Anda di halaman 1dari 18

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan


kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Pandangan Islam dalam
merawat klien/pasien dengan berbagai latar belakang agama, suku, budaya”, yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini memuat tentang “Pandangan Islam
dalam merawat klien/pasien dengan berbagai latar belakang agama, suku, budaya” yang sangat
bermanfaat bagi pembaca. Karena benyak pembaca yang kesulitan dalam memilah buku mana
yang baik sehingga hanya melihat dari judul atau synopsis saja tanpa mengetahui baik buruk dan
pantas tidaknya buku tersebut dibaca olehnya. Walaupun makalah ini kurang sempurna dan
memerlukan perbaikan tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada dosen Pendidikan Agama yang telah
membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun karya tulis ilmiah
yang baik dan sesuai kaidah.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusunan membutuhkan kritik
dan saran dari pembaca yang membangun. Terimakasih.

BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Dalam pandangan islam perawat merawat pasien/klien sangatlah dipengaruhi oleh factor-
factor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa, agama, budaya dan lain sebagainya.
Pandangan islam dalam merawat klien/pasien dengan berbagai latar belakang agama, suku,
budaya adalah topic yang jarang untuk dibahas, padahal kita tahu hal ini sangat berpengaruh di
dalam pelayanan keperawatan, hal ini terbukti dengan di dalam keperawatan kita juga mengenal
tentang kebutuhan spiritual (walaupun tidak benar-benar dapat disamakan dengan agama).
Kita sebagai umat islam terkadang tidak mengetahui bagaimana pandangan Islam dalam
merawat klien/pasien dengan berbagai macam latar belakang, kita hanya berpikir islam adalah
agama. Sebenarnya banyak sekali yang kita belum ketahui tentang islam. Islam merupakan salah
satu agama yang bahas seluruh aspek kehidupan misalnya dalam hal merawat pasien dalam
berbagai perbedaan latar belakang yang dimiliki.
Mengingat banyaknya factor berbagai macam latar belakang agama, suku serta budaya
pasien/klien maka perlu pengetahuan pula pandangan agama islam tentang bagaimana perawat
merawat pasien dengan berbagai macam latar belakang ini. Keperawatan secara umum dapat
dibagi dua, yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan medis. Pelayanan kesehatan adalah
kegiatan yang dilakukan oleh pranata social atau pranata politik terhadap keseluruhan
masyarakat sebagai tujuannya. Sedangkan pelayanan medis ialah suatu upaya dan kegiatan
pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan atas dasar hubungan
individual antara para ahli pelayanan medis dengan individu yang membutuhkannya. Sebagai
seorang praktisi keperawatan kita harus bertindak professional sesuai fungsi dan tujuan dari
asuhan keperawatan dengan demikian dapat tercapai pelaksanaan asuhan keperawatanyang
bermutu dan sesuai dengan pandangan syariat islam.

II. Rumusan Masalah


A. Pengertian agama, suku dan budaya
B. Dimensi keperawatan dalam islam
C. Mulianya profesi perawat dalam islam
D. Dalam merawat klien/pasien dengan berbagai latar belakang agama, suku dan budaya.

III. Tujuan
A. Mengetahui pengertian agama, suku dan budaya
B. Mengetahui dimensi keperawatan dalam islam
C. Mengetahui mulianya profesi perawat dalam islam
D. Mengetahui bagaimana merawat klien/pasien dengan berbagai latar belakang agama,
suku, dan budaya dalam pandangan islam
E. Mengetahui visi Transcendental perawat

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama, Suku dan Budaya

Pengertian agama menurut KBBI adalah ajaran sistem yang mengatur tata keimanan
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia
dan manusia serta lingkungan.

Suku adalah pandangan, secara historis, sebagai kelompok sosial yang muncul sebelum
berkembangnya negara. Banyak antropolog menggunakan istilah masyarakat kesukuan yang
mengacu pada masyarakat yang mengatur basis kekerabatan, terutama kelompok yang terbentuk
karena garis keturunan.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

