Dosen Pengampu:
Ns. Tesha Hestyana Sari, M.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 2 Kelas A 2020 2
1. Calvin Khan Nolip. S (2011113469)
2. M. Zulpan Rizki (2011113507)
3. Nadia Azaura Audrey (2011113242)
4. Najmi Putri Wijanarko (2011113228)
5. Nur Sukma Puteri (2011113236)
6. Sheila Reihani Permata R (2011113231)
7. Siti Rohmah Nurul A (2011113247)
8. Syahnia Aprilia Irvani (2011113244)
9. Yelly Muthia Sabri (2011113249)
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat,
taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Budaya
dan Perilaku Kesehatan di Indonesia” dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.
Kami sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing Psikososial dan Budaya dalam
Keperawatan yaitu Fathra Annis N, M.Kep., Sp.Kep.J dan semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
segala usaha kita. Aamiin.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
LAPORAN PROYEK
P3
Setiap individu memiliki budaya baik disadari maupun tidak disadari, budaya
merupakan struktur dari kehidupan. Istilah budaya pertama kali didefinisikan oleh
antropolog Inggris Tylor tahun 1871 bahwa budaya yaitu semua yang termasuk dalam
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat dan kebiasaan lain yang dilakukan
manusia sebagai anggota masyarakat. (Brunner dan Suddart, 2001). Sedangkan petter
(1993) mendefinisikan budaya sebagai nilai-nilai, kebudayaan sikap dan adat yang
terbagi dalam suatu kelompok dan berlanjut dari generasi ke generasi berikutnya. Budaya
akan dipakai oleh seseorang atau sekelompok orang dengan nyaman dari wktu ke waktu
tanpa memikirkan rasionalisasinya.
Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari
pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhanbudaya yang menghargai nilai
budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari
individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
Suku Sunda percaya bahwa penyakit yang diderita tidak hanya dapat
disembuhkan oleh petugas kesehatan, tetapi juga oleh dukun. Bila diantara mereka
mengalami gangguan kesehatan, mereka lebih memilih membeli obat di warung atau
pergi ke dukun yang dipercayai. Apabila sakit yang dideritanya semakin parah atau tidak
sembuh-sembuh, mereka pergi ke puskesmas. Hal tersebut dipraktikan oleh suku Sunda
terutama untuk golongan menengah ke bawah. Berdasarkan uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa masyarakat suku Sunda yang mencari bantuan dukun sebagian besar
karena alasan faktor ekonomi
Konsep sehat sakit tidak hanya mencakup aspek fisik saja,tetapi juga bersifat
sosial budaya. Istilah lokal yang biasa dipakai oleh masyarakat jawa barat (orang sunda)
adalah muriang untuk demam,nyerisirah sakit kepala. Menurut orang sunda,orang sehat
adalah mereka yang makan terasa enak walaupun dengan lauk seadanya,dapat tidur
nyenyak dan tidak ada yang dikeluhkan,sedangkan sakit adalah apabila badan terasa
sakit,panas atau makan terasa pahit.Dalam bahasa sunda orang sehat disebut
cageur,sedangkan orang sakit disebut gering.
Ada beberapa perbedaan antara sakit ringan dan sakit berat.Orang disebut sakit
ringan apabila masih dapat berjalan kaki,masih dapat bekerja,masih dapat makan dan
minum dan dapat sembuh dengan minum obat atau obat tradisional yang dibeli diwarung.
Orang disebut sakit berat, apabila badan terasa lemas, tidak dapat melakukan kegiatan
sehari-hari, sulit tidur, harus berobat kedokter/puskesmas, apabila menjalani rawat inap
memerlukan biaya mahal.Konsep sakit ringan dan sakit berat bertitik tolak pada keadaan
fisik penderita melakukan kegiatan sehari-hari, dan sumber pengobatan yang digunakan.
Salah satu contoh sakit dengan penyebab, pencegahan dan serta pengobatan dalam
budaya sunda:
Keluhan demam (bahasa sunda-meriang atau panas tiris) ditandai dengan badan
terasa pegal-pegal, menggigil, kadang-kadang bibir biru. Penyebab demam adalah udara
kotor, menghisap debu kotor, pergantian cuaca, kondisi badan
lemah,kehujanan,kepanasan cukup lama,dan keletihan. Pencegahan demam adalah
dengan menjaga kebersihan udara yang dihisap,makan teratur, olahraga cukup, tidur
cukup,minum cukup,kalau badan masih panas/berkeringat jangan langsung mandi,jangan
kehujanan dan banyak makan sayuran atau buah. Pengobatan sendiri demam dapat
dilakukan dengan obat tradisional, yaitu kompres badan dengan tumbukan daun
melinjo,daun cabe atau daun sin gkong,atau dapat juga dengan obat warung yaitu
paramek atau puyer bintang tujuh nomor 16.
1. Ibu hamil dilarang melilitkan handuk di leher agar anak yang dikandungnya tak terlilit
tali pusat. Fakta: Ini pun jelas mengada-ada karena tak ada kaitan antara handuk di leher
dengan bayi yang berada di rahim. Secara medis, hiperaktivitas gerakan bayi, diduga
dapat menyebabkan lilitan tali pusat karena ibunya terlalu aktif.
2. Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar siam. Fakta:
Secara medis-biologis, lahirnya anak kembar dempet / kembar siam tidak dipengaruhi
oleh makanan pisang dempet yang dimakan oleh ibu hamil. Jelas ini hanyalah sebuah
mitos.
