Dosen Pembimbing:
Yongwan Yamin, SKM., MM
Disusun oleh :
Kelompok I
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALANGKA
RAYA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini kami
menjelaskan mengenai kebiasaan dalam kebudayaan Suku Bali. Makalah ini dibuat dalam rangka
memperdalam matakuliah tentang Hukum Adat dengan mempelajari kebudayaan masyarakat
yang ada di Indonesia. Kami menyadari, dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang
kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran. Demi perbaikan dan
kesempurnaan. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
……………………………………………………………………………... i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................................6
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................6
BAB II
PEMBAHASAN..............................................................................................................................7
BAB III
A. Gambaran Kasus.............................................................................................................15
B. Pengkajian.......................................................................................................................16
C. Diagnosa Keperawatan...................................................................................................18
D. Implementasi Keperawatan.............................................................................................21
BAB IV
PENUTUP.....................................................................................................................................24
A. Kesimpulan.....................................................................................................................24
B. Saran................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan manusia
kepada generasi berikutnya (Taylor, 1989). Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan
karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan hasil budi dan
karyanya (Kuntjaraningrat, 1928 dalam Napitupulu, 1988). Sehingga dari budaya tersebut
jika dilanggar dipercaya dapat memberikan mala petaka bagi orang yang melanggar aturan
dan nilai-nilai budaya.
Citra dan identitas Bali sebagai daerah tujuan wisata yang indah, agung, eksotis,
lestari, dengan perilaku masyarakatnya yang ramah dan bersahaja, ditopang oleh adat istiadat
dan budayanya yang mendasarkan pada prinsip keharmonisan dan keseimbangan dengan
bertumpu pada nilai-nilai Agama Hindu dan falsafah hidup Tri Hita Karana. Kedua ajaran
ini saling berkaitan, di mana agama Hindu menjiwai falsafah Tri Hita Karana, dan
sebaliknya falsafah Tri Hita Karana mendasarkan pada ajaran agama Hindu.
Pendukung kebudayaan Bali adalah masyarakat Bali, yang dikenal sebagai etnik Bali
atau orang Bali. Sebagai sebuah etnik, orang Bali memiliki ciri identitas etnik yang melekat
pada diri dan kelompoknya. Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2008: 3) mendefinisikan etnik
Bali sebagai sekelompok manusia yang terikat oleh kesadaran akan kesatuan kebudayaan,
baik kebudayaan lokal Bali maupun kebudayaan nasional. Rasa kesadaran akan kesatuan
kebudayaan Bali ini diperkuat oleh adanya kesatuan bahasa, yakni bahasa Bali, agama
Hindu, dan kesatuan perjalanan sejarah dan kebudayaanya. Keyakinan terhadap agama Hindu
melahirkan berbagai macam tradisi, adat, budaya, kesenian, dan lain sebagainya yang
memiliki karakteristik yang khas, yang merupakan perpaduan antara tradisi dan agama.
Dalam kehidupan sehari-hari, karakteristik tersebut mewujudkan diri.
Transcultural Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan
perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya (nilai budaya yang berbeda, ras yang
mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada klien /
pasien (Leininger, 1991). Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan
budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan
dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada
nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia (Leininger, 2002).
Banyak masyarakat Bali yang jika merasa sakit akan pergi ke balian. Salah satunya
patah tulang. Balian akan melakukan pemeriksaan dengan wawancara, pemeriksaan fisik
seperti melihat aura tubuh, sinar mata, menggunakan kekuatan dasa aksara, chakre, kanda pat
dan tenung. Alat pemeriksaan balian ini disebut pica yang merupakan benda betuah. Sistem
pengobatan/penatalaksanaan suatu penyakit dalam usadha terdiri atas berbagai pendekatan,
meliputi pengobatan tradisional (tamba) seperti loloh, boreh dan minyak/lengis yang
didasarkan atas lontar taru pramana; penggunaan banten-bantenan yang disesuaikan dengan
tenung dan lontar; dan penggunaan rerajahan aksara suci. Mengingat masyarakat Bali telah
mengenal tentang sistem kesehatan dan memiliki pelayanan kesehatan di daerahnya, namun
masih banyak masyarakat Bali yang percaya dengan balian. Sehingga penulis menarik
kesimpulan bahwa masalah keperawatan dalam kasus ini adalah ketidakpatuhan dalam
pengobatan yang berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka kelompok membuat makalah untuk tugas
dengan judul “Proses Asuhan Keperawatan Transcultural Nursing pada Suku Bali”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah kelompok 1 cara bagaimana proses asuhan
keperawatan transcultural nursing pada suku bali?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui proses transcultural pada suku bali
2. Untuk mengetahui tinjauan social budaya pengobatan pada suku bali
3. Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan transcultural nursing pada suku bali
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam masyarakat Bali, konsepsi alam pikiran ini dianggap relevan dalam tata
nilai dan pelaksanaan upacara tradisional daur hidup. Sampai saat ini upacara ini masih
terus dilestarikan oleh masyarakat Bali. Masyarakat Bali memang selalu memegang
teguh tradisi mereka.