B. Dimensi keperawatan dalam Islam

Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan keperawatan
guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Kesehatan merupakan modal
utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu
menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi
Islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya
seseorang. “Wahai sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi. Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa yang baik-baik yang
Kami rezekikan kepadamu (QS al-Baqarah: l68, l72).
Makanan yang baik dalam Islam, bukan saja makanan yang halal, tetapi juga makanan
yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik zatnya, kualitasnya maupun ukuran atau
takarannya. Makanan yang halal bahkan sangat enak sekalipun belum tentu baik bagi kesehatan.
Sebagian besar penyakit berasal dari isi lambung, yaitu perut, sehingga apa saja isi perut kita
sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Karena itu salah satu resep sehat Nabi Muhammad Saw
adalah memelihara makanan dan ketika makan, porsinya harus proporsional, yakni masing-
masing sepertiga untuk makanan, air dan udara (HR. Turmudzi dan al-Hakim)..
Anjuran Islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk mewujudkan
kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan dipandang sebagai
bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat melarang pola hidup yang mengabaikan
kebersihan, seperti buang kotoran dan sampah sembarangan, membuang sampah dan limbah di
sungai/sumur yang airnya tidak mengalir dan sejenisnya, dan Islam sangat menekankan kesucian
(al-thaharah), yaitu kebersihan atau kesucian lahir dan batin. Dengan hidup bersih, maka
kesehatan akan semakin terjaga, sebab selain bersumber dari perut sendiri, penyakit seringkali
berasal dari lingkungan yang kotor.
Islam juga sangat menganjurkan kehati-hatian dalam bepergian dan menjalankan
pekerjaan, dengan selalu mengucapkan basmalah dan berdoa. Agama sangat melarang perilaku
nekad dan ugal-ugalan, seperti bekerja tanpa alat pengaman atau ngebut di jalan raya yang dapat
membahayakan diri sendiri dan orang lain. “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke
dalam kebinasaan” (al-Baqarah:: l95). Hal ini karena sumber penyakit dan kesakitan, tidak jarang
juga berasal dari pekerjaan dan risiko perjalanan. Sekarang ini kecelakaan kerja masih besar
disebabkan kurangnya pengamanan dan perlindungan kerja. Lalu lintas jalan raya; darat, laut dan
udara juga seringkali diwarnai kecelakaan, sehingga kesakitan dan kematian karena kecelakaan
lalu lintas ini tergolong besar setelah wabah penyakit dan peperangan.
Jadi walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa, risiko kesakitan
masih besar, disebabkan faktor eksternal yang di luar kemampuannya menghindari. Termasuk di
sini karena faktor alam berupa rusaknya ekosistem, polusi di darat, laut dan udara dan pengaruh
global yang semakin menurunkan derajat kesehatan penduduk dunia. Karena itu Islam memberi
peringatan antisipatif: jagalah sehatmu sebelum sakitmu, dan jangan abaikan kesehatan, karena
kesehatan itu tergolong paling banyak diabaikan orang. Orang baru sadar arti sehat setelah ia
merasakan sakit.

