Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

“MANAJEMEN STRESS PADA IBU POST PARTUM”

OLEH :
Andrea Rendri Putri (1912142010
Debi Cutnadila (1912142010011)
Nabila Natasya (1912142010
Regita Try Asmeida (1912142010
Septianingrum Ayu Lestari (1912142010
Shintya rahmadhani (1912142010

Prodi S1 Keperawatan Tingkat II B

Dosen Pembimbing:
LIZA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI


SUMATERA BARAT BUKITTINGGI
2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah tidak lupa kami panjatkan terhadap kehadirat Allah SWT, sehingga kami
dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang mengenai tentang “Manajemen Stress Pada
Ibu Post Partum” penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas di STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi.
Dalam penulisan makalah ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini dan tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih
kepada Ibu (…..) selaku Dosen yang telah memberikan bimbingan untuk tugas makalah ini.
Dalam penyusunan tugas makalah ini masih belum sempurna sehingga kami
membutuhkan kritik, koreksi, dan saran dari semua pihak. Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya.

Bukititnggi, 21 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masaalah.......................................................................................1
C. Tujuan Masalah.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Stress
a. Pengertian Stress......................................................................................2
b. Stressor.....................................................................................................2
c. Manajemen Stress....................................................................................2
d. Dampak Sress Terhadap Individu............................................................2
e. Cara Mengatasi Stress Dengan Teknik Psiketerapi.................................3
B. Konsep dan Manajemen Post Partum
a. Pengertian Post Partum............................................................................4
b. Pengertian Stress Post Partum..................................................................5
c. Gejala Stress Post Partum........................................................................7
d. Faktor Pendukung Stress Ibu Post Partum...............................................7
e. Manajemen Stress Post Partum................................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................11
B. Saran..............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa postpartum atau nifas terjadi berbagai perubahan pada wanita setelah kehamilan
dan persalinan, baik perubahan secara fisiologi, psikologi, maupun sosiokultural. Perubahan
kompleks yang terjadi pada wanita postpartum tersebut memerlukan adaptasi untuk
menyesuaikan diri dengan kondisi dan pola hidup setelah proses kehamilan dan persalinan.
Periode postpartum merupakan masa transisi yang kritis bagi seorang ibu. Tidak semua ibu
mampu beradaptasi, sehingga dapat menimbulkan gangguan psikologi pada ibu, baik
gangguan psikologi ringan maupun berat. Salah satu gangguan psikologi yang bisa terjadi
pada ibu postpartum yaitu depresi postpartum.
Ibu dengan gangguan depresi postpartum akan mengalami perasaan sedih yang berlebihan dan
diikuti oleh gejala penyertanya, adanya perubahan pola tidur dan nafsu makan, gangguan
psikomotor, penurunan konsentrasi, adanya rasa kelelahan, rasa putus asa, merasa tidak
berdaya, dan pada keadaan berat dapat timbul keinginan untuk bunuh diri. Adanya pengaruh
biologis, psikologis dan faktor demografi yang mendukung seperti usia muda saat kehamilan,
status pernikahan yang tidak harmonis, paritas, tingkat pendidikan, dan status sosial ekonomi
menjadi hal yang mempengaruhi untuk terjadinya depresi postpartum. Adanya riwayat
gangguan afektif dan sudah adanya gejala depresi saat kehamilan seperti timbulnya rasa
bersalah, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, gangguan konsentrasi dan keinginan untuk
bunuh diri yang menetap setidaknya 2 minggu saat kehamilan juga menjadi faktor resiko yang
kuat terjadinya depresi postpartum.

B. Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian dari stress serta stressor?
b. Bagaimanakah manajemen dari stress?
c. Apa saja dampak stress bila stress terjadi kepada seorang individu?
d. Bagaimana cara mengatasi stress dengan teknik psiketerapi?
e. Apa itu post partum dan stress post partum?
f. Apa saja gejala stress pada ibu post partum?
g. Apa saja faktor-faktor pendukung stress ibu post partum?
h. Bagaimana manajemen stress pada ibu post partum?

C. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui :
a. Apakah pengertian dari stress serta stressor?
b. Bagaimanakah manajemen dari stress?
c. Apa saja dampak stress bila stress terjadi kepada seorang individu?
d. Bagaimana cara mengatasi stress dengan teknik psiketerapi?
e. Apa itu post partum dan stress post partum?
f. Apa saja gejala stress pada ibu post partum?
g. Apa saja faktor-faktor pendukung stress ibu post partum?
h. Bagaimana manajemen stress pada ibu post partum?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Stress
a. Pengertian Stress
Stres adalah suatu rangsangan yang menegangkan psikologis dari suatu
organisme,tekanan-tekanan fisik dan psikologis yang menekan organ tubuh dan atau
dirisendiri,suatu keadaan ketegangan psikologis karen/kecemasan. Selain itu, Stres juga
diartikan sebagai suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir
dan kondisi seseorang (Handoko, 1997:200). Stres yang terlalu besar dapat mengancam
kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Adapun menurut Robbins
(2001:563) Stres juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis
seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan
tersebut terdapat batasan atau penghalang.

b. Stressor
Stresor adalah pengalaman atau situasi yang penuh dengan tekanan. Selain itu, Stresor
(stressor) diartikan juga sebagai sebuah stimulus atau peristiwa yang menimbulkan
respon stres pada organisme.

c. Manajemen Stress
Manajemen stres adalah kemampuan penggunaan sumber daya (manusia) secara efektif
untuk mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncul karena
tanggapan (respon). Tujuan dari manajemen stres itu sendiri adalah untuk memperbaiki
kualitas hidup individu itu agar menjadi lebih baik.

d. Dampak Stress Terhadap Individu


1. Dampak Fisiologik
Secara umum orang yang mengalami stress mengalami sejumlah gangguan fisik
seperti : mudah masuk angin, mudah pening-pening, kejang otot (kram), mengalami
kegemukan atau menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan, juga bisa menderita
penyakit yang lebih serius seperti cardiovasculer, hypertensi, dst.
2. Dampak Psikologik
Adapun dampak psikologik antara lain :
a. Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merupakan tanda pertama dan punya
peran sentral bagi terjadinya ‘burn – out’
b. Terjadi ‘depersonalisasi’ ; Dalam keadaan stress berkepanjangan, seiring dengan
kewalahan / keletihan emosi, kita dapat melihat ada kecenderungan yang
bersangkutan memperlakuan orang lain sebagai ‘sesuatu’ ketimbang ‘sesorang’
c. Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga berakibat pula
menurunnya rasa kompeten & rasa sukses
3. Dampak Perilaku
Dampak perilaku seperti :
a. Manakala stress menjadi distress, prestasi belajar menurun dan sering terjadi
tingkah laku yang tidak berterima oleh masyarakat

2
b. Level stress yang cukup tinggi berdampak negative pada kemampuan mengingat
informasi, mengambil keputusan, mengambil langkah tepat.
c. Mahasiswa yang ‘over-stressed’ ~ stress berat seringkali banyak membolos atau
tidak aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.

e. Cara Mengatasi Stress Dengan Teknik Psikoterapi


Psikoterapi adalah upaya intervensi oleh psikoterapis terlatih agar kliennya bisa
mengatasi persoalannya. Pada dasrnya metode psikoterapi adalah wawancara tatap muka
perorangan, tetapi dalam praktik banyak variasi teknik psikoterapi teragntung pada teori
yang mendasarinya dan jenis masalah yang sering dihadapi klien. Tujuan psikoterapi
adalah untuk mengembalikan keadaan kejiwaan klien yang terganggu (mulai dari
masalah ringan sampai gangguan mental berat) agar bisa berfungsi kembali dengan
optimal sehingga klien tersebut merasa bisa merasa dirinya lebih sehat mental.
Berdasarkan teori dan teknik yang diterapkan ada beberapa jenis psikoterapi:
1. Psikoanalisis.
Teknik ini diperkenalkan oleh Sigmund Freud.Sesuai dengan teorinya, Freud
mencoba menjelajahi alam ketidaksadaran pasiennya melalui wawancara yang
dinamakannya asosiasi bebas sampai pasien menemukan sumber masalahnya yang
biasanya terdapat dalam alam ketidaksadaran itu.Pasien harus berbaring di sofa dan
psikoterapis duduk di belakangnya sambil member pertanyaan – pertanyaan dan
mencatat.Gunanya adalah agar pasien bisa bebas berasosiasi tidak terhambat oleh
kehadiran terapis.Tahap penting dari teknik ini adalah jika terjadi katarsis yaitu pasien
bisa meluapkan emosinya sehingga menimbulkan perasaan lega. Kelemahan teknik
ini adalah bahwa proses penyembuhan bisa berlangsung bertahun-tahun.

