Anda di halaman 1dari 24

Makalah Psikososial dan Budaya Dalam Keperawatan

Tentang

Kajian Budaya Serta Perilaku Menyimpang

Dosen Pengampu :

Ns. Tomi Jepisa, M. Kep

Disusun Oleh :

Sandra Mayoemi Lily Mayyuni

Rahma Putri Utami Rika Supriyani

Novi Apriani Sonia putri

Safira

PRODI KEPERAWATAN
STIKES ALIFAH PADANG
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya membahas mengenai Kajian Budaya Serta
Perilaku Menyimpang

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun saya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Padang, 19 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I (PENDAHULUAN)

LATAR BELAKANG........................................................................................1

TUJUAN PENULISAN......................................................................................2

BAB II (PEMBAHASAN)

PENGERTIAN KAJIAN BUDAYA..................................................................3

KONSEP BUDAYA DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN.........................3

PERSPEKTIF TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN...................4

PENGERTIAN PERILAKU MENYIMPANG..................................................16

CIRI-CIRI PERILAKU MENYIMPANG..........................................................17

SIFAT-SIFAT PENYIMPANGAN....................................................................18

JENIS-JENIS PERILAKU MENYIMPANG.....................................................18

SEBAB TERJADI PERILAKU MENYIMPANG.............................................19

BAB III (PENUTUP)

KESIMPULAN...................................................................................................20

SARAN ...............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21,termasuk


tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya
globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara (imigrasi) dimungkinkan, menycbabkan
adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.Keperawatan sebagai profesi memiliki
landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan
dalam praktek keperawatan. Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level
perkembangan yaitu metha theory, grand theory, midle range theory dan practice theory.

Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah Transcultural Nursing
Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks
keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang
adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan
bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam
penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan olch perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock.

Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan
munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Salah
satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa
dacrah atau negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan
berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya
dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia
mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk
bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap

1
telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan
berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan

B. TUJUAN

Mampu memahami bagaimana cara melakukan pengkajian budaya dan aplikasi teori
transcultural nursing dalam asuahan keperawatan serta perilaku menyimpang.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KAJIAN BUDAYA

Kajian budaya (bahasa Inggris: cultural studies) adalah suatu cara pandang teoretis mengenai


suatu objek dengan perspektif bidang kritik sastra, sosiologi, sejarah, kajian media, dan berbagai
bidang lainnya.[1] Kajian budaya merupakan bidang interdisipliner yang mengambil berbagai
cara pandang dari ilmu lain untuk meneliti hubungan antara kebudayaan
dengan politik atau kekuasaan.

Kajian budaya adalah perspektif teoritis yang berfokus bagaimana budaya dipengaruhi


oleh budaya yang kuat dan dominan. Hegemoni dapat didefinisikan sebagai pengaruh,
kekuasasan atau dominasi dari sebuah kelompok sosial terhadap yang lain.

B. KONSEP BUDAYA DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

Perawat perlu memahami budaya untuk mengembangkan sains dan pohon
keilmuan yang humans sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang
spesifik dan universal. Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai norma
spesifik yang tidak dimiliki kelompok lain, seperti bahasa. Sedangkan kultur yang
universal adalah nilai atau norma yang diyakini dan dilakukan hampir oleh semua
kultur, seperti budaya olahraga membuat badan sehat dan bugar. Dalam
melaksanakan praktik keperawatan yang bersifat humanis, perawat perlu
memahami landasan teori dan praktik keperawatan yang berdasarkan budaya
(Kozzier dan Erb, 2010). Budaya memiliki dua komponen, yaitu nyata (mudah dilihat) dan
tersembunyi (kurang terlihat). Diantara dua komponen budaya tersebut, yang paling sering menja
di penggerak terbesar di balik praktik nyata seseorang adalah
sistem nilai kepercayaan tersembunyi. Sebagai contoh, meskipun seorang yang beragama Sikh m
udah dikenali dengan benda-
benda yang dikenakannya (rambutyang tidak dipotong, menggunakan sisir kayu, janggut, ikat ke

3
pala, pakaian dalam
dari bahan katun, gelang besi, dan pisau pendek), perawat tidak dapat menilai arti
dan kepercayaan berhubungan dengan benda-benda tersebut tanpa penilaian lebih lanjut. Benda-
benda tersebut menggambarkan kesetiaan mereka terhadap filosofi Sikhism, dan memindahkan
benda-benda tersebut tanpa izin dari individu tersebut
atau keluarganya merupakan tindakan yang melanggar kesucian dan menghinaidentitas agama m
ereka (Jambunathan, 2003 dalam Perry dan Potter, 2010). 

