Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MANAJEMEN RISIKO K3 DIDALAM DAN DILUAR GEDUNG

Dosen Pengampu:
Mei Widyawati, S. Kep., Ns., M. Kep.

Disusun Oleh:

1. Afivah (21.14.2.029.099)
2. Ahmad Bagus Eka M. (21.14.2.029.100)
3. Ahmad Luthfyllah Asy'ari (21.14.2.029.101)
4. Alfiah Baituzzahro (21.14.2.029.102)
5. Andika Murdiansyah Wahyu F. (21.14.2.029.103)
6. Ari Andini (21.14.2.029.104)
7. Ayun Afro Cahyani P. (21.14.2.029.105)
8. Bachtiar Ichwan (21.14.2.029.106)
9. Berlian maharani (21.14.2.029.107)
10. Cindy Ayu lestari (21.14.2.029.108)
11. Dellanikita (21.14.2.029.109)
12. Diah Ayu Nadia N. F. (21.14.2.029.110)
13. Dian Maida Sari (21.14.2.029.111)
14. Dila Antika Novita I. P. (21.14.2.029.112)
15. Erika Dwi Endah Damayanti (21.14.2.029.113)
16. Fajar Ristanto (21.14.2.029.114)
17. Feri Bayu Saputra (21.14.2.029.115)
18. Fitria Anggraeny (21.14.2.029.116)
19. Galuh Rahayu Slamet R. (21.14.2.029.117)
20. Herlina Aprilia (21.14.2.029.118)
21. Iffah Rabiatul Adawiyah (21.14.2.029.119)
22. Laila Ketrin Damayanti (21.14.2.029.122)
23. Lik Andrian (21.14.2.029.123)
24. M. Syihab Sa’dy Amir (21.14.2.029.124)
25. Miftakhunnafiah (21.14.2.029.115)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tema dari makalah ini adalah “Manajemen risiko k3 didalam dan diluar
gedung".

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada dosen mata kuliah keperawatan K3 yang telah memberikan tugas
terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami,
maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga
makalah ini dapat berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.

Tuban, 13 Juli 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kecelakaan kerja diindonesia masih termasuk buruk. Pada
tahun 2004 saja, lebih dariseribu tujuh ratus pekerja meninggal ditempat
kerja. Menurut Juan Somavia, Drijen ILO, industri konstruksi termasuk
paling rentan kecelakaan, diikuti dengan anufaktur makanan dan
minuman. tidak saja di negara - negara berkembang, dinegara maju
sekalipun kecelakaan kerja konstruksi masih memerlukan perhatian serius.
penelitian yang dilakukan oleh Duff (1998) dan Alves Diaz (1995)
menyatakan hasil analisa statistik dari beberapa negara - negara
menunjukkan peristiwa tingkat kecelakaan fatal pada proyek konstruksi
adalah lebih tinggi dibanding rata-rata untuk semua industri, dalam Suraji
(2000). Kecelakaan kerja sering terjadi akibat kurang dipenuhinya
persyaratan dalam pelaksanaan kesalamatan dan kesehatan kerja. Dalam
hal ini pemerintah sebagai penyelenggara negara mempuinyai kewajiban
untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja. Hal ini
direalisasikan pemerintah dengan dikeluarkannya peraturan-peraturan
seperti: UU RI No. 1Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, Undang-
undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK), dan peraturan Menteri Tenaga Kerja No :
Per.05/Men/1996 mengenai system manajemen K3.
Dahulu, para ahli menganggap suatu kecelakaan disebabkan oleh
tindakan pekerja yang salah. Sekarang anggapan itu telah bergeser bahwa
kecelakaan kerja bersumber kepada factor – factor organisasi dan
manajemen. Para pekerja dan pegawai mestinya dapat diarahkan dan
dikontrol oleh pidah manajemen sehingga tercipta suatu kegiatan kerja
yang aman. Sejalan dengan teori – teori penyebab kecelakaan yang
terbaru, maka pihak manajeme harus bertangguung jawab terhadap
keselamatan kerja para pekerjanya. Tulisan ini akan membahas peranan
manajemem risiko K3 didalam gedung dan diluar gedung.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep manajemen K3?
2. Apa saja faktor resiko K3 didalam maupun diluar gedung?
3. Bagaimana cara pengendalian dan monitoring risiko K3 didalam
dan diluar gedung?
4. Bagaimana proses manajemen risiko K3 didalam
dan diluar gedung?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah Manajemen Risiko K3
didalam dan diluar gedung adalah untuk:
1. Menambah wawasan mengenai konsep manajemen K3
2. Menambah wawasan mengenai factor risiko K3 didalam
maupun diluar gedung
3. Menambah wawasan mengenai cara pengendalian dan
monitoring risiko K3 didalam dan diluar gedung.
4. Menambah wawasan mengenai proses manajemen risiko K3
didalam dan diluar gedung

