Disusun oleh :
1
Kata Pengantar
Pertama-tama saya ucapkan terlebih dahulu puji syukur atas kehadirat tuhan
yang maha kuasa karena berkat limpahan rahmatnya, hidayahnya, serta kesehatan
yang diberikannya dapat membuat saya menyusun dan membuat makalah ini dengan
penuh niat agar dapat bermanfaat bagi semua orang meskipun isi dalam makalah ini
sederhana. Tak lupa juga kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang juga
memberikan syaafatnya kepada kita semua.
Harapan kami untuk skenario yang saya buat ini semoga memberikan pengetahuan
dan ilmu yang bermanfaat bagi pembaca sekalian sehingga saya akan merasa
senang karena dapat membagikan ilmu yang beranfaat. Pada skenario ini juga
terdapat banyak sekali kekurangankekurangan sehinnga saya berharap dapat
mengevaluasinya agar dapat menjadi skenario yang lebih baik lagi dari
sebelumnya.saya juga meminta maaf jika ada informasi yang kurang jelas dan kurang
dimengerti oleh pembaca sekalian.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................1
3
BAB 1 PENDAHULUAN
Ada berbagai macam teori keperawatan yang banyak digunakan untuk proses
intervensi keperawatan. Teori-teori keperawatan itu antara lain teori dari Florence
Nightingale, Virginia Henderson, Dorothea Orem, Faye G. Abdellah, Dorothy Johnson,
Betty Neuman, dan Jean Watson. Pada kesempatan kali ini, akan membahas
mengenai teori Virgina Henderson baik meliputi ulasan teorinya maupun
pengaplikasiannya dalam wujud skenario role play.
4
BAB 2 ULASAN TEORI
Harmer dan Henderson (1995, dalam Potter, 2005 : 274) mengemukakan teori
keperawatan Virginia Henderson mencakup seluruh kebutuhan dasar seorang
manusia. Henderson (1964, dalam Potter, 2005 : 274) mendefinisikan keperawatan
sebagai membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas
yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya, dimana individu
tersebut akan mampu mengerjakannya tanpa bantuan bila ia memiliki kekuatan,
kemauan, dan pengetahuan yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan dengan cara
membantu mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin.
5
9 termasuk komponen kebutuhan biologis. Pada poin 10 dan 14 termasuk komponen
kebutuhan psikologis. Lalu pada poin 11 termasuk komponen spiritual. Sedangkan
poin 12 dan 13 termasuk komponen kebutuhan sosiologis.
6
BAB 3 SKENARIO
Pemain :
1. Narrator
2. Pasien
3. Istri Pasien
4. Anak 1 pasien
5. Anak 2 pasien
6. Perawat 1
7. Perawat 2
Karakter :
Pasien (Kezia) bank : Rewel dan tidak semangat, dan merupakan seorang direktur
di ternama
Istri Pasien (Hafa) : Rewel, emosional dan materialistic
Narrator : Pada suatu hari diruang vvip rs Brawijaya kamar 308 ada seorang pasien
bernama bp. Rudi seorang direktur bank ternama dengan diagnosa stroke dengan
7
parese pada ektremitas kanan. Pada saat ini bp. Rudi dan keluarga sangat tergantung
dengan perawat, semua kebutuhan pasien, keluarga selalu meminta perawat untuk
memenuhi kebutuhan pasien, padahal pasien sudah dalam taraf pemulihan, dan
sudah dilatih untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Dialog :
Pasien : “Mi ... Mi......tolong saya mau minum, ambilin jus kiwi saya diatas meja”
Istri Pasien : “Pi mami panggilin perawat saja ya…..(Istri pasien sambil mengangkat
telephon) Halo…. Suster tolong dong kesini suami saya mau minum” Perawat 1 : Baik
bu, saya akan segera kesana….
Perawat 1 : (Mengetuk pintu dan langsung masuk ke ruang pasien) “ya selamat siang
ada yang bisa saya Bantu pak…..”
Istri Pasien : Ini sus suami saya mau minum jus tolong dong minumin suami saya,
saya takut keselek….!