2. Hypnoterapy.
Sebelum teknik psikoanalisis diperkenalkan psikeater menggunakan teknik hipnotis
untuk menurunkan ambang kesadaran dan mensugesti pasien untuk sembuh. Teknik
ini bisa langsung menghilangkan gejala, tetapi hanya berlangsung sesaat dan akan
kambuh lagi jika pengaruh sugesti sudah hilang. Oleh karena itu sekarang
dikembangkan teknik hypnoterai baru sehingga pasien / klien bisa mensugesti dirinya
sendiri dan bisa sembuh total tanpa tergantung pada psikoterapis lagi.

3. Terapi Humanistik
Disebut juga terapi client centered. Teknik yang dianjurkan oleh Carl Rogers ini
beranggapan bahwa semua orang punya aspek positif dalam dirinya. Psikoterapis
bertugas untuk membantu klien menelusuri semua potensi positif dalam dirinya, agar
dia bisa mengembangkan dirinya secara positif dan meninggalkan gejala-gejala
gangguan mentalnya.

4. Terapi Perilaku. Dasar teorinya adalah teori belajar dari J.B. Watson yang
menyatakan bahwa perilaku bisa ditimbulkan atau dihambat dengan memberinya
reinforcement (ganjaran) yang positif (untuk mendorong) atau negative
(menghambat). Teknik ini digunakan untuk mengatasi phobia.Caranya adalah
mendekatkan benda yang ditakuti itu dengan hal-hal yang menyenangkan klien
sehingga timbul asumsi positif antara benda yang ditakuti dengan hal yang

3
menyenangkan dan lama kelamaan fobia bisa hilang. Kelemahan teknik ini adalah
sewaktuwaktu bisa timbul kembali kalau ada trauma (peristiwa yang tidak
dikehendaki) baru atau jika persoalan intinya belum terpecahkan bisa muncul dalam
gejala / keluhan lain.

B. Konsep dan ManajemenPostPartum


a. Pengertian PostPartum
Salah satu cakupan ilmu keperawatan adalah keperawatan maternitas yang mana
bidang garap keperawatan maternitas difokuskan pada kesehatan ibu dan anak. Kesehatan
ibu tidak akan  pernah  pernah lepas dari sebuah keadaan keadaan mulai dari perawatan
perawatan selama prenatal, prenatal, intra partum dan post  partum.
Postpartum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi
kembali pada keadaan tidak hamil membutuhkan waktu sekitar 6 mingu (Farrer.2001).
Postpartum dibagi menjadi 3 periode yaitu: Puerpureum dini, intermedial puerpereum dan
remote puerpereum (Mochtar 1998). Pada ibu postpartum mengalami perubahan-
perubahan baik secara psikologis dan fisiologis
Perubahan yang terjadi pada adaptasi fisiologis, ibu mengalami perubahan sistem
reproduksi dimana ibu mengalami proses involusio uteri, laktasi dan perubahan hormonal
sedangkan  perubahan pada adaptasi psikologis adanya psikologis adanya rasa ketakutan
rasa ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan dan hal ini akan
berdampak pada ibu yang berada pada masa nifas menjadi sensitif terhadap faktor-faktor
yang mana dalam keadaan normal mampu diatasi.
Perubahan yang mendadak pada ibu postpartum penyebab utamanya adalah
kekecewaan emosional, rasa sakit pada masa nifas awal, kelelahan karena kurang tidur
selama persalinan dan kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya, rasa
takut tidak menarik lagi bagi suaminya, terutama emosi pada minggu pertama menjadi
labil dan perubahan suasana hatinya dalam 3-4 hari pertama, masa ini sangat bervariasi
dan dipengaruhi begitu banyak faktor, maka  penekanan  penekanan utama adalah
pendekatan keperawatan dengan memberikan bantuan, simpati dan dorongan semangat.
Dalam dekade terakhir, banyak peneliti klinis yang memberikan perhatian khusus
pada gejala  psikologis yang menyertai seorang wanita pasca persalinan dan telah
melaporkan beberapa angka kejadin dan berbagai faktor diduga mempunyai kaitan
dengan gejala-gejala tersebut.
Keadaan cemas merupakan manifestasi langsung dari stres kehidupan yang sangat
erat hubungannya dengan pola kehidupan. Cemas itu sendiri merupakan keadaan
khawatir, gelisah takut dan tidak tentram (Stuart & Sundeen 2005). Rasa cemas yang
tidak bisa ditanggulangi oleh ibu hamil sangat berdampak tidak baik,hal tersebut
mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi  pembuluh darah dan metabolisme tidak
seimbang (Sadock,1998).
Selain itu Biben, (2006) dalam penelitian kejadian Post Partum Blues mencoba
menelaah  pemicu penderitaan kaum ibu,Ia menduga hal itu sebagai akumulasi
kecemasan yang terkumpul selama kehamilan sehingga akan berdampak pada persalinan
dan Post Partum, begitu juga pada saat mengalami kecemasan dari segi hormonal akan
terjadi perubahan kadar estrogen,  progesteron, prolaktin dan estriol yang terlalu rendah
atau terlalu terlalu tinggi yang berfluktuasi, ibu  Post Partum mengalami penurunan kadar
estrogen secara bermakna, dan estrogen memiliki efek supresi aktiviti enzyme