C. Mulianya Profesi Perawat dalam Islam

Menurut mantan Rektor Universitas Al-Azhar, Syeikh Mahmoud Syaltout (l973: l24),
banyak sekali petunjuk Nabi Muhammad SAW yang jelas sekali menuntut perlunya profesi
keperawatan. Perintah untuk berobat, peringatan terhadap penyakit menular, perintah
mengasingkan diri terhadap penyakit menular, penjenisan makanan-makanan sehat untuk tubuh,
dll, menunjukkan bahwa baik secara tersurat maupun tersirat Islam sangat menuntut hadirnya
para perawat di tengah masyarakat manusia. Sebab orang yang memiliki kompetensi di bidang
pengobatan dan perawatan kesehatan tidak lain adalah institusi beserta individu perawat yang
mengabdi di dalamnya. Islam tidak membedakan apakah ia dokter, paramedis atau perawat,
sepanjang ia mengabdi di bidang pengobatan dan perawatan penyakit, maka ia merupakan orang
mulia. Bahkan dalam banyak kitab fikh dan hadits, selalu ada bab khusus yang membahas
tentang penyakit dan pengobatan (kitab al-maridh wa al-thib).
Di dalam Islamic Code of Medical Ethics diterangkan bahwa pengobatan dan
keperawatan merupakan profesi mulia. Allah menghormatinya melalui mukjizat Nabi Isa bin
Maryam dan Nabi Ibrahim yang pandai mengobati penyakit dan selalu menyebut nama Allah
sebagai penyembuh penyakitnya. Sama halnya dengan semua aspek ilmu pengetahuan, ilmu
kedokteran dan keperawatan adalah sebagian dari ilmu Allah, karena Allah-lah yang
mengajarkan kepada manausia apa yang tidak diketahuinya. Allah berfirman: Iqra wa rabbukal
akram, alladzi allama bil qalam, allamal insana ma lam ya’lam (Bacalah dan Tuhanmulah yang
paling mulia, yang mengajar manusia dengan perantaraan qalam (baca tulis), dan Dia
mengajarkan kepada manusia segala apa yang tidak diketahuinya. QS al-Alaq: 3-5). Melalui ayat
ini Allah menyuruh mempelajari alam semesta beserta segenap organisme dan anorganisme yang
ada di dalamnya dengan nama dan kemuliaan Tuhan, melalui baca tulis, eksperimen, penelitian,
diagnonis, dsb. Ini terbukti dengan semakin banyaknya studi di bidang kedokteran dan
kesehatan, semakin terungkap tanda-tanda kekuasaan Allah terhadap makhluk-makhluk-Nya.
Berkaitan dengan ini pengadaan praktik kedokteran dan perawatan adalah perintah agama
kepada masyarakat, yang disebut fardlu kifayah, yang diwakili oleh beberapa institusi untuk
melayani kebutuhan kesehatan dan pengobatan masyarakat dan dapat dinikmati oleh setiap orang
tanpa kecuali, tanpa melihat kepada perbedaan ras, agama dan status sosialnya. Kewajiban ini
merupakan tugas negara untuk menjamin kebutuhan bangsa akan para dokter dan perawat dalam
berbagai bidang spesialisiasi. Dalam Islam hal ini merupakan kewajiban negara terhadap
warganegaranya.
Kesehatan harus menjadi tujuan, dan keperawatan kedokteran sebagai cara, pasien adalah
tuan, dokter dan perawat sebagai pelayannya. Peraturan-peraturan, jadwal-jadwal, waktu dan
pelayanan harus dilaksanakan sedemikian rupa untuk menentukan keadaan pasien dan
ditempatkan paling atas dengan kesejahteraan dan kesenangan yang pantas.
Status istimewa harus diberikan kepada pasien selama ia menjadi pasien, tidak
membedakan siapa dan apa dia. Seorang pasien berada pada tempat perlindungan karena
penyakitnya dan bukan karena kedudukan sosialnya, kekuasaan atau hubungan pribadinya.
Karena itu dokter dan perawat mengemban tugas mulia, yang dalam sumpah jabatannya mereka
sudah bersumpah dengan nama Tuhan, berjanji untuk mengingat Tuhan dalam profesinya,
melindungi jiwa manusia dalam semua tahap dan semua keadaan, melakukan semampu mungkin
untuk menyelamatkannya dari kematian, penyakit, rasa sakit dan kecemasan.
Allah berjanji akan menolong setiap orang di akhirat dan di hari pembalasan, siapa saja
yang menolong saudaranya di dunia. Walaupun kematian merupakan hak prerogatif Allah
menentukannya, namun manusia diberi kewenangan yang maksimal untuk mengatasi
penyakitnya dengan bantuan dokter dan perawat. Itu sebabnya terhadap penyakit yang parah
sekalipun, dokter dan perawat tetap melakukan usaha maksimal dan memberi semangat hidup
para pasien bersangkutan.
Ajaran-ajaran normatif agama tentang perawatan di atas, tidak hanya sebatas dasar
teoritis, melainkan sudah pula dipraktikkan dalam realitas kehidupan di masa lalu. Di masa-masa
awal perkembangan Islam dikenal sejumlah wanita yang mengabdikan dirinya di bidang
keperawatan, di antaranya Rufaidah, ia berjasa mendirikan rumah sakit pertama di zaman Nabi
Muhammad Saw guna menampung dan merawat orang-orang sakit, baik karena penyakit
maupun terluka dalam peperangan Kalau di Eropa dikenal nama Jean Henry Dunant, dokter
Swiss yang melalui Konferensi Jenewa l864 diakui sebagai Bapak Palang Merah Interasional,
diikuti oleh Florence Nightingale sebagai Ibu Perawat Dunia pertama, maka Rufaidah-lah yang
dianggap sebagai “Nightingale” dalam Islam.
Para Khalifah Abbasiyah juga banyak memiliki dokter dan perawat istana yang
mendapatkan kedudukan istimewa turun temurun. Jurjis ibnu Bakhti, Hunain bin Ishak dan
keturunannya merupakan para dokter dan perawat yang handal. Bazmi Alim, bukan saja aktif
dalam dunia keperawatan, tapi juga membangun rumah sakit Yamki Baghcha di Istanbul-Turki,
dan masih banyak lagi. Figuritas Ibnu Sina (Avicenna) dan Abubakar al-Razi (Razez) yang
dianggap pelopor ilmu kedokteran dengan karya-karya tulis monumentalnya di bidang
keperawatan medis, semakin memacu banyaknya masyarakat yang terjun dalam profesi
keperawatan, baik pria maupun wanita.