C. PERSPEKTIF TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN

1. Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan Kesehatan

Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita ketahui apa arti
kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system gagasan, tindakan, hasil karya
manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat.
(Koentjoroningrat, 1986).

Wujud-wujud kebudayaan antara lain :

a. Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan

b. Kompleks aktivitas atau tindakan

c. Benda-benda hasil karya manusia

Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang dapat dikembangkan
dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Teori transkultural dari keperawatan berasal dari
disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan
konteks atau konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan
nilai-nilai cultural yang melekat dalam masyarakat.Menurut Leinenger, sangat penting
memperhatikan keragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada
klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya.Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat
yang humanis yang difokuskan pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk

4
mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural
sesuai latar belakang budaya. Sedangkan menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural
adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang
perbedaan budaya.Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi,menguji,
mengerti dan menggunakan noma pemahaman keperawatan transcultural dalam meningkatkan
kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring,
caring adalah esensi dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Perilaku caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga meninggal dunia.
Human caring merupakan fen om ena uni versal dimana, ekspresi, struktur polanya bervariasi
diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

2. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural

Konsep dalam transcultural nursing adalah

a. Budaya

Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari,dibagi serta memberi
petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.

b. Nilai budaya

Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan yang dipertahankan
pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan

c. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan

Merupakan bentuk yang optimal dalam pemberian asuhan keperawatan

d. Etnosentris

Budaya-budaya yang dimiliki olch orang lain adalah persepsi yang dimiliki individu
menganggap budayanya adalah yang terbaik Etnis Berkaitan dengan mausia ras tertentu atau
kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.Ras Perbedaan
macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia. Jenis ras umum
dikenal kaukasoid,negroid,mongoloid.

5
g. Etnografi: lImu budaya

Pendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan


kesadaran yang tinggi pada pemberdayaanbudaya setiap individu.

h.Care

Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku pada individu,
keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuh ik ebutuhan baik actual maupun
potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia

i. Caring

Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu,
keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan
kondisi kehidupan manusia

j. Culture care

Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi digunakan untuk
membimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang bertahan hidup dalam keterbatasan dan
mencapai kematian dengan damai

k. Cultural imposition

Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan,praktek dan nilai karena


percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain.Paradigma
transcultural nursing (Leininger 1985) , adalah cara pandang keyakinan, nilai-nilai, konsep-
konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang budaya, terhadap 4 konsep sentral
keperawatan yaitu

a.Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilaidan norma-norma
yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger

6
(1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

b.Sehat

Kesehatan adalah keselunuhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya,
terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan
dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat
yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang
sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yangadaptif (Andrew
and Boyle, 1995).

c. Lingkun gan

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruh an fen omena yang mempengaruhi perkembangan,


kepercayaan dan perilaku klien.Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana
klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu: fisik, sosial
dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti
daerah katulistiwa,pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo
yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial
adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau
kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus
mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik
adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa
bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.

d. Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktikkeperawatan yang
diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan
memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Stategi yang digunakan dalam asuhan
keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya,mengakomodasi/negoasiasi budaya
dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

3. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya

7
Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistenm perawatan yang
dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan keperawatan.Tindakan
keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsipasuhan keperawatan yaitu:

Cara I: Mempertahankan budaya

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan
yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya,misalnya budaya berolahraga setiap pagi.

Cara II: Negosiasi budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan keschatan. Perawat membantu
klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan,misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis,maka ikan
dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.

Cara III: Restrukturisasi budaya

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak
merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lcbih menguntungkan dan sesuai
dengan keyakinan yang dianut.

Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan


keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari tebit (Sunrise Model).
Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digumakan oleh perawat sebagai
landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995).
Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian,diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.Pengkajian adalah proses mengumpulkan
data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (
Giger and Davidhizar, 1995).

