Anda di halaman 1dari 3

A.

Asumsi Dasar Keperawatan Transkultural

asumsi dasar keperawatan transkultural, yaitu perilaku caring. Secara literal, caring
sendiri adalah sebuah kata dalam bahasa Inggris yang berarti peduli. Kemudian jika dihubungkan
dengan konsep keperawatan maka caring adalah esensi utama dari keperawatan. Caring juga
yang membedakan keperawatan dengan konsep lainnya, serta konsep caring ini seharusnya juga
mampu mendominasi, serta mempersatukan berbagai tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
seluruh praktisi dalam alur asuhan keperawatan. Caring adalah sebuah tindakan yang dilakukan
oleh seluruh elemen dalam asuhan keperawatan dalam rangka memberikan dukungan kepada
individu secara utuh. Seharusnya, perilaku caring ini diberikan kepada manusia sejak lahir,
hingga masa perkembangan dan pertumbuhan, sampai manusia itu pada akhirnya meninggal.
Perilaku caring ini secara umum dikatakan sebagai berbagai hal yang berkaitan dengan dukungan
dan bimbingan kepada manusia yang dilakukan secara utuh. Dan dalam konteks keperawatan
transkultural, human caring ini adalah sebuah fenomena universal, dimana ekspresi, struktur dan
polanya amat beragam dan bervariasi, tergantung latar sosial-kultur dimana proses ini
diaplikasikan.(Putri, 2017)

B. Asumsi Dasar Teori Leininger

Teori Leininger tentang keberagaman pelayanan berdasarkan kultur dan universitas


menyatakan bahwa kasih sayang merupakan inti dari keperawatan, dominan, karakteristik dan
ciri khas keperawatan. Tujuan teori leininger adalah menyediakan bagi klien pelayanan
kesehatan spesifik secara cultural. Untuk memberikan asuhan keperawatan bagi klien dengan
kultur tertentu, perawat perlu memperhitungkan tradisi kultur klien, nilai-nilai dan kepercayaan
ke dalam rencana perawatan (Potter dan Perry, 2009)

Setelah menyelesaikan pendidikannya sebagai perawat pskiatrik, Leininger melanjutkan


studinya di bidang antropologi kultural. Sebagai ahli antropologi, ia melakukan banyak praktik
kerja dan penelitian di berbagai kultur dan subkultur. Hal ini menghasilkan dikembangkannya
konsep kerangka kerja pemberian asuhan transcultural, yang mengakui adanya perbedaan
(diversitas) dan persamaan (universalitas) dalam pemberian asuhan di budaya yang berbeda
(Basford dan Slevin, 2006)
Menurut Leininger, ketidak mampuan memahami budaya orang lain atau pasien akan
menyebabkan perawatan mengalami “culture shock” atau penolakan. Culture shock terjadi
apabila seseorang memasuki atau berhubungan dengan kelompok budaya yang berbeda.
Seseorang tersebut akan merasa tidak nyaman, merasa tidak berguna dan mengalami disorientasi
sebab adanya perbedaan nilai budaya, kepercayaan dan praktik culture shock mengakibatkan
kemarahan. Keadaan ini dapat dihindari dengan mempelajari terlebih dahulu kebudayaan suatu
tempat, individu, kelompok sebelum kita masuk ke tempat tersebut. Leininger menyebut asuhan
keperawatan berbasis budaya dengan istilah asuhan budaya atau etnonursing

Terdapat beberapa asumsi yang dikemukakan oleh Leininger, yaitu (Basford dan Slevin,
2006; Jarosova, 2014 dalam Nur Aini, 2018):

a. Perawatan sangat penting untuk pertumbuhan, perkembangan, kelangsungan hidup, dan


kematian.
b. Perawatan sangat penting untuk pengobatan (curing) dan penyembuhan, karena tidak ada
pengobatan (curing) tanpa perawatan (caring).
c. Jenis, model, dan proses perawatan berbeda di antara semua budaya yang ada di dunia.
d. Nilai perawatan budaya dan kepercayaan tertanam dalam konteks agama, keluarga,
sosial, politik, budaya (ekonomi dan sejarah).
e. Asuhan keperawatan yang bermanfaat hanya bisa terjadi bila nilai perawatan budaya,
ungkapan atau pola diketahui dan digunakan dengan tepat.
f. Keperawatan bermanfaat memahami perbedaan antara harapan professional perawat dan
klien.
g. Perawat yang beragam secara budaya dan universal dibutuhkan untuk kesehatan dan
kesejahteraan orang-orang, yang merupakan tujuan perawat di seluruh dunia.
h. Setiap budaya manusia memiliki pengetahuan dan praktik perawatan tradisional serta
biasanya juga memiliki perawatan professional.
i. Keperawatan adalah disiplin dan profesi transcultural dengan tujuan utama melayani
manusia.
j. Budaya diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai-nilai kelompok tertentu.
Berdasarkan cara hidup dan pemberian asuhan yang diputuskan, dikembangkan, dan
dipertahankan oleh anggota kelompok tersebut.
k. Asuhan transcultural. Dalam pemberian asuhannya, perawat secara sadar mempelajari
normal-norma nilai, dan dukungan dengan tujuan untuk membantu individu
mempertahankan tingkat kesejahteraannya, memperbaiki cara hidup atau kondisinya dan
belajr menerima batasan-batasan.
l. Diversitas asuhan kultural. Keanekaragaman asuhan kultural mengakui adanya variasi
dan rentang kemungkinan tindakan dalam hal memberikan bantuan dan dukungan.
Keanekaragaman ini berlaku terjadi berdasarkan nilai-nilai, norma-norma, dan cara hidup
kultur atau subkultur tertentu. Dalam hal ini berbagai kebiasaan dan ritual dapat muncul
dari nilai-nilai dan norma-norma budaya tertentu tentang kematian, kesehatan,
seksualitas, dan lain sebagainya.
m. Universalitas asuhan kultural merujuk pada persamaan atau karakteristik universa, dalam
hal memberikan bantuan dan dukungan. Menurut Leininger, karakteristik universal ini
dapat berupa tindakan-tindakan seperti tersenyum dan memberikan bantuan berkaitan
dengan kebutuhan primer.

DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nur. 2018. Teori Model Keperawatan Beserta Aplikasinya dalam Keperawatan. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang.
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Basford Lynn & Oliver Slevin (2006). Teori dan Praktik Keperawatan Pendekatan Integral
Asuhan Pasien;Alih Bahasa, Agung Waluyo. Editor edisi Bahasa Indonesia Monica Ester
SKp. Jakarta : EGC
Putri, Dewi Murdiyanti Prihatin. 2017. Keperawatan Transkultural. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press

Anda mungkin juga menyukai