D. Dalam Merawat Klien/Pasien dengan Berbagai Latar Belakang Agama, Suku dan
Budaya

Pasien dengan latar belakang ciri dirinya, cenderung akan menetapkan beberapa aspek
dari berbagai aspek layanan kesehatan yang dapat diterima/dialami sebagai dasar penentuan
ukuran kepuasannya. Fenomena ini menunjukkan bahwa pasien cenderung memilih atau
menetapkan prioritas indikator kualitas pelayanan kesehatan, sebagai dasar untuk memutuskan
tingkat kepuasannya. Prioritas indikator kualitas pelayanan kesehatan menurut pasien, adalah
suatu aspek utama yang menjadi petunjuk atau pedoman ukuran yang penting, yang berbobot,
atau yang semestinya berkaitan dengan penyelenggaraan layanan kesehatan rumah sakit yang
menjadi bagian dari pengalaman atau yang dirasakan pasien rumah sakit.
Jika kita melihat konteks Indonesia, bangsa ini sejak dahulu sudah dikenal dengan kemajemukan
dan kebhinekaanya. Bila terdapat tidak kurang 300 suku bangsa dan bahasa di Nusantara, baik
yang besar maupun yang kecil, itu artinya setiap keunikan dan perbedaan dari masing-masing
kelompok etnis dan bahasa ini harus dihargai nilai-nilainya, baik yang datang dari ras, suku
maupun agama yang berbeda-beda itu. Sikap itu harus tercermin dalam setiap tindakan profesi
yang akan dilakukan terhadap pasien. Dalam hal ini Medical Ethics berperan sebagai profesi
yang berfungsi membantu dokter-dokter untuk memilih jalan yang sesuai dengan profesinya.

Peran Perawat dalam Membimbing Ibadah bagi Pasien

Sebagai seorang perawat yang bertugas memenuhi kebutuhan dasar manusia secara
menyeluruh tidak boleh ada satu hal pun yang terlewat terutama perkembangan spiritual yang
sehat. Spiritualitas sangatlah penting di perhatikan oleh seorang perawat. Dalam  pelayanan
kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi
kebutuhan spiritual, spiritual bisa mebuat pasien mendapatkan rasa nyaman, tenang. Salah satu
spiritual adalah tentang agama, agama yang dianut oleh  pasien, perawat dituntut mampu untuk
bisa membimbing pasien dalam melaksakan ibadah kewajiban kepada Tuhannya karena Allah
lah yang memegang peran terhadap kesembuhan, memberikan pemenuhan yang lebih pada saat
pasien kritis atau pun menjelang ajal. Bukti bahwa dengan perkataan yang baik dan halus
sebagaimana perkataan orang yang sedang berdoa dan berdzikir yang dapat mengubah partikel
air menjadi kristal heksagunal yang indah dan bermanfaat dalam upaya kesehatan. Bimbingan
spiritual ternyata berdampak kepada peningkatan kesembuhan dan motivasi pasien. Dalam
konteks ini bimbingan spritual merupakan perlengkapan pengobatan dan pelayanan medis rumah
sakit. Dengan demikian terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan pelayanan kesehatan
dimana kebutuhan dasar manusia melalui asuhan keperawatan tidak hanya berupa dari aspek
biologis, tetapi juga aspek spiritual yang dapat membantu membangkitkan semangat pasien
dalam proses penyembuhannya.

Bimbingan rohani pasien merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan
dalam upaya pemenuhan kebutuhan Bio-Psyco-Socio-Spritual ( APA, 1992 ) yang komprehensif,
karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual
needs, Dadang Hawari, 1999 ). Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi
ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur
dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter, terutama
perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien.

Perawat sebagai Peran Pelaksana


                Peran ini dikenal dengan istilah care giver. Peran perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai individu keluarga dan
masyarakat. Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai comforter, protector,
dan advokat, communicator, serta rehabilitator.

1. Sebagai comforter, perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman pada klien.
Islam mengajarkan bagaimana umat manusia dapat menolong terhadap sesamanya tanpa
memandang agama, suku maupun budayanya, pertolongan itu diberikan secara tulus
ikhlas dan holistic, sehingga kita dapat merasakan apa yang klien kita rasakan. Ibarat
orang mukmin saling mencintai kasih mengasihi dan saling menyayangi adalah lukisan
satu tubuh jika salah satu angggota tubuhnya sakit maka seluruh tubuh akan merasa sakit.
2. Peran sebagai protector lebih berfokus pada kemampuan perawat melindungi dan
menjamin agar hak dan kewajiban klien terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh
pelayanan kesehatan. Misalnya, kewajiban perawat memenuhi hak klien untuk menerima
informasi dan penjelasan tentang tujuan dan manfaat serta efek samping suatu terapi
pengobatan atau tindakan keperawatan. Dalam islam kita tidak boleh membuka aib
saudara kita sendiri karena jika kita membukanya sama saja kita memakan bangkai
saudara kita.
3. Peran sebagai communicator akan nampak bila perawat bertindak sebagai mediator
antara klien dengan anggota tim kesehatan lainnya. Peran ini berkaitan erat dengan
keberadaan perawat mendampingi klien sebagai pemberi asuhan keperawatan selama 24
jam. Perawat dalam islam harus memberikan dukungan penuh kepada pasiennya.
4. Rehabilitator berhubungan erat dengan tujuan pemberian askep yakni mengembalikan
fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi normal.

Salah satu peran perawat yang lain adalah mampu menjadi perawat  yang memiliki visi
Transcendental. Maksudnya perawat yang memiliki visi Transcendental ialah perawat yang
bertujuan tidak hanya kesejahteraan di dunia tetapi pengabdian dan perilakunya ditujukan untuk
ibadah dan kesejahteraan akherat (hereafter, afterlife, eternity).

