Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

KELOMPOK 3

“TREND-ISSUE SERTA PERAN ADVOKASI PERAWAT TERKAIT

GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI”

Di Susun Oleh:
Nisa Aulia Fitri 18031001 Arpida Ningsi 18031039

M. zikri Ma’arij 18031013 Azizah Hania Elsandi 18031050

Nadila khairiyah 18031017 Dian Puspita Sari 18031061

Alifia Gusti Estrada 18031022 Serli fitri 18031063

Nindia Trysia Roza 18031028 Winda 18031075

Mella mardison putri 18031036 Lisa Indriani 18031086

Alfina 18031094

Dosen Fasilitator:

Ns. Sandra, M.Kep., Sp. Kep. MB

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HANG TUAH PEKANBARU

PEKANBARU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
berbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup ini banyak diberikan keberkahan.
Dengan kemurahan yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Ucapkan terima kasih tidak lupa kami hanturkan kepada dosen dan teman-teman
yang banyak membantu dalam penyusunan makalah yang berjudul “TREND-ISSUE
SERTA PERAN ADVOKASI PERAWAT TERKAIT GANGGUAN SISTEM
PERNAPASAN, KARDIOVASKULER DAN HEMATOLOGI”. Kami menyadari di
dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kekurangan
yang harus diperbaiki, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal perbuatan.

Oleh karena itu, kami meminta maaf atas ketidaksempurnaannya dan juga
memohon kritik dan saran untuk kami agar bisa lebih baik lagi dalam membuat karya tulis
ini. Harapan kami mudah-mudahan apa yang akan kami susun ini bisa memberikan
manfaat untuk diri sendiri, teman-teman, maupun orang lain.

Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Pekanbaru, 4 Agustus 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.............................................................................................................1

1.2 Tujuan .........................................................................................................................2

1.3 Manfaat.......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Trend dan Issue pada Gangguan Hematologi……………………………………......3

2.2 Presedur Pelaksanaan yang dilakukan oleh perawat…………………………………4

2.3 Advokasi Perawat…..………..…..................................................................................4

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………........................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................7

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk
didalamnya sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berbeda
dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah merupakan medium transport tubuh,
volume darah manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter.
Keadaan jumlah darah pada setiap orang itu berbedabeda bergantung pada usia, pekerjaan,
serta keadaan jantung atau pembuluh darah (Handayani dan Haribowo, 2008).

Hematologi merupakan salah satu ilmu kedokteran yang mempelajari tentang


darah dan jaringan pembentuk darah. Darah merupakan salah satu organ tubuh yang
sangat penting bagi tubuh manusia karena di dalamnya terkandung berbagai macam
komponen, baik komponen cairan berupa plasma darah, maupun komponen padat berupa
sel-sel (Firani, 2018). Darah juga memiliki peranan didalam tubuh makhluk hidup
khususnya untuk mengangkut zat-zat yang penting untuk proses metabolisme, proses
metabolisme tubuh akan terjadi gangguan jika darah mengalami gangguan. Kelainan pada
darah adalah kondisi yang mempengaruhi salah satu atau beberapa bagian dari darah
sehingga menyebabkan darah tidak dapat berfungsi secara normal. Dampak kelainan
darah akan mengganggu fungsi dari bagian-bagian darah tersebut. Kelainan darah dapat
terjadi pada anak-anak maupun dewasa, kelainan pada darah diantaranya yaitu kelainan
eritrosit seperti anemia, kelainan pada leukosit seperti leukemia, kelainan pada trombosit
seperti trombositopenia, dan kelianan hemostasis : hemophilia. Dari beberapa contoh
penyakit kelainan darah, salah satu penyakit masih menjadi masalah yang belum
terpecahkan bahkan sulit untuk diatasi dan harus diperhatikan dalam perawatan bagi orang
tua dan tenaga kesehatan dikarenakan menyebabkan dampak yang cukup signifikan
terhadap anak yaitu anemia. Dampak anemia pada anak sekolah adalah meningkatnya
angka kesakitan dan kematian, terhambatnya pertumbuhan fisik dan otak, terhambatnya
perkembangan motorik, mental dan kecerdasan.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Untuk menjelaskan peran advokasi perawat terkait gangguan sistem dan
hematologi
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui peran advokasi perawat terkait gangguan sistem dan
hematologi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Trend dan Issue Pada Gangguan Hematologi