8
Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen yang ada pada'"Sunrise Model" yaitu:

a. Faktor teknologi (technological factors)

Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran


menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: Persepsi sehat
sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan,
alasan klien memilih pengobatan alternative dan persepsi klien tentang penggunaan dan
pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan ini.

b. Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors)

Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan kebenaran
diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors)

Perawat pada tahap ini hanus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap,nama panggilan, umur dan
tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga
dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang di
anggap baik atau buruk. Norma -norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu di kaji pada factor ini adalah posisi
dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,kebiasaan makan,
makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-
hari dan kebiasaan membersihkan diri.

c. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)

9
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995 ). Yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung,jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk

klien yang dirawat.

f. Faktor ekonomi (economical factors)

Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk
membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat
diantaranya: pekerjaan klien,sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar
anggota keluarga.

g. Faktor pendidikan ( educational factors)

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur formal
tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh
bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya
yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak terulang kembali.

Prinsip-prinsip pengkajian budaya:

 Jangan menggunakan asumsi.

 Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit,orang Jawa
halus.

 Menerima dan memahami metode komunikasi.

 Menghargai perbedaan individual

 Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien.

10
 Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi.

4. Instrumen Pengkajian Budaya

Sejalan berjalannya waktu,Transkul tural in Nursing mengalami perkembangan olch beberapa


ahli, diantaranya:

a. Sunrise model (Leininger)

Yang terdiri dari komponen:

1) Faktor teknbologi (Technological Factors)

 Persepsi sehat-sakit

 Kebiassaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan

 Alasan mencari bantuan/pertolongan medis

 Alasan memilih pengobatan alternative

 Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam mengatasi masalah kesehatan

2) Faktor agama atau falsafah hidup (Religious & Philosophical factors)

 Agama yang dianut

 Status pemi ka han

 Cara pandang terhadap penyebab penyakit

 Cara pengo ba tan kebiasaan agama yang positif terhadap kesehatan

3) Faktor sosial dan keterikatan kelluarga (Kinship & Social Factors)

 Nama lengkap & nama panggilan

 Umur & tempat lahir.jenis kelamin

 Status,tipe keluarga.hubungan klien dengan keluarga Pengambilan keputusan dalam


keluarga

11
4) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and lifeways)

 Posisi/ jabatan yang dipegang dalam keluanga dan komunitas

 Bahasa yang digunak an

 Kebiasan yang berhubungan dengan makanan & pola makan

 Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan aktifitas sehari-hari

5) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political&& legal Factors)

Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya, meliputi:

 Peraturan dan kebijakan jam berkunjung

 Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu

 Cara pembayaran

6) Faktor ekonomi (Economical Factors)

 Pekerjaan

 Tabungan yang dimiliki oleh keluarga

 Sumber biaya pengobatan

 Sumber lain ; penggantian dari kantorasuransi dll.

 Patungan antar anggota keluarga

7) Faktor Pendidikan (Educational Factors)

 Tingkat pendidikan klien

 Jenis pendidikan

 Tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif

12
 Pengetahuan tentang sehat-sakit

b. Keperawatan transkultural model Giger & Davidhizar

Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu kebudayaan,pengkajian
keperawatan transkultural model ini meliputi:

1) Komunikasi (Communication)

Bahasa yang digunakan,intoasi dan kualitas suara,pengucapan (pronounciation), penggunaan


bahasa non verbal, penggunaan 'diam'

2) Space (ruang gerak)

Tingkat rasa nyaman, hubungan kedekatan dengan orang lain,persepsi tentang ruang gerak dan
pergerakan tubuh.

3) Orientasi social (social orientastion)

Budaya, etnisitas, tempat, peran dan fungsi keluarga, pekerjaan, waktu luang, persahabatan dan
kegiatan social keaganmaan.

4) Waktu (time)

Penggunaan waktu, definisi dan pengukuran waktu, waktu untuk bekerja dan menjalin hubungan
social, orientasi waktu saat ini, masa lalu dan yang akan datang.

5) Kontrol lingkungan (environmental control)

Nilai-nilai budaya, definisi tentang sehat-sakit, budaya yang berkaitan dengan sehat-sakit.

6) Variasi biologis (Biological variation)

Struktur tubuh, warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya seperti;eksistensi enzim dan genetik,
penyakit yang spesifik pada populasi tertentu, kerentanan terhadap penyakit tertentu,
kecenderungan pola makan dan karakteristik psikologis, koping dan dukungan social.

c. Keperawatan transkulural model Andrew & Boyle

13
Komponen-komponenya meliputi:

1) Identitas budaya

2) Ethnohistory

3) Nilai-nilai budaya

4) Hubungan kekeluargaan

5) Kepercayaan agama dan spiritual

6) Kode etik dan moral

7) Pendidikan

8) Politik

9) Status ekonomi dan social

10) Kebiasaan dan gaya hidup

11) Faktor/sifat-sifat bawaan

12) Kecenderungan individu

13) Profesi dan organisasi budaya

Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self assessment) dan pada klien,
Kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi transkulturalnya melalui media: verbal, non
verbal & teknologi, untuk tercapainya lingkungan yang kondusif bagi kesehatan dan
kesejahteraan klien.

5. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan.(Giger and Davidhizar,
1995).Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan
transkultural yaitu:

14
a. gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur

b. gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural

c. ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

6. Perencanaan Dan Pelaksanaan

Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses


keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi
yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang
budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995).

Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995)
yaitu :

 Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan,

 Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan

 Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.

a. Cultural care preservation/maintenance

1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat

2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien

3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

b. Cultural careaccomodation/negotiation

1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien

2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan

3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negos iasi dimana

kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.

15
c. Cultual care repartening/reconstruction

1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya

2) Tentukan tingkat perbe daan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok

3) Gunakan pihak ketiga bila perlu

4) Terjemahkan teminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh
klien dan orang tua

5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirmya akan
memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan
timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan
hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

7. Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang


mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak
sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

D. PENGERTIAN PERILAKU MENYIMPANG

Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma dalam
masyarakat. Sedangkan pelaku yang melakukan penyimpangan itu disebut devian (deviant).
Adapun perilaku yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat disebut
konformitas.

Ada beberapa definisi perilaku menyimpang menurut sosiologi, antara lain sebagai berikut:

16
1. James Vender Zender

Perilaku menyimpang adalah perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas
toleransi oleh sejumlah besar orang.

2. Bruce J Cohen

Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan
kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat

3. Robert M.Z. Lawang

Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku
dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu
untuk memperbaiki perilaku tersebut.

E. CIRI-CIRI PERILAKU MENYIMPANG

Menurut Paul B Horton penyimpangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Penyimpangan harus dapat didefinisikan, artinya penilaian menyimpang tidaknya suatu


perilaku harus berdasar kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya

2. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak.

3. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak, artinya perbedaannya ditentukan oleh


frekuensi dan kadar penyimpangan.

4. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal, artinya budaya ideal adalah
segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Antara budaya nyata
dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan

5. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Norma penghindaran adalah pola


perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang
nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka

6. Penyimpangan sosial bersifat adaptif, artinya perilaku menyimpang merupakan salah satu cara
untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.

17
F. SIFAT-SIFAT PENYIMPANGAN

Penyimpangan sebenarnya tidak selalu berarti negatif, melainkan ada yang positif. Dengan
demikian, penyimpangan sosial dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penyimpangan
positif dan penyimpangan negatif.

1. Penyimpangan positif

Penyimpangan positif merupakan penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai sosial yang
didambakan, meskipun cara yang dilakukan menyimpang dari norma yang berlaku. Contoh
seorang ibu yang menjadi tukang ojek untuk menambah penghasilan keluarga.

2. Penyimpangan negative

Penyimpangan negatif merupakan tindakan yang dipandang rendah, melanggar nilai-nilai sosial,
dicela dan pelakunya tidak dapat ditolerir masyarakat. Contoh pembunuhan, pemerkosaan,
pencurian dan sebagainya.

G. JENIS-JENIS PERILAKU PENYIMPANGAN

Menurut Lemert (1951) Penyimpangan dibagi menjadi dua bentuk yaitu penyimpangan
primer dan sekunder.

1. Penyimpangan Primer

Penyimpangan yang dilakukan seseorang akan tetapi si pelaku masih dapat diterima masyarakat.
Ciri penyimpangan ini bersifat temporer atau sementara, tidak dilakukan secara berulang-ulang
dan masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Contohnya: pengemudi yang sesekali melanggar lalu
lintas.

2. Penyimpangan Sekunder

Penyimpangan yang dilakukan secara terus menerus sehingga para pelakunya dikenal sebagai
orang yang berperilaku menyimpang. Misalnya orang yang mabuk terus menerus. Contoh
seorang yang sering melakukan pencurian, penodongan, pemerkosaan dan sebagainya.
Sedangkan menurut pelakunya, penyimpangan dibedakan menjadi penyimpangan individual dan
penyimpangan kelompok.

18
3. Penyimpangan individual

Penyimpangan individual adalah penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang atau individu
tertentu terhadap norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Contoh: seseorang yang
sendirian melakukan pencurian.

4. Penyimpangan kelompok

Penyimpangan kelompok adalah penyimpangan yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap
norma-norma masyarakat. Contoh geng penjahat.

H. SEBAB TERJADI PERILAKU MENYIMPANG

Penyimpangan sebagai akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna. Karena
ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, seorang
individu tidak mampu membedakan perilaku yang pantas dan yang tidak pantas. Ini terjadi
karena seseorang menjalani proses sosialisasi yang tidak sempurna dimana agen-agen sosialisasi
tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Contohnya seseorang yang berasal
dari keluarga broken home dan kedua orang tuanya tidak dapat mendidik si anak secara
sempurna sehinga ia tidak mengetahui hak-hak dan kewajibanya sebagai anggota keluarga
maupun sebagai anggota masyarakat. Perilaku yang terlihat dari anak tersebut misalnya tidak
mengenal disiplin, sopan santun, ketaatan dan lain-lain.

Penyimpangan karena hasil proses sosialisasi subkebudayaan menyimpang Sub kebudayaan


adalah suatu kebudayaan khusus yang normanya bertentangan dengan norma-norma budaya
yang dominan. Unsur budaya menyimpang meliputi perilaku dan nilai-nilai yang dimiliki oleh
anggota-anggota kelompok yang bertentangan dengan tata tertib masyarakat. Contoh kelompok
menyimpang diantaranya kelompok penjudi, pemakai narkoba, geng penjahat, dan lain-lain.

Penyimpangan sebagai hasil proses belajar yang menyimpang,proses belajar ini melalui
interaksi sosial dengan orang lain, khususnya dengan orang-orang berperilaku menyimpang yang
sudah berpengalaman. Penyimpangan inipun dapat belajar dari proses belajar seseorang melalui
media baik buku, majalah, koran, televisi dan sebagainya.

19
BAB II

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keperawatan Transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan
kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan,Meningkatkan perilaku sehat sesuai
dengan latar belakang budaya. Hal ini dipelajari dimulai dari kehidupan biologis sebelumnya,
kehidupan psikologis,kehidupan spiritualnya. Pelaksanaan dan perencanaan prose keperawatan
transkultural tidak dapat dipaksakan begitu saja kepada klien sebelum perawat memahami,
sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien, penyesuaian diri sangatlah
diperlukan dalam aplikasi keperawatan Traanskultural.Perilaku menyimpang merupakan tingkah
laku yang melanggar hukum,peraturan dan nilai yang berlaku di masyarakat yang dijunjung
tinggi, sehingga menimbulkan kehancuran bagi kehidupan remaja itu sendiri, orang lain dan
lingkungan alam sekitarnya.

B. SARAN

Setelah membaca dan memahami isi makalah diharapkan bisa memahami teori sunrise model
menurut Leininger, serta bagaimana aplikasi teori tersebut dalam proses keperawatan. Dengan
adanya teori leininger tersebut maka perbedaan budaya yang dimiliki setiap pasien dan perawat
itu sendiri, tidak akan berpengaruh pada proses asuhan keperawatan pada pasien dikarenakan
telahmengetahui dan memahami teori sunrise model dari leininger serta perilaku menyimpang.

20
DAFTAR PUSTAKA

 Leininger.M & McFarland.M.R,(2002),Transcultural Nursing:Concepts

 Barker, Chris. 2011. Cultural studies. Teori dan praktik. Yogyakarta: Kreasi wacana.

 Potter Patricia A & Anne G Perry. 2010. Fundamental of Nursing: Edisi 7. Jakarta:

 Storey, John,. 2007. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop, terj. Laily
Rahmawati,Jalasutra

 Rahman, Taupik, dkk, Sosiologi 1 Suatu Kajian Kehidupan MAsyarakat, Jakarta; Yudistira,
2007

 Thalib, Syamsul Bahri, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, cet ke
1,Jakarta; Kencana, 2010

21

Anda mungkin juga menyukai