3. Amit-amit” adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai "dzikir"- nya orang hamil
ketika melihat peristiwa yang menjijikkan, mengerikan, dan sebagainya dengan harapan
janin terhindar dari kejadian tersebut. Fakta: Secara psikologis, perilaku tersebut justru
dapat berujung pada ketakutan yang tidak bermanfaat.
4. Dipakaikan gurita agar tidak kembung. Fakta: Mitos ini tak benar, karena organ dalam
tubuh malah akan kekurangan ruangan. Jika bayi menggunakan gurita, maka ruangan
untuk pertumbuhan organ-organ seperti rongga dada dan perut serta organ lain akan
terhambat. Kalau mau tetap memakaikan gurita, boleh saja. Asal ikatan bagian atas
dilonggarkan, sehingga jantung dan paru-paru bisa berkembang.
5. Dibedong agar kaki tidak pengkor. Faktanya: Bedong bisa membuat peredaran darah bayi
terganggu lantaran kerja jantung memompa darah menjadi sangat berat. Yang jelas,
pemakaian bedong sama sekali tak ada kaitannya dengan pembentukan kaki.
6. Timbulnya penyakit sebagai pertanda Demam atau diare yang terjadi pada bayi dianggap
pertanda bahwa bayi tersebut akan bertambah kepandaiannya, seperti sudah bisa untuk
berjalan.
7. Nafsu makan hilang, cekok saja dengan vitamin. Fakta: Pemberian vitamin yang
berlebihan justru bisa membuat anak kehilangan nafsu makan
P5
Bila ditinjau dari makna kata , transkultural berasal dari kata trans dan
culture,Trans berarti aluar perpindahan , jalan lintas atau penghubung.Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia; trans berarti melintang , melintas , menembus , melalui. Culture
berarti budaya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti:
b. Kepercayaan, nilai – nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok
dan diteruskan pada generasi berikutnya, sedangkan cultural berarti: Sesuatu yang
berkaitan dengan kebudayaan. Budaya sendiri berarti: akal budi, hasil dan adat istiadat.
Dan kebudayaan berarti:
a. Hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan,
a. Lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya
yang lain
b. Pertemuan kedua nilai – nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi social
c. Transcultural Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan
perbedaan maupun kesamaan nilai– nilai budaya (nilai budaya yang berbeda, ras, yang
mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada klien /
pasien). Menurut Leininger (1991).
Transcultural Nursing adalah sebuah teori yang berpusat pada keragaman budaya
dan juga keyakinan tiap manusia. Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa semua
interaksi di dalam Transcultural mengandung makna dan perbedaan dalam nilai-nilai dan
keyakinan dari tiap kelompok dalam masyarakat. Konsep Transcultural Nursing Leninger
(1995) berfokus pada analisa komparatif dan budaya yang berbeda, nilai-nilai kesehatan-
penyakit, perilaku kepedulian dan pola keperawatan (Roman et al., 2013).
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien baik individu,
keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya cultural shock
maupun culture imposition. Culture shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba
mempelajari atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok keluarga budaya tertentu
(klien). Klien akan merasakan perasaan tidak akan merasakan perasaan tidak nyaman,
gelisah dan disorientasi karena perbedaan nyaman, gelisah dan diorientasi karena
perbedaan nilai budaya, keyakinan dan kebiasaan. Sedangkan culture imposition adalah
kecenderungan tenaga kesehatan perawat, baik secara diam-diam maupun terang-
terangan, memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan dan budaya, keyakinan dan
kebiasaan/perilaku yang dimilikinya kepada individu, keluarga atau kelompok dari
budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi daripada kelompok
lain.
1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan
dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
Budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung pengetahuan,keyakinan, seni,
moral, hukum, kebiasaan, dan kecakapan lain yang merupakan kebiasaan manusia
sebagai anggota kemunitas setempat. Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya
manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keselurahan hasil budi dan
karyanya dan sebuah rencana untuk melakukan kegiatan tertentu (Leininger, 1991).
Menurut konsep budaya Leininger (1978, 1984), karakteristik budaya dapat digambarkan
sebagai berikut :
1) Budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya
yang sama persis
2) budaya yang bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan
kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan
3) budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.
2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan
keputusan.
3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal daei
pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai
budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari
individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa
budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim. Etnik adalah seperangkat
kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu (kelompok etnik). Sekelompok
etnik adalah sekumpulan individu yang mempunyai budaya dan sosial yang unik serta
menurunkannya ke generasi berikutnya (Handerson, 1981).
6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal
muasal manusia. Ras merupakan sistem pengklasifikasian manusia berdasarkan
karakteristik fisik pigmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada tubuh dan bentuk
kepala. Ada tiga jenis ras yang umumnya dikenal, yaitu Kaukasoid, Negroid, Mongoloid.
Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan manusia kepada
generasi berikutnya (Taylor, 1989).
7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian
etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada
perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari
lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku
pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan
baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia.
9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau
memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan
kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan
mencapai kematian dengan damai.
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk
tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan
adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara (imigrasi) dimungkinkan,
menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan. Keperawatan
sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat
dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Perkembangan teori
keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory,
midle range theory dan practice theory.
Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah :
Transcultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan
dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan
yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang
melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting
memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan
keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan
terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak
mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa
mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien
sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau negara diperbolehkan seseorang
untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena
perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila
berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien
tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-
pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah
mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan
berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
Teori Leininger adalah tentang culture care diversity dan universality, atau yang lebih
dikenal dengan transcultural nursing. Berfokus pada nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan
pelayanan kesehatan berbasis budaya, serta di dalam teorinya membahas khusus culture,
culture care, diversity, universality, ethnohistory.
1) “Care” mengacu pada suatu fenomena abstrak dan kongkrit yang berhubungan dengan
pemberian bantuan, dukungan atau kemungkinan pemberian pengalaman maupun
perilaku kepada orang lain sesuai dengan kebutuhannya dan bertujuan untuk
memperbaiki kondisi maupun cara hidup manusia.
2) “Caring” mengacu pada suatu tindakan dan aktivitas yang ditunjukkan secara langsung
dalam pemberian bantuan, dukungan, atau memungkinkan individu lain dan kelompok
didalam memenuhi kebutuhannya untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia atau
dalam menghadapi kematian
3) “Culture” kebudayaan merupakan suatu pembelajaran, pembagian dan transmisis nilai,
keyakinan norma-norma dan gaya hidup dalam suatu kelompok tertentu
4) “Culture Care” mengacu pada pembelajaran subjektif dan objektif dan tranmisi nilai,
keyakinan, pola hidup yang membantu individu lain maupun kelompok untuk
mempertahankan kesejahteraan mereka
5) “Culture Care Diversity” mengacu kepada suatu pengertian umum yang memiliki
kesamaan ataupun pemahaman yang paling dominan, pola-pola, nilai-nilai, atau simbol-
simbol perawatan di dalam maupun diantara suatu perkumpulan
6) “Culture Care Universality” mengacu kepada suatu pengertian umum yang memiliki
kesamaan ataupun pemahaman yang paling dominan, pola-pola, nilai-nilai, atau simbol-
simbol yang dimanifestasikan diantara kebudayaan
7) Keperawatan mengacu pada suatu pembelajaran humanistik dan profesi keilmuan serta
disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena keperawatan kebudayaan
8) “World View” mengacu pada cara pandang manusia dalam memelihara dunia atau alam
semesta
9) “Culture and social Strukture Demensions” mengacu pada suatu pola dinamis dan
gambaran hubungan struktural serta faktor-faktor organisasi dari bentuk kebudayaan
10) Lingkungan mengacu pada totalitas dan suatu keadaan, situasi atau pengalaman-
pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia dan interaksi sosial
11) “Environment Contect, Languange & Etnohistory” mengacu pada keseluruhan fakta-
fakta pada waktu yang lampau, kejadian-kejadian dan pengalaman individu, kelompok,
kebudayaan serta institusi yang difokuskan kepada manusia
12) “Generic Care System” sistem perawatan pada masyarakat tradisional mengacu pada
pembelajaran kultural dan transmisi dalam masyarakat trandisional dengan menggunakan
pengetahuan dan keterampilan
13) Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara kultural
memiliki nilai dan paktek serta merefleksikan kemampuan individu
14) “Culture Care Amodation” teknik negosiasi atau akomodasi perawatan kultural mengacu
pada semua bantuan, dukungan, fasilitas atau pembuatan keputusan dan tindakan
kreativitas profesional
15) “Culture Care Preservation” mempertahankan perawatan kultural mengacu pada semua
bantuan yang memungkinkan dapat menolong orang lain
16) “Culture Care Reppatering” restruktisasi perawatan transkultural membantu klien untuk
mengubah cara hidup mereka agar lebih baik
17) Curturally Congruent Care for Health perawatan kultural yang kongruen mengacu pada
kemampuan kognitif mengacu kepada kemampuan kognitif untuk membantu.
a) Kelebihan
1. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan
kepadaperawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda.
2. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan
pelaksanaanmodel-model teori lainnya (teori Orem, King, Roy, dll).
3. Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan berdampak
terhadappasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
4. Penggunanan teori trancultural dapat membantu perawat untuk membuat keputusan
yangkompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
5. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan
praktekkeperawatan
b) kelemahan
1. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri sendiri dan hanya
digunakansebagai pendamping dari berbagai macam konseptual model lainnya.
2. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi
masalahkeperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya
Sunrise Model
Kehamilan dan kelahiran bayi pun dipengaruhi oleh aspek sosial dan budaya
dalam suatu masyarakat. Dalam ukuran-ukuran tertentu, fisiologi kelahiran secara
universal sama. Namun proses kelahiran sering ditanggapi dengan cara-cara yang
berbeda oleh aneka kelompok masyarakat (Jordan, 1993). Berbagai kelompok yang
memiliki penilaian terhadap aspek kultural tentang kehamilan dan kelahiran
menganggap peristiwa itu merupakan tahapan yang harus dijalani didunia.
Dalam adat Sunda, ada kebiasaan yang masih cukup dipercaya banyak orang
ketika ingin menolak bala sewaktu hamil. Mereka akan menggunakan bawang putih,
bawang merah, dan cabai merah yang ditusuk ke tusukan sate, kemudian akan
meletakkannya di depan pintu rumah. Cara ini dipercaya bisa menolak bala agar ibu
hamil serta janin di dalam kandungan tidak diganggu oleh makhluk halus. Selain itu,
Dalam adat Sunda, ibu hamil diusahakan tidak boleh makan menggunakan piring yang
besar. Lebih disarankan untuk makan menggunakan piring kecil yang sering disebut
pisin. Mitosnya, ibu hamil yang makan menggunakan piring besar hanya akan berdampak
buruk pada calon anaknya. Bayi yang lahir akan memiliki wajah yang besar seperti
piring. Pantangan dan simbol yang terbentuk dari kebudayaan hingga kini masih
dipertahankan dalam komunitas dan masyarakat.
