Tentang
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Safira
PRODI KEPERAWATAN
STIKES ALIFAH PADANG
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya membahas mengenai Kajian Budaya Serta
Perilaku Menyimpang
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun saya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I (PENDAHULUAN)
LATAR BELAKANG........................................................................................1
TUJUAN PENULISAN......................................................................................2
BAB II (PEMBAHASAN)
SIFAT-SIFAT PENYIMPANGAN....................................................................18
KESIMPULAN...................................................................................................20
SARAN ...............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah Transcultural Nursing
Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks
keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang
adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan
bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam
penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan olch perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan
munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Salah
satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa
dacrah atau negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan
berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya
dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia
mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk
bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap
1
telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan
berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan
B. TUJUAN
Mampu memahami bagaimana cara melakukan pengkajian budaya dan aplikasi teori
transcultural nursing dalam asuahan keperawatan serta perilaku menyimpang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Perawat perlu memahami budaya untuk mengembangkan sains dan pohon
keilmuan yang humans sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang
spesifik dan universal. Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai norma
spesifik yang tidak dimiliki kelompok lain, seperti bahasa. Sedangkan kultur yang
universal adalah nilai atau norma yang diyakini dan dilakukan hampir oleh semua
kultur, seperti budaya olahraga membuat badan sehat dan bugar. Dalam
melaksanakan praktik keperawatan yang bersifat humanis, perawat perlu
memahami landasan teori dan praktik keperawatan yang berdasarkan budaya
(Kozzier dan Erb, 2010). Budaya memiliki dua komponen, yaitu nyata (mudah dilihat) dan
tersembunyi (kurang terlihat). Diantara dua komponen budaya tersebut, yang paling sering menja
di penggerak terbesar di balik praktik nyata seseorang adalah
sistem nilai kepercayaan tersembunyi. Sebagai contoh, meskipun seorang yang beragama Sikh m
udah dikenali dengan benda-
benda yang dikenakannya (rambutyang tidak dipotong, menggunakan sisir kayu, janggut, ikat ke
3
pala, pakaian dalam
dari bahan katun, gelang besi, dan pisau pendek), perawat tidak dapat menilai arti
dan kepercayaan berhubungan dengan benda-benda tersebut tanpa penilaian lebih lanjut. Benda-
benda tersebut menggambarkan kesetiaan mereka terhadap filosofi Sikhism, dan memindahkan
benda-benda tersebut tanpa izin dari individu tersebut
atau keluarganya merupakan tindakan yang melanggar kesucian dan menghinaidentitas agama m
ereka (Jambunathan, 2003 dalam Perry dan Potter, 2010).
Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita ketahui apa arti
kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system gagasan, tindakan, hasil karya
manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat.
(Koentjoroningrat, 1986).
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang dapat dikembangkan
dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Teori transkultural dari keperawatan berasal dari
disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan
konteks atau konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan
nilai-nilai cultural yang melekat dalam masyarakat.Menurut Leinenger, sangat penting
memperhatikan keragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada
klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya.Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat
yang humanis yang difokuskan pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk
4
mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural
sesuai latar belakang budaya. Sedangkan menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural
adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang
perbedaan budaya.Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi,menguji,
mengerti dan menggunakan noma pemahaman keperawatan transcultural dalam meningkatkan
kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring,
caring adalah esensi dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Perilaku caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga meninggal dunia.
Human caring merupakan fen om ena uni versal dimana, ekspresi, struktur polanya bervariasi
diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.
a. Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari,dibagi serta memberi
petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
b. Nilai budaya
Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan yang dipertahankan
pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan
d. Etnosentris
Budaya-budaya yang dimiliki olch orang lain adalah persepsi yang dimiliki individu
menganggap budayanya adalah yang terbaik Etnis Berkaitan dengan mausia ras tertentu atau
kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.Ras Perbedaan
macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia. Jenis ras umum
dikenal kaukasoid,negroid,mongoloid.