Judul Jurnal “Kompres Es Lebih Efektif Untuk Mengurangi Nyeri Saat Insersi Jarum Pada
Pasien Hemodialisa: Ebn”

Berdasarkan jurnal yang kami ambil, bahwa salah satu masalah kesehatan yang dihadapi
sekarang ini adalah nyeri saat insersi jarum pada pasien Hemodialisa. Pasien Hemodialisa
akan menjalani HD sepanjang hidupnya, dan mereka akan melakukannya setiap 2-3 kali
dalam seminggu. Nyeri yang dialami pasien merupakan masalah utama pada pasien yang
menjalani HD yang dapat berakibat munculnya masalah psikologis pada penderita.

Nyeri saat insersi merupakan nyeri dengan peringkat tertinggi yang dikeluhkan oleh pasien
yang menjalani hemodialisa. Upaya farmakologis dan non farmakologis dapat dilakukan
untuk mengurangi nyeri pada saat insersi jarum hemodialisa. Upaya non farmakologis
untuk mengurangi nyeri saat insersi adalah memberikan kompres baik kompres hangat
maupun kompres dingin.

Pendekatan farmakologis yang dapat digunakan menggunakan EMLA (Eutetic Mixture of


Local Anasthetic) dimana pasien diberikan anastesi local disekitar lokasi penusukan.
Kelemahan dari penggunaan metode ni adalah tidak semua pasat dapat membeli karena
EMLA tidak terkover dalam jaminan asuransi, selain itu EMLA mahal dibandingkan
tekhnik nonfarmakologis. Prosedur non farmakologis yang dapat digunakan untuk
mengurangi nyeri salah satunya menggunakan kompres baik hangat maupun dingin untuk
mengurangi nyeri. Metode nonfarmakologis merupakan sebuah metode yang efektif,
nyaman, mudah digunakan serta murah sehingga semua pasien dapat memperoleh layanan
dari prosedur tersebut.

Tujuan dari intervensi pemberian kompres dingin menggunakan es untuk mengurangi


nyeri pada pasien yang menjalani hemodialisa di RSU Kota Bekasi. Hasil dari intervensi
yang diharapkan adalah intensitas nyeri pada saat penusukan jarum dengan lama
pemberian selama 10 menit untuk kompres dingin, dan 15 menit untuk kompres hangat.
2.2 Prosedur Pelaksanaan yang dilakukan oleh perawat

Hasil kriteria pasien didapatkan satu kelompok pasien dengan lebih dari satu kali tindakan.
Derajat nyeri diukur sebelum dan setelah intervensi menggunakan numeric rating scale,
dimana setiap pasien dilakukan intervensi dan pengukuran sebanyak tiga kali yaitu:

1. Saat insersi jarum tanpa ada intervensi pada kunjungan pertama


2. Pada kunjungan kedua pasien dilakukan pengukuran nyeri pre dan post intervensi
menggunakan kompres hangat dengan suhu 34-41 0C menggunakan hot pack
selama 15 menit
3. Pada kunjungan ketiga dilakukan pengukuran nyeri pre dan post intervensi
menggunakan kompres dingin dengan suhu 10-32 0C selama 10 menit.

2.3 Advokasi Perawat

Peran advokasi perawat dalam ebn ini ada 4 yaitu :


1. yang pertama sebagai Care Giver dengan memberikan tindakan kompres es / air
dingin untuk mengurangi nyeri saat insersi yang dirasakan pasien hemodialisa.
2. Yang kedua yaitu sebagai Counsellor dengan memberikan bimbingan kepada pasien
tentang masalah kesehatan yang dimiliki yaitu nyeri saat insersi
3. Yang ketiga yaitu sebagai Edukator / sebagai pendidik dengan perawat mengedukasi
atau pengetahuan serta memberikan informasi terkait kompres es / dingin ini dan
dengan efek ini lebih efektif dalam menurunkan intensitas nyeri saat insersi pada
pasien hemodialisa.
4. Yang keempat yaitu sebagai Consultan dengan memberikan informasi seperti
kompres air dingin ini dapat membantu mengurangi / memecahkan masalah yang
dialami pasien yaitu nyeri saat insersi pasien hemodialisa