Menurut Urie Bronfenbrenner (1990) setidaknya ada 5 (lima) sistem yang berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak,yaitu:
1) sistem mikro yang terkait dengan setting individual di mana anak tumbuh dan
berkembang yang meliputi : keluarga, teman sebaya, sekolah dan lingkungan
sekitar tetangga.
2) sistem meso yang merupakan hubungan di antara mikro sistem, misalnya hubungan
pengalaman-pengalaman yang didapatkan di dalam keluarga dengan pengalaman di
sekolah atau pengalaman dengan teman sebaya.
3) sistem exo yang menggambarkan pengalaman dan pengaruh dalam setting sosial
yang berada di luar kontrol aktif tetapi memiliki pengaruh langsung terhadap
perkembangan anak,seperti,pekerjaan orang tua dan media massa.
4) sistem makro yang merupakan budaya di mana individu hidup, seperti : ideologi,
budaya, sub-budaya atau strata sosial masyarakat. sistem chrono yang merupakan
gambaran kondisi kritis transisional (kondisi sosio-historik). Keempat sistem pertama
harus mampu dioptimalkan secara sinergis dalam pengembangan berbagai potensi anak
sehingga dibutuhkan pola pengasuhan, pola pembelajaran, pola pergaulan termasuk
penggunaan media massa, dan pola kebiasaan (budaya) yang koheren dan saling
mendukung.
a) Fase Laten (Laten Pattern), pada fase ini proses sosialisasi belum terlihat jelas. Anak
belum merupakan kesatuan individu yang berdiri sendiri dan dapat melakukan
kontak dengan lingkungannya. Pada fase ini anak masih dianggap sebagai bagian dari
ibu,dan anak pada fase ini masih merupakan satu kesatuan yang disebut “two persons
system”.
b) Fase Adaptasi (Adaption), pada fase ini anak mulai mengenal lingkungan dan
memberikan reaksi atas rangsangan-rangsangan dari lingkungannya. Orangtua berperan
besar pada fase adaptasi, karena anak hanya dapat belajar dengan baik atas bantuan
dan bimbingan orangtuanya.
c) Fase Pencapaian Tujuan (Goal Attainment), pada fase ini dalam sosialisasinya anak tidak
hanya sekadar memberikan umpan balik atas rangsangan yang diberikan oleh
lingkungannya, tapi sudah memiliki maksud dan tujuan. Anak cenderung mengulangi
tingkah laku tertentu untuk mendapatkan pujian dan penghargaan dari lingkungannya.
d) Fase Integrasi (Integration), pada fase ini tingkah laku anak tidak lagi hanya sekadar
penyesuaian (adaptasi) ataupun untuk mendapatkan penghargaan, tapi sudah menjadi
bagian dari karakter yang menyatu dengan dirinya sendiri. Interaksi anak dengan
lingkungannya secara tidak langsung telah mengenalkan dirinya pada kultural atau
kebudayaan yang ada di sekelilingnya. Lingkungan dan keluarga turut berperan serta
dalam tumbuh kembang anak. Hal ini pun tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh budaya
yang ada di sekitarnya. Sebagai perawat, dalam memberikan pengasuhan dan
perawatan perlu mengarahkan anak pada perilaku perkembangan yang normal,
membantu dalam memaksimalkan kemampuannya dan menggunakan kemampuannya
untuk koping dengan membantu mencapai keseimbangan perkembangan yang
penting. Perawat juga harus sangat melibatkan anak dalam merencanakan proses
perkembangan. Karena preadolesens memiliki keterampilan kognitif dan sosial yang
meningkat sehingga dapat merencnakan aktifitas perkembngan.
Dengan adanya keperawatan transkultural dapat membantu klien beradaptasi terhadap budaya
tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya. Perawat juga dapat membantu klien agar
dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan status kesehatan.
Misalnya, jika klien yang sedang hamil mempunyai pantangan untuk makan-makanan yang
berbau amis seperti ikan, maka klien tersebut dapat mengganti ikan dengan sumber protein
nabati yang lainnya. Seluruh perencanaan dan implementasi keperawatan dirancang sesuai latar
belakang budaya sehingga budaya dipandang sebagai rencana hidup yang lebih baik setiap saat.
Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut.
a) Budaya Sunda
Kebudayaan Sunda juga merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi sumber
kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya perlu dilestarikan. Sistem
kepercayaan spiritual tradisional Sunda adalah Sunda Wiwitan yang mengajarkan
keselarasan hidup dengan alam. Kini, hampir sebagian besar masyarakat Sunda
beragama Islam, tetapi ada beberapa yang tidak beragama Islam, walaupun berbeda
namun pada dasarnya seluruh kehidupan ditujukan untuk kebaikan di alam semesta
b) Etos budaya
1) Cageur, artinya adalah sehat, yang mana sehat secara jasmani serta rohani, sehat dalam
berpikir, sehat dan mempunyai pendirian, sehat secara moral, sehat dalam bekerja dan
bertutur kata.
