Anda di halaman 1dari 9

GAMBARAN KASUS

Pasien Tn.I adalah seorang pria berusia 40 tahun dan bekerja sebagai pegawai di sebuah
perusahaan. Tn.I adalah seorang pasien rawat inap baru yang didiagnosis menderita penyakit
Diabetes Melitus Tipe 2 dua tahun yang lalu. Tn.I memiliki ayah penderita Diabetes Melitus Tipe
2. Selain itu, Tn.I di masa muda memiliki kebiasaan makan makanan cepat saji dan minum kopi.
Tn.I datang ke rumah sakit dengan keluhan tubuh terasa lemas, sering buang air kecil terutama di
malam hari, dan sering merasa haus. Tn.I belum melakukan pemeriksaan kadar gula darah selama
satu bulan terakhir. Sebelum perawat melakukan pengkajian, Tn. I telah melakukan pemeriksaan
kadar gula darah. Dari hasil pemeriksaan, perawat mendapatkan kadar gula darah Tn.I sebesar 250
mg/dl. Masalah keperawatan yang ditemukan pada kondisi Tn.I adalah ketidakstabilan gula darah
berhubungan dengan hiperglikemia.

SKENARIO

A. PENGKAJIAN

Perawat : “Assalamualaikum, selamat pagi.”

Pasien : “Wa’alaikum salam, selamat pagi Ners.”

Perawat : “Perkenalkan saya perawat Ilham yang akan bertugas pada hari ini. Boleh saya tau ini
atas nama Ibu siapa? Dan senangnya dipanggil dengan panggilan apa?

Pasien : “Nama saya Ananda Wijayati Putri, Ners. Ners bisa panggil saya Bu Nanda saja.”

Perawat : “Baik Bu Nanda. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih karena Bu Nanda telah
mempercayakan kami untuk merawat Ibu.”

Pasien : “Iya Ners”

Perawat : “Baik. Sebelumnya, tujuan saya datang kepada Bu Nanda adalah saya akan melakukan
pengkajian untuk mengumpulkan data terkait dengan masalah kesehatan yang Ibu alami. Saya
membutuhkan informasi tentang bagaimana awal mula masalah tersebut muncul sehingga Bu
Nanda datang ke rumah sakit ini. Waktu yang saya butuhkan sekitar 15-20 menit dan Bu Nanda
bisa tetap istirahat di atas tempat tidur ini. Apakah Bu Nanda bersedia?”
Pasien : “Iya Ners, saya bersedia.”

Perawat : “Baik Bu Nanda. Bagaimana keadaan Ibu hari ini?

Pasien : “Alhamdulillah cukup baik, tetapi saya masih merasa lemas Ners.”

Perawat : “Badannya lemas ya Bu. Apakah tidak masalah jika saya hendak mengkaji sekarang?

Pasien : “Tidak apa-apa Ners. Ners bisa lanjutkan.”

Perawat : “Baik, Bu. Pertama-tama, Bu Nanda bisa ceritakan kepada saya tentang riwayat penyakit
Ibu saat ini dan dahulu.”

Pasien : “Iya Ners. Dua tahun lalu, saya didiagnosis mengidap diabetes melitus tipe 2. Ayah saya
juga mengidap penyakit yang sama. Kata dokter saya terkena DM karena ada faktor keturunan dari
ayah saya.”

Perawat : “Bagaimana dengan faktor lain yang menyebabkan Bu Nanda terkena DM?”

Pasien : “Iya ada Ners. Dokter bilang karena kebiasaan saya makan makanan cepat saji dan minum
kopi saat masih muda juga mempengaruhi Ners.”

Perawat : “Betul Bu Nanda. Faktor-faktor tersebut bisa menjadi penyebab. Kalo boleh saya tau,
seberapa sering Bu Nanda mengonsumsi kopi dan bagaimana penggunaan gula dalam kopi yang
biasa Bu Nanda konsumsi?

Pasien : “Saya itu kan kerja, sering lembur. Kalau saya harus menyelesaikan pekerjaan kantor
apalagi sampai larut malam, saya sering mengonsumsi kopi supaya gak gampang mengantuk dan
tetap konsentrasi. Saya lebih sering minum kopi dengan gula dengan takaran yang secukupnya.”

Perawat : “Berapa cangkir kopi yang biasa Bu Nanda konsumsi dalam sehari? Lalu, apakah Bu
Nanda berusaha membatasinya setelah didiagnosis menderita DM?”

