

Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman berbentuk batang


dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Tergolong dalam kuman Myobacterium
tuberculosae complex adalah :

1. M. Tuberculosae

2. Varian Asian

3. Varian African I

4. Varian African II

5. M. bovis.

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih
tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan
terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan
dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant,
tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat bangkit kembali menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di
dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag
yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid (Asril
Bahar,2001).

Cara penularan TB (Depkes, 2006) :

 Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.


 Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan
dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.

9
 Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang
lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat
membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan
lembab.
 Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien
tersebut.
 Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan
dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

3.3 Patofisiologi

Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka
terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui udara (airborne), yaitu melalui
inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu yang
terkontaminasi.

Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel
efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe
imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit
dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat)

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju, lesi
nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di
sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi
menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar
getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada
daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.
Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan
trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat
terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa
pengobatan dan meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit
dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat
mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan

10
bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan
gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan
aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari
kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada
berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya
sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan
tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak
organisme masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh.

3.4 Manifestasi klinis

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan
lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan
fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).

11
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak
pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Gejala tambahan
yang sering dijumpai (Asril Bahar. 2001):

1. Demam

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang dapat mencapai 40-41°C.
Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah
seterusnya sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam influenza ini.

2. Batuk/Batuk Darah

Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang
keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah sama, maka mungkin saja batuk baru ada
setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-
bulan peradangan bermula. Keadaan yang adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah
yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi
pada ulkus dinding bronkus.

3. Sesak Napas

Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan ditemukan
pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.

4. Nyeri Dada

Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan
napasnya.

5. Malaise

Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa
anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang,
nyeri otot, dan keringat pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin lama makin berat
dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

3.5 Komplikasi

Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :

12
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.

2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.

3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses
pemulihan atau reaktif) pada paru.

4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena kerusakan
jaringan paru.

5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.

6. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)

3.6 Pemeriksaan diagnostic

Diagnosis TB menurut Depkes (2006):

1. Diagnosis TB paru

13
 Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi -
sewaktu (SPS).
 Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB
(BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan
dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan
indikasinya.
 Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering
terjadi overdiagnosis.
 Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
 Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.

2. Diagnosis TB ekstra paru.


 Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe
superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada
spondilitis TB dan lainlainnya.
 Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan
berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan
pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi
anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.

3.7 Penatalaksanaan

1. Tujuan Pengobatan

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah


kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap
OAT.

2. Prinsip pengobatan

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:

a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan
dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi) .

14
Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih menguntungkan dan sangat
dianjurkan.

b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT
= Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan :

1) Tahap awal (intensif)

Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung
untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi
tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.

Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.

2) Tahap Lanjutan

Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang
lebih lama

Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan

3. Jenis, sifat dan dosis OAT

15
4. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia

 Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di


Indonesia:
 Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
 Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
 Kategori Anak: 2HRZ/4HR
 Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat kombinasi
dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan dalam bentuk OAT
kombipak.
 Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
 Paket Kombipak.

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan
Etambutol. Paduan OAT ini disediakan program untuk mengatasi pasien yang mengalami efek
samping OAT KDT.

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat
dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1)
pasien dalam satu (1) masa pengobatan.

 KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:


1. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat dan
mengurangi efek samping.
2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya resistensi obat ganda
dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi sederhana dan
meningkatkan kepatuhan pasien
3.8 Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas
 Pasien
Nama :
Umur :
jenis kelamin :
tempat tinggal (alamat) :

16
pekerjaan :
pendidikan dan status ekonomi :
status perkawinan :
agama :
suku :
Tanggal masuk :
Tanggal pengkajian :
Sumber informasi :
Diagnose masuk :
 Penanggung jawab

Nama :

Hubungan dengan pasien :

2. Riwayat keluarga
Genogram (kalau perlu) :
Keterangan genogram :
3. Status kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat ini.
Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun
dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengobatan.
b. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin
sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis
paru yang kembali aktif.
c. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit
tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
d. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang
kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan
penderita tuberkulosis paru yang lain
6. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak – desakan, kurang
cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang sumpek.