2) Bageur, artinya adalah baik, baik terhadap sesama, banyak memberikan bantuan berupa
pikiran, moral yang baik maupun materi, tidak pelit terhadap sesama, tidak emosianal
hatinya, penolong serta ikhlas menjalankan dan mengamalkan tidak hanya dibaca atau
diucapkan saja.
3) Bener artinya benar atau tidak bohong, tidak asal-asalan dalam melaksanakan pekerjaan,
amanat, lurus dalam menjalankan agama, memimpin dengan baik, serta tidak merusak
alam.
4) Singer, artinya adalah mawas diri, teliti dalam bekerja, mendahulukan orang lain sebelum
diri sendiri, menghargai pendapat orang lain, penuh kasih sayang, tidak marah saat
dikritik namun diterima dengan lapang dada.
5) Pinter, artinya cerdas, mengerti ilmu agama sampai ke dasar, bisa menyesuaikan diri
dengan sesamanya, bisa menyelesaikan masalah dengan bijaksana, serta tidak
berprasangka buruk terhadap orang lain.
Permainan anak-anak tradisional Sunda atau kaulinan urang lembur dapat menjadi
sarana stimulasi perkembangan fisik- motorik, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional
anak usia dini. Hal ini terlihat dari beberapa permainan yang dapat menjadi stimulant
dominan dari setiap perkembangan dan menyebabkan perkembangan lain menjadi
terstimulasi.
Diantaranya pada usia 0-<12 bulan, terdapat permainan neleng nengklung yang
menjadi stimulant dominan untuk fisik-motorik, dan perkembangan kognitif,
bahasa,sosial-emosional juga ikut terstimulasi. Pada usia 12-<24 bulan terdapat
permainan uncang-uncang angge yang menjadi stimulant dominan untuk sosial-
emosional, dan perkembangan kognitif, bahasa,fisik-motorik juga ikut terstimulasi. Pada
usia 2-<4 tahun terdapat permainan sisit ula yang menjadistimulant dominan untuk
kognitif dan bahasa, sosial-emosional, fisik-motorik juga ikut terstimulasi. Padausia 4-<6
tahun terdapat permainangogolekan yang menjadi stimulant dominan untuk bahasa dan
kognitif juga ikut terstimulasi
Pada permainan tradisional Sunda terdapat peran yang saling berhubungan sebagai sarana
Stimulasi perkembangan anak menuju kehidupan dewasanya, yaitu
1. Permainan yang dilakukan sesuai dengan urutan perkembangan indera anak dan proses
tumbuh kembang
6. Membuat ikatan kekerabatan yang telah terjalin antar keluarga semakin erat
Dengan semakin berkembangnya zaman digital yang serba instan saat ini sebagai
generasi penerus bangsa yang tentunya mewarisi tradisi dan nilai-nilai budaya sunda
seharusnya berusaha untuk menjaga nilai-nilai budaya yang telah terbentuk dan tentunya
lebih mudah untuk dipelajari pada saat ini, namun dengan perkembangan teknologi yang
sangat pesat menyebabkan mulai terkikisnya nilai- nilai tradisi dan budaya contohnya
menjadikan anak-anak, remaja dan bahkan orang dewasa lebih mementingkan teknologi
dan mengesampingkan tradisi seperti mitos- mitos dan pamali yang sudah turun-menurun
sejak dahulu dan menjadi acuan dalam kehidupan para leluhur. Tidak sedikit juga dari
orang tua itu sendiri yang sudah tidak pernah menceritakan tentang mitos-mitos dan
pamali kepada anak-anak mereka yang salah satunya Sandekala ini sebagai nilai-nilai
tradisi dan budaya sunda di masyarakat Jawa Barat. Jika dilihat dalam fenomena
Sandekala saat ini banyak juga dari orang tua yang tidak peduli ketika anaknya masih
berada diluar rumah ketika malam menjelang. Akibatnya banyak anak-anak pada zaman
ini yang kurang mau mendengar nasihat dari orang tua atau kurang taat terhadap perintah
orang tua (Iqbal, 2019).
P6
Ada beberapa faktor yang memengaruhi status kesehatan seseorang yaitu lingkungan,
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, dimana lingkungan sosial ini dapat
memengaruhi perilaku seseorang. Manusia sebagai makhluk sosial yang saling ketergantungan
satu sama lain dengan lingkungannya sangat membutuhkan pertolongan dari orang lain, dalam
memecahkan berbagai masalah individu maupun masalah-masalah sosial yang terjadi dalam
lingkungan sekitar manusia. Demikian pula dengan masyarakat Sunda pada masa lalu bahkan
hingga sekarang dalam kehidupan sosial mereka dalam memelihara kesehatan.
Bentuk-bentuk Adaptasi Sosial Budaya yang dilakukan Suku Sunda di Desa Polo Lereng
Kecamatan Pangale Kabupaten Mamuju Tengah
1. Bahasa
Desa Polo Lereng merupakan desa yang memiliki suku yang beragam, mulai dari
suku asli maupun suku pendatang. Suku – suku yang ada di Desa Polo Lereng ini terdiri
dari suku Mandar, Bugis, jawa, Bali, Sunda dan suku lainnya. Dengan beragamnya suku
yang ada di Desa Polo Lereng secara otomatis juga tentu memiliki beraneka ragam
bahasa daerah. Bahasa yang dipergunakan sehari- hari di Desa Polo Lereng adalah bahasa
daerahnya masing-masing, seperti bahasa Mandar, Bugis, Jawa, Bali, Sunda dan lain-lain.