Perawat 1 : Baiklah bu, saya akan bantu (perawat menuju kearah meja untuk
mengambil jus kemudian mengampiri pasien), bapak ini saya ambilkan minumnya,
mari saya bantu bapak untuk minum (perawat membantu memposisikan pasien)
pelan-pelan saja minumnya pak, sudah pak minumnya…..? (sambil mengembalikan
posisi pasien ke posisi semula)
Perawat 1 : Sama-sama pak, saat ini untuk minum bapak bisa lakukan secara mandiri
pak. Caranya yakni bapak bisa lakukan dengan memposisikan badan duduk atau
meninggikan sandaran bapak agar posisi kepala bisa lebih tinggi daripada badan
sehingga saat minum, air tidak tumpah atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Selain itu, untuk mandi, makan atau hal lain yang dapat bapak lakukan sendiri itu lebih
baik pak, karena hal tersebut dapat mempercepat proses kesembuhan bapak. Baik,
8
kalau begitu saya pamit dulu pa, bu, kalau ada apa-apa silahkan hubungi nurse station
(perawat meninggalkan ruangan pasien sambil menutup pintu kembali)
Anak 1 Pasien : Halo….pi…gimana kabarnya hari ini, udah lebih baik kan pi..?
Pasien : Ya seperti ini lah nak, tapi papi udah ngerasa agak mendingan, nak papi
rasanya ingin mandi, bisa tolong lap in papi nak, soalnya papi ngerasa gerah
Anak 1 Pasien : Lho bukannya papi sudah diajarin mandiri sendiri sama suster ?
Pasien : Iya memang papi sudah diajarin, tapi masih belum sepenuhnya papi
bisa lakukan
Anak 1 Pasien : Ya udah, aku siapin dulu ya pi (anak pasien menuju ke kamar mandi
untuk menyiapkan peelengkapan mandi)
Anak 2 Pasien : Ihh… ngapain si kak, udah lah biarin aja, ribet banget
Istri Pasien : Eee…ngapain? Biarin aja suster yang ngerjain mumpung masih di rumah
sakit, lagian kan kita udah bayar mahal”. (sambil bergegas menuju pesawat telp untuk
memanggil suster) “halo suster bisa minta tolong kesini”
Anak 2 Pasien : Tuh, dengerin kata mami, lagi pula disini kan ada suster, jadi yaudah
lah
Istri Pasien : Ini suster, suami saya mau mandi, bisa tolong bantu dia untuk
memandikan ?
Perawat 1 : Baik ibu, tapi kemarin bapak sudah bisa mandi sendiri
: Sekarang saya males suster, sebenarnya saya mau anak saya yang
Pasien
ngelapin
9
: Oo.. begitu ya pak, kalau saya boleh tau sekarang apa yang bapak
Perawat 1
rasakan ?
Pasien : Lemes aja sus, rasanya males untuk melakukan sesuatu
: Jadi, sebenarnya ketika melihat hasil pemeriksaan yang sebelumnya
Perawat 1 sudah
dilakukan, bapak seharusnya lebih banyak melakukan latihan fisik, agar dapat segera
pulih,
seperti itu pak
Pasien : Iya sus, tapi kan sekarang saya lagi ngerasa males buat melakukan sesuatu
sus
Istri Pasien : Udahlah sus, jangan dipaksain! Suster ajalah yang mandiin suami saya
Perawat 1 : Atau begini saja pak, sekarang saya bantu bapak ke kamar mandi, nanti
bapak mandi sendiri sebisa bapak, bagaimana ?
Perawat 1 : Ya udah, sekarang saya akan membantu bapak untuk mandi, tetapi kita
tetap akan menjalankan program latihan bapak, yaitu mandi sendiri
Setelah selesai memandikan, perawat 1 keluar dari ruangan untuk konsultasi dengan
perawat 2
Perawat 1 : Selamat siang, suster. Ada yang mau saya bicarakan tentang kondisi
bapak Rudi yang ada di ruang 308. Jadi begini sus, Pak Rudi hari ini minta dimandikan
dan istrinya juga memaksa agar pak Rudi dimandikan, padahal saya sudah
memberikan penjelasan kepada pak Rudi dan juga pada istrinya bahwa pak Rudi
sebenarnya sudah bisa melakukan mandi sendiri, akan tetapi pada akhirnya pak Rudi
tetap memaksa ingin dimandikan oleh saya, sus
Perawat 2 : Apa alasannya Pak Rudi menolak untuk mandi sendiri, padahal dia
sudah bisa mandi sendiri ?
Perawat 1 : Ketika saya coba kaji penyebabnya, ternyata pak Rudi hanya malas saja sus,
salah nggak ya sus kalo saya akhirnya memandikan pak Rudi?
10
Perawat 2 : Itu tidak salah sus, cuma kita harus tetap memotivasi pasien bahwa dia harus
mampu mandiri sesuai dengan kondisinya. Tapi nggak apa-apa, hari ini saya sudah kontrak
dengan istrinya yang terkait dengan rencana pulang bapak Rudi. Terimakasih ya sus untuk
informasinya, jadi nanti saya bisa membicarakan tentang motivasi ini dalam diskusi nanti.
Siangnya, pada jam 14.00 terjadi pertemuan antara perawat 2 dengan istri pasien
Perawat 2 : Selamat siang ibu, melanjutkan percakapan kita sebelumnya, saat ini
kondisi bapak kan sudah semakin membaik dan besar kemungkinan pula minggu
depan bapak sudah boleh pulang, tentu ketika pulang nanti kita mengharapkan bapak
bisa melakukan hal-hal yang seharusnya bisa dilakukan sesuai dengan kondisi saat
ini. Untuk itu, ibu sangat diharapkan dapat memotivasi bapak untuk mempercepat
proses kemandiriannya
Istri Pasien : Ya, itu gampanglah sus, nanti saya sediakan suster di rumah untuk
ngurusin bapak, saya kan juga sibuk, lagian toh bapak sudah cacat dan bapak juga
kan sudah nggak berdaya, jadi harus banyak ditolong
Istri Psien : Ya, dia kan lumpuh, jadi sudah nggak bisa ngapa-ngapain. Jadi, segala
sesuatunya harus dibantu
Perawat 2 : Ibu, memang kaki dan tangan kanan bapak lumpuh, tapi semangat dan
kemampuannya yang lain tidak lumpuh. Dan kelumpuhan pada tangan dan kaki
kanannya kan tidak total, jadi masih bisa ditingkatkan kemampuannya, sehingga kita
berharap sebagian besar kegiatan sehari-harinya bisa dilakukan kembali secara
mandiri. Nah, yang dibutuhkan adalah kesabaran untuk latihan, dan diatas semua itu
ya semangat. Disinilah peran ibu dan anak-anak sangat dibutuhkan untuk memotivasi
bapak agar tetap bersemangat dalam menjalani latihan dirumah.
Istri Pasien : Sebenernya bagi saya semua itu bukan masalah suster, toh saya bisa
bayar suster untuk membantu bapak memenuhi kebutuhannya, dan lagi pula bapak
males tuh latihan. Kalo saya paksain nanti kami bertengkar terus deh :(
11
Perawat 2 : Memang bu, bila seseorang dalam kondisi sakit, dia akan lebih senstif,
mudah marah, dan tersinggung, apalagi bapak yang mana dulu merupakan seorang
direktur yang sebelumnya memiliki kesibukan, tiba-tiba sekarang mengalami
ketidakberdayaan karena penyakitnya. Bagi bapak tentu ini menjadi sesuatu yang
berat, tetapi bu setiap individu itu memiliki kemampuan beradaptasi dengan
kondisinya. Seperti bapak, sebetulnya dia memiliki kekuatan didalam dirinya untuk
mengatasi keadaan ini, sehingga dia perlu dukungan dan dorongan untuk melihat
kemampuan dia untuk beradaptasi terhadap kondisinya, termasuk dalam memenuhi
kebutuhan dia sehari--hari. Kalau kita terus menolong semua kebutuhannya, itu justru
membuat dia merasa semakin tidak berdaya dan akhirnya kondisi baik fisik maupun
psikologisnya akan semakin memburuk. Dan ini membutuhkan waktu dan semangat
yang tinggi, disinilah peran ibu dan anak sangat diperlukan.
Istri Pasien : Ooo...jadi masih mungkin ya dia melakukan sendiri kegiatannya, saya
pikir toh bapak sudah cacat, udah harus dibantu terus. Kalau gitu, baiklah suster, saya
akan coba membagi waktu saya untuk mendampingi bapak
Perawat 2 : Kalau begitu bu, kita akan melanjutkan program yang sudah kita
bicarakan waktu lalu yaitu terkaitlatihan-latihan lanjutan yang harus dilakukan bapak
dan keluarga.
Terimakasih bu, atas kerja samanya. Selamat siang Bu!
Narrator : Dari dialog tersebut, terlihat bahwa perawat melakukan pendekatan melalui
teori Virginia Henderson dibuktikan dengan dia sudah membantu memenuhhi
kebutuhan pasien untuk menjaga tubuh tetap bersih, makan dan minum,
berkomunikasi dan belajar. Disini perawat juga memperlihatkan bahwa dia mampu
untuk menilai kebutuhan pasien dan keluarga dalam melakukan tugas mandirinya
tanpa bantuan perawat dan dokter serta memperhatikan pasien sebagai kesatuan
fisiologis dan emosional, pikiran dan tubuh, pasien dan keluarga adalah satu-kesatuan
dan pasien memerlukan bantuan untuk kemandiriannya. Perawat juga mengajarkan
kepada keluarga tentang sehat adalah kualitas hidup dimana sehat memerlukan
12
kemandirian dan saling ketergantungan. Pasien akan mempertahankan kesehatan
bila memiliki pengetahuan yang cukup.
DAFTAR PUSTAKA
13