Anda di halaman 1dari 6

“FAKTOR STRUKTUR SOSIAL DALAM KEPERAWATAN

TRANSKULTURAL”

TRANSCULTURAL NURSING

Disusun Oleh:

Cintia Adinda Putri

1911312046

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG 2021
A. 7 Faktor Yang Dikaji Dalam Kasus Transkultural
1. FAKTOR TEKNOLOGI

Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat


penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Hal yang perlu dikaji
seperti persepsi tentang penggunaan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan,
alasan mencari bantuan kesehatan, persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat dan mengatasi
masalah kesehatan.
Pada kasus yang diberikan, Tn.T dan istrinya pergi ke rumah sakit Harapan
Sembuh untuk periksa dengan alasan karena dirasa kondisinya tidak juga membaik. Klien
dicurigai mengidap kanker paru, maka untuk memastikan hal tersebut klien diajurkan
harus melakukan pemeriksaan MRI. Setelah pemeriksaan MRI, ternyata pasien benar
mengidap kanker paru dan disarankan untuk melakukan kemoterapi, namun klien
menolaknya. Kebiasaan klien berobat yaitu sesuatu yang sudah dilakukan secara turun-
temurun dan mengatasi masalah kesehatan sesuai dengan kebiasaan suku klien.
Kemudian klien juga memiliki kebiasaan merokok. Persepsi klien terhadap kebisaannya
tersebut adalah karena baginya merokok suatu identitas bahwa dirinya seorang laki-laki
sejati, dan saat klien merasakan suatu gejala penyakit, Klien dan istrinya berpersepsi dan
menganggap bahwa hal tersebut adalah hal yang biasa dan efek dari kelelahan karena
bekerja.

2. FAKTOR AGAMA DAN FILOSOFI

Agama atau yang keyakinan dianut klien bisa saja mempengaruhi cara pandang
atau persepsi klien terhadap masalah kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini
yaitu: Agama yang dianut, kebiasaan pemeluk agama yang berdampak positif terhadap
kesehatan, kebiasaan yang berdampak positif terhadap kesehatan, upaya mencari bantuan
kesehatan, konsep diri yg utuh, status pernikahan, persepsi klien terhadap kesehatan, cara
beradaptasi terhadap situasi saat ini, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara
pengobatan dan cara penularan terhadap orang lain.
Pada kasus yang diberikan, Tn.T dan dan keluarganya beragama Islam, status
pernikahan dengan Ny. W resmi sebagai suami istri. Setiap harinya klien selalu
melaksanakan shalat berjamah bersama keluarga kecilnya. Cara pandang Tn. T terhadap
cara pengobatan penyakitnya yaitu dengan melakukan sebuah ritual yang sesuai dengan
tardisi budayanya. Klien percaya bahwa dengan melakukan ritual bedah ayam akan dapat
diketahui penyakit dan pengobatannya.

3. FAKTOR SOSIAL DAN KEKELUARGAAN


Hal yang perlu dikaji disini adalah : Nama lengkap dan nama panggilan, marga,
usia atau tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, tumbuh kembang
keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota keluarga, hubungan klien dengan KK,
kebiasaan rutin yang dilakukan oleh keluarga.
Pada kasus yang diberikan, Klien bernama Tn. T berusia 40 tahun, tinggal
bersama seorang istri bernama Ny. W berusia 34 tahun dan kedua orang anaknya di Desa
Ambacang Tengah. Klien berjenis kelamin laki laki dan berstatus sebagai kepala rumah
tangga. Klien dan istrinya merupakan orang Minang asli dan mereka masih kental
menganut tradisi dan budaya Minang. Saat klien mengalami masalah dengan
kesehatannya kebiasaan rutin yang biasa dilakukan oleh keluarga yaitu, biasanya
keluarga klien terutama mertuanya memberikan wejangan agar klien banyak memakan
buah dan sayuran seperti kembang kol, brokoli, kubis, kentang, jus apel dan manggis agar
dapat menambah tenaga dan kesehatan.

4. FAKTOR NILAI BUDAYA DAN GAYA HIDUP

Hal yang perlu dikaji disini adalah : Posisi atau jabatan, bahasa yang digunakan,
bahasa nonverbal yang sering ditunjukkan klien, kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan
makan, pantang terhadap makanan tertentu yang terkait dengan kondisi tubuh, sarana
hiburan yang dimanfaatkan, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari.
Pada kasus yang diberikan, Tn. T dan istrinya berasal dari suku minang, bahasa
yang klien gunakan dalam sehari-hari adalah bahasa Minang. Saat klien sakit, klien
biasanya mendapatkan wejangan dari mertuanya untuk banyak memakan buah dan sayur
seperti kembang kol, brokoli, kubis, kentang, jus apel dan manggis. Karena menurut
kepercayaan buah dan sayur yang berwana hijau dapat menambah tenaga dan kesehatan,
sedangkan buah dan sayur berwarna merah dipercaya menambah tenaga dan
kesungguhan. (yang dimaksud kesungguhan adalah kesungguhan untuk sembuh). Namun
dalam pengolahan buah dan sayur tersebut istri klien memotongnya terlebih dahulu baru
kemudian dicuci dan saat merebusnya tidak ditutup. Selain itu, dari segi pengobatan,
klien percaya bahwa dengan melakukan pengobatan sesuai tradisi dan budaya Minang,
yaitu dengan melakukan ritual bedah ayam akan dapat diketahui penyakit yang dialami
dan pengobatannya.
Kemudian terkait dengan gaya hidup, Tn. T dalam sehari harinya tidak dapat
lepas dari kebiasaan merokok. Baginya merokok merupakan suatu identitas bahwa
dirinya seorang laki-laki sejati. Klien telah merokok selama 10 tahun. Kebiasaan tersebut
tidak dapat di hentikan oleh klien karena jika tidak merokok klien merasa mulutnya pahit
dan kepala pusing. Bahkan klien lebih memilih untuk menahan lapar dari pada harus
menahan untuk tidak merokok, Klien juga jarang berolahraga karena sibuk bekerja.
5. FAKTOR KEBIJAKAN DAN LEGAL

Hal yang perlu dikaji disini adalah : Peraturan dan kebijakan yang berkaitan
dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat. Pada kasus yang diberikan, tidak dipaparkan
dengan jelas mengenai faktor legal dan kebijakan.