4
monoaminase oksidase yaitu suatu enzyme otak yang bekerja menginaktifasi baik
noradrenalin maupun serotinin yang berperan dalam suasana hati diantaranya cemas
sebagai salah satu penyebab terjadinya post partum blues.  
Post Partum Blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah
menulis referensi bahwan post partum blues suatu keadaan disforia ringan pasca
persalinan, atau sindrom gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu
pertama setelah persalinan berlangsung , hal ini merupakan masalah yang menyulitkan
dan tidak menyenangkan serta dapat membuat  perasaan  perasaan tidak nyaman bagi
yang mengalaminya, bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat  berkembang menjadi
keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan  Psikosis Post Partum. Angka kejadiannya,
pada ibu usia yang beresiko bila ≤ 20 tahun dan > 35 tahun sedangkan usia yang tidak
beresiko sekitar 21 -34 tahun dan paritas pada primipara dan multipara, pengalaman
dalam  proses kehamilan dan persalinan serta dukungan psikososial antara lain, status
perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan jiwa sebelumnya.
Post partum blues adalah suatu periode pendek kelabilan emosi sementara yang
biasanya terjadi pada minggu pertama post partum, dan berlangsung hanya satu sampai
dua hari (Wheeler. 2004) yang ditandai dengan mendadak menjadi pendiam, tidak mau
bicara, merasa kesepian, sakit kepala, cepat lelah dan bingung, menangis takut dan
cemas, gangguan tidur, mudah tersinggung, labilitas perasaan dan gangguan napsu
makan. Penyebabnya adalah kekecewaan emosional yang mengikuti kegirangan
bercampur rasa takut yang dialami selama masa hamil dan melahirkan, rasa nyeri pada
awal masa nifas, kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan pasca persalinan,
kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan Rumah
Sakit dan ketakutan menjadi tidak menarik lagi. \
Adapun beberapa factor-faktor predisposisi, dengan banyak factor yang diduga
berperan  pada sindrom sindrom post partum blues antara lain : Faktor hormonal
hormonal dimana terjadi terjadi perubahan perubahan kadar estrogen dan progesterone
yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, Faktor demografi yaitu usia dan paritas. Untuk
pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan, latar belakang  psikososial
psikososial mengenai mengenai tingkat tingkat pendidikan, pendidikan, status
perkawinan, perkawinan, riwayat riwayat gangguan gangguan jiwa. Instrumen  penelitian
yang digunakan p  penelitian yang digunakan pada post ada post partum blues adalah
partum blues adalah Endinburg Postnatal Depression  Endinburg Postnatal Depression
Scal e atau EPDS.

