Anda di halaman 1dari 21

“ASUHAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL KLIEN DENGAN MASALAH

KEPERAWATAN DEFISIT PENGETAHUAN PADA BUDAYA JAWA TIMUR”

Memenuhi tugas mata kuliah: “Komunikasi Rural dan Urban”

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Dini Fadhilah (17.156.01.11.007)

Hilyah Rahmaniyyah (17.156.01.11.014)

Lia Nurliana (17.156.01.11.019)

Reni Lumora P (17.156.01.11.027)

Sindy Sintia (17.156.01.11.034)

Siska Almaindah (17.156.01.11.035)

Tika Ratna S (17.156.01.11.040)

Yulif Maulidia (17.156.01.11.043)

4A KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKes Medistra Indonesia

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN TRANSKULTURAL KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
DEFISIT PENGETAHUAN PADA BUDAYA JAWA TIMUR” ini dengan lancar. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Komunikasi Rural dan
Urban”. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah “Komunikasi Rural
dan Urban” atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini, sehingga dapat diselesaikan
dengan semestinya.
Saya menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya sempurna. Sehingga saya
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna menambah kualitas serta mutu dari
makalah tersebut. Saya berharap semoga makalah ini dapat menambah ilmu dan wawasan kita
semua.

Bekasi, 9 Februari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................4
A. Konsep Dasar..........................................................................................................................4
B. Konsep Dasar Teori Sunrise Leininger...................................................................................5
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................................7
A. Kasus.......................................................................................................................................7
B. Pengkajian...............................................................................................................................7
C. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................................10
D. Rencana Keperawatan...........................................................................................................10
E. Implementasi Keperawatan...................................................................................................14
F. Evaluasi..................................................................................................................................16
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................18
A. Kesimpulan...........................................................................................................................18
B. Saran......................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penduduk di Indonesia semakin bertambah jumlahnya dari tahun ke tahun. Bertambahnya


jumlah penduduk memungkinkan untuk menimbulkan permasalahan baru dalam kesehatan.
Pemerataan pendidikan di Indonesia relatif rendah, masih banyak masyarakat yang belum
mendapat pendidikan secara layak. Pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan
berkeluarga karena mereka yang berpendidikan tinggi dapat mempunyai pengetahuan yang lebih
luas dibandingkan dengan yang memiliki pendidikan rendah (Putri, 2011).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap objek (Soediatama, 2002). Pengetahuan dapat mempengaruhi tingkah laku dan
berhubungan dengan masalah kesehatan yang dapat memicu terjadinya gangguan kesehatan pada
kelompok tertentu. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin mudah dalam
menerima informasi (Notoadmodjo, 2007). Kurangnya pengetahuan di Indonesia, khususnya di
pedesaan banyak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan. Kebudayaan
memberikan batasan-batasan seperti jenis makanan yang boleh dimakan dan cara pengolahan
makanan. Masalah seperti itu juga terjadi di Jawa Timur. Kebudayaan dapat mempengaruhi
status kesehatan masyarakat (Kurniawati, 2010).

Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya rencana untuk mengatasi permasalahan


defisit pengetahuan tentang cara pengolahan makanan yang benar pada masyarakat di Indonesia.
Oleh karena itu perlu diberikan intervensi berupa pemberian informasi dan pendidikan kesehatan
kepada masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara mengatasi masalah defisit pengetahuan tentang cara pengolahan
makanan yang benar pada masyarakat Jawa Timur?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar
I. Defisit Pengetahuan

Pengertian dari defisit pengetahuan yaitu suatu keadaan dimana seseorang individu
atau kelompok mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau keterampilan-keterampilan
psikomotor berkenaan dengan kondisi atau rencana pengobatan (NANDA, 2008). Defisit
pengetahuan juga berarti tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan
topic spesifik (NANDA, 2010). Defisit pengetahuan di artikan sebagai ketiadaan atau
defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu (NANDA, 2015).

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan defisit pengetahuan yaitu,


keterbatasan kognitif, salah interpretasi informasi, kurang pajanan, kurang minat dalam
belajar, kurang dapat mengingat dan tidak familier dengan sumber lain (NANDA, 2015).
Faktor yang dapat menyebabkan adanya defisit pengetahuan antara lain gangguan fungsi
kognitif, gangguan memori, kurang informasi, kurang minat untuk belajar, kurang sumber
pengetahuan, dan salah pengertian terhadap orang lain (NANDA, 2015).

II. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

GAKI adalah sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan


unsur iodium secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama (Hetzel, 1993).
Menurut WHO (2001), kekurangan iodium terjadi pada saat konsumsi iodium kurang dari
yang direkomendasikan dan mengakibatkan kelenjar tiroid tidak mampu mensekresi hormon
tiroid dalam jumlah yang cukup. Jumlah hormon tiroid yang rendah di dalam darah
mengakibatkan kerusakan perkembangan otak dan beberapa efek yang bersifat merusak
secara kumulatif. Keadaan ini sering disebut dengan nama Iodium Deficiency
Disorder (IDD).

B. Konsep Dasar Teori Sunrise Leininger


Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan pada konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise
Model). Berikut adalah tujuh faktor dalam teori sunrise Leininger:

I. Faktor teknologi (Technological factors)


Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: persepsi sehat
sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan
serta pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.

II.  Faktor agama dan falsafah hidup (Religious and philosophical factors)

Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran
di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawat adalah agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan, dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

III. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and social factors)

Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor seperti nama lengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan
keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

IV. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and life ways)

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut
budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang
mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Perawat perlu mengkaji
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan
makan, makanan yang dipantangkan dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari, dan kebiasaan membersihkan diri.

V. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political and legal factors)

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and
Boyle, 1995). Yang perlu dikaji oleh perawat pada tahap ini adalah peraturan dan kebijakan
yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, dan
cara pembayaran untuk klien yang dirawat.

VI. Faktor ekonomi (Economical factors)

Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang


dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji
oleh perawat yaitu pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh
keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, dan penggantian biaya dari kantor atau
patungan antar anggota keluarga.

VII. Faktor pendidikan (Educational factors)

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien
biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Perawat perlu
mengkaji hal seperti tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk
belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus

            Disebuah Desa Sehat Selalu hiduplah kelurga kecil. Keluarga tersebut berjumlah empat
anggota keluarga yang terdiri dari Nenek S. (60 tahun) Ny M (35 tahun), An. R (12 tahun) dan
An. P (10 tahun). An. R (12 tahun) kini sedang duduk dibangku sekolah dasar kelas 6, sedangkan
An. P (10 tahun) sedang duduk dibangku sekolah dasar kelas 4. Sang Nenek sehari-hari hanya
berada dirumah dengan kegiatan memasak dan bersih-bersih rumah, sedangkan Ny M bekerja
sebagai pembantu rumah tangga di seorang tetangganya. Keluarga Ny M mempunyai kebiasaan
memasak sayur blendrang. Di Desa Sehat Selalu tersebut warga desanya sudah turun temurun
memasak dan memakan sayur blendrang tersebut. Sayur blendrang ini merupakan sayur yang
sering dipanasi berhari-hari hingga menimbulkan rasa gurih dan menjadi bubur. Setiap hari
Nenek S sering sekali memasak sayur blendrang tersebut. Keluarga tersebut tidak mengetahui
tentang dampak dari memasak sayur blendrang terlalu sering bisa menyebabkan Penyakit
gondongan akibat kekurangan yodium. Hal tersebut bisa terjadi karena proses pengolahan
makanan yang lama dan proses pemanasan berulang-ulang membuat manfaat yodium dalam
garam hilang. An. R mengeluh sakit pada bagian lehernya dan merasa lehernya mengalami
bengkak disertai demam. An R mengeluh sakit sudah beberapa hari namun keluhan dari An R
tersebut dianggap sebagai hal biasa. Gejala An R bertambah disertai susah makan karena leher
dan pipinya membengkak. Ny M sebagai ibu memeriksakan anaknya ke mantri terdekat dari
rumahnya untuk mengetahui sakitnya tersebut. Dari beberapa keluhan diatas, keluarga tidak
memahami atau kurangnya pengetahuan penyakit apa yang sedang terjadi pada An R dan apa
penyebab dari sakit dari An R tersebut.

1. Pengkajian
Identitas Umum Keluarga

a. Identitas Kepala Keluarga


Nama : Ny. M
Umur : 45 tahun
Agama : islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaaan : ibu rumah tangga
Alamat : Desa sehat rt 05/009

b. Faktor Teknologi (Technological Factors)


Perkembangan teknologi yang semakin canggih dapat membawa masyarakat ke
kehidupan yang labih baik lagi. Namun beda halnya bagi orang yang tidak memanfaatkan
teknologi dengan benar ataupun orang yang tidak mengenal teknologi memiliki fungsi
yang berbeda dari yang diharapkan. Keluarga Ny. M merupakan keluarga yang masih
Gaptek atau gagap teknologi sehingga tidak dapat mengakses teknologi tersebut. Hal ini
juga mempengaruhi pada informasi yang di dapat oleh keluarga Ny. M kurang uptodate
atau informasi yang terbaru. Dalam keluarga Ny. M hanya ada ibu dari Ny. M dan kedua
anak dari Ny. M yang masih Sekolah Dasar. Ibu dari Ny. M berumur 60 tahun dan ibu
tidak dapat menggunakan alat teknologi contohnya Hp begitupun dengan Ny. M yang
masih gagap dalam menggunakan alat teknologi.