6. FAKTOR EKONOMI

Tingkat ekonomi atau pendapatan masyarakat akan mempengaruhi cara


masyarakat tersebut memelihara kesehatannya dan memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan atau cara memperoleh pelayanan kesehatan bila ada anggota keluarga yang
menderita sakit. Hal yang perlu dikaji disini adalah : Pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan, kebiasaan menabung dan jumlah tabungan sebulan.
Pada kasus yang diberikan, klien atau Tn. T bekerja sebagai pegawai atau buruh
di pabrik sepatu kulit, sedangkan istrinya Ny. W bekerja sebagai buruh cuci. Setiap bulan
penghasilan klien sekitar 1.100.000. dan penghasilan istrinya 15.000 per hari. Klien
memiliki dua orang anak sebagai tanggungan. Saat melakukan pemeriksaan di rumah
sakit, menolak pengobatan secara kemoterapi, karena menurutnya biaya yang dikeluarkan
untuk pengobatan tersebut relatif mahal dibandingkan pengobatan yang sesuai dengan
tuntunan tradisinya.

7. FAKTOR PENDIDIKAN

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan
klien biasanya didukung oleh bukti ilmiah yang rasional dan individu dapat belajar. Hal
yang perlu dikaji pada tahap ini yaitu : Tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan, dan
kemampuan untuk belajar secara aktif mandiri.
Pada kasus Tn. T menduduki pendidikan terakhir SMA sedangkan istri klien
Ny.W pendidikan terakhir SMP. Hal ini membuat klien memiliki sedikit pengetahuan
mengenai cara pengobatan penyakit-penyakit beresiko tinggi seperti kanker yang
dialaminya saat ini. Kemampuan klien untuk belajar atas pendidikan kesehatan yang
diberikan perawat dan dokter pasien beranggapan bertentangan dengan keyakinannya
sehingga membuat klien susah untuk menerima penkes yangg diberikan.

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
2. Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
3. Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Mempertahankan Budaya

“Merasakan sakit pada bagian dada, pundak, punggung, dan lengan disertai dengan
penurunan berat badan. Klien dan istrinya menganggap bahwa itu adalah hal yang biasa dan efek
dari kelelahan karena bekerja. Untuk memperbaiki kondisinya, klien mendapatkan wejangan dari
mertuanya untuk banyak memberikan buah dan sayur seperti kembang kol, brokoli, kubis,
kentang, jus apel dan manggis. Karena menurut kepercayaan buah dan sayur yang berwana hijau
dapat menambah tenaga dan kesehatan, sedangkan buah dan sayur berwarna merah dipercaya
menambah tenaga dan kesungguhan. (yang dimaksud kesungguhan adalah kesungguhan untuk
sembuh).”
Pada kutipan kasus yang berikan bahwa yang dilakukan dapat dipertahankan karena
budaya pasien dengan memberikan buah dan sayur tindakan yang tidak merugikan kesehatan.
Sayur dan buah-buahan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan salah satunya dapat melawan
kanker paru paru, sebagaimana studi mengaitkan antara diet buah dan sayur dengan perlindungan
alami tubuh seperti sayuran kembang kol mengandung sulforaphane, antioksidan yang dapat
mencegah kanker. Olehkarena itu dapat dipertahankan dengan cara perawat memberikan edukasi
tentang manfaat sayur dan buah-buahan.
2. Rekontruksi Budaya

“Pengolahan buah dan sayur tersebut istri klien memotongnya terlebih dahulu baru
kemudian dicuci dan saat merebusnya tidak di tutup.”
Pada kutipan kasus hal seperti ini harus kita ubah karena dapat merugikan kesehatan
pasien. Jika buah dan sayur dipotong lalu dibersihkan akan membuat vitamin dan nutrisi yang
terkandung didalamnya berkurang atau bahkan hilang karena ikut larut dalam air. Dapat kita
ajarkan pasien cara mencuci buah dan sayur yang benar yaitu menggunakan air mengalir lalu di
potong dan saat merebus sayuran ditutup agar dapat mempertahankan nutrisi dari sayuran.
3. Negosiasi Budaya

“Klien disarankan untuk melakukan kemoterapi. Namun klien menolak untuk melakukan
kemoterapi. Karena klien dan istrinya merupakan orang Minag asli sehingga mereka masih
kental menganut tradisi dan budaya Minang. Klien percaya bahwa dengan melakukan ritual
bedah ayam akan dapat diketahuk penyakit dan pengobatannya.”
Pada kutipan kasus budaya yang pasien harus mengakomodasikan dengan cara yang
dapat meningkatkan kesehatan. Pasien sudah diagnosa kanker paru, olehkarena itu disarankan
untuk melakukan kemoterapi, kemoterapi salah satu terapi yang kerap digunakan pasien untuk
melawan kanker. Terapi ini menggunakan sejumlah obat untuk membunuh sel kanker atau
menghentikannya tumbuh dan menyebar ke bagian tubuh lain. Sebelum meminta pasien untuk
melakukannya perawat perlu kesadaran pasien, melakukan pendekatan yang tidak menghakimi
dan memberikan edukasi.

Anda mungkin juga menyukai