b. Pengertian StressPostPartum
Depresi masa nifas merupakan gangguan afeksi yang sering terjadi pada masa nifas,
dan tampak dalam minggu pertama pasca persalinan insiden depresi post partum sekitar
10-15% depresi post partum disebut juga maternity blues atau syndrome inu baru.
Keadaan ini merupakan hal yang serius, sehingga ibu memerlukan dukungan dan banyak
istirahat.
Kartono (2002), menyatakan bahwa depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa
yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulus tertentu, pengurangan
aktivitas fisik maupun mental dan kesulitan dan dalam berpikir lebih lanjut kartono
menjelaskan bahwa gangguan depresi gangguan depresi disertai kecemasan disertai
kecemasan , kegelisahan dan , kegelisahan dan keresahan perasaan bers keresahan

5
perasaan bersalah, perasaan alah, perasaan menurunnya martabat diri atau kecenderungan
bunuh diri.
Individu yang mengalami depresi sering merasa dirinya tidak berharga dan merasa
bersalah, mereka tidak mampu memusatkan pikirannya dan tidak dapat membuat
keputusan. Individu yang mengalami stress/depresi selalu menyalahkan diri sendiri,
merasakan kesedihan yang mendalam dan rasa putus asa tanpa sebab. Mereka
merpersepsikan diri sendiri dan seluruh alam dunia dalam suasana yang gelap dan suram.
Pandangan suram ini menciptakan perasaan tanpa harapan dan ketidakberdayaan yang
berkelanjutan (Albin, 1991)

Adapun gejala depresi Post Partum adalah :


1. Sulit tidur bahkan bayi sudah tidur
2. Nafsu makan berkurang
3. Perasaan tidak berdaya
4. Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi
5. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi
6. Pikiran yang menakutkan mengenai bayi
7. Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi
8. Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan berdebar tau perasaan
berdebar-debar
9. Perasan bersalah atau putus harapan (hopeless)
10. Penurunan atau peningkatan berat badan
Beberapa faktor predisposisi terjadinya depresi post partum adalah sebagai berikut :
1. Perubahan hormonal yang cepat, berupa perubahan kadar esterogen, progesteron,
prolaktin,dan  prolaktin,dan estriol estriol yang terlalu terlalu rendah atau terlalu
terlalu tinggi. tinggi. kadar estrogen estrogen turun sceara  bermakna  bermakna
setelah setelah melahirkan. melahirkan. Ternyata Ternyata estrogen estrogen meiliki
meiliki efek supresi supresi terhadap terhadap aktivitas aktivitas enzim monoamene,
oksidase yatitu suatu enzem otak yang bekerja menginaktivasi, baik noradneralin
maupan serotonin yang berperan dalam suasana hti dan kejadian depresi.
2. Faktor demografik yaitu umur dan paritas. Umur yang terlalu muda untuk meahirkan,
sehingga dia memikirkan tanggung jawabnya sebagai ibu untuk mengurus
anaknya.sedangkan postpartum blues banyak terjadi pada ibu primipara mengingatka
dia  baru memasuki memasuki perannya perannya sebagai sebagai seorang seorang
ibu, tetapi tidak menutup menutup kemungkinanjuga kemungkinanjuga terjadi pada
ibu yang pernah melahirkan, yaitu jika ibu mempuyai riwayat postpartum  blues
sebelumnya.
3. Masalah medis dalam kehamilan (PIH, Diabetes melitus, disfungsi tiroid):
a. Karakter pribadi (harga diri, ketidakdewasaan).
b. Marital dysfungtion atau ketidakmampuan membina hubungan dengan orang lain.
c. Riwayat depresi penyakit mental dan alkoholik
d. Unwanted pregnancy
e. Terisiolasi
f. Kelemahan, gangguan tidur, ketakutan terhadap masalah keuangan keluarga,
kelahiran anak, dengan kecacatan/penyakit.