Rasulullah bersabda :
“Kehidupan dunia ini dibandingkan dengan kehidupan akherat seperti seseorang dari kalian
mencelupkan telunjuk ke dalam lautan kemudian mengangkatnya, air yang menetes dari telunjuk
tersebut itulah kehidupan dunia dan air yang ada di lautan itulah kehidupan akherat” (Hadits
Sahih Muslim)

Perawatan yang Holistik mempertimbangakan aspek Spirituality & religion pasiennya. Karena
hal tersebut menjadi sumber:  Kekuatan (energy), kedamaian (inner peace), ketabahan (inner
strength), keyakinan & tata nilai (belief & values), tahu tujuan hidup (existensial reality), merasa
dibimbing Allah (connectedness) dan (keyakinan diri bahwa ada alam perhitungan) self
transcendense.

Ciri perawat yang memiliki visi trascedental :

1. Menghargai keunikan pasiennya, dan adil terhadap pasien yang berbeda agama.
2. Memulai tindakan keperawatan dengan basmalah
3. Mampu membimbing pasien untuk bersuci dan sholat
4. Mampu membimbing pasien saat sakaratul maut
5. Melindungi pasien dari zat makanan dan minuman yang haram
6. Memaknai hikmah sakit bagi pasien
7. Memperkuat diri dan pasiennya untuk menuju husnul khotimah
8. Mengutamakan kesejahteraan akherat di banding dunianya

Menjadi Perawat yang Berakhlak

Akhlak adalah perangai atau karakter seseorang ketika bertindak dan berperilaku atau
aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi nyata dan berfokus pada
prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing manusia berpikir dan bertindak dalam
kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya.
Sedangkan pengertian beraklak dalam profesi keperawatan adalah akhlaq khusus yang
mengatur tanggung jawab moral para perawat dalam bertingkah laku terhadap pasien dalam
melaksanakan tugasnya sebagai tenaga kesehatan.
Dalam islam, sebagai sebuah agama yang juga menjadi identitas seorang muslim. Islam
di turunkan ke bumi untuk membenahi dan memperindah akhlak manusia.
Akhlak ialam sangatlah penting, karena akhlak itu ciri setiap individu dalam mengisi hidupnya.
Akhlak tah hanya keshalihan individu, tetapi juga menjadi kebaikan kolektif yang menjadikan
hidupnya maju dan berkembang. Akhlak tak hanya menyoroti masalah ibadah ritual, atau
bagaimana perilaku kepada orang lain, tetapi juga etos kerja, management diri dan waktu, dan
sifat serta kebiasaan baik lainya.
Realisasi akhlak islam adalah realisasi keimanan seseorang. Dengan motivasi ibadah,
meraih keridhoaan Allah SWT, maka seseorang akan berusaha untuk selalu memperbaiki dirinya
hingga sesuai dengan ketentuan Al-qur’an dan As-sunnah Nabi Muhammad SAW. Dari Abu
Hurairah ra. Rasulullah SAW pernah ditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk
syurga. Beliau menjawab, “Taqwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi dan
ahmad). Bahkan orang yang terbaik dilihat dari factor perilaku akhlaknya, sebagaimana dalam
hadist, “Sesungguhnya sebaik-baik kalian ialah yang terbaik akhlaknya.” (HR. Bukhari-
Muslim).
Akhlak islam mulanya telah dicontohkan oleh nabi kita Muhammad SAW.
“Sesungguhnya telah ada bagi kamu pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik, yaitu bagi
orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah” (QS. Al-Ahzab:21). Dan di ayatnya yang lain, “Sesungguhnya engkau (Muhammad)
berakhlak yang agung.” (QS. Al- Qalam :4). Kualitas ibadah beliau sangat tinggi. Management
diri dan waktu beliau luar biasa, pada suatu saat menjadi panglima perang, pemimpin Negara
yang mumpuni, disaat lain bisa menjadi ayah yang baik dan suami penyayang.
Anas bin Malik ra. Pernah berkata, “Selama sepuluh tahun saya melayani Rasulullah SAW,
belum pernah saya dibentak atau di tegur perbuatan saya: mengapa engkau berbuat ini? atau
mengapa engkau tidak mengerjakan itu?.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam agama islam kita selalu di anjurkan berbuat adil baik sesama muslim maupun non
muslim begitu juga halnya dengan tenaga kesehatan tidak ada larangan bagi perawat muslim
untuk mengobati pasien non muslim tetapi harus dengan tatacara dan akhlaq yang baik sebagai
mana tercantum dalam al-qur'an:
‫ار ُك ْم أَن تَبَرُّ وهُ ْم َوتُ ْق ِسطُوا إِلَ ْي ِه ْم إِ َّن هَّللا َ ي ُِحبُّ ْال ُم ْق ِس ِطين‬
ِ َ‫اَل يَ ْنهَا ُك ُم هَّللا ُ َع ِن الَّ ِذينَ لَ ْم يُقَاتِلُو ُك ْم فِي الدِّي ِن َولَ ْم ي ُْخ ِرجُو ُكم ِّمن ِدي‬
Artinya : “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah : 8)