Namun, karena Desa Polo Lereng ini memiliki keragaman bahasa daerah, maka bahasa
yang paling umum digunakan adalah bahasa Indonesia. Sehingga komunikasi dan
interaksi diantara mereka, khususnya interaksi antar etnik tetap lancar dan tidak
terhambat. Akan tetapi tidak dipungkiri bahwa antar suku bisa mengerti dengan bahasa
suku lainnya, misalnya Suku Sunda yang mengerti dengan bahasa Mandar dan bahasa
Jawa, begitupun sebaliknya.
Berbeda ketika Para transmigran Suku Sunda ini berkomunikasi dengan Suku
Bali, dan suku lainnya yang lebih memilih menggunakan bahasa nasional karena mereka
tinggal dilain dusun, sehingga tidak tiap saat mereka saling berkomunikasi. Walaupun
Suku Sunda berkomunikasi menggunakan bahasa nasional saat berkomunikasi dengan
suku lain, tetapi ketika transmigran Sunda ini berkomunikasi dengan sesama Suku Sunda,
mereka menggunakan bahasa asli sunda.
2. Kerja Sama
3. Makanan
Makanan merupakan salah satu jenis kekayaan budaya suatu suku bangsa.
Sehingga tidak heran kalau setiap suku bangsa memiliki jenis makanan khas sendiri yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Begitupun dengan Suku Sunda dengan
masyarakat setempat, selain perbedaan bahasa terdapat juga perbedaan mengenai
makanan atau masakan. Perbedaan selera makanan antara Suku Sunda dengan Suku
Mandar inilah yang menjadikan Suku Sunda melakukan penyesuaian dalam hal makanan.
Salah satu bentuk adaptasi yang dilakukan Suku Sunda dalam hal ini terlihat dari
banyaknya Suku Sunda yang pandai membuat salah satu makanan khas Suku Mandar.
Budaya sendiri berasal dari bahasa sansekerta yaitu budhayah yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi dengan arti budi atau akal. Sedangkan dalam bahasa Inggris budaya dikenal
dengan kata culture yang berasal dari bahasa latin yaitu colore yang berarti mengolah atau
mengerjakan. Istilah culture sendiri juga digunakan dalam bahasa Indonesia dengan kata serapan
"kultur". Budaya dikaitkan dengan bagian dari budi dan akal manusia. Budaya merupakan pola
atau cara hidup yang terus berkembang oleh sekelompok orang dan diturunkan pada generasi
berikutnya. Budaya menurut Clyde Kluckhohn dan William Henderson Kelly dalam bukunya The
concept of culture adalah semua rancangan hidup yang diciptakan secara historis baik secara
eksplisit, implisit, rasional, irasional, dan nonrasional, yang ada pada waktu tertentu sebagai
panduan potensial dalam perilaku manusia. Sedangkan kultur merupakan pandangan hidup
yang diakui bersama oleh suatu kelompok masyarakat, yang mencakup cara berfikir, perilaku,
sikap, nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak
Nutrisi merupakan zat-zat penting yang berasal dari makanan yang telah dicerna
dan diolah oleh tubuh kita menjadi zat yang berguna untuk membentuk serta memelihara
jaringan tubuh, memperoleh tenaga, mengatur sistem fisiologi organ di dalam tubuh dan
melindungi tubuh terhadap serangan penyakit (Chandra, 2009). Sebagai unsur penting
dalam tubuh, gizi atau nutrisi memainkan peran penting dalam kehidupan makhluk hidup.
Kebutuhan nutrisi dapat membantu dalam aktivitas sehari-hari karena nutrisi juga
merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan berbagai organ dalam tubuh serta sumber zat
pembangun dan pengatur dalam tubuh (Hidayat, 2008).
Dalam budaya Sunda kombinasi makanan lalapan dan sambal menjadi menu
wajib untuk tiap kali makan. Lalapan sendiri adalah sayur-sayuran segar. Begitupun
sambal yang harus pedas. Konsumsi sayuran setiap hari bisa menjamin masukan nutrisi
dan vitamin yang bagus untuk tubuh dan kulit. Sedangkan, sambal dipercaya mampu
berperan memperlancar metabolisme tubuh dalam pembuangan lemak. Kadang-kadang
kebisaan ini tidak disadari oleh masyarakat Sunda, sebagai sebuah kebiasaan baik yang
bisa mendatangkan kesehatan tubuh untuk selalu mengkonsumsi sayuran. Budaya makan
lalapan pada masyarakat Sunda sebenarnya bisa menjadi contoh atau bahkan menginisiasi
untuk melakukan gerakan kembali ke alam. Dalam hal ini adalah gerakan makan sayuran.
Inisiasi bisa dilakukan melalui pembelajaran informal dan pembelajaran formal seperti
halnya pewarisan makan lalapan dari generasi ke generasi. Karena diperlukan peran
masyarakat dan media untuk menginformasikan ini.