6
c. Gejala StressPostPartum
Cary Cooper dan Alison Straw mengemukakan gejala stress dapat berupa tanda-tanda
berikut ini:
1. Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, rnerasa
panas, otot-otot tegang, pencemaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan,
sakit kepala, salah urat dan gelisah.
2. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, saiah paham, tidak
berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan
semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jemih, sulit membuat kcputusan, hilangnya
kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap orang
lain.
3. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang berlebihan, cemas
menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan, penjengkel menjadi
meledak-ledak.
Menurut Braham, gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini:
1. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar,
adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit,
urat-urat pada bahu dan leher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera
makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi.
2. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan
cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi,
gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang,
dan kelesuan mental.
3. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk
berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja.
4. Interpersonal, yaitu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain
menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang
lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup diri secara berlebihan, dan mudah
menyalahkan orang lain.

d. Faktor Pendukung StressIbu PostPartum


Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan
timbulnya Stres yaitu :
1. Faktor Lingkungan
Ketidakpastian Ekonomi, misalnya orang merasa cemas terhadap kelangsungan
pekerjaan mereka.
Ketidakpastian Politik, misalnya adanya peperangan akibat perebutan kekuasaan.
Perubahan Teknologi, misalnya dengan adanya alat-alat eletronik dll, munculnya bom
dimanamana.
2. Faktor Organisasional
Tuntutan Tugas, misalnya desain pekerjaan individual, kondisi pekerjaan, dan tata
letak fisik pekerjaan.
Tuntutan Peran, misalnya ada peran beban yang berlebihan dalam organisasi.
Tuntutan Antarpersonal, misalnya tidak adanya dukungan dari pihak tertentu atau
terjain hungan yang buruk.

7
3. Faktor Personal.
Persoalan Keluarga, misalnya kesulitan dalam mencari nafkah dan retaknya hubungan
keluarga.
Persoalan Ekonomi, misalnya apa yang dimilikinya tidak memenuhi apa yang
didambakan.
Berasal dari kepribadiannya sendiri.

e. Manajemen StressPostPartum
Jika ibu mengalami mengalami gejala-gejala gejala-gejala di atas, maka segeralah
segeralah memberi memberi tahu suami,  bidan atau dokter. Penyakit ini dapat
disembuhkan dengan obat-obatan obat-obatan atau konsultasi dengan psikiater.
Perawatan di rumah sakit akan diperlukan apabila ibu mengalami stress  berkepanjangan.

Beberapa cara untuk memanajemen/intervensi yang dapat membantu ibu terhindar dari
depresi post partum antara lain :
1. Pelajari diri sendiri
Ibu diharapkan dapat memahami informasi mengenai perubahan-perubahn psikologi
pada ibu nifas. Dan apabila apabila terjadi h terjadi hal-hal yang ti yang tidak
dinginkan dinginkan dalam fase-fase itu fase-fase itu ibu akan segera mendapatkan
bantuan dari petugas kesehatan.  
2. Tidur/Istirahat cukup
Mungkin ibu setelah post partum tidak dapat tidur teratur selama 8 jam sehari seperti
dahulu, ditambah lagi ibu harus bangun setiap 2-3 jam untuk menyusui bayi nya.
Curilah waktu disela-sela kesibukan untuk tidur pulas. Ketika bayi tidur ibu juga
harus tidur. Kurang tidur bukan hanya menambah stress pasca melahirkan tetapi, juga
mempengaruhi kesehatan ibu dan ASI ibu.
3. Makan dengan baik  
Nutrisi  Nutrisi yang cukup penting penting untuk kesehatan, kesehatan, ibu pasti
sibuk sekali dengan kehadiran kehadiran si  bayi, namun tetaplah tetaplah jaga
kualitas kualitas makanan makanan ibu. Junkfood Junkfood memang praktis praktis
tetapi hindarilah terlalu banyak memakannya. Karena junkfood dapat meningkatkan
gula darah yang akan meningkatkan rasa cemas dan membuat ibu merasa tertekan.
Gantilah  junkfood  junkfood dengan buah-buahan buah-buahan segar, sayuran
sayuran dan jus buah favorit. favorit. Makanan Makanan harus membuat suasana hati
anda lebih baik dan membuat ibu bisa tidur lebih nyenyak.
4. Olahraga
Saat berolahraga seseorang akan mengeluarkan homon endorfin yang baik bagi mood
dan emosinya. Lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan dan olah tubuh
ringan sehingga dapat membuat ibu merasa lebih baik dan dapat menguasai emosi
yang  berlebihan dalam dirinya.
5. Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
Jika memungkinkan hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau
pindah pindah kerja sebelum sebelum atau setelah setelah melahirkan. melahirkan.
Tetaplah Tetaplah hidup secara sederhana sederhana dan hindari stress, sehingga
dapat segera dan lebih mudah menyembuhakan perasaan depresi ringan.