Pasien : “Dokter menganjurkan saya Ners untuk mengurangi konsumsi kopi setiap harinya. Boleh
minum tapi dibatasi termasuk gulanya juga jangan terlalu banyak. Setelah didiagnosis saya
lakukan anjuran tersebut Ners agar gula darah saya stabil. Namun, hampir satu bulan belakangan
ini saya lagi punya banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan. Jadi, saya sering minum kopi
entah itu waktu kerja di kantor atau di rumah. Bisa 3 cangkir per hari. Saya juga gak sempet periksa
kadar gula darah saya.”

Perawat : “Baik. Bagaimana kebiasaan Bu Nanda saat ini dalam mengonsumsi makanan cepat
saji?

Pasien : “Minggu kemarin saya sempat dua kali memesan makanan cepat saji ners saat bekerja di
kantor karena saya merasa lapar dan udah gak ada makanan yang tersedia sewaktu saya lembur
saat itu. Sebenarnya kalau makan junk food udah jarang karena harus dihindari juga kan Ners. ”

Perawat : “ Iya betul Bu Nanda. Makanan cepat saji juga sering kali mengandung banyak gula
tambahan, tinggi lemak jenuh dan lemak trans sehingga penyandang diabetes penting untuk
membatasi gula dan lemak yang terkandung di dalamnya. Selain membatasi konsumsi junk food
dan kopi, anjuran diet dari dokter apa saja yang sudah dilakukan oleh Bu Nanda?”

Pasien : “Sesuai anjuran, saya membatasi konsumsi karbohidrat seperti nasi putih, roti tawar putih,
dan mie. Sebagai penggantinya, saya mengkonsumsi nasi merah, ubi jalar rebus, dan roti gandum
Untuk asupan protein, makanan yang dianjurkan itu daging ayam tanpa kulit, daging tidak
berlemak, putih telur, ikan, tahu, tempe. Makanan yang digoreng juga perlu dihindari.

Perawat : “Kalau untuk makan saat bekerja seperti apa Bu Nanda?”

Pasien : “Semenjak saya kena DM, kalau saya ke kantor bawa bekal makanan sendiri Ners. Misal
bekal nasi merah, ubi jalar, roti gandum, ikan, tahu, tempe, putih telur, tumis kangkung, sawi, atau
brokoli, pepaya, apel, jeruk. Makanan yg digoreng dan bersantan sebisa mungkin saya hindari
Ners.

Perawat : “Sudah cukup baik ya Bu Nanda dalam menerapkan diet yang dianjurkan. Bagaimana
dengan pengaturan jadwal makan yang Bu Nanda terapkan?

Pasien : “Saya diberitahu dokter kalo pengaturan jam makan juga penting saya lakukan. Setahu
saya, penderita DM dianjurkan untuk makan besar tiga kali sehari, dan makan selingan atau
camilan 2-3 kali sehari. Jarak antara waktu makan besar dan selingan itu 2,5 sampai 3 jam. Jadi,
kalo saya sarapan jam 6 pagi, saya bakal makan selingan di jam 9. Makanan selingan yang biasa
saya konsumsi itu apel, jeruk, dan pepaya. Lalu juga ada kacang tanah rebus yang porsinya
segenggam per harinya.”
Perawat : “Apa Bu Nanda memasang reminder untuk mengatur jam makan tersebut?”

Pasien : “Iya Ners saya atur jam makan saya menggunakan aplikasi di smartphone. Jadi, akan ada
nada dering yang mengingatkan saya saat masuk jam makan.”

Perawat : “Sudah sangat baik yang Bu Nanda lakukan, baik dari asupan makanan maupun jadwal
makan. Di awal Bu Nanda sempat mengeluhkan badan lemas. Apakah ada keluhan lain yang Bu
Nanda rasakan? Ibu bisa sampaikan ke saya.”

Pasien : “Saya gak cuma merasa lemas dan cepat lelah Ners. Saya juga sering merasa haus dan
sering buang air kecil terutama di malam hari.”

Perawat : “Sudah berapa lama Bu Nanda merasakan gejala tersebut?”

Pasien : “Selama satu bulan belakang ini Ners. Satu bulan belakangan ini juga saya belum
mengecek kadar gula darah saya. Tepat kemarin sebelum saya dirawat, saya baru cek di rumah
sakit ini Ners.”

Perawat : “Iya Bu. Berdasarkan hasil pemeriksaan terakhir, kadar gula darah Bu Nanda mencapai
250 gr/dl dan termasuknya tinggi. Memang setiap berapa bulan Bu Nanda biasa kontrol ke
dokter?”

Pasien : “Biasanya setiap tiga bulan sekali saya periksa dula darah dan kontrol di rumah sakit”

Perawat : “Apa Bu Nanda juga melakukan pengecekan gula darah secara mandiri di rumah?”