Orang Sunda yang memiliki budaya menyantap lalapan yaitu bahan makanan
mentah akan lebih baik apabila memiliki kesadaran untuk mengkonsumsi lalapan dengan
bahan makanan organik. Pola makan masyarakat Sunda bisa menjadi contoh masyarakat
lain. Semua gaya hidup untuk lebih sehat ini tentunya perlu sinergi beberapa pihak yaitu
masyarakat, pemerintah, dan kelompok kelompok kepentingan untuk menumbuhkan
kesadaran hidup sehat kembali ke alam dengan kembali mengkonsumsi makanan organik
(Hendariningrum, 2018)
a.) Dilema
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), dilemamengandung arti situasi sulit yang mengharuskan
orang menentukan pilihan antara dua kemungkinan yg sama-sama tidak menyenangkan atau tidak
menguntungkan; situasi yg sulit dan membingungkan.
b.) Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat yang terkandung dalam makanan. Nutrien (zat gizi) adalah komponen kimia dalam
makanan yang digunakan oleh tubuh sebagai sumber energi dan membantu pertumbuhan, perbaikan,
dan perawatan sel - sel tubuh.
Dilema nutrisi merupakan suatu keadaan yang terdiri dari dua pilihan yang sama-sama tidak
menyenangkan atau tidak menguntungkan bagi seorang perawat maupun klien dalam pemberian
asuhan keperawatan pemenuhan nutrisi bagi klien..
C. Kualitas panas dan dingin dalam makanan
D. Fungsi dan klasifikasi makanan berdasarkan budaya
1. Nasi timbel merupakan salah satu makanan pokok orang Sunda, nasi timbel adalah
nasi yang dibungkus menggunakan daun pisang dan memakai nasi yang pulen empuk.
Awal mulanya nasi timbel berasal dari para petani yang akan bekerja di sawah atau
ladang, para petani biasa membawa bekal untuk makan siang berupa nasi yang
dibungkus daun pisang lengkap dengan lauk pauknya, dari situ kemudian dikenal nasi
timbel.
2. Lauk paukrencang sangu biasanya diolah dari hewan dan tumbuhan, seperti menurut
Kasmana 2014. Lauk paukrencang sangu orang Sunda meliputi daging dari jenis
hewan seperti ikan, ayam, bebek, merpati, domba, sapi, kerbau dan beberapa hewan
yang tidak umun dikonsumsi sepeti tutut, kelinci, rusa dan lain-lain. Adapun olahan
dari jenis tumbuhan dan sayuran seperti lotek, karedok, reuceuh salad sayuran yang
bisa mentah dan juga matang dan lalapan sayuran yang dimakan mentah atau diseupan
berserta sambal. Sambal berfungsi sebagai penambah rasa, dan sebagai pelengkap
biasanya disajikan bersama kerupuk dan kasreng.
3. Kededemes adalah salah satu makanan tradisional Sunda yang masuk dalam
katagorian lauk paukrencang sangu, dibuat dari kulit singkong yang ditumis dan biasa
disajikan bersama nasi putih. 3. Bibilas atau pencuci mulut pada umumnya menyajikan
makanan yang mersifat menyegarakan dan diolah dari buah-buahan menjadi rujak
diantaranya rujak serut, rujak cuka, rujak hiris, rujak bebek, rujak tujuh bulanan dan
lain-lain.
4. Cangkarang bongkang adalah makanan penggajal, biasanya dimakan hanya untuk
menggajal rasa lapar sebelum waktunya makan, diolah dari bahan yang memilik
kandungan karbohidrat. Banyak sekali ragamnya diantaranya putri noong, ulen, bugis,
papais, katimus, nagasari, peuyeum, sampeu, peuyeum ketan, ranggesing, lemper,
putu, putu mayang, dan lain-lain Kasmana, 2014
5. Jajanan jajaneun banyak dijumpai di pasar-pasar tradisional dan para pedagang yang
berkeliling, fungsi jajanan adalah sebagai peganjal lapar
2. Keluhan Batuk
Batuk TBC, yaitu batuk yang sampai mengeluarkan darah dari mulut, batuk biasa, dan
batuk yang terus menerus dengan suaranya melengking dengan gejala tenggorokan gatal.
Terkadang hidung rapet, dan kepala sakit. Penyebab batuk TBC karena orang tersebut
menderita penyakit TBC paru, sedangkan batuk biasa atau batuk bangkong adalah
menghisap debu dari tanah kering yang baru tertimpa air hujan, alergi salah satu
makanan, makana basi, masuk angin, makan makanan yang digoreng dengan minyak
yang tidak baik. Atau tesedak makanan/keselek. Pencegahan batuk dilakukan dengan
menjaga badan agar jangan kedinginan, jangan makan makanan basi, tidak kebanyakan
minum es, menghindari makanan yang merangsang tenggorokan. Dan di budaya Sunda
pengobatan batuk sendiri dapat dilakukan dengan air perasan jeruk nipis dicampur kecap,
daun sirih 5 lembar diseduh dengan air hangat setengah gelas atau rebusan jahe dengan
gula merah.
3. Sakit pilek
Pengobatan pilek dapat dilakukan dengan mengoleskan minyak kelapa di kanan dan kiri
hidung.
4. Sakit panas
Dalam pengobatannya orang sunda biasa dengan menggunakan labu yang diparut,
kemudian dibungkus kain dan di kompreskan ke tubuh orang yang sakit panas tersebut
hingga panasnya turun. Selain itu juga bisa dengan menggunakan kompes air dingin.
