Anda di halaman 1dari 14

TRANSCULTURAL NURSING

BUDAYA BETAWI

OLEH:

KELOMPOK 5:

AYU WANDIRA

SELVINA SAKKA

NURMAWULANDINI

AINUN ANUGRAH

POLITENIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

PRODI KEPERAWATAN PAREPARE

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi
tugas keperawatan transkultural.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Hal ini di
sebabkan terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca selalu kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Akhirnya, harapan kami mudah-mudahan makalah yang sederhana ini ada manfaatnya
khusus bagi kami dan umumnya para pembaca. Aamiin.

Parepare, 20 oktober 2019

penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………............i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...............................................................................................4

C. Tujuan dan Manfaat.............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi budaya betawi………………………………………………………....5

B. Budaya keluarga betawi………………………………………………………...5

1. Nilai-nilai yang dianut masyarakat betawi……………………………………...5

2. Fungsi keperawatan keluarga…………………………………………………...6

3. Konsep sehat-sakit suku betawi………………………………………………....6

4. Aspek budaya betawi yang mempengaruhi kesehatan……………………….....7

5. Diagnosa keperawatan ……………………………………………………….....8

6. Rumah adat suku betawi………………………………………………………...8

7. Pakaian adat suku betawi………………………………………………………..9

8. Seni bela diri suku betawi………………………………………………………10

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………….....................11

B. Saran…………………………………………………………………………...11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Budaya Indonesia merupakan kebudayaan yang dapat di artikan sebagai kesatuan dari
kebudayaan seluruh wilayah yang ada di Indonesia. Untuk menumbuhkan rasa cinta
Indonesia dalam rangka mengembalikan jati diri bangsa Indonesia, perlu di galakkan kembali
karena sekarang ini Indonesia sedang mengalami nilai-nilai pergeseran dari kebudayaan
lokal, yaitu kebudayaan asli Indonesia kepada mulainya kecintaan terhadap budaya asing.
Dengan majunya teknologi di mana informasi apa saja bisa masuk dalam kehidupan
masyarakat, kita turut pula mempengaruhi tergesernya nilai-nilai budaya Indonesia ini.

Suku betawi merupakan kebudayaan asli kota Jakarta, perpaduan dari kebudayaan-
kebudayaan yang telah ada sebelumnya karena Jakarta merupakan daerah pesisir sebagai
pusat perdagangan. Maka banyak akulturasi dari berbagai kebudayaan terutama arab, melayu,
cina, portugis, dan belanda.

2. Rumusan Masalah
 Bagaimana kebudayaan suku betawi?
 Konsep sehat-sakit suku betawi?
3. Tujuan
Untuk memberikan gambaran tentang budaya betawi di indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi budaya Betawi

Suku betawi merupakan Penduduk asli Jakarta dengan ciri utamanya mempergunakan


bahasa Betawi sebagai bahasa ibu, tinggal dan berkembang di wilayah DKI Jakarta dan
sekitarnya.Terbentuk sekitar abad ke-17, merupakan hasil dari campuran beberapa suku
bangsa seperti Bali, Sumatera, China, Arab dan Portugis. Dari latar belakang sosial dan
budaya yang berbeda-beda, mereka mencoba mencari identitas bersama dalam bentuk lingua
franca bahasa Melayu yang akhirnya terbentuk masyarakat homogen secara alamiah.
Suku bangsa ini biasa juga disebut Orang Betawi atau Orang Jakarta (atau Jakarte
menurut logat Jakarta). Nama "Betawi" berasal dari kata "Batavia". Nama yang diberikan
oleh Belanda pada zaman penjajahan dahulu.

B. Budaya Keluarga Betawi

1. Nilai-nilai yang dianut masyarakat Betawi

Keluarga Betawi memiliki pandangan ‘banyak anak banyak rejeki’, pendidikan agama
harus nomor satu, menjadi kebanggaan bagi kaum laki-laki jika memiliki istri lebih dari satu,
dan anak laki-laki harus lebih pandai dari anak perempuan. Keluarga Betawi umumnya
memiliki anak lebih dari tiga.