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari penulisan makalah Manajemen Risiko K3
didalam dan diluar gedung adalah untuk dapat diaplikasikan
kedalam kehidupan sehari – hari bila terjadi suatu insiden baik
didalam maupun diluar gedung.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Manajemen K3


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan satu
ilmu perilaku yang mencakup aspek sosial dan tidak terlepas dari tanggung
jawab keselamatan dan keschatan kerja baik dari segi perencanaan maupun
pengambilan keputusan dan organisasi, baik kecelakaan kerja, gangguan
keschatan, maupun pencemaran lingkungan harus merupakan bagian dari
biaya produksi. Manajemen K3 pada dasarnya mencari dan
mengumpulkan kelemahan operasional yang memungkinkan terjadinya
kecelakaan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengungkapkan sebab
suatu kecelakaan, dan meneliti apakah pengendalian secara cemat dapat
dilakukan atau tidak. Kesalahan operasional yang kurang lengkap,
keputusan yang tidak tepat, salah perhitungan, dan manajemen yang
kurang tepat dapat menimbulkan risiko terjadinya kecelakaan
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) adalah
bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan K3 dalam rangka pengendalian
risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja, guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif. Konsep rasional
Total Safety Control adalah suatu pengintegrasian tindakan
manajemen dan tindakan pelaksanaan yang sinergis untuk
mempromosikan suatu proses konstruksi yang aman (Suraji, 2014). Ada
banyak pendekatan dalam manajemen K3, diantaranya menurut OHSAS
18001, dan menurut TỌM di mana keselamatan merupakan suatu pusat
dan fokus integral dalam program pengendalian mutu terpaduyang harus
ditingkatkan secara terus - menerus untuk memenuhi kepuasan pelanggan
(intern-ekstern).
Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk mengenali risiko dalam
sebuah proyek dan mengembangkan strategi untuk mengurangi atau
bahkan menghindarinya, dilain sisi juga harus dicari cara untuk
memaksimalkan peluang yang ada (Wideman, 2012). Dalam mencapai
tujuan tersebut diperlukan suatu proses di dalam menangani risiko-risiko
yang ada, sehingga dalam penanganan risiko tidak akan terjadi kesalahan.
Proses tersebut antara lain adalah identifikasi, pengukuran risiko dan
penanganan risiko.

2.2 Faktor Risiko K3 Didalam dan Diluar Gedung


1. Faktor resiko K3 di dalam gedung
Faktor Risiko K3 Didalam pekerjaan sehari-hari petugas keshatan
selalu dihadapkan pada bahaya-bahaya tertentu, misalnya bahaya
infeksius, reagensia yang toksik, peralatan listrik maupun peralatan
kesehatan.
Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit atau
instansi kesehatan dapat digolongkan dalam:
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar
atau meledak (obat– obatan).
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik
3. Bahaya radiasi
4. Pencahayaan.
5. Syok akibat aliran listrik
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam
Contoh : Ampul Obat, Jarum Suntik,
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.

2. Faktor Risiko K3 Diluar gedung


Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam dapat digolongkan
dalam

1. Ruang bangunan dan halaman Ruang bangunan dan halaman


semua ruang/unit dan halaman yang ada dalam batas pagar
(bangunan fisik dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk
berbagai keperluan dan kegiatan gedung.
2. Lingkungan bangunan
Lingkungan bangunan gedung harus mempunyai batas yang jela!!
Dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan
orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.
3. Lingkungan bangunan harus bebas dari banjir
Lingkungan bangunan gedung harus bebas dari banjir, jika
berlokasi di daerah rawan banjir harus fasilitas/teknologi untuk
mengatasinya.
4. Lingkungan harus bebas dari asap rokok, tidak berdebu, tidak
becek, atau tidak terdapat genangan air, dan dibuat landai menuju
ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air
masuk dan disesuaikan dengan luas halaman.
5. Pencahayaan Faktor-Faktor Risiko K3 di Luar Gedung jalur
pejalan kaki harus cukup terang, lingkungan bangunan gedung
harus dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup
terutama pada area dengan bayangan kuat dan yang menghadap
cahaya yang menyilaukan.
6. Kebisingan terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga
mengganggu atau membahayakan kesehatan. Dengan menanam
pohon (green belt), meninggikan tembok dan meninggikan tanah
(bukit buatan) yang berfungsi untuk penyekatan/penyerapan bising.
7. Kebersihan halaman bebas dari bahaya dan risiko minimum untuk
terjadinya infeksi silang, masalah kesehatan dan keselamatan kerja.
8. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan
terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan instal
pengolahan air limbah.
9. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas
lahan keseluruhan, sehingga tersedia tempat parkir yang memadai
dan dilengkapi dengan rambu parkir.
10. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat-tempat
tertentu yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat
sampah.
11. Lingkungan, ruang dan bangunan gedung harus selalu dalam
keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan
kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan sehingga tidak
memungkinkan sebagai tempat berenang dan berkembang biaknya
serangga, binatang pengerat, dan binatang pengganggu lainnya.
12. Jalur lalu lintas pejalan kaki dan jalur kendaraan harus dipisahkan.
Jalur pejalan kaki: lebar, tidak licin, mengakomodasi penyandang
cacat, memiliki rambu atau marka yang jelas, bebas penghalang
dan memiliki rel pemandu.
Jalur kendaraan cukup lebar, konstruksi kuat, tidak berlubang,
drainase baik, memiliki pembatas kecepatan (polisi tidur), marka
jalan jelas, memiliki tanda petunjuk tinggi atau lebar maksimum.
Memungkinkan titik perlintasan dan parkir, menyediakan
penyebrangan bagi pejalan kaki.
13. Ketetapan yang diatur oleh the environment protection act 1990
mendefinisikan:
 Polutan limbah padat dibuang ke tanah limbah cair dibuang ke
tanah atau saluran air, dibuang ke atmosfir, bising dalam
komunitas masyarakat
 Limbah terkendali: limbah rumah tangga, limbah industri,
limbah usaha komersial.
 Limbah khusus limbah terkendali yang berbahaya sehingga
membutuhkan prosedur pembuangan khusus.
14. Kriteria limbah berbahaya.
 Dapat menyala/mudah menyala
 Iritan
 Berbahaya

2.3 Pengendalian dan Monitoring Risiko K3 Didalam dan Diluar Gedung.


2.3.1 Cara pengendalian dan Monitoring Risiko Dalam K3 Didalam
Gedung.
1. Planning/perencanaan
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan
yang akan dilakukan di masa mendatang guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam hal ini adalah keselamatan dan
kesehatan kerja di gedung. Perencanaan ini dilakukan untuk
memenuhi standarisasi kesehatan pasca hubungan timbal balik.
Dalam perencanaan tersebut, kegiatan yang ditentukan meliputi:
a) Hal apa yang dikerjakan.
b) Bagaimana cara mengerjakannya.
c) Mengapa mengerjakan.
d) Siapa yang mengerjakan.
e) Kapan harus dikerjakan.
f) Dimana kegiatan itu harus dikerjakan.
g) Hubungan timbal balik (sebab akibat)

Kegiatan dalam gedung sekarang tidak lagi hanya di bidang


pelayanan, tetapi sudah mencakup kegiatan-kegiatan dibidang
pendidikan dan penelitian, juga metode-metode yang dipakai makin
banyak ragamnya. Semuanya menyebabkan risiko bahaya yang
dapat terjadi didalam gedung makin besar. Oleh karena itu usaha-
usaha pengamanan kerja di gedung harus ditangani secara serius
oleh organisasi keselamatan kerja gedung.
2. Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja
Di gedung dapat dibentuk dalam beberapa jenjang, mulai dari
tingkat daerah sampai ke tingkat pusat atau nasional Keterlibatan
pemerintah dalam organisasi ini baik secara langsung atau tidak
langsung sangat diperlukan. Pemerintah dapat menempatkan pejabat
yang terkait dalam organisasi ini ditingkat pusat (nasional) dan
tingkat daerah (wilayah), disamping memberlakukan Undang-
undang keselamatan kerja. Di tingkat daerah (wilayah) dan tingkat
pusat (nasional) perlu dibentuk komisi keamanan kerja gedung yang
tugas dan wewenangnya dapat berupa:
1. Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja gedung.
2. Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja gedung.
3. Mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari
suatu masalah gedung.
4. DLL

3. Actuanting/pelaksanaan
Fungsi pelaksanaan atau pengerakkan adalah kegiatan
mendorong semangat kerja, mengerahkan aktivitas,
mengkoordonasikan berbagai aktivitas yang akan menjadi aktivitas
yang kompak (sinkron). Sehingga semua aktivitas sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya Pelaksanaan program
kesehatan dan keselamatan kerja gedung sasarannya ialah tempat
kerja yang aman dan sehat. Untuk itu setiap individu yang bekerja
maupun masyarakat dalam gedung wajib mengetahui dan
memahami semua hal yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber
kecelakaan kerja dalam rumah sakit/instansi kecelakaan, serta
memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk
melaksanakan pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja
tersebut. Kemudian mematuhi berbagai peraturan atau ketentuan
dalam menangani berbagai spesimen reagensia dan alat-alat. Jika
dalam pelaksanaan fungsi pergerakkan ini timbul permasalahan,
keraguan atau pertentangan, maka menjadi tugas semua mengambil
keputusan penyelesaiannya

4. Controlling/pengawasan
Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar
pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang
diterapkan atau hasil yang dikehendaki. Untuk dapat menjalankan
pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu:
a. Adanya rencana.
b. Adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada
bawahan. Dalam fungsi pengawasan tidak kalah penting adalah
sosialisasi tentang perlunya disiplin, mematuhi segala peraturan
demi keselamatan kerja bersama di gedung Sosialisasi perlu
dilakukanterus-menerus karena usaha pencegahan bahaya yang
bagaimanapun baiknya akan sia-sia bila peraturan diabaikan.
Dalam instansi gedung perlu dibentuk pengawasan rumah
sakit/instansi kesehatanyang tugasnya antara lain:
1. Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek-praktek
di dalam gedung yang baik, benar dan aman.
2. Mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang
keamanan kerja gedung.
3. Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa
berbahaya dan mencegah meluasnya bahaya tersebut.

2.3.2 Cara Pengendalian dan Monitoring Risiko K3 Diluar Gedung


1. Eliminasi memodifikasi desain untuk menghilangkan bahaya
misalnya, memperkenalkan perangkat mengangkat mekanik
untuk menghilangkan penanganan bahaya manual.
2. Subtitusi - pengganti bahan kurang berbahaya atau
mengurangi energi sistem (misalnya, menurunkan kekuatan,
ampere, tekanan, suhu, dll)
3. Kontrol teknik / Perancangan menginstal sistem ventilasi.
mesin penjagaan, interlock, dll.
4. Kontrol administratif tanda-tanda keselamatan, daerah
berbahaya tanda, tanda-tanda foto-luminescent, tanda untuk
trotoar pejalan kaki, peringatan sirene lampu, alarm, prosedur
keselamatan, inspeksi peralatan, kontrol akses, sistem yang
aman, penandaan, dan izin kerja, dll.
5. Alat Pelindung Diri (APD) kacamata safety, pelindung
pendengaran, pelindung wajah, respirator, dan sarung tangan.
Umumnya tiga tingkat pertama adalah paling diinginkan,
namun tiga tingkat tersebut tidak selalu mungkin untuk diterapkan.
Dalam menerapkan hirarki, Anda harus mempertimbangkan biaya
relatif. manfaat pengurangan risiko, dan keandalan dari pilihan
yang tersedia. Dalam membangun dan memilih kontrol, masih
banyak hal yang perlu dipertimbangkan, diantaranya:

a. Kebutuhan untuk kombinasi kontrol, menggabungkan unsur-


unsur dan hirarki di atas (misalnya, perancangan dan kontrol
administratif).
b. Membangun praktik yang baik dalam pengendalian bahaya
tertentu yang dipertimbangkan, beradaptasi bekerja untuk
individu (misalnya, untuk memperhitungkan kemampuan
mental dan fisik individu),
c. Mengambil keuntungan dari kemajuan teknis untuk
meningkatkan kontrol.
d. Menggunakan langkah-langkah yang melindungi semua orang
(misalnya, dengan memilih kontrol rekayasa yang melindungi
semua orang di sekitar bahaya daripada menggunakan Alat
Pelindung Diri).
e. Perilaku manusia dan apakah ukuran kontrol tertentu akan
diterima dan dapat dilaksanakan secara efektif.
f. Tipe dasar kegagalan manusia/human error (misalnya,
kegagalan sederhana dari tindakan sering diulang,
penyimpangan memori atau perhatian, kurangnya pemahaman
atau kesalahan penilaian, dan pelanggaran aturan atau
prosedur) dan cara mencegahnya,
g. Kebutuhan untuk kemungkinan peraturan tanggap darurat bila
pengendalian risiko gagal.
h. Potensi kurangnya pengenalan terhadap tempat kerja, contoh:
visitor atau personil kontraktor.
Setelah kontrol telah ditentukan, organisasi dapat
memprioritaskan tindakan untuk melaksanakannya. Dalam
prioritas tindakan, organisasi harus memperhitungkan potensi
pengurangan risiko kontrol direncanakan. Dalam beberapa kasus,
perlu untuk memodifikasi aktivitas kerja sampai pengendalian
risiko di tempat atau menerapkan pengendalian risiko sementara
sampai tindakan yang lebih efektif diselesaikan misalnya,
penggunaan mendengar perlindungan sebagai langkah sementara
sampai sumber kebisingan dapat dihilangkan, atau aktivitas kerja
dipisahkan untuk mengurangi paparan kebisingan. kontrol
sementara tidak harus dianggap sebagai pengganti jangka panjang
untuk langkah-langkah pengendalian risiko yang lebih efektif.

Seleksi dan pelaksanaan kontrol adalah bagian paling penting


dari Sistem Manajemen K3, tapi itu tidak cukup untuk
membuatnya bekerja. Efek dari implementasi kontrol harus
dipantau untuk menentukan apakah sudah mencapai hasil yang
diinginkan, dan organisasi harus selalu mengejar kemungkinan
adanya kontrol baru yang lebih efektif dan lebih low cost.

2.4 Proses Manajemen Risiko K3 didalam dan diluar Gedung


2.4.1 Proses Manajemen Risiko Kecelakaan Kerja Didalam Gedung
Proses yang dilalui dalam manajemen risiko adalah Perencanaan
Manajemen Risiko
a. Perencanaan meliputi langkah memutuskan bagaimana mendekati
dan merencanakan aktivitas manajemen risiko untuk proyek
b. Identifikasi Risiko
Tahapan selanjutnya dari proses identifikasi risiko adalah
mengenali jenisjenis risiko yang mungkin dan umumnya dihadapi
oleh setiap pekerja.
c. Analisis Risiko Kualitatif
Analisis kualitatif dalam manajemen risiko adalah proses menilai
(assessment) kemungkinan dari risiko yang sudah
diidentifikasiProses ini dilakukan dengan menyusun risiko
berdasarkan efeknya terhadap tujuan proyek. Skala pengukuran
yang digunakan dalam analisa kualitatif adalah Australian
Standard/New Zealand Standard (AS/NZS) 4360:2004Skala
pengukurannya sebagai berikut:
A : Hampir pasti terjadi dan akan terjadi di semua situasi
(almost certain)
B : Kemungkinan akan terjadi di semua situasi (likely)
C : Moderat, seharusnya terjadi di suatu waktu (moderate)
D : Cenderung dapat terjadi di suatu waktu (unlikely)
E : Jarang terjadi (rare)Skala pengukuran analisa konsekuensi
menurut NA/NZS 4360:2004:
1) Tidak Signifikan: tanpa kecelakaan manusia dan
kerugian materi.
2) Minor: bantuan kecelakaan awalkerugian materi yang
medium.
3) Moderat diharuskan penanganan secara medis, kerugian
materi yang cukup tinggi
4) Major kecelakaan yang beratkehilangan kemampuan
operasi/ produksi, kerugian materi yang tinggi.
5) Bencana kematianbahaya radiasi dengan efek
penyebaran yang luas, kerugian yang sangat besar
2.4.2 Proses Manajemen Risiko Kecelakaan Kerja Diluar Gedung

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga dan


dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu
aktifitas dan dapat menimbulkan kerugian bagi korban manusia dan atau
harta benda (Depnaker1999:4)

Macam-Macam Kecelakaan Kerja

1. Berdasarkan selang waktu akibat:


a. Kecelakaan langsung. Kecelakaan yang terjadi berakibat
langsung/terdeteksi, contohnya korban manusia, mesin yang
rusak atau kegagalan produksi
b. Kecelakaan tak langsungKecelakaan yang terdeteksi setelah
selang waktu dari kejadian, contohnya mesin cepat rusak,
lingkungan tercemar
2. Berdasarkan korban:
a. Kecelakaan dengan korban manusia.
1) Kecelakaan ringan Kecelakaan ringan biasanya diobati
dengan persediaan PPPK atau paling jauh dibawa ke
Poliklinik
2) Kecelakaan sedang Korban biasanya dibawa ke Poliklinik
setelah itu jika perlu diberiwaktu untuk istirahat.
3) Kecelakaan berat Korban dibawa ke Rumah Sakit yang
telah bekerja sama dan paling dekat dengan perusahaan.
3. Kecelakaan tanpa korban manusia
Kecelakaan tanpa korban manusia diukur dengan
berdasarkan besar kecilnya kerugian material, kekacauan
organisasi kerja maupun dampak dampak yang diakibatkannya

Faktor Terjadinya Kecelakaan Kerja

Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh 2 faktor utama yakni


faktor fisik dan faktor manusia. Kecelakaan kerja ini mencakup 2
permasalahan pokok yakni:

1. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan (PAK)


2. Terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (PAHK)
3. Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi 2
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan satu
ilmu perilaku yang mencakup aspek sosial dan tidak terlepas dari tanggung
jawab keselamatan dan kesehatan kerja baik dari segi perencanaan maupun
pengambilan keputusan dan organisasi, baik kecelakaan kerja, gangguan
keschatan, maupun pencemaran lingkungan harus merupakan bagian dari
biaya produksi. Faktor resiko K3 ada di dalam gedung dan di luar gedung,
adapun cara pengendalian K3 di dalam gedung adalah tahap planing/
perencanaan, organisasi keselamatan kerja, tahap pelaksanaan, dan tahap
pengawasan. Dan cara pengendalian K3 di luar gedung yakni eliminasi
memodifikasi desain, substitusi, kontrol teknik, kontrol administratif, dan
alat pelindung diri (APD).
3.2 Saran
1. Setiap Perusahaan dapat memperhatikan penerapan K3 yang baik bagi
pekerjanya agar tidak terjadi hal-hal yang dapat menimbulkan risiko
yang sangat tinggi (Very High Risk).
2. Perusahaan dapat melakukan pemeriksaan yang rutin terhadap
pekerja, alat dan berbagai hal yang menyangkut Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3).
3. Pekerja dapat mengikuti setiap instruksi ataupun aturan yang
ditetapkkan oleh pihak manajemen secara berkesinambungan
sehingga target zero accident dapat tercapai
DAFTAR PUSTAKA

Adityanto, Beryl dkk. (2013). Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (K3) Pada Pekerjaan Struktur Bawah dan Struktur Atas Gedung
Bertingkat. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Semarang.

Anwar, Fahmi Nurul. (2014). “Analisis manajemen resiko kesehatan dan


keselamatan kerja pada pekerja upper structure gedung bertingkat.” Jurnal
kontruksi ISSN.

Endroyo, Bambang. (2006). “Peranan manajemen K3 dalam pencegahan


kecelakaan kerja kontruksi.” Jurnal Teknik Sipil Universitas Negeri
Semarang. Vol.03. No. 1, 8-15

Kune, Nistain. (2020). Makalah Risiko Manajemen K3 Di Luar Gedung.


Gorontalo

Wulandari, Putri Novita. (2020). Makalah Manajemen Risiko K3 Di Dalam Atau


Di Luar Gedung. Semarang

Anda mungkin juga menyukai