C. Prinsip etno medicine/farmakologi dalam perspektif transcultural
D. Peran etno medicine/farmakologi dalam perspektif transcultural
Dilemma Teknologi (IPTEK) dalam Perspektif Transkultural
A. Definisi dilemma IPTEK dalam perspektif transcultural
Dilema IPTEK dalam Transcultural adalah sebuah situasi sulit yang mengharuskan
seseorang menentukan pilihan dalam perbedaan budaya dan perkembangan teknologi
yang dianggap bertentangan dengan budaya dari masyarakat tersebut. Karena
perkembangan teknologi yang semakin maju dan kepercayaan masyarakat akan
budayanya masing-masing. Dilema IPTEK dalam Transkultural ilmu atau ilmu
pengetahuan adalah seluruh usaha
sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan
rumusan- rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
B. Menjelaskan arti dilemma IPTEK dalam perspektif transcultural Nursing
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), dilema mengandung arti situasi sulit yg
mengharuskan orang menentukan pilihan antara dua kemungkinan yang sama-sama tidak
menyenangkan atau tidak menguntungkan, situasi yang sulit dan membingungkan.
Dilema, suatu pilihan yang kadang-kadang sulit sekali untuk menentukan pilihan.
Keperawatan transcultural adalah keperawatan yang berfokus pada studi komparatif
dan analisa pada perbedaan budaya. Keperawatan ini berhubungan dengan kepedulian
akan perilaku, keperawatan, dan nilai sehat-sakit, serta kepercayaan mereka. Tujuannya
adalah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan untuk memberikan
keperawatan dalam kebudayaan khusus dan kebudayaan universal (potter & perry, 2009).
Definisi iptek dalam perkembangannya merupakan iptek harus didasari terhadap
moral dan kemanusiaan yang adil dan beradab. agar semua masyarakat merasakan iptek
secara merata. Di satu sisi telah terjadi perkembangan yang sangat baik di aspek
kesehatan yang banyak ditemukan alat-alat iptek dalam kesehatan seperti
1. Endoscopy, Magnetic Ressonance Imaging (MRI)
2. Termografi
3. Pulse Oxymetri
4. X-RAY (sinar X)
5. CT-SCAN
6. Electro Myograph (EMG)
7. Electro Encephalography (EEG), dll
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan,
dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-
ilmudiperoleh dari keterbatasannya. Teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai
tujuan praktis; ilmu pengetahuan terapan atau dapat pula diterjemahkan sebagai
keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yg diperlukan bagi
kelangsungandan kenyamanan hidup manusia. Sebagian beranggapan teknologi adalah
barang atau sesuatu yang baru. Nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial,
Transcultural Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan
perbedaan maupun kesamaan nilai Nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda, ras, yang
mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatankepada klien /
pasien ).
C. Jenis-jenis kecenderungan dilemma IPTEK dalam perspektif transcultural
D. Penyebab dilemma IPTEK dalam perspektif transcultural
Pengobatan dan obat tradisional diciptakan oleh manusia karena suatu
permasalahan yang dihadapi. Sebagai makhluk yang berakal serta berbudaya ia
menciptakan sesuatu untuk kesehatannya sendiri. Seiring perkembangan zaman,
teknologi pun semakin banyak mengalami perubahan dan penyesuaian. Pertumbuhan
manusia yang semakin pesat juga mempengaruhi perkembangan teknologi khusunya
dalam dunia kesehatan.
Tak hanya data dan juga sampah yang dapat dikendalikan oleh teknologi
informasi, pengembangan-pengembangan penanganan dan pelayanan tindakan medis
juga banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi. Bisa kita rasakan
perbedaan perubahan rontgen misalnya. Dulu hasil foto x-ray berupa gelap terang namun
berkat kemajuan teknologi informasi kini sudah bisa diwarnai sesuai keinginan dokter
untuk memperjelas hal-hal yang tidak wajar.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat ini guna memudahkan pemberian
pelayanan kesehatan bagi manusia Fungsinya untuk menekan angka kematian dan
mengurangi kecacatan. Apa dampak perkembangan teknologi informasi terhadap
pemberi pelayanan? Hal ini akan terkait dengan etika, peran, dan pengembangan
kompetensi tenaga medis yang dituntut untuk mengimbangi perkembangan teknologi
informasi. Akibat pertumbuhan manusia, lahan pemukiman mulai berkurang.
Pembangunan pusat pelayanan kesehatan tidak bisa berjalan berimbang. Laporan WHO
(2006) menyebutkan Indonesia termasuk salah satu dari 57 negara yang menghadapi
krisis SDM kesehatan, baik jumlahnya yang kurang maupun distribusinya. Pada tahun
2015, rasio tenaga kesehatan di Indonesia masih 1 dibanding 4000 penduduk Oleh karena
itu, manusia harus menciptakan teknologi untuk memenuhi permasalah kekurangan
tenaga medis dengan melakukan pengembangan terhadap teknologi kesehatan. Saat
kekurangan tenaga medis inilah, asuhan keperawatan komunitas menjadi sangat
dibutuhkan. Perawat akan terbantu dengan kerja sama memulihkan klien. Tak hanya data
dan juga sampah yang dapat dikendalikan oleh teknologi informasi, pengembangan-
pengembangan penanganan dan pelayanan tindakan medis juga banyak dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi informasi. Bisa kita rasakan perbedaan perubahan rontgen
misalnya. Dulu hasil foto x-ray berupa gelap terang namun berkat kemajuan teknologi
informasi kini sudah bisa diwarnai sesuai keinginan dokter untuk memperjelas hal-hal
yang tidak wajar.
E. Gambaran masyarakat dengan kasus dilemma IPTEK dalam perspektif transcultural
F. Mendeskripsikan contoh-contoh perilaku masyarakat yang berhubungan dengan
penolakan IPTEK dalam keperawatan transkultural
G. Memecahkan masalah yang berhubungan dengan dilemma IPTEK