Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH
APLIKASI TRANSCULTURAL NURSING SEPANJANG DAUR
KEHIDUPAN MANUSIA

DISUSUN OLEH:

Kelompok 8
1. IRA ANDRIANA
2. JULIA
3. VERA KURNIAWATY
4. RIA ELMIANA
5. SUSANTI
6. FITRIYANTO
7. SANTI MARTA EDISON
8. SUDIANA
9. TAMRIN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNG PINANG
2002

1
KATA PENGHANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan ke-hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia yang telah diberikan kepada saya sehingga bisa menyelesaikan Makalah ini

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun
kami menyadari bahwa dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan
dan bimbingan dari beberapa orang, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.
Oleh karena itu kami selaku penulis mengucapkan:

1. Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan kami rezeki,
rahmat, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik
2. Terima kasih kepada Rekan yang telah turut membantu dan mengatasi berbagai
kesulitan sehingga tugas ini selesai.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini dan bila untuk makalah selanjutnya.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan, khususnya bagi kami selaku penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai, Aamiiin.

Dabo singkep, 20 Juli 2022

Kelompok 8

ii
Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR....................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................1

B. Idenfikasi masalah..................................................................................................2

BAB II TEORI DAN KONSEP.......................................................................................3

A. Pengertian Transkultural.........................................................................................3

B. Konsep Transkultural..............................................................................................3

C. Peran dan Fungsi Transkultural..............................................................................4

D. Kepercayaan Kuno dan Praktik Pengobatan...........................................................5

BAB III PENUTUP........................................................................................................14

A. KESIMPULAN.....................................................................................................14

B. SARAN................................................................................................................14

REFERENSI.....................................................................................................................15

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori keperawatan atau konsep model dalam keperawatan merupakan teori yang
mendasari bagaimana seorang perawat dalam mengaplikasikan praktik keperawatan,
beberapa teori diantaranya adalah teori adaptasi dari roy, teori komunikasi terapeutik dari
peplau,teorigoal atteccment dari bety newman dan sebagainya. Leininger’s konsep model
yang dikenal dengan sunrise modelnya merupakan salah satu teori yang diap;ikasikan
dalam praktik keperawatan.Teori leininger berasal dari ilmu antropologi, tapi konsep ini
relevan untuk keperawatan.
Leininger mendefinisikan “Transkultural nursing” sebagai area yang luas dalam
keperawatan yang mana berfokus dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur
dan subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit,
kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic
bodyof knowledge untuk kultur yang universal dalam keperawatan.Aplikasi teori dalam
transkultural dalam keperawatan diharapkan adanya kesadaran dan apresiasi terhadap
perbedaan kultur. Hal ini berarti perawat yang professional memiliki pengetahuan dan
praktek yang berdasarkan kultur secara konsep petencanaan dan untuk praktik
keperawatn.
Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan
sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada
kultur yang spesifik dan universal kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai
dan norma spesifik yang dimiliki oleh kelompok lain. Kultur yang universal adalah nilai-
nilai dan norma – norma yang diyakini dan dilakukan hampir semua kultur seperti budaya
minum teh dapat membuat tubuh sehat (leininger, 2002).
Leininger mengembangkan teorinya dari perbadaan kultur dan universal
berdasarkan kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat menjadi
sumber informasi dan menentukan jenis perawatan yang diinginkan dari pemberian
peleyanan yang professional, karena kultur adalah pola kehidupan masyarakat yang
berpengaruh terhadap keputusan dan tindakan.
Culture care adalah teori yang holistic karena meletakan di dalamnya ukuran dari
totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk socialstruktur, pandangan

1
dunia, nilai cultural, konteks lingkungan, ekspresi bahasa dan etnik serta system
professional.

B. Idenfikasi masalah

1. Pengertian transkultural
2. Konsep transcultural
3. Peran dan fungsi transcultural
4. Kepercayaan Kuno dan Praktik Pengobatan

2
BAB II
TEORI DAN KONSEP

A. Pengertian Transkultural

Bila ditinjau dari makna kata , transkultural berasal dari kata trans dan culture,
Trans berarti aluar perpindahan , jalan lintas atau penghubung.Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia; trans berarti melintang , melintas , menembus , melalui. Culture berarti
budaya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti:

a. kebudayaan, cara pemeliharaan, pembudidayaan.


b. Kepercayaan, nilai – nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu
kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya, sedangkan cultural berarti:
Sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan.
Budaya sendiri berarti: akal budi, hasil dan adat istiadat.
Sedangkan kebudayaan berarti:
a. Hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan,
kesenian dan adat istiadat.
b. Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk
menjadi pedoman tingkah lakunya
Jadi, transkultural dapat diartikan sebagai:
a. Lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi
budaya yang lain
b. Pertemuan kedua nilai – nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi social
c. Transcultural Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan
perbedaan maupun kesamaan nilai– nilai budaya (nilai budaya yang berbeda, ras,
yang mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan
kepada klien / pasien). Menurut Leininger (1991).

B. Konsep Transkultural

Kazier Barabara (1983) dalam bukuya yang berjudul Fundamentals of Nursing


Concept and Procedures mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah tindakan
perawatan yang merupakan konfigurasi dari ilmu kesehatan dan seni merawat yang
meliputi pengetahuan ilmu humanistic, philosopi perawatan, praktik klinis keperawatan,
komunikasi dan ilmu sosial. Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang

3
manusia yang menjadi target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat bio – psycho –
social – spiritual. Oleh karenanya, tindakan perawatan harus didasarkan pada tindakan
yang komperhensif sekaligus holistik.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata
sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma, adat istiadat menjadi
acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain. Pola kehidupan yang
berlangsung lama dalam suatu tempat, selalu diulangi, membuat manusia terikat dalam
proses yang dijalaninya. Keberlangsungaan terus – menerus dan lama merupakan proses
internalisasi dari suatu nilai – nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter, pola pikir,
pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan
intervensi keperawatan (cultural nursing approach)

C. Peran dan Fungsi Transkultural

Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh sebab itu,
penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat (Pasien).
Misalnya kebiasaan hidup sehari – hari, seperti tidur, makan, kebersihan diri, pekerjaan,
pergaulan social, praktik kesehatan, pendidikan anak, ekspresi perasaan, hubungan
kekeluargaaan, peranan masing – masing orang menurut umur. Kultur juga terbagi dalam
sub – kultur. Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya
mengaanut pandangan keompok kultur yang lebih besar atau member makna yang
berbeda. Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.
Nilai – nilai budaya Timur, menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat
pelayanan dari dokter pria. Dalam beberapa setting, lebih mudah menerima pelayanan
kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan. Hal ini menunjukkan bahwa budaya
Timur masih kental dengan hal – hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun – tahun terakhir ini, makin ditekankan pentingknya pengaruh kultur
terhadap pelayanan perawatan. Perawatan Transkultural merupakan bidang yang relative
baru; ia berfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya tentang
kesehatan dan hubungannya dengan perawatannya. Leininger (1991) mengatakan bahwa
transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan
perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya (nilai budaya yang berbeda ras, yang
mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada
pasien. Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya yang ditujukan
untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional). Caring practices adalah kegiatan
perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan.

4
Menurut Dr. Madelini Leininger, studi praktik pelayanan kesehatan transkultural
adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam
kaitan dengan kesehatannya. Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai
budaya (kultur), baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul
persamaan – persamaan. Lininger berpendapat, kombinasi pengetahuan tentang pola
praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya
pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.

D. Kepercayaan Kuno dan Praktik Pengobatan

Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat


sederhana, pengetahuan tradisional. Dalam masyarakat tradisional, sistem pengobatan
tradisional ini adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti
mempelajari pranata social umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli ( tradisional )
adalah rasional dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat.
Beberapa hal yang berhubungan dengan kesehatan (sehat – sakit) menurut budaya –
budaya yang ada di Indonesia diantaranya adalah:
1. Budaya Jawa
Menurut orang Jawa, “sehat “adalah keadaan yang seimbang dunia fisik
dan batin. Bahkan, semua itu berakar pada batin. Jika “batin karep ragu nututi “,
artinya batin berkehendak, raga / badan akan mengikuti. Sehat dalam konteks raga
berarti “waras“. Apabila seseorang tetap mampu menjalankan peranan sosialnya
sehari – hari, misalnya bekerja di ladang , sawah , selalu gairah bekerja , gairah
hidup , kondisii inilah yang dikatakan sehat . Dan ukuran sehat untuk anak – anak
adalah apabila kemauannya untuk makan tetap banyak dan selalu bergairah main .
Untuk menentukan sebab – sebab suatu penyakit ada dua konsep , yaitu
konsep personalistik dan konsep naluralistik . Dalam konsep personalistik ,
penyakit disebabkan oleh makhluk supernatural ( makhluk gaib , dewa ) , makhluk
yang bukan manusia ( hantu , roh leluhur , roh jahat ) dan manusia (tukang sihir ,
tukang tenung) . Penyakit ini disebut “ ora lumrah “ atau “ ora sabaene “ ( tidak
wajar / tidak biasa ) . Penyembuhannya adalah berdasarkan pengetahuan secara
gaib atau supernatural , misalnya melakukan upacara dan sesaji. Dilihat dari segi
personalistik jenis penyakit ini terdiri dari kesiku , kebendhu , kewalat , kebulisan ,
keluban , keguna – guna , atau digawe wong , kampiran bangsa lelembut dan lain
sebagainya . Penyembuhan dapat melalui seorang dukun atau “ wong tuo “.

5
Pengertian dukun bagi masyarakat Jawa adalah yang pandai atau ahli
dalam mengobati penyakit melalui “Japa Mantera “ , yakni doa yang diberikan oleh
dukun kepada pasien. Ada beberapa kategori dukun pada masyarakat Jawa yang
mempunyai nama dan fungsi masing – masing :
a) Dukun bayi: khusus menangani penyembuhan terhadap penyakit yang

berhubungan dengan kesehatan bayi , dan orang yang hendak melahirkan.


b) Dukun pijat / tulang (sangkal putung) : Khusus menangani orang yang

sakit terkilir , patah tulang , jatuh atau salah urat.


c) Dukun klenik : khusus menangani orang yang terkena guna – guna atau “

digawa uwong “..


d) Dukun mantra : khusus menangani orang yang terkena penyakit karena

kemasukan roh halus.


e) Dukun hewan : khusus mengobati hewan.
Berdasarkan hari dimulainya sakit juga dapat ditentukan tentang jenis –
jenis penyakit sebagaimana diuraikan dalam Kitab Primbon Betaljemur
Adammakna , yang dibuat sebagai berikut
Nama hari Sebab Penyakit

a) Senin : Mempunyai nadzar yang belum dilaksanakan


b) Selasa : Diguna – guna oleh oran lain
c) Rabu : Diganggu oleh makhluk halus / setan
d) Kamis : Terkena itulah dari orang lain
e) Jumat : Diganggu makhluk halus yang ada di kolong rumah
f) Sabtu : Diganggu oleh setan yang berasal dari hutan
g) Minggu : Diganggu oleh makhluk halus / setan
Selain hari – hari biasa , Budaya Jawa juga memiliki hari– hari yang
disebut hari pasaran dengan urutan : Pon , Wage,kliwon , legi , pahing. Budaya
jawa beranggapan bahwa nama yang “berat “ bisa mendatangkan sial. Pendapat
yang lain mengatakan “nama yang buruk” akan mempengaruhi aktivitas pribadi
dan sosial pemilik nama itu. Dan juga kebiasaan bagi orang jawa yakni jika ada
salah satu pihak keluarga atau sanak saudara yang sakit , maka untuk
menjenguknya biasanya mereka mengumpulkan dulu semua saudaranya dan
bersama – sama mengunjungi saudaranya yang sakit tersebut. Karena dalam
budaya Jawa dikenal prinsip “ mangan ora mangan , seng penting kumpul “
Adapun beberapa contoh pengobatan tradisional masyarakat jawa yang