Cara Berakhlak kepada Pasien Muslim dan Nonmuslim

 Pasien Muslim

Sebelum membicarakan akhlak atau sifat-sifat yang wajib dimiliki oleh Tenaga kesehatan
Muslim, maka lebih dahulu hendaknya diketahui apa maksud dan tujuan kita mendirikan Rumah
Sakit Islam. Sebagai suatu gerakan Islam, tentu saja tujuan hakiki dari segala usaha dan gerak
langkahnya didasarkan kepada pengabdian kepada Allah SWT. semata, sesuai dengan firman-
Nya yang mengatakan : "Dan tidaklah aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi
kepada-Ku”1). (QS. adzariyat 56)
Berdasarkan ayat tersebut diatas maka setiap Muslim dalam pengabdiannya berkewajiban
menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam disegala bidang kehidupannya. Oleh sebab itu
maka semua daya upaya kaum muslimin, baik individu maupun masyarakat dan negara,
termasuk pula daya upaya mendirikan Rumah Sakit, semuanya dimaksudkan untuk menegakkan
dan menjunjung tinggi Agama Islam yang didasarkan pada pengabdian kepada Allah SWT.

Akhlak Tenaga Kesehatan Muslim

Tenaga kesehatan Muslim wajib memiliki akhlak yang meliputi dua fungsi :
1. Akhlak sebagai insan pengabdi kemanusiaan untuk mencari keridlo’an Allah SWT.
2. Akhlak yang wajib bagi seorang da’i (mubaligh).
Kedua faktor tersebut akan tersimpul didalam suatu rumusan dalam rangkaian akhlak yang
wajib bagi Tenaga kesehatan Muslim seperti dibawah ini:
1. Melaksanakan tugas dengan tulus ikhlas karena Allah semata :
a) Merawat pasien hendaklah diniati untuk pengabdian (ibadah).
b) Benar-benar dengan niat yang ikhlas untuk beramal. Karena amal yang diterima Allah
hanyalah amal yang didasarkan pada keikhlasan .
c) Tidak mengharapkan balasan atau pujian baik dari pasien maupun orang lain.
d) Selalu optimis akan berhasil dalam tugasnya dengan baik.
2. Tenaga kesehatan Muslim harus bersifat penyantun :
a) Orang yang penyantun ialah yang halus perasaanya, lekas dapat merasakan kesukaran
orang lain (empaty), dan bisa bersikap menyesuaikan diri bila dia berhadapan dengan
orang yang ditimpa musibah, serta cepat memberikan pertolongan, karena mengerti
kebutuhan orang lain yang dihadapinya.
b) Tenaga kesehatan Muslim harus yakin bahwa rahmat Allah selalu dekat kepada orang
yang berbuat santun.
c) Tutur katanya lemah lembut kepada siapa saja terutama kepada pasien, rela dan cepat
memaafkan kesalahan orang lain. Karena memberi maaf kepada orang lain adalah
lebih utama dari pada memberi shodaqoh atau harta benda padanya.
d) Hanya orang penyantunlah yang disantuni pula oleh Allah yang Maha Penyantun.
3. Ramah tamah berdasarkan ukhuwah (persaudaraan) dalam pergaulan, kapan dan dimana
ia berada terutama terhadap pasien dan orang-orang yang dho’if (lemah/miskin) :
a) Ketahuilah bahwa bermuka manis kepada orang yang sedang menderita sakit adalah
merupakan sebagian dari pada pengobatan.
b) Dan ketahuilah bahwa yang bisa meringankan penderitaan orang sakit, bukanlah harta
benda akan tetapi wajah yang berseri-seri dan budi pekerti yang baik.
4. Tenaga kesehatan Muslim harus sabar dan tidak cepat marah :
a) Penyabar dan pemaaf adalah salah satu dari budi pekerti yang luhur, yang sangat
penting dipelihara.
b) Walaupun semua pasien membutuhkan pertolongan dan kasih sayang, tetapi tidak