Dan tugas perawat dalam advokasi pasien dalam ebn ini yaitu :
1. Sebagai pelindung. Perawat membantu pasien dalam membuat keputusan, dengan
perawat memberikan alternatif seperti kompres es / air dingin untuk mengurangi
nyeri saat insersi
2. Sebagai mediator. Dimana tindakan perawat yaitu memberikan penjelasan kepada
pasien mengenai pengobatan yang diterima seperti pengobatan pasien hemodialisa
dengan memberikan kompres es / air dingin.
3. Sebagai pelaksana tindakan. Yaitu peran perawat memiliki tujuan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai yang dibutuhkan pasien yaitu kompres es /
air dingin untuk mengurangi rasa nyeri selain menggunakan obat menurut Prince
(2005) dijurnal ebn yaitu pelaksanaan perawat sebelum tindakan, proses tindakan
dan setelah tindakan yaitu :
a) Sebelum tindakan yaitu dengan mempersiapkan alat :
- Kom kecil berasa air es
- Perlak pengalas
- Beberapa buah waslap / kain kassa dengan ukuran tertentu
- Sampiran bila perlu
- Selimut bila perlu
b) Proses Tindakan
- Dekatkan alat-alat ke klien
- Pasangkan sampiran bila perlu
- Cuci tangan
- Pasang pengalas diarea yang akan di kompres
- Masukkan waslap atau kain kassa kedalam air es lalu diperas sampai
lembab
- Letakkan waslap /kain kasa tersebut pada area yang akan dikompres
- Ganti waslap / kain kassa tiap kali dengan waslap / kain kassa yang
sudah dalam air es
- Diulang-ulang sampai klien merasakan nyeri yang dirasakan
berkurang
- Jika sudah rapikan klien dan bereskan alat-alat bila tindakan telah
selesai
- Cuci tangan setelah tindakan
c) Setelah Tindakan
- Dokumentasikan
- Tanyakan kepada klien apakah dengan tindakan kompres es nyeri
yang dirasakan berkurang
- Jika telah selesai, kontrak prosedur pelaksaan dengan klien untuk
pertemuan / kunjungan selanjutnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan

Pada kesimpulan ini, sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,
termasuk didalamnya sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang
berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah merupakan medium transport
tubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5
liter. Keadaan jumlah darah pada setiap orang itu berbedabeda bergantung pada usia,
pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah.
DAFTAR PUSTAKA

Firani. N. K. (2018). Mengenal Se-Sel Darah dan Kelainan Darah. Malang: Tim UB
Press.

Handayani W, Haribowo AS. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Hematologi. Jakarta: Selemba Medika; 2008.
KOMPRES ES LEBIH EFEKTIF UNTUK MENGURANGI
NYERI SAAT INSERSI JARUM PADA PASIEN
HEMODIALISA: EBN

Oleh : A Fauji1, L Marlina2


1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh
2
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh

email: afauji.odji@gmail.com

ABSTRAK

Nyeri saat insersi merupakan nyeri dengan peringkat tertinggi yang


dikeluhkan oleh pasien yang menjalani hemodialisa. Upaya farmakologis dan non
farmakologis dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri pada saat insersi jarum
hemodialisa. Upaya non farmakologis untuk mengurangi nyeri saat insersi adalah
memberikan kompres baik kompres hangat maupun kompres dingin. Tujuan dari
penerapan praktik berbasis bukti ini adalah untuk melihat perbandingan efek kompres
hangat dan kompres dingin terhadap intensitas nyeri pada saat insersi jarum pada
pasien yang menjalani hemodialisa rutin. Metode yang digunakan dalam praktik
berbasis bukti ini adalah dengan memberikan kompres hangat dan kompres dingin
serta membandingkan efek terhadap intensitas nyeri pada saat insersi pada pasien yang
menjalani hemodialisa. Pada praktik berbasis bukti ini jumlah responden adalah enam
pasien, skala nyeri di ukur menggunakan Numeric rating scale, kompres hangat
menggunakan hot gel pack dengan ukuran 8 x 10 cm selama 15 menit dan kompres
dingin dengan ice gel pack berukuran 8 x 10 cm selama 10 menit. Hasil pelaksanaan
praktik berbasis bukti menunjukkan rerata intensitas nyeri tanpa kompres 6.17 dari 10
(n=6), dengan kompres hangat rerata nyeri 3.83 dari 10 (n=6), sedangkan dengan
kompres dingin rerata nyeri 1.50 dari 10 (n=6). Hasil dari praktik berbasis bukti ini
efek kompres dingin lebih efektif dalam menurunkan intensitas nyeri saat insersi pada
pasien hemodialisa. Penerapan praktik berbasis bukti ini dapat diterapkan oleh rumah
sakit atau institusi lain pada saat insersi jarum pada pasien yang menjalani
hemodialisa.