Penduduk betawi beranggapan bahwa pendatang adalah penjajah yang merebut rumah
dan kebun mereka, padahal mereka menjual tanah dan kebun untuk menghidupi keluarga
mereka sendiri. Keluarga Betawi umumnya berkelompok beberapa generasi dalam satu
rumah, rumah besar disekat-sekat, atau bersebelahan dengan saudara lain. Keluarga Betawi
memiliki rasa gotong royong yang tinggi, kompak dalam menghadapi persoalan anggota
keluarganya, tetepi dalam membela anggota keluarga tersebut acapkali tidak berdasarkan
pertimbangan logis, lebih pada pertimbangan perasaan dan kedekatan kekerabatan.
2. Fungsi Keperawatan Keluarga

Dari tinjauan sejarah sampai saat ini, praktik keperawatan keluarga dipengaruhi oleh nilai-
nilai ajaran pra-Islam, budaya Jawa, budaya Sunda, budaya Cina, Nasrani dan Islam. Praktik
menggunakan orang pintar masih mendominasi dalam menolong anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan. Bila beberapa kali dibawa ke dukun tidak sembuh,
biasanyabaru dibawa ke petugas kesehatan. Sela ke dukun mereka juga pergi ke sinse atau
kyai yang dianggap mampu mengobati gangguan kesehatan.

Dukun beranak adalah sebutan untuk dukun yang diangga ahli dalam menolong persalinan.
Dukun anak adalah sebutanuntuk dukun yang ahli mengurut anak. Keterampilan para dukun
diturunkan kepada anak cucunya, namun ada yang berguru atau mendapat ilham dalam
mimpi yang disebut dukun tiban.

3. konsep sehat-sakit suku betawi

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kita yang masih hidup, tak
terkecuali dalam usia muda, tua, balita atau uzur dengan kesehatan banyak hal yang bisa
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, namun demikian badan yang sehat ada kalanya
mengalami ngangguan kesehatan. Dalam kehidupan masyarakat tradisional sakit kerap
dihubungkan dengan masakah gaib. Misalnya berhubungan dengan guna-guan, santet, teluh,
dan lain sebagainya. Dan biasanya mereka seringkali menggunakan dukun atau yang tenar
dengan sebutan “orang pintar” sebagai mediasi untuk kesembuhan penyakitnya.

Bagi orang Betawi sehat dan sakit merupakan hal yang alamiah, oleh karenanya obat
dan berobat bukanlah suatu hal yang sangat istimewa. Sebagaimana masyarakat pada
umumnya Orang Betawi percaya dan yakin bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya. Dan
pada dasarnya obat-obatan telah disediakan oleh alam atau lingkungan tempat kita sehati-
hari.

Orang Betawai juga mengenal tenaga pengobatan teradisional yang sudah tidak asing
lagi dengan sebutan dukun. Dukun atau orang pintar masih mendapatkan peran dan fungsi
yang penting dalam beberapa spesifikasinya, seperti Dukun Bayi, Dukun Sembur, Dukun
Urat dan lain sebagainya. Dukun-dukun tersebut biasaya mendapatkan keahlian biasanya
tanpa melalui pendidikan pada umumnya. Mereka medapatkan keahliannya disamping bakat
lahir yang dominan bisa juga dari warisan pendahulu mereka, atau mendapatkan keahlian itu
secara tiba-tiba yang sering disebut dengan sebuah karomah.
Keahlian itu kemudian ditambah dengan pola-pola ritual seperti puasa dan
berpantang. Contohnya pantang memakan suatu jenis makanan seperti garam atau makanan
yang berasal dari mahluk yang bernyawa. Dizaman sekarang dokter dan bidan sudah banyak.
Rumah sakit, Puskesmas, klinik, dan pusat kesehatan lainya pun mudah dijangkau. Meskipun
ilmu kedokteran sudah canggih namun keahlian Dukun atau orang pintar masih tetap
dibutuhkan bagi masyarakat, terutama Dukun patah tulang.