semua pasien menunjukkan kasih sayang atau menjengkelkan. Akan tetapi
melayaninya dengan sabar adalah perbuatan yang terpuji disisi Allah. 14)
c) Sebaik-baik senjata Tenaga kesehatan Muslim adalah sabar dan berdo’a.
5. Tenaga kesehatan Muslim harus tenang dan tidak tergopoh-gopoh :
a) Jiwa orang akan sangat membutuhkan ketenangan dan ketentraman, jauh dari pada
suara-suara yang keras, gerakan-gerakan yang hiruk-pikuk dan gaduh. Karena tugas
Tenaga kesehatan Muslim membutuhkan ketenangan dan perhatian yang sungguh-
sungguh.
b) Orang yang melaksanakan pekerjaan dengan tenang dan berhati-hati, Allah akan
memudahkan pekerjan itu baginya dan akan terhindar dari berbagai kesukaran dan
kekeliruan.
6. Tenaga kesehatan Muslim harus cepat, cermat, teliti dan lincah :
a) Pekerjaan Tenaga kesehatan Muslim cukup ruwet dan sulit. Oleh karena itu Tenaga
kesehatan Muslim hendaklah senantiasa teliti dan berhati-hati dalam menunaikan
tugasnya.
b) Apabila menghadapi sesuatu persoalan yang meragukan atau kurang jelas maka lebih
baik ditanyakan lebih dahulu kepada orang yang lebih tahu (ahlinya). Sebab
pekerjaan yang dilakukan dengan ragu-ragu lebih besar kemungkinannya akan
menimbulkan bahaya.
7. Tenaga kesehatan Muslim harus tunduk, patuh dan disiplin :
a) Tenaga kesehatan Muslim harus patuh pada petunjuk atasannya baik lisan maupun
tulisan.
b) Tenaga kesehatan Muslim harus disiplin dalam menunaikan tugasnya agar bisa
terlaksana dengan tertib dan teratur.
c) Mematuhi dan melaksanakan petunjuk atasan tanpa membantah sekalipun kurang
menyenangkan, selama tidak menyalahi norma agama Islam, norma-norma
kemanusiaan maupun etika profesi dari tenaga kesehatan berbagai bidang ilmu.
8. Tenaga kesehatan Muslim harus selalu bersih dan menjaga kebersihan, rapih, baik
jasmani maupun rohani :
a) Rohani atau jiwa Tenaga kesehatan Muslim hendaknya selalu bersih dan suci dari
sifat-sifat : hasad (dengki), sentimen, takabbur (sombong) dan lain-lain sifat yang
tidak baik. Sebab hanya dari jiwa yang bersih dan sucilah akan memancarkan sifat-
sifat yang terpuji, sikap yang baik dan ucapan yang menyenangkan.
b) Tubuh dan pakaian Tenaga kesehatan Muslim harus selalu bersih, rapih, sederhana
dan tidak berlebihan dalam bermake up atau memakai perhiasan.
9. Tenaga kesehatan Muslim harus kuat menyimpan rahasia :
a) Penyakit itu adalah salah satu ‘aib (noda) bagi orang yang sakit. Ada beberapa macam
penyakit yang merupakan ‘aib, hal ini sangat dirahasiakan oleh pasien. Agama Islam
tidak membenarkan seseorang membuka ‘aib orang lain. Oleh sebab itu seorang
Tenaga kesehatan Muslim tidak boleh membuka ‘aib pasien kepada orang lain.
b) Orang yang suka mebicarakan ‘aib orang lain, Allah SWT. mengancamnya dengan
siksaan yang sangat pedih, baik di dunia maupun di akherat kelak.
10. Tenaga kesehatan Muslim harus bersifat jujur dan bertanggung jawab atas segala
tindakannya :
a) Berbahagialah orang yang dapat memelihara amanat dan menepati janjinya.
b) Tugas dan kewajiban yang dibebankan kepada Tenaga kesehatan Muslim adalah
amanat yang wajib dilaksanakan.
c) Jujur, dapat dipercaya, suka berterus terang, selalu menepati janji, adalah sifat yang
terpuji dan harus dimiliki oleh Tenaga kesehatan Muslim.