Pasien : “Tidak rutin Ners hanya dua kali seminggu. Soalnya informasi yang saya dapat dari dokter
bahwa hanya penderita yang memakai insulin atau obat antidiabetes dan dengan kondisi tertentu
saja yang diwajibkan memantau gula darahnya secara mandiri. ”

Perawat : “Jadi, Bu Nanda tetap memantau kadar gula darah Ibu tetapi tidak rutin seperti itu ya.
Mengenai beberapa keluhan yang Ibu sampaikan, seberapa sering Bu Nanda mengalaminya dan
apa yang sudah Bu Nanda lakukan untuk mengatasinya?”

Pasien : “Awalnya memang gak sering Ners, tetapi makin kesini makin sering cepat lelah terus
lemas padahal makan selalu tercukupi. Kalau udah gitu, saya paling istirahat Ners. Kalau di kantor,
saya berhenti sebentar dari ngerjain pekerjaan. Karena sering haus, saya banyak minum air putih
Ners supaya gak dehidrasi. Pas malamnya jadi lebih sering buang air kecil.”
Perawat : “Selain hal-hal yang sudah Bu Nanda sampaikan, adakah aktivitas fisik atau olahraga
yang biasa dilakukan?”

Pasien : “Semakin bertambah umur saya sudah jarang olahraga rutin Ners. Paling sering di akhir
pekan. Kebiasaan olahraga bersama keluarga saya itu bersepeda, berenang, atau jogging, sekalian
cari udara segar. Kalau saya sibuk seperti akhir-akhir ini dan fisik lagi gak memungkinkan, saya
gak sempat buat ngelakuinnya. Saya juga pernah diberi tau kalau gula darah lagi tinggi maka harus
menurunkannya dulu baru bisa olahraga dan kadar setelah olahraga juga dicek.”

Perawat : “Pemahaman Bu Nanda sudah cukup baik mengenai olahraga. Sebenarnya olahraga
bisa dilakukan di dalam rumah Bu, misalnya dengan treadmill. Apakah Bu Nanda pernah
mencobanya?”

Pasien : “Dulu sering Ners tapi sekarang udah enggak lagi karena lebih nyempetin olahraga
bareng keluarga di luar rumah. Sebenarnya di rumah ada alatnya, anak saya sering pakai. Treadmill
juga baik ya Ners untuk penderita DM seperti saya?”

Perawat : “Iya betul Bu. Olahraga teratur menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes.
Asalkan jangan berlebihan dan berkonsultasi dulu dengan dokter sebelum memulai latihan rutin
karena olahraga yang terlalu intens sebenarnya dapat meningkatkan kadar gula darah.”

Pasien : “Sepertinya treadmill bisa jadi pilihan yang bagus ya Ners supaya saya tetap bisa
menyempatkan olahraga saat di rumah. Saya juga sadar Ners semestinya saya tetap harus olahraga
meskipun sebentar di sela-sela kesibukan. ”

Perawat : “Baik sekali jika Bu Nanda berpendapat demikian. Apakah Ibu ingin mencoba latihan
treadmill sepulang dari rumah sakit ini?”

Pasien : “Saya pikir boleh juga Ners. Mungkin saya bisa ajak anak saya juga buat olahraga
bersama.”

Perawat : “Baik Bu nanti akan saya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter yang menangani
Ibu.”

Pasien : “Baik Ners, terimakasih”


Perawat : “Baik Bu. Sekarang bagaimana perasaan Ibu setelah menyampaikan keluhan kepada
saya?”

Pasien : “Saya merasa cukup baik Ners. Keluhan yang saya sampaikan semoga bisa membantu
menangani masalah kesehatan saya.”

Perawat : “Baiklah, Bu. Saya akan berkonsultasi dengan dokter dan 10 menit lagi saya akan
kembali untuk menyampaikan terkait diagnosis keperawatan dan intervensi yang bisa dilakukan.”

Pasien : “Baik, Ners.”

(10 menit kemudian perawat kembali menemui pasien)

B. DIAGNOSIS

Perawat : “Baik, Bu. Saya akan menyampaikan hasil diagnosis keperawatan terkait masalah
kesehatan Bu Nanda. Berdasarkan data yang saya peroleh melalui hasil pemeriksaan gula darah
Bu Nanda dan informasi dari Ibu terkait dengan keluhan yang menyebabkan Ibu masuk rumah
sakit, saya menyimpulkan bahwa Bu Nanda mengalami gangguan ketidakstabilan glukosa darah
berhubungan dengan hiperglikemia yang ditandai dengan kadar gula darah Ibu yang tinggi dan
gejala-gejala berupa lemas, frekuensi urin meningkat, dan rasa haus meningkat.”

Pasien : “Kenapa Ners, kok kadar gula darah saya tinggi?”