5
g. Etnografi: lImu budaya
h.Care
Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku pada individu,
keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuh ik ebutuhan baik actual maupun
potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia
i. Caring
Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu,
keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan
kondisi kehidupan manusia
j. Culture care
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi digunakan untuk
membimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang bertahan hidup dalam keterbatasan dan
mencapai kematian dengan damai
k. Cultural imposition
a.Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilaidan norma-norma
yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger
6
(1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
b.Sehat
Kesehatan adalah keselunuhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya,
terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan
dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat
yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang
sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yangadaptif (Andrew
and Boyle, 1995).
c. Lingkun gan
d. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktikkeperawatan yang
diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan
memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Stategi yang digunakan dalam asuhan
keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya,mengakomodasi/negoasiasi budaya
dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
7
Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistenm perawatan yang
dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan keperawatan.Tindakan
keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsipasuhan keperawatan yaitu:
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan
yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya,misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan keschatan. Perawat membantu
klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan,misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis,maka ikan
dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak
merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lcbih menguntungkan dan sesuai
dengan keyakinan yang dianut.
8
Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen yang ada pada'"Sunrise Model" yaitu:
Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan kebenaran
diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
Perawat pada tahap ini hanus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap,nama panggilan, umur dan
tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga
dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang di
anggap baik atau buruk. Norma -norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu di kaji pada factor ini adalah posisi
dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,kebiasaan makan,
makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-
hari dan kebiasaan membersihkan diri.
c. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
9
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995 ). Yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung,jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk
Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk
membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat
diantaranya: pekerjaan klien,sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar
anggota keluarga.
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur formal
tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh
bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya
yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak terulang kembali.
Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit,orang Jawa
halus.
10
Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi.
Persepsi sehat-sakit
11
4) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and lifeways)
Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan aktifitas sehari-hari
Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya, meliputi:
Cara pembayaran
Pekerjaan
Jenis pendidikan
12
Pengetahuan tentang sehat-sakit
Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu kebudayaan,pengkajian
keperawatan transkultural model ini meliputi:
1) Komunikasi (Communication)
Tingkat rasa nyaman, hubungan kedekatan dengan orang lain,persepsi tentang ruang gerak dan
pergerakan tubuh.
Budaya, etnisitas, tempat, peran dan fungsi keluarga, pekerjaan, waktu luang, persahabatan dan
kegiatan social keaganmaan.
4) Waktu (time)
Penggunaan waktu, definisi dan pengukuran waktu, waktu untuk bekerja dan menjalin hubungan
social, orientasi waktu saat ini, masa lalu dan yang akan datang.
Nilai-nilai budaya, definisi tentang sehat-sakit, budaya yang berkaitan dengan sehat-sakit.
Struktur tubuh, warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya seperti;eksistensi enzim dan genetik,
penyakit yang spesifik pada populasi tertentu, kerentanan terhadap penyakit tertentu,
kecenderungan pola makan dan karakteristik psikologis, koping dan dukungan social.
13
Komponen-komponenya meliputi:
1) Identitas budaya
2) Ethnohistory
3) Nilai-nilai budaya
4) Hubungan kekeluargaan
7) Pendidikan
8) Politik
Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self assessment) dan pada klien,
Kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi transkulturalnya melalui media: verbal, non
verbal & teknologi, untuk tercapainya lingkungan yang kondusif bagi kesehatan dan
kesejahteraan klien.
5. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan.(Giger and Davidhizar,
1995).Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan
transkultural yaitu:
14
a. gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995)
yaitu :
Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan,
Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
b. Cultural careaccomodation/negotiation
15
c. Cultual care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbe daan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
4) Terjemahkan teminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh
klien dan orang tua
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirmya akan
memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan
timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan
hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
7. Evaluasi
Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma dalam
masyarakat. Sedangkan pelaku yang melakukan penyimpangan itu disebut devian (deviant).
Adapun perilaku yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat disebut
konformitas.
Ada beberapa definisi perilaku menyimpang menurut sosiologi, antara lain sebagai berikut:
16
1. James Vender Zender
Perilaku menyimpang adalah perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas
toleransi oleh sejumlah besar orang.
2. Bruce J Cohen
Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan
kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat
Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku
dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu
untuk memperbaiki perilaku tersebut.
4. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal, artinya budaya ideal adalah
segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Antara budaya nyata
dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan
6. Penyimpangan sosial bersifat adaptif, artinya perilaku menyimpang merupakan salah satu cara
untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.
17
F. SIFAT-SIFAT PENYIMPANGAN
Penyimpangan sebenarnya tidak selalu berarti negatif, melainkan ada yang positif. Dengan
demikian, penyimpangan sosial dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penyimpangan
positif dan penyimpangan negatif.
1. Penyimpangan positif
Penyimpangan positif merupakan penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai sosial yang
didambakan, meskipun cara yang dilakukan menyimpang dari norma yang berlaku. Contoh
seorang ibu yang menjadi tukang ojek untuk menambah penghasilan keluarga.
2. Penyimpangan negative
Penyimpangan negatif merupakan tindakan yang dipandang rendah, melanggar nilai-nilai sosial,
dicela dan pelakunya tidak dapat ditolerir masyarakat. Contoh pembunuhan, pemerkosaan,
pencurian dan sebagainya.
Menurut Lemert (1951) Penyimpangan dibagi menjadi dua bentuk yaitu penyimpangan
primer dan sekunder.
1. Penyimpangan Primer
Penyimpangan yang dilakukan seseorang akan tetapi si pelaku masih dapat diterima masyarakat.
Ciri penyimpangan ini bersifat temporer atau sementara, tidak dilakukan secara berulang-ulang
dan masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Contohnya: pengemudi yang sesekali melanggar lalu
lintas.
2. Penyimpangan Sekunder
Penyimpangan yang dilakukan secara terus menerus sehingga para pelakunya dikenal sebagai
orang yang berperilaku menyimpang. Misalnya orang yang mabuk terus menerus. Contoh
seorang yang sering melakukan pencurian, penodongan, pemerkosaan dan sebagainya.
Sedangkan menurut pelakunya, penyimpangan dibedakan menjadi penyimpangan individual dan
penyimpangan kelompok.
18
3. Penyimpangan individual
Penyimpangan individual adalah penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang atau individu
tertentu terhadap norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Contoh: seseorang yang
sendirian melakukan pencurian.
4. Penyimpangan kelompok
Penyimpangan kelompok adalah penyimpangan yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap
norma-norma masyarakat. Contoh geng penjahat.
Penyimpangan sebagai akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna. Karena
ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, seorang
individu tidak mampu membedakan perilaku yang pantas dan yang tidak pantas. Ini terjadi
karena seseorang menjalani proses sosialisasi yang tidak sempurna dimana agen-agen sosialisasi
tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Contohnya seseorang yang berasal
dari keluarga broken home dan kedua orang tuanya tidak dapat mendidik si anak secara
sempurna sehinga ia tidak mengetahui hak-hak dan kewajibanya sebagai anggota keluarga
maupun sebagai anggota masyarakat. Perilaku yang terlihat dari anak tersebut misalnya tidak
mengenal disiplin, sopan santun, ketaatan dan lain-lain.
Penyimpangan sebagai hasil proses belajar yang menyimpang,proses belajar ini melalui
interaksi sosial dengan orang lain, khususnya dengan orang-orang berperilaku menyimpang yang
sudah berpengalaman. Penyimpangan inipun dapat belajar dari proses belajar seseorang melalui
media baik buku, majalah, koran, televisi dan sebagainya.
19
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keperawatan Transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan
kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan,Meningkatkan perilaku sehat sesuai
dengan latar belakang budaya. Hal ini dipelajari dimulai dari kehidupan biologis sebelumnya,
kehidupan psikologis,kehidupan spiritualnya. Pelaksanaan dan perencanaan prose keperawatan
transkultural tidak dapat dipaksakan begitu saja kepada klien sebelum perawat memahami,
sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien, penyesuaian diri sangatlah
diperlukan dalam aplikasi keperawatan Traanskultural.Perilaku menyimpang merupakan tingkah
laku yang melanggar hukum,peraturan dan nilai yang berlaku di masyarakat yang dijunjung
tinggi, sehingga menimbulkan kehancuran bagi kehidupan remaja itu sendiri, orang lain dan
lingkungan alam sekitarnya.
B. SARAN
Setelah membaca dan memahami isi makalah diharapkan bisa memahami teori sunrise model
menurut Leininger, serta bagaimana aplikasi teori tersebut dalam proses keperawatan. Dengan
adanya teori leininger tersebut maka perbedaan budaya yang dimiliki setiap pasien dan perawat
itu sendiri, tidak akan berpengaruh pada proses asuhan keperawatan pada pasien dikarenakan
telahmengetahui dan memahami teori sunrise model dari leininger serta perilaku menyimpang.
20
DAFTAR PUSTAKA
Barker, Chris. 2011. Cultural studies. Teori dan praktik. Yogyakarta: Kreasi wacana.
Potter Patricia A & Anne G Perry. 2010. Fundamental of Nursing: Edisi 7. Jakarta:
Storey, John,. 2007. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop, terj. Laily
Rahmawati,Jalasutra
Rahman, Taupik, dkk, Sosiologi 1 Suatu Kajian Kehidupan MAsyarakat, Jakarta; Yudistira,
2007
Thalib, Syamsul Bahri, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, cet ke
1,Jakarta; Kencana, 2010
21