Untuk itu perawat harus bisa membimbing saat sakaratul maut hingga
pasien meninggal dunia dengan tenang dan damai. Dalam konsep islam,
fase sakaratul maut sangat menentukan baik atau tidaknya seseorang
terhadap kematiannya untuk menemui Allah dan bagi perawat pun akan
dimintai pertanggungjawabannya nanti untuk tugasnya dalam merawat
pasien di rumah sakit. Dan fase sakaratul maut adalah fase yang sangat
berat dan menyakitkan seperti yang disebutkan Rasulullah tetapi akan
sangat berbeda bagi orang yang mengerjakan amal sholeh yang bisa
menghadapinya dengan tenang dan senang hati.
Ciri-ciri pokok pasien yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu :
1. penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang
dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki,
tangan, ujung hidung yang terasa dingin dan lembab,
2. kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.
3. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat.
4. Terdengar suara mendengkur
disertai gejala nafas cyene stokes.
5. Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan
rasa nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan
ingatan bervariasi tiap individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah
pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih pasrah menerima.
Meninggal dengan membaca syahadat
2. Hendaklah mendoakannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya
kecuali kata-kata yang baik
Berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah bahwa
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda.
Artinya : Apabila kalian mendatangi orang yang sedang sakit atau orang
yang hampir mati, maka hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang
baik-baik karena para malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan. Maka
perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien merasa
yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat
hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat
roh terlepas dari jasadnya.
3. Berbaik Sangka kepada Allah
Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT,
seperti di dalam hadits Bukhari Tidak akan mati masing-masing kecuali
dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah SWT. Hal ini menunjukkan apa
yang kita pikirkan seringkali seperti apa yang terjadi pada kita karena Allah
mengikuti perasangka umatNya
4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut
Disunnahkan
bagi
orang-orang
yang
hadir
untuk
membasahi
kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau
minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya dengan
kapas yg telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya kering karena
rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkatakata. Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit
yang dialami orang yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat
mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat. (AlMughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah)
5. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat
Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah
sakaratul maut kearah kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan
penegasan dari hadits Rasulullah Saw. hanya saja dalam beberapa atsar
yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih melakukan hal tersebut.
Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana menghadap
kiblat :
1. Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak
kakinya dihadapkan kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut
diangkat
sedikit
agar
ia
menghadap
kearah
kiblat.
Setelah muhtadhir telah melalui kematiannya, seperti adanya tandatanda mengendurnya telapak tangan dan kaki, cekungnya pelipis dan hidung
yang tampak lemas, tindakan berikutnya yang sunah dilalukan adalah:
1.
Jika sampai terlambat hingga kedua matanya tidak bisa dipejamkan, maka
cara memejamkannya dengan menarik kedua lengan serta kedua ibu jari
kakinya secara bersamaan, niscaya kedua mata tersebut akan terpejam
dengan sendirinya.
2.
lutut ke paha dan paha ke perut. Setelah itu dibujurkan kembali, kemudian
jari-jari tangannya dilemaskan. Jika agak terlambat sehingga tubuhnya sudah
kaku, maka sunah dilemaskan memakai minyak. Hikmah dari pelemasan ini
agar mempermudah proses pemandian dan pengkafanannya nanti.
4.
mengganti pakaian tersebut dengan kain tipis, (izar misalnya) yang ujungnya
diselipkan di bawah kepala dan kedua kakinya (menutupi semua tubuh).
Kecuali jika ia sedang menunaikan ibadah Ihram, maka kepalanya harus
dibiarkan tetap terbuka.
5.
mungkin dilakukan pada saat itu, maka segeralah ahli warinya malakukan
aqad Hawalah (pelimpahan tanggungan hutang) dengan orang-orang yang
bersangkutan. Dan sunah bagi mereka menerima tawaran tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Kisyik, Abdul Hamid. 1991. Mati Menebus Dosa. Jakarta: Gema Insani Press.
Potter dan Perry. 2002. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.