17
b. Pola nutrisi dan metabolik
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun.
c. Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun defekasi
d. Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas
e. Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru mengakibatkan
terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
f. Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit menular.
g. Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran) tidak ada
gangguan.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir klien
tentang penyakitnya.
i. Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena
kelemahan dan nyeri dada.
j. Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada
penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas ibadah
klien.
7. Pemeriksaan fisik
a. Berdasarkan sistem – sistem tubuh
1) Sistem integumen : Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
2) Sistem pernapasan : Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
 inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas yang
tertinggal, suara napas melemah.
 Palpasi : Fremitus suara meningkat.
 Perkusi : Suara ketok redup.
 Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan yang
nyaring.

18
3) Sistem pengindraan : Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan

4) Sistem kordiovaskuler : Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang


mengeras.

5) Sistem gastrointestinal : Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
6) Sistem muskuloskeletal : Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur
dan keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan.
7) Sistem neurologis : Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
8) Sistem genetalia : Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
B. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret kental atau
sekret darah
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveoler-kapiler
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
d. Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri dada pleuritis
e. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi
C. Intervensi keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


NO Diagnosa keperawatan
(NOC) (NIC)

1 Bersihan Jalan Nafas tidak NOC : NIC :


Efektif
Respiratory status : Airway suction
Ventilation
Pastikan kebutuhan oral /
Definisi : Ketidakmampuan Respiratory status : Airway tracheal suctioning
untuk membersihkan sekresi patency
atau obstruksi dari saluran Auskultasi suara nafas
pernafasan untuk Aspiration Control sebelum dan sesudah
mempertahankan kebersihan suctioning.
jalan nafas.
Informasikan pada klien
Kriteria Hasil : dan keluarga tentang
suctioning
Mendemonstrasikan
Batasan Karakteristik :
batuk efektif dan suara Minta klien nafas dalam
- Dispneu, Penurunan suara nafas yang bersih, tidak sebelum suction dilakukan.
nafas ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan Berikan O2 dengan
- Orthopneu sputum, mampu bernafas menggunakan nasal untuk
dengan mudah, tidak ada memfasilitasi suksion
- Cyanosis

19
- Kelainan suara nafas (rales, pursed lips) nasotrakeal
wheezing)
Menunjukkan jalan Gunakan alat yang steril
- Kesulitan berbicara nafas yang paten (klien sitiap melakukan tindakan
tidak merasa tercekik,
- Batuk, tidak efekotif atau irama nafas, frekuensi Anjurkan pasien untuk
tidak ada pernafasan dalam rentang istirahat dan napas dalam
normal, tidak ada suara setelah kateter dikeluarkan
- Mata melebar dari nasotrakeal
nafas abnormal)
- Produksi sputum Monitor status oksigen
Mampu
mengidentifikasikan dan pasien
- Gelisah
mencegah factor yang
Ajarkan keluarga
- Perubahan frekuensi dan dapat menghambat jalan
bagaimana cara melakukan
irama nafas nafas
suksion
Hentikan suksion dan
Faktor-faktor yang berikan oksigen apabila
berhubungan: pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan
- Lingkungan : merokok, saturasi O2, dll.
menghirup asap rokok, perokok
pasif-POK, infeksi
- Fisiologis : disfungsi Airway Management
neuromuskular, hiperplasia
Buka jalan nafas,
dinding bronkus, alergi jalan
guanakan teknik chin lift
nafas, asma.
atau jaw thrust bila perlu
- Obstruksi jalan nafas :
Posisikan pasien untuk
spasme jalan nafas, sekresi
memaksimalkan ventilasi
tertahan, banyaknya mukus,
adanya jalan nafas buatan, Identifikasi pasien
sekresi bronkus, adanya eksudat perlunya pemasangan alat
di alveolus, adanya benda asing jalan nafas buatan
di jalan nafas.
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
Keluarkan sekret
dengan batuk atau suction
Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara tambahan
Lakukan suction pada