a. Konsepsi Kosmologi
Menurut ajaran Hindu kosmologi dibedakan menjadi dua, yaitu mikrokosmos dan
makrokosmos. Keduanya adalah alam semesta dan alam tubuh makhluk memiliki
sifat yang bersamaan, dan selalu eksistensinya dipelihara dalam hubungan yang
harmonis.
b. Konsepsi Rwa Bhineda
Konsepsi ini berdasarkan sistem klasifikasi yang bersifat dualistis. Fenomena yang
sesuai dengan klasifikasi dualistik ini yaitu : siang berlawanan dengan malam,
gunung dengan laut, kebaikan dengan kejahatan, sehat dengan sakit, hulu dengan hilir
dan lain-lain. Konsepsi ini manifest dalam sistem penataan dan pelaksanaan upacara
tradisional.
Tri Hita Karana artinya Tiga keharmonisan yang menyebabkan adanya kehidupan
yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, hubungan yang
harmonis antara manusia dengan manusia dan hubungan yang harmonis antara
manusia dengan alam. Ketiga komponen ini selalu terpelihara keseimbangan dan
keselarasan antara mikromos dan makromosnya.
2. Sistem Kekerabatan
Dalam buku Pengaruh Migrasi Penduduk Terhadap Perkembangan Kebudayaan
Daerah Propinsi Bali (1978:40-41), sistem kekerabatan di Bali memiliki fungsi-fungsi
tertentu yang meliputi aspek-aspek kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan religi baik
dalam segi kehidupan tradisional maupun segi kehidupan modern. Kelompok
kekerabatan di Bali ini bermacam-macam, antara lain : keluarga inti, keluarga luas, clan
kecil dan clan besar. Keluarga inti ini memiliki fungsi selain merupakan kesatuan tempat
adanya hubungan yang mesra dan intim juga merupakan kesatuan ekonomi yang
mewujudkan suatu kesatuan rumah tangga, kesatuan dalam pengasuhan, dan pendidikan
anak.
Upacara daur hidup adalah serentetan upacara sebagai tingkah laku yang berpola
tata kelakuan dan kepercayaan masyarakat yang berkaitan dengan daur hidup tersebut.
Menurut masyarakat Bali yang menganut agama Hindu,upacara daur hidup tergolong
sebagai upacara manusa yadnya (selama seseorang masih hidup) dan upacara pitra
yadnya (setelah seseorang meninggal). Jenis-jenis upacara daur hidup ini misalnya :
upacara saat kelahiran, upacara potong rambut pertama, upacara mengantar anak menjadi
dewasa, upacara potong gigi, upacara perkawinan, upacara kematian (ngaben).
Upacara daur hidup ini dilakukan sejak seseorang lahir, hingga tumbuh menjadi
dewasa kemudian meninggal. Masyarakat Bali masih mempertahankan tradisi ini sampai
sekarang karna masyarakat Bali beranggapan bahwa melaksanakan upacara ini
merupakan kewajiban untuk hubungan kekerabatan, terutama hubungan antara ayah
dengan anak.
BAB III
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN TRANSCULTURAL NURSING PADA SUKU
BALI
A. Gambaran Kasus
Tn.A berumur 40 tahun,berlatar belakang pendidikan tamat Sekolah Dasar.Tn.A
adalah
asli Suku Bali.Bali dalah salah satu kota maju di indonesia yang sangat kental akan
budayanya mulai dari upacara adat,sesajen bahkan pohonpuun menjadi keramat.Tn.A bekerja
sebagai ojek di bali,alasan Tn.A menjadi ojek dibali karena di sana banyak bule yang tidak
membawa sepeda motor dan tidak tahu arah,Dan yang kedua dalah Tn.A tidak mempunyai
latar belakang pendidikan yang tinggi.Tn.A mempunyai istri yang bernama Ny.B,istri Tn.A
ini bekerja sebagai berjualan kue di Desa A.Mereka berdua dikaruniai 2 anak yaitu bernama
An.C dan An.D mereka semua tinggal 1 rumah dan hidup berkecukupan.
Suatu ketika pagi-pagi buta di rumah Tn.A,rumah Tn.A mengalami bocor di atap
rumahnya.Istri Tn.A yaitu Ny. B meminta tolong untuk di perbaiki supaya kalau waktu
nanti hujan supaya nanti tidak bocor dan waktu malam hujan suapaya anak-anak tidak
ketetesan air dan tidurnya nyenyak.Tn.A segera mengambil tangga dan menaki tangga
tersebut sampai atap rumah.Sampai atap rumah Tn.A memperbaiki atap yang bocor.Setelah
diperbaiki Tn.A berniat mengecek apakah ada yang bocor lagi.Tapi waktu mengecek tiba-
tiba Tn.A terpleset dan jatuh kebawah lalu berteriak minta tolong.Jatuhnya Tn.A pada
posisi yang salah,kaki dari Tn.A ini mati rasa dan tidak bisa digerakkan.Ny.B dan kedua
anaknya itu menolong Tn.A dan membanya ke kamar untuk ditidurkan terlebih
dahulu.Kaki Tn.A bengkak dan berwarna biru.Ny.B beranggapan bahwa ini di serang oleh
orang lain dengan kekuatan.Akhirnya Ny.B dan kedua anaknya memutuskan Tn.A dibawah
ke rumah orang balian.Disana orang balian tersebut memegang kedua tangan Tn.A dan
membaca mantera.Setelah sekitar 15 menit setelah di bacakan mantera,orang balian ini
bilang bahwa Tn.A ini diserang oleh orang yang jauh dan orang balian ini bilang bahwa
saya sudah hilangkan kekuatannya dan nanti untuk menunggu kesembuhan dari Tn.A tetapi
kaki Tn.A tidak boleh dikasih apa-apa karena dapat meghilangkan kekuatan orang balian
tersebut.Setelah beberapa hari kaki Tn.A tambah bengkak dan saat digerakkan sakit,dan
warna kaki Tn.a sangat biru dan memar.
B. Pengkajian
1. Faktor Teknologi
Karena Tn.A tidak kunjung sembuh dan kakinya tambah bengkak
,akhirnya Ny.B memutuskan untuk membawanya ke puskesmas terdekat.Walauin
puskesmas tersebut tidak memiliki alat untuk operasi dan menyarankan untuk pergi ke
rumah sakit.
2. Faktor Agama dan Filosofi
Faktor agama dan filosofi ini dapat dikaji mulai Ny.B membawa Tn.A ke orang
balin lung atau balian spesialis patah tulang.Orang balian menjeaskan bahwa Tn.A
diserang oleh orang jauh dengan kekuatan gaibnya.Dan setelah itu di beri mantera,setelah
diberi mantera.
3. Faktor Kekeluargaan dan Sosial
Nama: Tn.A
Umur: 40
Jenis kelamin: laki-laki
Status: Dewasa
Tipe keluarga: keluarga inti, di mana keluarga tinggal dalam satu rumah yang terdiri dari
suami, istri, dan dua anak
Pengambil keputusan:Ny.B, sebagai istri Tn.A
Tn.A Ny.D
KET :
= satu rumah
= Laki-
= Perempuan
An.C An.F
Kebiasaan : Jika salah satu keluarga terkena penyakit akan dibawa orang balian dan
empercayai bahawa yang terkena penyakit diserang oleh orang sengan kekuatan gaib
C. Diagnosa Keperawatan
Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini
atau tradisi yang dianut.
D. Rencana Keperawatan
1. Mempertahankan Budaya
2. Negosiasi Budaya
3. Restrukturisasi Budaya
D. Implementasi Keperawatan
1. Mempertahankan Budaya
2. Negosiasi Budaya
NO Diagnosa Keperawatan Implementasi
1. Ketidakpatuhan dalam Negosiasi Budaya :
pengobatan berhubungan 1. Melakukan negosiasi dan kompromi
dengan sistem nilai yang ketidakpatuhan yang dapat diterima sesuai
diyakini atau tradisi yang dengan ilmu medis, pasien menginginkan
dianut. perubahan.
2. Memberikan waktu mengambil keputusan
dengan memberikan pasien kesempatan untuk
mengetahui atau menanyakan ketidaktahuannya.
3. Melakukan dengan santai sehingga pasien
merasa tenang dan siap melakukan perubahan.
3. Restrukturisasi Budaya
4. Evaluasi
N Diagnosa Evaluasi
o
1. Ketidak patuhan dalam S : pasien mengatakan ingin melakukan
perubahan
pengobatan berhubungan
O : pasien terlihat melakukan pengobatan ,
dengan sistem nilai yang dengan merubah pola asupan nutrisi.
diyakini atau tradisi yang A : masalah ketidakpatuhan dalam
pengobatan teratasi
dianut.
P : hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam masyarakat Bali mengenal bidang penyembuhan sebagai Usadha Bali, dimana
Balian sebagai dokternya. Usadha merupakan semua tata cara untuk penyembuhan
penyakit, cara pengobatan, pencegahan, memeperkirakan jenis penyakit dan diagnosa,
perjalanan penyakit dan pemulihannya. Balian usadha adalah seseorang yang sadar
belajar tentang ilmu pengobatan, baik melalui guru waktra, belajar pada balian, maupun
belajar sendiri melalui lontar usadha. Balian ini tidak terbatas pada pengobatan dengan
ramuan obat, tetapi termasuk balian lung (patah tulang), uut, manak (melahirkan) dan
sebagainya. Seperti halnya sorang dokter dalam dunia medis, saat tamat pendidikan
dokter harus disumpah. Balian akan melakukan pemeriksaan dengan wawancara,
pemeriksaan fisik seperti melihat aura tubuh, sinar mata, menggunakan kekuatan dasa
aksara, chakre, kanda pat dan tenung. Alat pemeriksaan balian ini disebut pica yang
merupakan benda betuah. Sistem pengobatan/penatalaksanaan suatu penyakit dalam
usadha terdiri atas berbagai pendekatan, meliputi pengobatan tradisional (tamba) seperti
loloh, boreh dan minyak/lengis yang didasarkan atas lontar taru pramana; penggunaan
banten-bantenan yang disesuaikan dengan tenung dan lontar; dan penggunaan rerajahan
aksara suci.
2. Tinjauan social budaya pada Suku Bali:
Dalam masyarakat Bali, konsepsi alam pikiran ini dianggap relevan dalam tata nilai dan
pelaksanaan upacara tradisional daur hidup. Sampai saat ini upacara ini masih terus
dilestarikan oleh masyarakat Bali. Beberapa konspesi masyarakat Bali yang terdapat
dalam buku Upacara Tradisional Upacara Kematian Daerah Bali, yaitu: Konsep
Kosmologi; Konsepsi Rwa Bhineda; Konsepsi Tri Hita Karana; Konsepsi Religious-
Magis; Konsepsi kepiutangan (berhutang budi); Sistem Kekerabatan; Sistem Religi dan
Kepercayaan.
3. Perawat dalam menjalankan tugasnya sering menghadapi klien yang menghadapi situasi
ini penting bagi perawat untuk memahami bahwa klien memiliki pendangan dan
interpretasi mengenai penyakit dan kesehatan yang berbeda.Pandangan tersebut
didasarkan pada keyakinan sosial-budaya klien. Perawat dalam melakukan pengkajian
terhadap kebudayaan klien dimulai dari menentukan warisan kultural budaya klien, latar
belakang organisasi sosial, dan keterampilan bahasa serta menayakan penyebab penyakit
atau masalah untuk mengetahui klien mendapatkan pengobatan rakyat secaratradisional
baik secara ilmiah maupun mesogisoreligus atau kata ramah, suci untuk mencegah dan
mengatasi penyakit. Dalam melaksanakan pengkajian budaya seorang perawt menjalin
hubungan dengan klien dan memiliki keterampilam dalam berkomuknikasi.Pengkajian
budaya yang komprehensif membutuhkan keterampilan, waktu hingga persiapan dan
antisipasi sangat diperlukan
B. Saran
Hendaknya perawat memiliki cukup pengetahuan dan skill tentang latar belakang
social budaya dari suku-suku di Indonesia yang ingin di bina agar dapat bersosialisasi dan
membantu memahami dan mengambil tindakan yang dapat mengubah kebiasan-kebiasan
yang kurang baik di suku tersebut untuk meningkatkan kualitas kesehatan suku tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Suari, Pitri Rahayu, Yuli Umardewi, Irma Riyanti. 2017. Implementasi Sosial Budaya
Dalam Asuhan Keperawatan.
https://www.academia.edu/12789934/IMPLEMENTASI_SOSIO_BUDAYA_DALAM_
ASUHAN_KEPERAWATAN. Diakses pada hari Senin, 24 Februari 2020