c.  Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social Factors)


Sosial yang sangat tinggi pada Desa Sejahtera yang sangat kuat dan keterikatan
keluarganya juga erat mempengaruhi kebiasaan memakan makanan blendrang. informasi
dari antar warga tentang rasa dari blendrang terus menerus dibicarakan sehingga semua
warga juga menerapkan masakan yang diceritakan oleh warga yang lain. Dari hal ini
makanan blendrang semakin banyak dikonsumsi oleh warga di desa Sejahtera tersebut
tanpa memikirkan apakah makanan tersebut masih layak dikonsumsi atau tidak.

d. Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways)


Budaya yang masih kental dalam keluarga Ny. M mempengaruhi kebiasaan yang
dilakukan oleh keluarga Ny. M . kebiasaan menghangatkan makanan secara terus-
menerus yang dilakukan oleh Ny. M merupakan kebiasaan dari ibu nya yang juga sering
memasak dengan cara demikian sehingga Ny. X menirunya. Kebiasaan-kebiasaan ini
diturunkan dari keluarga ke keluarga yang lain dan menjadi suatu warisan resep makanan
sehingga menjadi kebiasaan di daerah tersebut.

e. Faktor ekonomi ( Economical Factors)


Keluarga Ny. M dalam perekonomian tergolong dalam menengah ke bawah, dan
faktor ekonomi memicu untuk melakukan penghangatan makanan berkali-kali atau yang
disebut dengan blendrang. Menurut kelurga makanan blendrang yang enak dan juga
menghemat makanan dengan cara menghangat kembali makanan-makanan
sebelumnya. Dari keluarga Ny.M yang bekerja hanya Ny.M saja, Pekerjaan dari Ny. M
yaitu sebagai pembantu rumah tangga dengan gaji perbulan 1.500.000.

f. Faktor pendidikan(Educational Factor)


Salah satu warga yang sering memanaskan makanan terlalu sering atau yang
disebut dengan blendrang merupakan keluarga dari Ny. M, yang mana pendidikan
terakhir yang dietmpuh oleh Ny. M yaitu SD. Dalam keluarga tersebut terdiri dari ibu
dari Ny. M dan kedua orang anaknya sedangkan suami dari Ny. M sedang merantau di
luar kota. Ibu dari Ny. M (Ny. S) buta huruf atau tidak dapat membaca sedangkan
pendidikan dari anak Ny. M masih duduk di kelas 6 dan 4 SD. Dilihat dari pendidikan
terakhir Ny. M dapat diketahui bahwa pada keluarga tersebut masih minim mengetahui
informasi terkini dari berbagai media.

1. Analisa Data

No Analisa Data Diagnosa Keperawatan


1. Ds : Defisit pengetahuan keluarga b.d
ketidaktahuan keluarga dalam
- Ny. M mengatakan keluarga nya masih
proses pengolahan makanan.
minim informasi diberbagai media
- Keluarga Ny. M mengatakan keluarga
nya yang masih Gaptek atau gagap
teknologi sehingga tidak dapat
mengakses teknologi 
- Ny. M mengatakan Ibu nya tidak dapat
menggunakan alat teknologi contohnya
Hp begitupun dengan Ny. M yang masih
gagap dalam menggunakan alat
teknologi.

Do :

- Pendidikan terakhir Ny. M adalah SD

2 Ds : Ketidakpatuhan pengobatan b.d


budaya keluarga yang dianut
- Keluarga Ny. M mempunyai kebiasaan
memasak sayur blendrang, sayur yang
sering dipanasi berhari-hari hingga
menimbulkan rasa gurih dan menjadi
bubur.
- An. R mengeluh sakit pada bagian
lehernya dan merasa lehernya mengalami
bengkak disertai demam.

