Anda di halaman 1dari 4

1.

Pengertian Sakaratul Maut

Kematian akan menghadang setiap manusia. Proses tercabutnya nyawa manusia akan
diawali dengan detik-detik menegangkan lagi menyakitkan. Peristiwa ini dikenal sebagai sakaratul
maut. Sakaratul maut adalah saat-saat kritis seseorang itu sedang menghadapi kematian yang sudah
tidak diharapkan lagi akan kesembuhannya atau akan hidup kembali seperti biasa.

Ibnu Abi Ad-Dunya rahimahullah meriwayatkan dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu ‘anhu,
ia berkata: “Kematian adalah kengerian yang paling dahsyat di dunia dan akhirat bagi orang yang
beriman. Kematian lebih menyakitkan dari goresan gergaji, sayatan gunting, panasnya air mendidih
di bejana. Seandainya ada mayat yang dibangkitkan dan menceritakan kepada penduduk dunia
tentang sakitnya kematian, niscaya penghuni dunia tidak akan nyaman dengan hidupnya dan tidak
nyenyak dalam tidurnya”.

“Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya dipukul pedang”. (H.R. Ibnu
Abu Dunya).

Maksud sakaratul maut adalah kedahsyatan, tekanan, dan himpitan kekuatan kematian yang
mengalahkan manusia dan menguasai akal sehatnya. Makna bil haq (perkara yang benar) adalah
perkara akhirat, sehingga manusia sadar, yakin dan mengetahuinya. Ada yang berpendapat al haq
adalah hakikat keimanan sehingga maknanya menjadi telah tiba sakaratul maut dengan kematian.

2. Tanda-tanda Sakaratul Maut


1. penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada
anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung yang
terasa dingin dan lembab,
2. kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.
3. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat.
4. Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas cyene stokes.
5. Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri
bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi
tiap individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan
cemas nampak lebih pasrah menerima.

3. Tuntunan Sakaratul Maut


Berdasarkan tuntunan dari Rasulullah Saw, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, baik
oleh anggota keluarga, pembesuk orang sakit, maupun orang yang sedang sakit. Hal-hal tersebut
adalah sebagai berikut:

1. Menyabarkan orang sakit agar menerima kenyataan itu sebagai bagian dari takdir dan
cobaan Tuhan. Tabah menjalani penyakit bagian dari ibadah dan berfungsi sebagai
penghapus dosa masa lampau.
2. Jangan membayangkan sesuatu yang menakutkan kepada orang sakit, sebaliknya upayakan
membangkitkan semangat, rasa optimis, dan kepasrahan (tawakkal) kepada Allah Swt.
3. Anggota keluarga dan para pelayat bisa membantu dengan doa sebagai berikut: “Allahumma
ahyihi (ha) ma kanatil hayatu khairan lahu (laha), wa tawaffahu (ha) idza kanatil wafatu
khairan lahu (laha).”
Artinya: “Ya Allah, panjangkanlah hidupnya jika itu lebih baik baginya, dan ambillah jika i
tu lebih baik baginya”.

Orang yang sudah dalam keadaan sakaratul maut, anggota keluarga atau pelayat menuntun
orang sakit untuk membaca atau mengikuti dalam hati lafaz tahlil: “La ilaha illal Lah,
Muhammadur Rasulullah” berkali-kali, sampai orang sakit menghembuskan napas terakhir.
Nabi bersabda: “Barangsiapa yang mengakhiri hidupnya dengan kalimat La ilaha illal Lah,
maka yang bersangkutan akan masuk surga”.
Para pelayat lainnya dianjurkan membaca surah Yasin, untuk meringankan beban orang yang
sedang zakaratul maut, sesuai anjuran Rasulullah Saw.

4. Peran Perawat

Melihat batapa sakitnya sakaratul maut maka perawat harus melakukan upaya –upaya
sebagai berikut :