 Pasien Non Muslim

Dalam islam kita di ajarkan cara beraklaq yang baik dengan sesama muslim maupun non
muslim, kita di anjurkan bersikap adil kepada siapapun dalam bidang kesehatan. Hendaknya
seorang perawat muslim tidak membeda-bedakan antara pesien muslim dan non muslim
hendaknya seorang perawat mampu bersikap adil terhadap pasien selama dalam batas-batas yang
di perbolehkan agama.
Dengan begitu hendaklah perawat tetap memberikan perhatian terhadap perkembangan
kesehatannya, merawatnya secara baik, bersikap lemah lembut terhadapnya, membantu
memenuhi kebutuhannya selama dibawah perawatan kita sebagai perawat, memberikannya
makanan jika memang dirinya tidak memiliki atau membutuhkan makanan, menutupi auratnya
jika tersingkap, melunakkan suara, menunjukkan keramahan terhadapnya, tidak ada salahnya
anda mengucapkan kepadanya, ”semoga lekas sembuh”, sebagaimana disebutkan di dalam
shahih Muslim tentang seorang sahabat yang meruqyah seorang kepala kampung—ada
kemungkinan kampung kafir atau kampung orang-orang bakhil, sebagaimana disebutkan Ibnul
Qoyyim didalam kitab “Madarij as Salikin—yang disengat oleh ular berbisa.
Namun hendaklah berbagai perbuatan baik yang dilakukan seorang perawat muslim
terhadap para pasien non muslim yang tidak memerangi kaum muslimin itu tetap dalam batas-
batas yang wajar, sehingga tidak tampak seperti mengagungkan mereka dan merendahkan
dirinya sebagai seorang muslim.
Itu semua juga merupakan sarana da’wah yang bisa anda gunakan untuk bisa melunakkan
kekerasan hatinya yang selama ini tertutupi oleh kekufuran dan jauh dari kebenaran. Dengan
begitu orang tadi akan merasakan keramahan dan kelembutan anda terhadap dirinya walau
berbeda agama dan pada akhirnya dia akan merasakan kenyamanan dengan anda. Anda pun bisa
memberikan sentuhan-sentuhan da’wah lainnya di saat-saat luang, seperti tentang keesaan Allah,
obat dari segala penyakit ada di tangan-Nya hingga menawarkan islam kepadanya, sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Tsabit dari Anas bahwa seorang remaja Yahudi yang
biasa membantu Nabi saw—sakit dan Nabi saw mendatanginya—untuk menjenguknya lalu
beliau saw duduk di dekat kepalanya dan mengatakan kepadanya,”Masuk islamlah kamu.”
Kemudian remaja itu memandang kearah ayahnya yang ada di dekatnya dan ayahnya pun
berkata kepadanya,”Taatilah Abal Qosim—Muhammad—saw.” Lalu remaja itu pun masuk
islam. Nabi pun meninggalkannya dan bersabda,”Alhamdulillah yang telah menyelamatkannya
dari neraka.”
Adapun tentang mengucapkan salam kepada pasien non muslim maka dilarang bagi anda
mengawali salam kepadanya, berdasarkan sabda Rasulullah saw,”Janganlah kalian mengawali
salam kepada orang Yahudi dan Nasrani.” (HR. Muslim).
Akan tetapi jika si pasien non muslim itu mengawali salam kepada anda maka cukuplah
anda menjawab dengan “wa alaikum”, berdasarkan sabda Rasulullah saw,”Apabila seorang ahli
kitab mengucapkan salam kepada kalian maka jawablah,’Wa Alaikum.” (Muttafaq Alaih).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam pandangan Islam merawat klien/pasien merupakan tugas mulia, baik secara tersurat
maupun tersirat. Agama islam sangat menuntut akan hadirnya peran perawat (rufidah) di tengah
masyarakat. Dalam mengabdi kepada masyarakat diperlukan kesiapan-kesiapan tertentu yang
harus dimiliki oleh profesi perawat dijadikan sebagai profesi yang sebenarnya dalam
menjalankan tugas harus memperhatikan aspek-aspek. Rasa tanggung jawab yang harus
dijunjung tinggi dalam menghadapi segala tindakan yang dilakukan. Sebagai seorang perawat
harus proaktif dalam menjalankan tugas yang diembannya tanpa peduli apapun latar belakang
agamanya, suku dan budayanya.

B. Saran

 Perawat diharapkan memahami betapa pentingnya peran agama dalam keperawatan,


karena perawat dituntut untuk bisa melayani kebutuhan klien sesuai dengan ajaran agama islam
tanpa memandang berbagai latar belakang agama, suku, budaya dari klien/pasien.
Kami sebagai penulis makalah ini menyatakan siapapun yang membaca makalah ini
dapat memahami pengertian dan memahami model dan konsep dari pandangan islam dalam
merawat klien/pasien dengan berbagai latar belakang agama, suku, budaya.
 Semoga makalah ini memberikan dorongan, semangat, bahkan pemikiran para
pembaca,dengan makalah ini menjadi pedoman kaidah yang baik.
Demikianlah penjelasan tentang Pandangan Islam dalam merawat klien/pasien
dengan berbagai latar belakang agama, suku, budaya, bila kiranya ada salah dalam penulisan
kata-kata kami mohon maaf, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

http://keperawatanreligionlia.wordpress.com/2013/06/02/peran-perawat-islam-dalam-
membimbing-ibadah-bagi-pasien-2/

http://sichesse.blogspot.com/2012/04/makalah-akhlaq-dan-etika-dalam-islam.html
https://www.academia.edu/8425643/Propesi_Perawat_Dalam_Islam

Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional . Jakarta: Trans Info Media
Pro-Health. 2009. Keperawatan Sebagai Suatu Profesi.
(http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/17/keperawatan-sebagai-suatu- profesi-3/, 25
Okt 2014) Ali, Zaidin,H.2001.Dasar-dasar keperawatan professional.Jakarta: Widya Medika.
Potter, Praticia A.2005.Buku ajar fundamental keperawatan edisi 4.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai