Anda di halaman 1dari 4

Globalisasi dan Perspektif Transkultural

dalam Keperawatan

A. Perspektif transkultural dalam keperawatan

Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21,


termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar.
Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara (imigrasi)
dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.

B. Globalisasi dan Perspektif Transkultural


Globalisasi dan perspektif transkultural dalam keperawatan adalah keperawatan
yang berfokus pada studi komparatif dan analisa pada perbedaan budaya.berhubungan
dengan kepedulian akan perilaku, keperawatan, dan nilai sehat-sakit, serta kepercayaan
suatu masyarakat.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan
untuk memberikan keperawatan dalam kebudayaan khusus dan kebudayaan universal.

C. Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan


Kesehatan
Dunia saat ini sedang mengalami era globalisasi. Globalisasi memungkinkan
adanya perpindahan penduduk (imigrasi) antar negara atau daerah yang menyebabkan
peningkatan jumlah penduduk dalam negara, baik populasi maupun variasinya. Menurut
United Nations Population Fund (2011), pada akhir bulan oktober tahun 2011 jumlah
penduduk dunia akan mencapai tujuh miliar penduduk. Ini memungkinkan adanya
multikultural atau variasi kultur pada suatu wilayah. Berdasar pada hal tersebut, penting
bagi setiap tenaga kesehatan profesional termasuk perawat untuk mengetahui dan
bertindak dengan perspektif global bagaimana merawat pasien dengan berbagai macam
latar belakang kultur atau budaya yang berbeda dari berbagai tempat di dunia saat ini.
Penanganan pasien dengan perbedaan latar belakang budaya disebut dengan transkultural
nursing.
Menurut Leininger (2002), transkultural nursing adalah suatu area/wilayah
keilmuan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang
perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit
didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia, yang dalam penggunaannya bertujuan untuk mengembangkan sains dan pohon
keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik
dan universal kultur dengan nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan dilakukan
hampir semua kultur, misalnya seperti budaya minum the yang dapat membuat tubuh
sehat.
Berdasarkan definisi Leininger diatas, dalam melaksanakan praktik keperawatan
yang bersifat humanis, perawat perlu memahami landasan teori dan praktik keperawatan
yang berdasarkan budaya. Budaya yang telah menjadi kebiasaan tersebut diterapkan
dalam asuhan keperawatan transkultural berdasarkan kerangka kerja keperawatan
transkultural yang dikenal dengan Leininger Sunrise Model (Leininger, 2002) dan tiga
strategi utama intervensi Leininger, yaitu pemeliharan terhadap budaya, negosiasi budaya
dan merestrukturisasi budaya.

D. Konsep dalam Transcultural Nursing


1. Caring
Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan klien untuk meningkatkan kondisi kehidupan.
2. Cultural care
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang
digunakan untuk mendukung klien untuk mempertahankan kesehatan.
3. Etnosentris
Persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah
yang terbaik di antara budaya lain
4. Cultural imposition
Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik, dan
nilai di atas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh
perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
5. Care
Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku
pada individu, keluarga, kelompok untuk meningkatkan kondisi dan kualitas
kehidupan manusia
6. Diskriminasi
Perlakuan yang berbeda terhadap individu atau kelompok berdasarkan ras, etnis,
gender, kelas sosial.
7. Cultural Shock
Rasa ketidaknyamanan yang muncul pada pasien sebagai akibat perawat tidak
mampu beradaptasi dengan nilai budaya dan kepercayaan.
8. Cultural pain
Dibagi menjadi dua, yaitu public pain (rasa sakit atau nyeri yang dinyatakan oleh
orang tersebut) dan private pain (pasien tidak mengatakan mengenai rasa
nyerinya).
9. Cultural variation
Variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan
budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan
termasuk kepekaan terhadap lingkungan.
10. Stereotyping
Menganggap semua anggota suatu kebudayaan atau etnis sama.

E. Prinsip-prinsip asuhan keperawatan transkultural


 Semua kebudayaan manusia mempunyai gaya hidup, asuhan keperawatan, dan
metode pengobatan yang berbeda, dan perawat harus memahami untuk dapat
bekerja secara efektif dengan orang lain.
 Asuhan keperawatan adalah kebutuhan dasar manusia dan merupakan fokus
dominan pada keperawatan.
 Memahami kebudayaan sendiri adalah langkah penting pertama untuk dapat
memahami kebudayaan lain.
 Tiap orang memiliki hak untuk dihormati, dipahami, dikenal nilai budayanya, dan
mendapatkan asuhan keperawatan dan pelayanan kesehatan yang lain.
 Asuhan keperawatan trankultural berhubungan dengan kepercayaan,
perbandingan nilai, dan praktik kebudayaan tertentu untuk menyediakan praktik
layanan kesehatan yang spesifik, aman, dan berarti.
 Perawat menggunakan pengetahuan asuhan budaya humanis dan ilmiah untuk
menyediakan asuhan keperawatan pada klien dengan kebudayaan yang berbeda-
beda.
 Memahami perbedaan asuhan budaya dan kesamaannya akan membuat perawat
menghormati dan membantu pasien untuk sembuh, mencegah penyakit, dan
menghindari kematian prematur.
 Kemampuan perawat untuk berbicara bahasa klien akan mempermudah
pemahaman apa yang dialami oleh klien.
 Jika gaya hidup, nilai, dan ekspresi budaya terasa mustahil, perawat tetap harus
mencoba untuk memahami klien tersebut.
 Setiap budaya, asuhan, penyembuhan, dan praktik kesehatan dipengaruhi oleh
pandangan dunia, konteks lingkungan, dan struktur sosial.
 Budaya biasanya mempunyai dua tipe utama sistem asuhan keperawatan, yaitu
generik dan profesional.
 Budaya mempunyai cara sendiri untuk memelihara kesehatan menghadapi
kematian, mengalami hal yang tidak menyenangkan, dan krisis.
 Praktik keperawatan di Barat dan non-Barat mempunyai perbedaan utama yang
perlu dipahami ketika merencanakan dan menyediakan asuhan keperawatan.
F. Fenomena Budaya
Budaya menentukan persepsi tentang kesehatan, bagaimana informasi perawatan
kesehatan diterima, bagaimana hak dan perlindungan dilaksanakan, apa yang dianggap
sebagai masalah kesehatan dan bagaimana gejala serta kekhawatiran mengenai masalah
kesehatan diungkapkan, siapa yang harus memberikan pengobatan dan bagaimana, serta
jenis pengobatan apa yang harus dilakukan .
Konflik budaya juga dapat muncul dalam proses keperawatan. Konflik budaya
yang muncul dapat berupa etnosentrisme, pemikiran bahwa cara hidup yang dianut lebih
baik dibandingkan dengan budaya lain. Hal ini menyebabkan adanya pilihan untuk
mengabaikan budaya dan menggunakkan nilai-nilai dan gaya hidup mereka sebagai
petunjuk dalam berhubungan dengan klien dan menafsirkan tingkah laku mereka.
Maka dari itu, diperlukan pelayanan kompeten secara budaya, yaitu kemampuan
perawat menghilangkan perbedaan dalam pelayanan, bekerja sama dengan budaya yang
berbeda, serta membuat klien dan keluarganya mencapai pelayan yang penuh arti dan
suportif. Contohnya, perawat yang mengetahui tentang kebudayaan kliennya, maka
perawat memerlukan dukungan dalam menyesuaikan keadaan klien. Klien juga
membutuhkan informasi, perundingan, dan permintaan

SUMBER :

Azwar, A., Destanti, L., & Keperawatan, F. I. (2011). Keperawatan Beserta Aplikasinya.

Efy Afifah. (2010). RINGKASAN MATERI Unit 2 KERAGAMAN BUDAYA DAN PERSPEKTIF
TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN.
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/afifah/material/transkulturalnursing.pdf

Leininger. (1994). Konsep teori keperawatan transkultural .

Anda mungkin juga menyukai