1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT. Pada sakaratul maut perawat
harus membimbing agar berbaik sangka kepada Allah sebagaimana Hadist yang
diriwayatkan oleh Imam Muslem.  Jangan sampai seorang dari kamu mati kecuali dalam
keadaan berbaik sangka kepada Allah, selanjutnya Allah berfirman dalam hadist qudsi, 
“Aku ada pada sangka-sangka hambaku,  oleh karena itu bersangkalah kepadaKu dengan
sangkaaan yang baik.”
2. Mentalkinkan dengan Kalimat Laailahaillallah. Perawat muslim dalam mentalkinkan
kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien terminal menjelang ajalnya terutama saat
pasien akan melepaskan nafasnya yang terakhir. Peran perawat disamping memenuhi
kebutuhan fisiknya juga harus memenuhi kebutuhan spiritual pasien muslim agar
diupayakan meninggal dalam keadaan Husnul Khatimah. Perawat membimbing pasien
dengan mentalkinkan (membimbing dengan melafalkan secara berulang-ulang),
sebagaimana Rasulullah mengajarkan dalam Hadist Riwayat Muslim, “Talkinkanlah olehmu
orang yang mati diantara kami dengan kalimat Laailahaillallah karena sesungguhnya
seseoranng yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya
sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah
bekalnya menuju surga.”
3. Berbicara yang Baik dan Do´a untuk jenazah ketika menutupkan matanya. Di samping
berusaha memberikan sentuhan (Touching) perawat muslim perlu berkomunikasi terapeutik,
antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim Rasulullah SAW bersabda: “Bila kamu datang
mengunjungi orang sakit atau orang mati, hendaklah kami berbicara yang baik karena
sesungguhnya malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan.” Selanjutnya
diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah bersabda apabila kamu menghadiri orang yang
meninggal dunia di antara kamu, maka tutuplah matanya karena sesungguhnya mata itu
mengikuti ruh yang keluar dan berkatalah dengan kata-kata yang baik karena malaikat
mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan.
Berdasarkan hal diatas perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien
merasa yakin bahwa Allah Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat hambanya,
mendo’akan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas, dari jasadnya.

5. Tuntunan Tajhizul Mayit

Jika seseorang sudah dinyatakan telah meninggal, maka hal-hal yang segera harus dilakukan
adalah sebagai berikut:

1. Anggota keluarga dan pelayat dianjurkan Rasulullah membaca ayat 83 dari surah Yasin:
Fasubhanal ladzi bi yadihi malakutu kulli syai’in wa ilaihi turja’un.
2. Orang lain yang mendengarkan berita kematian ini dianjurkan membaca: Inna lillahi wa inna
ilaihi raji’un.
3. Setelah itu, mayat segera ditutup rapat kelopak mata dan mulutnya, sambil membaca:
Bismillahi wa ’ala wafati ……(nama yang meninggal disebutkan). Misalnya: Bismillahi wa
‘ala wafati Muhammad. Para pelayat dianjurkan mendoakan yang meninggal, seperti
diajarkan Rasulullah: Allahummaghfir ………(sebut nama orang yang meninggal), warfa’
darajatahu (ha) fil mahdiyyin al-muqarrabin, wakhlufhu (ha) fi ‘aqibihi fil ghairin, waghfir
lana walahu (ha) ya Rabbal ‘alamin. Catatan: Sebut hu kalau laki-laki dan ha untuk
perempuan.
4. Setelah itu, kedua kakinya dirapatkan dan kedua tangannya dilipat menyerupai lipatan
tangan orang sedang shalat, tangan kiri di bagian dalam dan tangan kanan di bagian luar.
5. Biasanya sulit untuk menutup mata, menutup mulut, melipat tangan, dan merapatkan kaki,
jika terlambat dan mayat sudah mengeras. Jika hal itu terjadi, biasanya dapat diatasi dengan
menarik kedua ibu jari kaki si mayat sambil menutup mata dan mulutnya.
6. Kemudian, posisi tidurnya diubah menghadap ke kiblat, membentang seperti bentangan
mayat di dalam kubur.
7. Mayat ditutupi seluruh anggota badannya dengan kain bersih.
8. Jika satu dan lain hal, mayat itu harus menunggu sesuatu, misalnya untuk diotopsi atau
menunggu anggota keluarga dekat, atau hal-hal yang darurat lainnya, maka mayat harus
diamankan dari segala sesuatu yang bisa mengganggu si mayat, misalnya kerumunan semut
atau lalat. Bahkan sebaiknya diupayakan bahan-bahan tertentu yang bisa mempertahankan
keutuhan dan kesegaran mayat.
9. Memberikan wewangian atau bahan-bahan lain yang bisa mencegah bau busuk dari mayat.

Daftar Pustaka

http://almanhaj.or.id/content/2570/slash/0/sakaratul-maut-detik-detik-yang-menegangkan-dan-
menyakitkan/

http://atikswb.wordpress.com/2008/03/08/arti-sakaratul-maut/

http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/tasauf/09/02/19/32455-tuntunan-praktis-
sakaratul-maut-dan-tajhizul-mayyit-bagian-pertama-

Anda mungkin juga menyukai