Kata Kunci: Hemodialisa, Insersi jarum, Nyeri, Kompres dingin

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume IV Nomor 7 Februari 2018
1
PENDAHULUAN
Pasien Hemodialisa akan Prosedur non farmakologis yang dapat
menjalani HD sepanjang hidupnya, dan digunakan untuk mengurangi nyeri salah
mereka akan melakukannya setiap 2-3 satunya menggunakan kompres baik
kali dalam seminggu (ALspasch, 2006). hangat maupun dingin untuk mengurangi
Sementara Sukandar menyatakan bahwa nyeri. Metode nonfarmakologis
pasien akan mengalami nyeri pada saat merupakan sebuah metode yang efektif,
penusukan jarum sekitar 200 kali dalam nyaman, mudah digunakan serta murah
setahun. Nyeri yang dialami pasien sehingga semua pasien dapat
merupakan masalah utama pada pasien memperoleh layanan dari prosedur
yang menjalani HD yang dapat berakibat tersebut.
munculnya masalah psikologis pada
penderita (Celik, et al. 2010). Beberapa Tujuan dari intervensi pemberian
pendekatan farmakologis dan non- kompres dingin menggunakan es untuk
farmakologis dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada pasien yang
mengurangi nyeri pada saat insersi jarum menjalani hemodialisa di RSU Kota
pada pasien HD. Bekasi. Hasil pelaksanaan praktik
berbasis bukti (EBN) menunjukkan hasil
Pendekatan farmakologis yang yang signifikan dimana terjadi penurunan
dapat digunakan menggunakan EMLA skala nyeri pada pasien yang
(Eutetic Mixture of Local Anasthetic) menggunakan kompres dingin
dimana pasien diberikan anastesi local dibandingkan pada pasien yang
disekitar lokasi penusukan. Kelemahan menggunakan kompres hangat atau tidak
dari penggunaan metode ni adalah tidak mendapatkan kompres. Hasil ini berguna
semua pasat dapat membeli karena dan dapat digunakan oleh perawat
EMLA tidak terkover dalam jaminan hemodialisa sebelum melakukan
asuransi, selain itu EMLA mahal penusukan jarum hemodialisa.
dibandingkan tekhnik nonfarmakologis.

METODOLOGI
Penerapan praktik berbasis bukti kompres. Hasil dari intervensi yang
ini mengunakan pendekatan PICOT diharapkan adalah intensitas nyeri pada
(Melnyk, 2001 dalam Fauji, et.al 2014) saat penusukan jarum dengan lama
dalam mencari masalah klinik. Sebelum pemberian selama 10 menit untuk
dilakukan pelaksanaan praktik berbasis kompres dingin, dan 15 menit untuk
bukti dilakukan presentasi proposal serta kompres hangat.
mengajukan izin pelaksanaan kegiatan ke
rumah sakit yang disetujui Strategi pencarian jurnal yang
pelaksanaannya Oleh bidang keperawatan digunakan dalam pelaksanaan EBN
RSU Kota Bekasi. menggunakan mesin pencari Google
dengan memasukan kata kunci antara lain
Masalah Klinik Pasien hemodialisa, nyeri, Insersi jarum,
Masalah dalam penerapan praktik nonfarmakologis, kompres, serta RCT
berbasis bukti ini adalah nyeri yang Ringkasan Jurnal
dirasakan oleh pasien pada saat insersi
jarum pada pasien yang menjalani Jurnal utama yang digunakan
hemodialisis rutin di RSU Kota Bekasi. berjudul perbandingan efek kompres
Intervensi yang akan dilakukan dalam hangat dengan kompres dingin terhadap
pelaksanaan pratik berbasis bukti ini intensitas nyeri saat insersi jarum pada
adalah pemberian kompres dingin pasien gagal ginjal kronik yang
menggunakan ice pack dengan menjalanai hemodialisis rutin di RS
pembanding kompres hangat dan tanpa Muhammadiyah Bandung. Tujuan