8
6. Bermain dengan si Bayi
Menatap sikecil yang masih lugu, serta mengajaknya bermain-main akan meluluhkan
rasa stress ibu. Ajaklah bicara, nyanyikan lagu untuknya tataplah matanya, serta
kecuplah sepuas-puasnya. Segala kelelahan ibu pun akan segera hilang.
7. Beritahukan perasaan anda
Jangan takut untuk berbicara dan memberitahukan apa perasaan ibu, apa yang ibu
ingin kan dan butuhkan demi kenyamanan ibu sendiri. Jika memiliki masalah dan
merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan kepada pasangan atau
orang terdekat.
8. Dukungan keluarga dan orang lain
Dukungan ini sangat penting bagi ibu. Ceritakan pada pasangan atau keluarga atau
siapapun yang dapat menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri anda bahwa mereka
akan selalu ada disisi ibu setiap mengalahi k akan selalu ada disisi ibu setiap
mengalahi kesulitan.
9. Me Time
Bila ibu telah mencoba segala cara tetapi stress pasca melahirkan tidak juga menjauh
dari ibu, coba manjakan diri ibu sendiri. Minta waktu minimal 30 menit kepada suami
untuk menjaga bayi ibu dan lakukan apa yang ibu suka. Ibu dapat pergi ke salon, ke
supermarket, atau hanya berendam di air hangat.  
10. Mendengarkan musik
Tidak dapat dipungkiri bahwa musik dapat menenangkan pikiran ibu. Putarlah alunan
musik favorit, bernyailah, maka suansana seorang ibu dapat segera berubah
11. Persiapan diri yang baik
Persiapan sebelum melahirkan sangatlah diperlukan. Hal ini dapat membantu dapat
membantu ibu menemukan informasi atau teman-teman yang senasib dengan ibu.
Ikutilah senam hamil atau seringlah bertanya dengan bidan atau dokter agar ibu tahu
apa yang diinginkan dan dapat mengindari traumatis saat melahirkan.
12. Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat meredam gejolakperasaan yang terjadi
selama  post partum. partum. Kondisi Kondisi ibu yang belum stabil dan dapat
dicurahkan dicurahkan dengan memasak, memasak, membersikan rumah, atau
menyiram tanaman. Ingat, ibu tetap tidak boleh melakukan hal-hal yang dapat
memberatkan atau memperlama proses pemulihan pasca bersalin. Mintalah bantuan
orang lain ika ibu ingin melakukannya.
13. Dukungan emosional
Dukungan emosional dari orang-orang sekitar juga akan membatu ibu lepas dari rasa
depresi dan frustasi. Ceritakan kepada mereka perasaan dan perubahan hidup ibu agar
ibu merasa lebih baik.
14. Dukungan kelompok depresi post partum
Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami hal serupa agar ibu
tidak merasa sendirian.
15. Bersikap tulus ikhlas dalam menerima peran barunya
Pahamilah bahwa melahirkan dan menyusui bayi merupakan kodrat wanita.
Terimalah  peran itu  peran itu dengan baik dengan baik dan ajarkan dan ajarkan
pasangan untuk pasangan untuk tetap berkomunikasi tetap berkomunikasi pada ibu

9
pada ibu tentang tentang apa yang ibu rasakan dan inginkan sehingga pasangan ibu
tahu dan mau membanu ibu untuk menjalani peran tersebut.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Postpartum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali
pada keadaan tidak hamil membutuhkan waktu sekitar 6 mingu (Farrer.2001). Stress post
partum adalah jenis stress yang di alami oleh ibu dalam 6 minggu setelah melahirkan. Cary
Cooper dan Alison Straw mengemukakan gejala stress pada ibu post partum dapat berupa
tanda-tanda berikut ini yaitu:
 Nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, rnerasa panas, otot-otot
tegang, pencemaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah
urat dan gelisah.
 Kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang berlebihan, cemas menjadi lekas
panik, kurang percaya diri menjadi rawan, penjengkel menjadi meledak-ledak. Sulit tidur
atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan
pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan
leher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau
serangan jantung, kehilangan energi. 
 Acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain menurun, mudah
mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang
dengan kata-kata, menutup diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain.

