Kembang
Budaya Nginang dari jawa sudah di lakukan oleh para nenek moyang dari Jawa. Mereka
para nenek moyang kita melakukan itu mungkin sebagai alternatif untuk menjaga
kesehatan gigi bisa juga untuk memperkuat gigi, dalam budaya nginang sering sekali ada
anggapan negatif karena caranya yang masih sederhana, padahal ilmu yang di pakai oleh nenek
moyang orang jawa itu adalah ilmu yang modern untuk menjaga kesehatan gigi dan gusi agar
tetap sehat. Nginang lebih sehat karena sangat alamiah dan tidak ada campuran bahan kimia di
dalamnya. Kandungan yang ada dalam nginang tersusun oleh bahan yang bisa menyehatkan gusi
serta menjaga kekuatan gigi, dan bisa mencegah gigi berlubang, susunan bahan beberapa
campurannya yakni gambir serta daun sirih dikenal sebagai antiseptik. Senyawa fitokimia yang
terkandung di dalamnya dapat mencegah pertumbuhan kuman-kuman penyebab sakit gigi dan
bau mulut. Selain itu nginang juga menggunakan endapan kapur sebagai campuran. Endapan
yang telah membentuk pasta
ini mengandung kalsium, yang diyakini punya manfaat bagi kesehatan gigi dan tulang.
wareg, artinya ajaran orang Jawa mengharapkan berhenti makan sebelum kenyang
sehingga tidak sampai seseorang itu makan berlebihan. Makanan yang dimakan pun agar
tidak mengganggu atau mempercepat kerusakan organ tubuh/fisik diperlakukan
sedemikian rupa, misalnya makanan yang panas harus didinginkan terlebih dahulu
dengan jalan diiliri atau dikipasi atau didinginkan dulu sebelum dimakan, bahkan
dibiarkan untuk sementara waktu ditaruh di atas pogo (tempat penyimpanan makanan
sementara yang terbuka dan terbuat dari bamboo yang digantungkan di dapur).
gizinya kurang lebih setara dengan udang dan cumi, misalnya telur, hati ayam, ikan laut,
dan daging merah.
Sumber:
Foster, Anderson (1986). Antropologi Kesehatan. Jakarta: Grafiti