Do :

- Keluarga Ny. M selalu memasak


memasak dan memakan sayur blendrang
- Keluarga Ny.M
2. Diagnosa Keperawatan

a. Defisit pengetahuan keluarga b.d ketidaktahuan keluarga dalam proses pengolahan


makanan.
b. Ketidakpatuhan pengobatan b.d budaya keluarga yang dianut

3. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Keperawatan
1. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan
1.       Cultural care perservation atau
keluarga b.d pendekatan keperawatan maintenance
ketidaktahuan selama 2x24 jam masalah - Beri dukungan keluarga
keluarga dalam defisit pengetahuan dapat mengenai pengetahuan
proses pengolahan teratasi dengan kriteria hasil keluarga tentang efek dari
makanan adalah : proses pengolahan makanan.
- Keluarga - Identifikasi sejauh mana
menyatakan pengetahuan keluarga tentang
pemahaman tentang efek dari proses pengolahan
efek dari proses makanan
pengolahan makanan - Bersikap tenang dan tidak
- Keluarga mampu terburu-buru saat berinteraksi
melaksanakan dengan keluarga
prosedur yang - Diskusikan kesenjangan
dijelaskan secara budaya yang dianut keluarga
benar dan perawat

2.       Cultural care accomodation atau


negosiation
- Gunakan bahasa yang
mudah dipahami oleh
keluarga saat melakukan
pendekatan keperawatan
- Libatkan semua anggota
keluarga dalam
perencanaan perawatan
terkait dengan
pemahaman tentang
proses pengolahan
makanan
- Lakukan negoisasi
dengan keluarga
mengenai tata cara proses
pengolahan yang benar
- Apabila konflik tidak
terselesaikan, lakukan
negoisasi di mana
kesepakatan berdasarkan
pengetahuan, pandangan
keluarga dan standar etik.

3.       Cultural care repartnering atau


recontruction
- Beri kesempatan pada
keluarga untuk
memahami informasi
yang diberikan dan
melaksanakannya
- Tentukan tingkat
perbedaan keluarga dari
budaya kelompok
- Terjemahkan terminologi
gejala keluarga ke dalam
bahasa kesehatan yang
dapat dipahami oleh
keluarga

2. Ketidakpatuhan Setelah dilakukan


1.       Cultural care perservation atau
pengobatan b.d pendekatan keperawatan maintenance
budaya keluarga selama 2x24 jam masalah - Beri dukungan keluarga
yang dianut ketidakpatuhan pengobatan mengenai pengobatan
dapat teratasi dengan kriteria untuk menangani masalah
hasil : kekurangan yodium
- Keluarga melaporkan - Beri instruksi tertulis
penggunaan strategi tentang manfaat
untuk pelayanan kesehatan
menghilangkan sesuai dengan kebutuhan
perilaku tidak sehat keluarga
dan memaksimalkan - Identifikasi sejauh mana
Kesehatan pengetahuan keluarga
- Keluarga mampu tentang pengobatan untuk
menggunakan menangani masalah
layanan kesehatan kekurangan yodium
sesuai dengan - Bersikap tenang dan tidak
kebutuhan terburu-buru saat
- Keluarga berinteraksi dengan
menunjukkan keluarga
kepatuhan pada - Diskusikan kesenjangan
pengobatan dan budaya yang dianut
program penanganan keluarga dan perawat
2.       Cultural care accomodation atau
negosiation
- Gunakan bahasa yang
mudah dipahami oleh
keluarga saat melakukan
pendekatan keperawatan
- Libatkan semua anggota
keluarga dalam
perencanaan perawatan
terkait pengobatan
masalah kekuranagn
yodium
- Apabila konflik tidak
terselesaikan, lakukan
negoisasi di mana
kesepakatan berdasarkan
pengetahuan, pandangan
keluarga dan standar etik.

3.       Cultural care repartnering atau


recontruction
- Beri kesempatan pada
keluarga untuk
memahami informasi
yang diberikan dan
melaksanakannya
- Tentukan tingkat
perbedaan keluarga dari
budaya kelompok
4. Implementasi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Implementasi


1. Defisit pengetahuan
1.       Cultural care perservation atau maintenance
keluarga b.d ketidaktahuan - Keluarga paham mengenai efek
keluarga dalam proses samping dari proses pengolahan
pengolahan makanan makanan yang tidak benar
- Tidak ada kesenjangan antara
perawat dan keluarga

2.       Cultural care accomodation atau


negosiation
- Perawat dan keluarga sama-sama
paham akan bahasa yang digunakan
saat melakukan pendekatan
keperawatan
- Semua keluarga turut hadir dalam
melakukan intervensi keperawatan
- Keluarga sudah sedikit mau untuk
sedikit merubah tata cara mengolah
makanan dengan benar