Adapun faktor pendukung terjadinya stress pada ibu post partum adalah:
1. Lingkungan, perubahan teknologi misalnya dengan adanya alat-alat eletronik
dll, munculnya bom dimanamana akan mengganggu serta meningkatkan tingakat stress
pada ibu.
2. Organisasional, tuntutan peran, misalnya ada peran beban yang berlebihan dalam
organisasi. Tuntutan antarpersonal, misalnya tidak adanya dukungan dari pihak tertentu
atau terjalimmya hubungan yang buruk. 
3. Persoalan Ekonomi, misalnya apa yang dimilikinya tidak memenuhi apa yang
didambakan.

Manajemen yang dapat dilakukan:


1. Menganjurkan ibu melajari diri sendiri
2. Tidur/Istirahat cukup
3. Makan dengan baik  
4. Olahraga
5. Menghindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
6. Bermain dengan si Bayi
7. Menganjurkan ibu memberitahukan perasaannya kepada orang terdekat.
8. Mendapatkan dukungan keluarga dan orang lain
9. Memanfaatkan Me Time dengan sebaik-baiknya
10. Mendengarkan musik
11. Persiapan diri yang baik
12. Memberikan dukungan emosional kepada ibu
13. Bersikap tulus ikhlas dalam menerima peran barunya

11
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa terdapat berbagai faktoryang
dapat memicu seseorang ibu post partum mengalami Stress yang berasal dari faktor internal
dan jugaeksternal seperti yang sudah diuraikan sebelumnya. Faktor-faktor tersebut juga
memilikidampak yang cenderung negatif bagi ibu yang mengalami Stress, mulai dari
perubahan yang terjadi pada fisiologi, psikologi serta perilaku seseorang. Namun, terdapat
juga kiat-kiat untuk dapat mengatasi Stress ibu post partum tersebut yang dikenal sebagai
Manajemen Stress ibu post partum. Tujuan dariManajemen Stres itu sendiri adalah untuk
memperbaiki kualitas hidup ibu post partum agar menjadi lebih baik.
B. Saran
Alangkah baiknya kita mengetahui apa saja yang dapat menghindari dan juga mengatasi
Stress pada ibu post partum tersebut mulai dari hal-hal kecil yang tentunya bersifat positif
bagi diri ibu tersebut, yaitu seperti pola tidur dan olahraga yang teratur, berbanyaklah
tersenyum, menganjurkan ibu melajari diri sendiri, tidur/istirahat cukup, makan dengan baik,
menghindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan, bermain dengan si bayi,
menganjurkan ibu memberitahukan perasaannya kepada orang terdekat, memanfaatkan me
time dengan sebaik-baiknya, dll. Selain itu, ibu post partum juga di amjurkan melakukan
segala sesuatunya dengan pikiran yang positif pula untuk dapat meminimalisir timbulnya
Stress. Hal-hal tersebut bertujuan untuk dapat menciptakan kehidupan yang lebih tenang,
bahagia dan juga berkualitas bagi setiap ibu setelah melahirkan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Helen Baston, dan Jennifer Hall. 2009. Midwefery Essentials POSTNATAL Vol 4. Jakarta :


EGC2011

Herawati,Manshur. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta : Penerbit


SalembaMedika

https://id.wikipedia.org/wiki/ Manajemen_ stres

http://www.psychologymania.com/2012/12/faktor-faktor-penyebab-stres-kerja.html

http://andishimawan.blogspot.co.id/2013/05/makalah-stre.html

Kirana, Yurike. April 2015.HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN POST PARTUM


DENGAN KEJADIAN POST PARTUM BLUES DI RUMAH SAKIT DUSTRA CIMAHI .
Volume III, No 1. Ejournal.

Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Peuperium Care”. Yogyakarta :PUSTAKA
PELAJAR

Sari Eka Puspita, dan Rimandani Dwi kurnia. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas
(PostnatalCare). Jakarta : CV. TRANS . Jakarta : CV. TRANS INFO MEDIA

Anda mungkin juga menyukai