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume IV Nomor 7 Februari 2018
2
penelitian dalam jurnal utama adalah bahwa EBN-P katagori II, memiliki
membandingkan kompres dingin dengan metode yang jelas, serta kompres dingin
kompres hangat dalam mengurangi nyeri memeiliki keuntungan untuk mengurangi
saat inseri jarum pada pasien nyeri serta pasien memiliki kesamaan
hemodialisis. Design penelitian yang karakteristik.
digunakan adalah RCT, dengan quasi
experiment with pre and post time series. Rencana Kerja
Metode penelitian dengan cara mengukur Kriteria pasien dalam
Nyeri menggunakan numeric rating scale, pelaksanaan EBN ini sebagai berikut:
kompres hangat menggunakan hot gel
pack (34-41 0C) dengan ukuran 8x10 cm 1. Usia 18-65 tahun
selama 15 menit dan kompres dingin 2. Pasien yang menjalani HD rutin
dengan ice gel pack (10-32 0C) berukuran setiap seminggu 2 (dua) kali.
8x10 cm selama 10 menit. Hasil
penelitian dalam jurnal utama didapatkan 3. Memiliki arteriovenous/AV shunt
rata-rata nyeri pasien setelah pemberian serta AV shunt yang aktif
intervensi berkurang, rata-rata nyeri 4. Pasien tidak mendapatkan terapi
sebelum intervensi 3.478, rata-rata nyeri analgetik untuk mengurangi nyeri saat
setelah kompres hangat 2.8621 sementara insersi jarum
menggunakan kompes dingin dalam skala
2 dari 10. Prosedur Pelaksanaan

Critical Appraisal Hasil kriteria pasien didapatkan


satu kelompok pasien dengan lebih dari
Critical aprraisal yang digunakan satu kali tindakan. Derajat nyeri diukur
untuk mengkritis jurnal menggunagakan sebelum dan setelah intervensi
pendekatan validitas, reliabilitas dan menggunakan numeric rating scale,
applicability (Melnyk, et al. 2001 dalam dimana setiap pasien dilakukan intervensi
Fauji, et. al. 2014). dan pengukuran sebanyak tiga kali yaitu:
Validitas dari jurnal yang 1. Saat insersi jarum tanpa ada
digunakan menggunakan metode quasi intervensi pada kunjungan pertama
experiment dengan pre dan psot time
series. Sementara hasil reliabilitas hasil 2. Pada kunjungan kedua pasien
penelitian dari jurnal didapatkan bahwa dilakukan pengukuran nyeri pre dan
hasil penelitian secara statistik bermakna post intervensi menggunakan
secara signifikan dalam mengurangi nyeri kompres hangat dengan suhu 34-41
0
pada saat insersi jarum pada pasien yang C menggunakan hot pack selama 15
menjalani hemodialisis. Applicability menit
hasil penelitian menunjukkan bahwa 3. Pada kunjungan ketiga dilakukan
terdapat beberapa kesamaan dan pengukuran nyeri pre dan post
karakteristik antara pasien dalam intervensi menggunakan kompres
penelitian dengan pasien di RSU Kota dingin dengan suhu 10-32 0C selama
Bekasi. Kesimpulan dari critical appraisal 10 menit

HASIL
Karakteristik Pasien 3. Rata-rata usia berada pada kelompok
1. Enam (6) orang pasien terlibat dalam usia lansia awal (66.7%, n=4)
pelaksanaan EBN 4. Rata-rata lama penggunaan AV-shunt
2. Jenis kelamin rata-rata laki-laki lebih dari 3 tahun (66.7%, n=6)
(66.7%, n=6)

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume IV Nomor 7 Februari 2018
3
Tabel 1.
Skala Nyeri Pasien Hemodialisis Tanpa Pemberian Kompres di RSU Kota Bekasi
Tahun 2016

Pasien Derajat Nyeri


1 6
2 5
3 6
4 7
5 6
6 7
Rata-rata 6.17

Berdasarkan tabel 1 terlihat tingkat nyeri terendah 5. Rata-rata nyeri


bahwa nyeri pasien tanpa intervensi tanpa intervensi adalah 6.17 dari 10
paling Tinggi adalah 7 dari 10 dengan

Tabel 2.
Skala nyeri pasien hemodialisis dengan kompres hangat di RSU Kota Bekasi
Tahun 2016

Pasien Derajat Nyeri


1 4
2 4
3 3
4 5
5 3
6 4
Rata-rata 3.83

Tabel 2 menunjukkan bahwa nyeri dengan kompres hangat adalah 3.83


nyeri tertinggi pada pasien adalah 5 dari dari 10.
10 dan nyeri terendah 3 dari 10. Rata-rata

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume IV Nomor 7 Februari 2018
4
Tabel 3.
Skala nyeri pasien hemodialisis dengan kompres dingin di RSU Kota Bekasi
Tahun 2016

Pasien Derajat Nyeri


1 2
2 1
3 2

4 3
5 0
6 1
Rata-rata 1.50

Tabel 3 memperlihatkan bahwa adalah 0 atau tanpa nyeri. Rata-rata nyeri


nyeri tertinggi yang dirasakan oleh pasien setelah pemberian kompres dingin adalah
setelah kompres dingin pada saat insersi 1.5 dari 10.
adalah 3 dari 10, dengan nyeri terendah

PEMBAHASAN
Pada penerapan praktik berbasis alamiah dan sederhana yang dengan cepat
bukti ini kompres dingin lebih efektif mengurangi rasa nyeri selain dengan
dalam menurunkan skala nyeri di memakai obat-obatan hal ini dibuktikan
bandingkan dengan kompres hangat, oleh Khatimah (2013), dalam
Teori gate control mengatakan bahwa penelitiannya tentang “Efektivitas
stimulasi kulit mengaktifkan transmisi Cryotherepy saat Akses AVF pada pasien
serabut saraf sensori A-beta yang lebih penyakit ginjal kronik yang menjalani
besar dan lebih cepat. Proses ini hemodialisa di Unit dialisis RSUD
menurunkan transmisi nyeri melalui Tugurejo Semarang. Sanusi (2013),
serabut C dan deta-A berdiameter kecil. melakukan penelitian tentang
Gerbang sinap menutup transmisi impuls “Perbandingan efek kompres hangat dan
nyeri. Kompres dingin akan menimbulkan kompres dingin terhadap intensitas nyeri
efek analgetik dengan memperlambat pada saat insersi jarum pada pasien gagal
kecepatan hantaran saraf sehingga impuls ginjal yang menjalani hemodialisa rutin di
nyeri yang mencapai otak lebih sedikit. RS Muhamadiyah Bandung kesimpulan
Mekanisme lain yang mungkin bekerja dalam penelitiannya adalah stimulasi kulit
adalah bahwa persepsi dingin menjadi dengan teknik kompres dingin lebih
dominan dan mengurangi persepsi nyeri efektif dalam menurunkan persepsi nyeri.
(Harrerar et al, 2010). Kompres dingin Sabitha (2008), juga membuktikan
menyebabkan vasokontriksi sehingga keefektifan kompres dingin dalam
menimbulkan efek baal atau mati rasa mengurangi nyeri saat insersi jarum pada
pada kulit. pasen hemodialisa hasilnya terdapat
Menurut Prince (2005), kompres pengaruh pemberian kompres dingin
dingin merupakan alternatif pilihan yang terhadap pengurangan nyeri pada saat
insersi jarum.Terdapat banyak literature

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume IV Nomor 7 Februari 2018
5
dan jurnal telah membahas dan meningkatkan kerja kalsium intraseluler
membuktikan keefektifan kompres dingin sehingga terjadi potensial aksi untuk
jika diterapkan pada pasien nyeri seperti meningkatkan rangsangan pada saraf
beberapa bukti penelitian di atas. sensoris dan Mekanisme yang kedua yaitu
Terdapat tiga mekanisme kompres hangat antara 35°C - 43°C
bagaimana kompres hangat dapat merupakan stimulus hangat yang dapat
menurunkan intensitas nyeri saat insersi ditoleransi oleh kulit menimbulkan
pada area fistula hemodialisis, yaitu: 1) perasaan nyaman pada pasien secara
efek gate control dari sensasi suhu subyektif. Hasil interview bahwa 2
menghambat sansasi nyeri di otak, 2) responden (33,3%) menyatakan bahwa
timbulnya rasa nyaman menyebabkan dengan kompres hangat lebih nyaman
sekresi endorphin yang akan menghambat dirasakan di kulit. Perasaan nyaman ini
sekresi enkhefalin dan 3) efek hangat akan mengaktifkan hormon endorphin
menyebabkan vasodilatasi pembuluh atau dinorfin sehingga dapat
darah sehingga melunakan jaringan parut meningkatkan sekresi enkhefalin yang
yang menebal akan mengurangi menghambat reseptor nyeri di otak. Selain
penekanan pada ujung reseptor nyeri di itu endorphin juga dapat menstimulasi
kulit saat insersi. Mekanisme yang efek relaksasi sehingga dapat mengurangi
pertama yaitu bahwa efek panas lokal kecemasan pada saat insersi (Guyton and
pada kulit permukaan akan mengaktifkan Hall, 2008).
kanal kalsium sensitif panas dengan

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Kesimpulan Terapi non farmakologis yang
Tingkat Nyeri setelah pemberian diberikan pada pasien sebelum insersi
kompres dingin terbukti efektif dalam lebih efektif dan murah dibandingkan
mengurangi nyeri pada saat insersi jarum dengan terapi farmakologis menggunakan
pada pasien yang menjalani HD secara EMLA.
rutin. Tingkat nyeri tanpa intervensi 6.17 Rekomendasi
berkurang menjadi 1.5 (skala 1-10).
Kompres dingin dapat diterapkan
Sementara kompres hangat sebagai bagian dari intervensi
dirasakan lebih nyaman oleh pasien keperawatan mandiri untuk mengurangi
dibandingkan dengan kompres dingin, nyeri pada saat insersi jarum pada pasien
namun secara stattistik kurang efektif yang menjalani hemodialisis secara rutin
dalam mengurangi nyeri dibandingkan pada pasien yang telah memiliki AV-
dengan kompres dingin. Tingkat nyeri Shunt.
setelah pemberian kompres hangat 3.83
sedangkan dengan kompres ingin 1.5
(skala 1-10)

DAFTAR PUSTAKA

Alspach G.J. 2006 Preceptor survey Keperawatan Pada Mata Ajar


report: part I. Critical Care Kebutuhan Dasar Manusia.
Nurse Jakarta: Tim.
Aryani, R., Tutiyani, Mumpuni, Mulyani, Bakta, M. 2007. Thrombosis dan usia
S., & Sumiati, Lestari, T.R., et al., lanjut, devisi hematologi dan
2009. Prosedure Klinik onkologi medik bagian penyakit

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume IV Nomor 7 Februari 2018
6
dalam fakultas kedokteran RS Pasien Hemodialisis, Jurnal
Sanglah Fakultas Ilmu Keperawatan
Denpasar.ejournal.unud.ac.id/…/ Unpad.
6_thrombosis%20dan
%20usia%20lanjut.ptf diperoleh Fauji, A., et al. 2014 Praktik
14 januari 2013. Keperawatan Berbasis Bukti
Pada Pasien Kanker. Jakarta .
Bayhaki. 2012. Asuhan keperawatan Tim.
Klien Gagal Ginjal Kronik. EGC.
Figueiredo et al. 2008. Research into pain
Birchenough, E., Moore, C., Stevens, K., perception with arteriovenous
& Stewart, S. 2010. Buttonhole fistula
cannulation in adult patients on
hemodialysis: An increased risk (AVF)
of infection? Nephrology Nursing cannulation.Journal of Renal
Journal, 37(5), 491-499, 555. Care 34(4), 169-172.
Black, J.M.& Hawks, J.H. 2007. Medical Guyton , A.C & Hall. J.E. 2008. Buku
Surgical Nursing. Critical Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi
thinking forbcollaborative,5th 11, Alih bahasa: Irawati dkk.
ed.St.Louis Elsevier Inc. Jakarta: EGC.
Bourbonnais, F.F., &Tousignant, K.F. Handoyo, et.al. 2006. Upaya Menurunkan
2012.The pain experiences of Skala Plebitis dengan Pemberian
patients Kompres Hangat RSUD Prof. Dr.
onmaintenance Margono Soekarjo Purwokerto.
hemodialysis. Soedirman, Nursing Jounal. 1(1)
NephrologyNursing Journal,
39(1), 13-1, Harris et al. 2011. Pain, sleep disturbance
AmericanNephrology Nurses’ and survival in hemodialysis
Association patients, Nephrol Dial Transplant
(2012) 27: 758–765 doi:
Çelik et al. 2011.Vapocoolant Spray 10.1093/ndt/gfr355, Department
vsLidocaine/ Prilocaine Cream of Medicine, George Washington
for Reducing the Pain of University.
Venipuncture in Hemodialysis
Patients: A Randomized, Havens, L. & Terra, R. P. 2005. Buku
Placebo-Controlled, Crossover ajar: Fisiologi kedokteran. Edisi
Study, Department Internal 9. Jakarta: EGC.
Medicine, Division
of Nephrology, Joyce M.Black, Jane Hokanson Hawks,
Faculty of Medicine, Selcuk (2014) Keperawatan Medikal
University, Konya, Turkey. Bedah Edisi 8,Buku 1Jakarta CV
Pentasada Media Edukasi
Daugirdas, J, T.,Blake, P, G.,& Ing, T, S.
2007. Handbook Of Dialysis 4th Khatimah, P. K., dkk, 2013. Efektifitas
Edition.Philadelphia. Cryotherapi Dalam Menurunkan
LippincottWilliams & Wilkins Skala Nyeri Saat Akses AVF
Pada Pasien Penyakit Gagal
Dougherty, L. 2006. Akses Sentral. Ginjal Kronik yang Menjalani
Jakarta: Erlangga Hemodialisa di Unit Dialisis
RSUD Tugurejo Semarang,
Endiyono et. al. ,2013. Pengaruh Fakultas Keperawatan Universitas
Cryotherapy terhadap Nyeri pada Diponegoro
Insersi Artevivenosa Fistula
pada
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume IV Nomor 7 Februari 2018
7
Kozier & Erb. 2009. Buku Ajar Praktik Kompres Dingin Terhadap
Keperawatan Klinis. Edisi 5. Intensitas Nyeri Saat insersi
Jakarta, EGC. Jarum Pada Pasien Gagal Ginjal
yang Menjalani Hemodialisa
M.Sopiyudin Dahlan. 2013. Statistik Rutin Di Rumah Sakit
Untuk Kedokteran dan Kesehatan Muhammadiyah Bandung. Jurnal
Keperawatan Aisyiyah.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015.
APLIKASI Asuhan Keperawatan Smeltzer, S.C.,& Bare, B.G. 2008 Buku
Berdasarkan Diagnosa Medis & Ajar Keperawatan Medikal Beda.
NANDA NIC-NOC.Jogjakarta: Alih Bahasa Agung Waluyo dkk.
MediAction Jakarta. EGC.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Suhail,A., Madhukar, M., Nicholas
Standar Diagnosis Keperawatan Hoenich dan Daugrirdas John T.,
Indonesia, Edisis 1, Dewan Hemodialysis Apparatus,
Pengurus Pusat PPNI Daugirdas John T., Blake peter
G., and Ing Todd S., Handbook of
Pisoni, R. L.et al. 2002. Vascular access dialysis 4th edition, Lippincott
use in Europe and the United Williams & Wilkins, USA, 2007,
States:results from the p:59-78
DOPPS.Kidney Int.61,305-316.
Sukandar, E. 2006. Gagal Ginjal dan
Potter, P.A.,& Perry, A.G. 2005. Buku Panduan
Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep,Proses, dan Praktik.Edisi Terapi
4.Volume1.Alih Bahasa : Dialisis.Bandung: Pusat
YasminAsih, dkk.Jakarta : EGC. Informasi Ilmiah (PII) Bagian
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Reddy ,B ., & Cheung, A, K. H. 2009. Kedokteran UNPAD/RS. Dr.
Hemodialysis. InLai, K, N. Hasan Sadikin.
(Ed.),Apractical Manual Of
Renal Medicine.Hong Kong: Tamsuri Anas. 2007. Konsep dan
Stallion Press Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta :
EGC
Sabitha et al. 2008.Effect of cryotherapy
on arteriovenous fistula Yuwoono. I.H. 2013. Semarang.
puncture- related pain in UNIMUS. Pengaruh Pengaturan
hemodialysis patients, Indian Kecepatan Aliran Darah (Quick
Journal Nephrol. 2008 October; of Blood) terhadap Rasio Reduksi
18(4): 155–158. Ureum pada Pasien Penyakit
Ginjal Kronis yang Menjalani
Santi Sanusi. 2013. Perbandingan Efek Hemodialisis di
Kompres Hangat dengan Unit
Hemodialisis RSUD Kota
Semarang
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume IV Nomor 7 Februari 2018
8

Anda mungkin juga menyukai