3.       Cultural care repartnering atau


reconstruction
- Keluarga paham mengenai informasi
tentang tata cara mengolah makanan
yang benar
- Keluarga paham tentang tanda dan
gejala mengenai penyakit gondongan
karena proses pengolahan makanan
yang salah
2. Ketidakpatuhan pengobatan
1.       Cultural care perservation atau maintenance
b.d budaya keluarga yang - Keluarga sedikit paham mengenai
dianut manfaat pelayanan Kesehatan
- Keluarga sudah mengerti tentang
pengobatan untuk menangani
masalah kekurangan yodium
- Perawa dan keluarga dapat
menoleransi budaya masing-masing

2.       Cultural care accomodation atau


negosiation
- Perawat dan keluarga sama-sama
paham akan bahasa yang digunakan
saat melakukan pendekatan
keperawatan
- Semua keluarga turut hadir dalam
melakukan intervensi keperawatan
- Konflik anatara keluarga dan perawat
terselesaikan, walaupun
membutuhkan waktu yang lumayan
lama
3.       Cultural care repartnering atau
reconstruction
- Keluarga paham akan informasi
tentang tata cara pengolahan
makanan yang benar
- Keluarga sudah mau dan mampu
melakukan proses pengolahan
makanan secara benar

5. Evaluasi

No. Diagnosa Keperawatan Evaluasi


1. Defisit pengetahuan keluarga b.d S : Keluarga
ketidaktahuan keluarga dalam proses mengatakan paham
pengolahan makanan tentang efek dari proses
pengolahan makanan
O : Keluarga mampu
menytakan tata cara
proses pengolahan
makanan dengan benar
A : masalah defisit
pengetahuan teratasi
P : intervensi dihentikan
2. Ketidakpatuhan pengobatan b.d budaya S : Keluarga
keluarga yang dianut mengatakan sudah
mengikuti program
intervensi pemerintah
O : Keluarga tampak
patuh dalam mengikuti
program intervensi
pemerintah
A : masalah
ketidakpatuhan
pengobatan teratasi
P : intervensi dihentikan

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Defisit pengetahuan adalah suatu keadaan seorang individu atau kelompok yang
mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau keterampilan psikomotor berkenaan
dengan suatu kondisi. Permasalahan defisit pengetahuan dapat diatasi dengan
menggunakan cara pemberian informasi dan pendidikan kesehatran kepada masyarakat.
Salah satu permasalahan yang muncul pada masyarakat Jawa Timur yaitu kurang
memahami cara mengolah makanan yang baik. Pengolahan makanan yang kurang baik
dapat menimbulkan dampak yang kurang baik bagi kesehatan. Perawat dapat
memberikan pendidikan kesehatan mengenai cara mengolah masakan yang benar yaitu
dengan cara menjelaskan dan mendemonstrasikan cara memasak yang benar. Seperti
halnya cara memasukkan garam yodium setelah masakan hampir matang. Permasalahan
yang dapat muncul dari pengolahan makanan yang kurang benar salah satunya yaitu
dapat menimbulkan GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium). Penyakit GAKY
sering disebut juga dengan gondongan.

B. Saran
Sebagai seorang perawat seharusnya perawat dapat memahami budaya di setiap
daerah sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan dengan mudah. Perawat perlu
meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam memodifikasi cara untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat, sehingga masyarakat memiliki pengetahuan yang baik
khususnya dalam bidang kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

https://brangkolong.blogspot.com/2017/02/asuhan-keperawatan-transkultural-klien.html.
Andrew. M & Boyle. J. S. 1995. Trancultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed. Philadelphia:
JB Lippincot Company.

Efendi Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.

Hetzel BS. 1996. S.O.S. for a billion – The nature and magnitude of the iodine deficiency
disorders. Beverly Hills: SAGE.

Kurniawati, Erni. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dengan Status Gizi
Balita di Kelurahan Baledono, Kecamatan Purwokerto, Kabupaten Purwokerto.

Leininger. M & McFarland. M. R. 2002. Trancultural Nursing: Concepts, Theories, Research


and Practice, 3rd Ed. USA: Mc-Graw Hill Companies.

Melo, Lucas P de. 2013. The Sunrise Model: a Contributing to the Teaching of Nursing
Consultation in Collective Health. American Journal of Nursing Research. 1 (1): 20-23.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2007..Ilmu Kesehatan Masyaraka. Jakarta:Rineka Cipta

Putri, Puri Kusuma Dwi. 2011. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengeyahuan, Sikap dan Terpaan
Iklan Layanan Masyarakat KB Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu di TV Terhadap
Perilaku KB pada Wanita atau Pria Usia Subur.

Soediatama, Achmad Djaeni. 2002. Ilmu Gizi. Jakarta:Dian Rakyat

WHO, 2001. Assesment of Iodine Deficiency Disorders and Monitoring their Elimination. WHO
A guide for programme managers Second edition.

Anda mungkin juga menyukai