Perawat : “Kondisi tersebut bisa disebabkan karena konsumsi kopi yang berlebihanBu. Konsumsi
junk food juga bisa mempengaruhi. Pemeriksaan kadar gula darah juga perlu dilakukan agar Bu
Nanda bisa mengetahui tinggi rendahnya kadar gula darah dalam tubuh Ibu.”

Pasien : “Apakah ada faktor lain ya Ners, yang menyebabkan kadar gula darah saya tinggi?”

Perawat : “Olahraga tidak teratur juga bisa menjadi penyebab ditambah pola makan yang tidak
terkontrol. Kombinasi diet dan olahraga adalah cara terbaik untuk mengendalikan gejala diabetes
pada pasien seperti Ibu yang tidak tergantung pada insulin.”
Pasien : “Oalah, jadi penyebab kadar gula darah saya tinggi saya tuh karena sering mengkonsumsi
kopi dan juga junk food serta olahraga saya tidak teratur. Baik Ners, terus saya tuh juga sering
buang air kecil, apakah itu juga akibat dari kadar gula darah saya yang tinggi ya Ners?”

Perawat : “Iya seperti itu, Bu. Gejala sering buang air kecil bisa disebabkan karena kadar gula
darah yang berlebihan yang membuat ginjal Ibu gak bisa menyerap semua gula kembali ke dalam
darah, sehingga ada sebagian gula yang keluar dalam urine. Nah gula yang keluar dalam urine
punya sifat menarik lebih banyak air untuk turut keluar melalui urine. Akibatnya, penderita
diabetes akan mengalami poliuria atau sering buang air kecil Bu. Keinginan untuk buang air kecil
juga bisa muncul lebih sering pada penderita diabetes yang mengonsumsi minuman mengandung
tinggi kafein. Gejala lemas juga dikarenakan Ibu terlalu banyak mengeluarkan cairan melalui
urin.”

Pasien : “Oh, jadi begitu ya Ners”

Perawat : “Betul, Bu. Apakah masih ada hal lain yang ingin Bu Nanda tanyakan?”

Pasien : “Sepertinya sudah cukup, Ners. Terima kasih atas penjelasan yang diberikan.”

C. PERENCANAAN

Perawat : “Baik, sama-sama Bu. Berdasarkan masalah keperawatan yang telah kami tetapkan
bersama, selanjutnya saya kolaborasikan dengan dokter terkait dengan masalah tersebut, saya
sampaikan bahwa beberapa intervensi yang akan dilakukan pada Ibuadalah pemasangan infus,
pengaturan pola makan, dan pemantauan kadar gula darah Ibu . Pemasangan infus dilakukan untuk
mencegah timbulnya keadaan gangguan elektrolit yang diakibatkan oleh peningkatan gula darah
dan juga dehidrasi karena sering buang air kecil. Jadwal pemberian makan yaitu 3 kali makan
utama dan 3 kali makanan selingan dengan interval waktu 3 jam di antara keduanya. Kami juga
akan berkonsultasi dengan ahli gizi mengenai kebutuhan kalori dan jenis diet yang akan Ibu
konsumsi. Apakah Bu Nanda bersedia untuk mengikuti intervensi yang akan kami berikan?”

Pasien : “Demi menjaga kesehatan, saya tentunya bersedia Ners. Oh iya, kalau tujuan perencanaan
diet itu apa Ners?”
Perawat : “Tujuannya itu membantu mengendalikan kadar glukosa darah supaya mendekati
normal, juga memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal.”

Pasien : “Jadi begitu ya, Ners.”

Perawat : “Iya Bu Nanda. Sementara itu, pemantauan glukosa darah dilakukan setelah makan.”

Pasien : “Terus, adakah hal yang harus saya lakukan untuk menjaga kesehatan saya, Ners?”

Perawat : “Mengenai apa saja yang perlu Bu Nanda lakukan saat sudah kembali ke rumah
termasuk pentingnya kepatuhan terhadap diet dan olahraga yang tepat, kita bisa merencanakan
pertemuan berikutnya untuk membahas hal tersebut. Bagaimana menurut Bu Nanda?”

Pasien : “Iya Ners boleh.”

Perawat : “Baik Bu jika demikian. Apakah masih ada yang ingin Ibu sampaikan?”

Pasien : “Sudah cukup, Ners. Terima kasih.”

Perawat : “Terima kasih kembali Bu karena Bu Nanda mau bekerja sama dengan saya dari mulai
pengumpulan data hingga perencanaan ini. Baik Bu. Jika sudah cukup saya akan mempersiapkan
untuk pemasangan infus dan akan kembali lagi kesini dalam 10 menit. Sementara itu, Bu Nanda
bisa istirahat dulu.”

Pasien : “Baik, Ners.”

Anda mungkin juga menyukai