4. Aspek budaya betawi yang mempengaruhi kesehatan

 Masyarakat Betawi melarang perempuan Betawi yang sedang mengandung


pantang makan yang amis-amis seperti ikan karena khawatir bila nanti
melahirkan air ketubannya amis. Sedangkan Ibu hamil memerlukan protein
tinggi. Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nanas,
ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa
kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan. (Wibowo,1993).
 Faktor budaya adalah masih kuatnya mitos-mitos budaya berkaitan dengan
kesehatan Ibu dan pemahaman ajaran agama. Mitos-mitos yang berkembang
tersebut hanya dapat diberantas dengan pemberian konseling, informasi dan
edukasi (KIE) kepada masyarakat Disarankan untuk bidan agar memberikan
penyuluhan pada para Ibu, suami dan masyarakat umum mengenai nutrisi yang
diperlukan terutama saat hamil agar tidak memantang makanan yang justru baik
bagi kesehatan Ibu. Bagi Ibu hamil diharapkan lebih kritis apabila mendapat
informasi mengenai mitos kehamilan agar tidak merugikan kesehatan. Facta
berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang
menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka
merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter. Di
masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan
kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin.Dan memang, selain
ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal
ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi.
 Melakukan restrukturisasi budaya Betawi yang tidak merugikan kesehatannya.
Misalnya kaum pria Betawi dewasa umumnya merokok walaupun yang
bersangkutan menderita penyakit paru kronik seperti tb paru atau asma. Perawat
menganjurkan untuk berhenti merokok dan memantaunya secara periodic,
sehingga suatu saat klien memiliki budaya baru yaitu tidak merokok
 Ondel-ondel pun sering digunakan untuk menolak bala atau roh jahat. Menurut
kepercayaan orang-orang Betawi wabah seperti misalnya cacar akan hilang
setelah orang-orang mengarak ondel-ondel keliling kampung (Melihat hal
tersebut, kita dapat melihat pada sisi budaya dengan dunia kesehatan yang
dikaitkan menjadi suatu keselarasan oleh masyarakat Betawi tersebut. Keyakinan
akan mitos dengan mengarak – arak ondel dapat menolak bala menciptakan
paradigma mereka akan kepercayaan terhadap suatu hal yang mistis yang dapat
membantu mereka untuk mencegah wabah cacar. Namun, seperti yang kita
ketahui, hal tersebut jauh dari kebenaranya. Cacar adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus Varicella simplex dan ditularkan melalui kontak udara
sehingga dengan kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat Betawi tersebut
tidak mengenai sasaran apapun dan hal tersebut hanyalah sebagai ritual dari
kebiasaan yang tidak dapat mereka lepaskan).
4. Diagnosa keperawatan
terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu:
a) Gangguan komunikasi verbal b/d perbedaan kultur
b) Gangguan interaksi sosial b/d disorientasi
c) Ketidak patuhan dalam pengobatan b/d sistem nilai yang diyakini

6. Rumah adat suku betawi

Rumah adat bagi suku betawi bernama rumah kebaya. Rumah ini termasuk dalam
bentuk rumah panggung, yang berdiri beberapa cm di atas tanah. Dilihat dari gaya
arsitekturnya, rumah adat betawi seperti mendapatkan pengaruh arsitektur dari beberapa
negara seperti eropa, arab, dan cina. Gaya arsitektur yang mirip dengan gaya rumah negara
lain tersebut terlihat dari desain pintu, jendela, lubang angin, dan beberapa ornamen rumah
yang terdapat di sana. Dilihat dari struktur peletakan ruangnya, rumah adat suku betawi mirip
juga dengan rumah modern yang ada desa ini: terlihat dari terdapatnya ruang-ruang dengan
fungsi tertentu, seperti ruang umum, ruang pribadi, dan area servis.
Dulunya, rumah adat betawi dibuat dari bambu, sedangkan sekarang ini karena
pengaruh modernisasi, rumah adat suku betawi terbuat dari dinding tembok. Jika dulunya
lantai rumah tradisional ini terbuat dari tanah, sekarang terbuat dari keramik atau plesteran
semen. Rumah ini terlihat sederhana namun tetap terlihat apik dengan pagar kayu yang
mengelilingi bangunan rumah. Mungkin inilah yang membuat rumah betawi terlihat unik.

7. Pakaian adat suku betawi

Pakaian adat jakarta dibagi menjadi pakaian adat untuk wanita dan laki-laki. Untuk
laki-laki biasanya menggunakan baju koko, celana batik, kain pelekat ataupun sarung yang
ditaruh di leher serta peci yang digunakan, sedangkan wanita menggunakan baju kurung
lengan pendek, ataupun kebaya dengan menggunakan kain sarung batik dengan
menggunakan kerudung. Untuk pakaian saat pernikahan pakaian laki-laki di buat dandanan
cara haji.

Pakaian pengantin laki-laki meliputi jubah dan tutup kepala, sedangkan bagi
perempuan dibuat dandanan ala nona cina dengan blus berwarna cerah. Bawahannya
menggunakan rok atau disebut kun yang berwarna gelap dengan model duyung. Warna yang
sering digunakan hitam atau merah hati. Sebagai pelengkap bagian kepala digunakan
kembang goyang dengan motif burung hong dengan sanggul palsu, dilengkapi dengan cadar
dibagian wajah.

8. Seni bela diri suku betawi

Pencak silat dikenal sebagai seni bela diri dari suku betawi. Bela diri ini dimainkan
oleh 2 orang yang memainkan dengan menggunakan pakaian khas betawi yaitu menggunakan
baju koko. Ikat pinggang khas betawi serta menggunakan peci. Biasanya bela diri digunakan
sebagai pelengkap pada acara pernikahan atau pentas lainnya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

Indonesia memiliki ragam budaya. Kebudayaan di Indonesia berbeda dari pulau satu
dengan lainnya, hingga setiap daerah itu sangatlah berbeda. Dari cara berbicara, perilaku,
berpakaian, dan sebagainya. Budaya ini ialah hal yang harus dilestarikan. Agar Indonesia
tetap memiliki ciri khas daerah.

2. Saran

Budaya ialah kebiasaan yang dimana bisa menunjang status kesehatan dan merugikan status
kesehatan.. Jika dapat menujang status kesehatan, petugas kesehatan seharusnya dapat
mendukung budaya tersebut..Jika tidak dapat menujang status kesehatan, petugas kesehatan
dapat merubah atau bernegosiasi budaya tersebut.
Soal

1. Dalam satu keluarga suku betawi ada seorang wanita yang ingin melahirkan. Apa
tanggapan keluarga tentang ibu yang akan melahirkan..
a. Pergi ke dukun beranak
b. Ke rumah sakit
c. Dukun sumbuk
d. Dukun urat
e. Salah semua

2. Mengapa masyarakat betawi melarang perempuan betawi yang sedang mengandung


pantang makan yang amis-amis seperti ikan..
a. Dapat membahayakan kandungan
b. Bisa melahirkan bayi prematur
c. Karena khawatir bila nanti melahirkan air ketubannya amis
d. Bisa keguguran
e. A dan B benar

3. Dalam praktek kesehatan anggota keluarga suku betawi biasanya menggunakan...


a. Medis
b. Orang pintar
c. Klinik
d. Salah semua
e. A dan C benar

4. Mengapa ondel-ondel sering digunakan untuk menolak bala atau roh jahat menurut
kepercayaan masyarakat betawi...
a. Karena ondel-ondel adalah suku budaya betawi
b. Turun - temurun
c. Keyakinan akan mitos dengan mengarak-arak ondel
d. Wabah seperti misalnya cacar akan hilang setelah orang-orang mengarak ondel-ondel
e. Benar semua
5. Mengapa di dalam pandangan masyarakat betawi sehat dan sakit merupakan hal yang
alamiah, oleh karenanya obat-berobat bukanlah suatu hal yang istimewa..
a. Karena orang betawi percaya dan yakin bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya
b. Tenaga pengobatan yang sudah tidak asin lagi dengan sebutan dukun
c. A dan B benar
d. Menggunakan dukun yang benar bisa disebut oranng pintar
e. Salah semua
DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/suku_Betawi
https://books.google.co.id/books?
id=LKpz4vwQyT8C&pg=PT31&lpg=PT31&dq=kebudayaan+betawi+dengan+kesehata
n&source=bl&ots=gk1-
IR5jkh&sig=9oeWPtd0zBjf6wQXsTT4bG4bHs&Hl=en&sa=X&ved=zahUKEwia64rs3s
PeAhUItY9KHVQtA9oQ6AEwXoECAAQAQ#v=onepage&q=kebudayaan%20betawi
%20dengan%20kesehatan&f=true
http://khantydwi.blogspot.co.id/2013/05/kesenian-dan-kebudayaan-jakarta-betawi.html

Anda mungkin juga menyukai