20
mayo
Berikan bronkodilator
bila perlu
Berikan pelembab
udara Kassa basah NaCl
Lembab
Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2

2. Gangguan Pertukaran gas NOC : NIC :


Respiratory Status : Gas Airway Management
exchange
Definisi : Kelebihan atau Buka jalan nafas,
kekurangan dalam oksigenasi Respiratory Status : guanakan teknik chin lift
dan atau pengeluaran ventilation atau jaw thrust bila perlu
karbondioksida di dalam
membran kapiler alveoli Vital Sign Status Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Kriteria Hasil :
Identifikasi pasien
Batasan karakteristik : Mendemonstrasikan perlunya pemasangan alat
peningkatan ventilasi dan jalan nafas buatan
Gangguan penglihatan oksigenasi yang adekuat
Pasang mayo bila
Penurunan CO2 Memelihara kebersihan perlu
paru paru dan bebas dari
Takikardi tanda tanda distress Lakukan fisioterapi
pernafasan dada jika perlu
Hiperkapnia
Mendemonstrasikan Keluarkan sekret
Keletihan
batuk efektif dan suara dengan batuk atau suction
somnolen nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu Auskultasi suara
Iritabilitas (mampu mengeluarkan nafas, catat adanya suara
sputum, mampu bernafas tambahan
Hypoxia dengan mudah, tidak ada
Lakukan suction pada
kebingungan pursed lips)
mayo
Dyspnoe Tanda tanda vital dalam
Berika bronkodilator

21
nasal faring rentang normal bial perlu
AGD Normal Barikan pelembab
udara
sianosis
Atur intake untuk
warna kulit abnormal (pucat, cairan mengoptimalkan
kehitaman) keseimbangan.
Hipoksemia Monitor respirasi dan
status O2
hiperkarbia
sakit kepala ketika bangun
frekuensi dan kedalaman Respiratory Monitoring
nafas abnormal Monitor rata – rata,
kedalaman, irama dan usaha
respirasi
Faktor faktor yang berhubungan
Catat pergerakan
:
dada,amati kesimetrisan,
ketidakseimbangan perfusi penggunaan otot tambahan,
ventilasi retraksi otot supraclavicular
dan intercostal
perubahan membran kapiler-
alveolar Monitor suara nafas,
seperti dengkur
Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
Auskultasi suara
nafas, catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles dan
ronkhi pada jalan napas

22
utama
auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

3. Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan tubuh
Nutritional Status : food Nutrition Management
and Fluid Intake
Kaji adanya alergi
Definisi : Intake nutrisi tidak Kriteria Hasil : makanan
cukup untuk keperluan
metabolisme tubuh. Adanya peningkatan Kolaborasi dengan ahli
berat badan sesuai dengan gizi untuk menentukan
tujuan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
Batasan karakteristik : Berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan Anjurkan pasien untuk
- Berat badan 20 % atau lebih meningkatkan intake Fe
di bawah ideal Mampu
mengidentifikasi Anjurkan pasien untuk
- Dilaporkan adanya intake kebutuhan nutrisi meningkatkan protein dan
makanan yang kurang dari vitamin C
RDA (Recomended Daily Tidak ada tanda tanda
Allowance) malnutrisi Berikan substansi gula
- Membran mukosa dan Tidak terjadi penurunan Yakinkan diet yang
konjungtiva pucat berat badan yang berarti dimakan mengandung tinggi
serat untuk mencegah
- Kelemahan otot yang konstipasi
digunakan untuk
menelan/mengunyah Berikan makanan yang
terpilih ( sudah
- Luka, inflamasi pada rongga dikonsultasikan dengan ahli
mulut gizi)
- Mudah merasa kenyang, Ajarkan pasien
sesaat setelah mengunyah bagaimana membuat catatan
makanan makanan harian.
- Dilaporkan atau fakta adanya Monitor jumlah nutrisi
kekurangan makanan dan kandungan kalori
- Dilaporkan adanya perubahan Berikan informasi tentang
sensasi rasa kebutuhan nutrisi
- Perasaan ketidakmampuan Kaji kemampuan pasien

23
untuk mengunyah makanan untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan
makanan cukup Nutrition Monitoring
- Keengganan untuk makan BB pasien dalam batas
normal
- Kram pada abdomen
Monitor adanya
- Tonus otot jelek penurunan berat badan
- Nyeri abdominal dengan atau Monitor tipe dan jumlah
tanpa patologi aktivitas yang biasa
dilakukan
- Kurang berminat terhadap
makanan Monitor interaksi anak
atau orangtua selama makan
- Pembuluh darah kapiler
mulai rapuh Monitor lingkungan
selama makan
- Diare dan atau steatorrhea
Jadwalkan
- Kehilangan rambut yang
pengobatan dan tindakan
cukup banyak (rontok)
tidak selama jam makan
- Suara usus hiperaktif
Monitor kulit kering dan
- Kurangnya informasi, perubahan pigmentasi
misinformasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
Faktor-faktor yang rambut kusam, dan mudah
berhubungan : patah

Ketidakmampuan pemasukan Monitor mual dan


atau mencerna makanan atau muntah
mengabsorpsi zat-zat gizi
Monitor kadar albumin,
berhubungan dengan faktor
total protein, Hb, dan kadar
biologis, psikologis atau
Ht
ekonomi.
Monitor makanan
kesukaan
Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan kekeringan

24
jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

25
4. Hipertermia NOC : NIC :
Thermoregulation Fever treatment
Definisi : suhu tubuh naik Kriteria Hasil : Monitor suhu sesering
diatas rentang normal mungkin
Suhu tubuh dalam
rentang normal Monitor IWL
Batasan Karakteristik: Nadi dan RR dalam Monitor warna dan suhu
rentang normal kulit
kenaikan suhu tubuh diatas
rentang normal Tidak ada perubahan Monitor tekanan darah,
warna kulit dan tidak ada nadi dan RR
serangan atau konvulsi pusing, merasa nyaman
(kejang) Monitor penurunan
tingkat kesadaran
kulit kemerahan
Monitor WBC, Hb, dan
pertambahan RR Hct
takikardi Monitor intake dan
output
saat disentuh tangan terasa
hangat Berikan anti piretik
Berikan pengobatan
untuk mengatasi penyebab
Faktor faktor yang berhubungan
demam
:
Selimuti pasien
- penyakit/ trauma
Lakukan tapid sponge
- peningkatan metabolisme
Berikan cairan intravena
- aktivitas yang berlebih
Kompres pasien pada
- pengaruh medikasi/anastesi
lipat paha dan aksila
-
Tingkatkan sirkulasi
ketidakmampuan/penurunan
udara
kemampuan untuk berkeringat
Berikan pengobatan
- terpapar dilingkungan
untuk mencegah terjadinya
panas
menggigil
- dehidrasi
- pakaian yang tidak tepat

Temperature regulation

26
Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
Monitor TD, nadi, dan
RR
Monitor warna dan suhu
kulit
Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
Beritahukan tentang
indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency
yang diperlukan
Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
Berikan anti piretik jika
perlu

Vital sign Monitoring


 Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
 Catat adanya

27
fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS saat
pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
 Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari
nadi
 Monitor frekuensi
dan irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola
pernapasan abnormal
 Monitor suhu,
warna, dan kelembaban
kulit
 Monitor sianosis
perifer
 Monitor adanya
cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi
penyebab dari perubahan
vital sign

5. Nyeri NOC : NIC :


Pain Level, Pain Management
Definisi : Pain control, Lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif
Sensori yang tidak Comfort level termasuk lokasi,
menyenangkan dan pengalaman karakteristik, durasi,
emosional yang muncul secara Kriteria Hasil :
frekuensi, kualitas dan
aktual atau potensial kerusakan
Mampu mengontrol faktor presipitasi
jaringan atau menggambarkan
nyeri (tahu penyebab
adanya kerusakan (Asosiasi Observasi reaksi
nyeri, mampu

28
Studi Nyeri Internasional): menggunakan tehnik nonverbal dari
serangan mendadak atau pelan nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan
intensitasnya dari ringan sampai
mengurangi nyeri, mencari
berat yang dapat diantisipasi bantuan) Gunakan teknik
dengan akhir yang dapat komunikasi terapeutik untuk
diprediksi dan dengan durasi Melaporkan bahwa mengetahui pengalaman
kurang dari 6 bulan. nyeri berkurang dengan nyeri pasien
menggunakan manajemen
nyeri Kaji kultur yang
mempengaruhi respon nyeri
Batasan karakteristik : Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi Evaluasi pengalaman
- Laporan secara verbal atau dan tanda nyeri) nyeri masa lampau
non verbal
Menyatakan rasa Evaluasi bersama pasien
- Fakta dari observasi nyaman setelah nyeri dan tim kesehatan lain
berkurang tentang ketidakefektifan
- Posisi antalgic untuk kontrol nyeri masa lampau
menghindari nyeri Tanda vital dalam
rentang normal Bantu pasien dan
- Gerakan melindungi keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
- Tingkah laku berhati-hati
Kontrol lingkungan yang
- Muka topeng
dapat mempengaruhi nyeri
- Gangguan tidur (mata sayu, seperti suhu ruangan,
tampak capek, sulit atau pencahayaan dan kebisingan
gerakan kacau, menyeringai)
Kurangi faktor presipitasi
- Terfokus pada diri sendiri nyeri

- Fokus menyempit Pilih dan lakukan


(penurunan persepsi waktu, penanganan nyeri
kerusakan proses berpikir, (farmakologi, non
penurunan interaksi dengan farmakologi dan inter
orang dan lingkungan) personal)

- Tingkah laku distraksi, Kaji tipe dan sumber


contoh : jalan-jalan, menemui nyeri untuk menentukan
orang lain dan/atau aktivitas, intervensi
aktivitas berulang-ulang)
Ajarkan tentang teknik
- Respon autonom (seperti non farmakologi
diaphoresis, perubahan tekanan
Berikan analgetik untuk
darah, perubahan nafas, nadi
mengurangi nyeri
dan dilatasi pupil)
Evaluasi keefektifan
- Perubahan autonomic
kontrol nyeri
dalam tonus otot (mungkin

29
dalam rentang dari lemah ke Tingkatkan istirahat
kaku)
Kolaborasikan dengan
- Tingkah laku ekspresif dokter jika ada keluhan dan
(contoh : gelisah, merintih, tindakan nyeri tidak berhasil
menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh kesah) Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen
- Perubahan dalam nafsu nyeri
makan dan minum

Analgesic Administration
Faktor yang berhubungan :
Tentukan lokasi,
Agen injuri (biologi, kimia, karakteristik, kualitas, dan
fisik, psikologis) derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri

30
hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

31
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penyakit tuberculosis itu
disebabkan karena adanya bakteri mikobakterium tuberculosa. Oleh karena itu untuk
mencegah penularan penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Tuberculosis juga merupakan penyakit yang harus benar-benar saegera ditangani dengan
cepat.
4.2 Saran
Berdasarkan penelitian diatas, maka sebaiknya selalu memakan makanan yang bergizi,
minum obat secara benar sesuai anjuran dari dokter jika sudah terkena serta teratur untuk
memeriksa diri ke klinik atau puskesmas.

32
DAFTAR PUSTAKA

Ghiu, Icha. 2018. Laporan pendahuluan Tb paru (tuberculosis).


https://www.academia.edu/26079340/LAPORAN_PENDAHULUAN_TB_PARU_TUBERCULOSI
S

33

Anda mungkin juga menyukai