6
tidak terlepas dari tumbuhan dan buah –buahan yang bersifat alami adalah :
a) Daun dadap sebagai penurun panas dengan cara ditempelkan di dahi.
b) Temulawak untuk mengobati sakit kuning dengan cara di parut , diperas
dan airnya diminum 2 kali sehari satu sendok makan , dapat ditambah

7
sedikit gula batu dan dapat juga digunakan sebagai penambah nafsu
makan.
c) Akar ilalang untuk menyembuhkan penyakit hepatitis B.
d) Mahkota dewa untuk menurunkan tekanan darah tinggi, yakni dengan
dikeringkan terlebih dahulu lalu diseduh seperti teh dan diminum
seperlunya.
e) Brotowali sebagai obat untuk menghilangkan rasa nyeri, peredam panas ,
dan penambah nafsu makan.Jagung muda ( yang harus merupakan hasil
curian = berhubungan dengan kepercayaan ) berguna untuk
menyembuhkan penyakit cacar dengan cara dioleskan dibagian yang
terkena cacar.
f) Daun sirih untuk membersihkan vagina.
g) Lidah buaya untuk kesuburan rambut.
h) Cicak dan tokek untuk menghilangkan gatal – gatal.
i) Mandi air garam untuk menghilangkan sawan.
j) Daun simbung dan daun kaki kuda untuk menyembuhkan influenza.
k) Jahe untuk menurunkan demam / panas , biasanya dengan diseduh lalu

diminum ataupun dengan diparut dan detempelkan di ibu jari kaki.


l) Air kelapa hijau dengan madu lebah untuk menyembuhkan sakit kuning
yaitu dengan cara 1 kelapa cukup untuk satu hari , daging kelapa muda
dapat dimakan sekaligus , tidak boleh kelapa yang sudah tua.

2. Budaya Sunda
Menurut orang sunda , orang sehat adalah mereka yang makan terasa
enak walaupun dengan lauk seadanya, dapat tidur nyenyak dan tidak ada yang
dikeluhkan , sedangkan sakit adalah apabila badan terasa sakit , panas atau makan
terasa pahit , kalau anak kecil sakit biasanya rewel , sering menangis , dan serba
salah / gelisah
Ada beberapa perbedaan antara sakit ringan dan sakit berat . Orang
disebut sakit ringan apabila masih dapat berjalan kaki , masih dapat bekerja , masih
dapat makan – minum dan dapat sembuh dengan minum obat atau obat tradisional
yang dibeli di warung . Orang disebut sakit berat , apabila badan terasa lemas , tidak
dapat melakukan kegiatan sehari – hari , sulit tidur , berat badan menurun , harus
berobat ke dokter / puskesmas , apabila menjalani rawat inap memerlukan biaya
8
mahal.
Konsep sakit ringan dan sakit berat bertitik tolak pada keadaan fisik
penderita melakukan kegiatan sehari – hari , dan sumber pengobatan yang

9
digunakan. Berikut beberapa contoh sakit dengan penyebab , pencegahan dan
pengobatan sendiri.:
a) Sakit Kepala
Keluhan sakit kepala dibedakan antara nyeri kepala ( bahasa sunda =
rieut atau nyeri sirah , kepala terasa berputar / pusing / bahasa sunda =
Lieur ) , dan sakit kepala sebelah / migran ( bahasa sunda = rieut jangar ) .
Penyebab sakit kepala adalah dengan menghindari terkena sinar matahari
langsung , dan jangan banyak pikiran . Pengobatan sendiri , sakit kepala
dapat dilakukan dengan obat warung yaitu paramek atau puyer bintang tujuh
nomor 16.
b) Sakit Demam
Keluhan demam ( bahasa sunda = muriang atau panas tiris ) ditandai
dengan badan terasa pegal – pegal , menggigil , kadang – kadang bibir biru .
Penyebab demam adalah udara kotor , menghisap debu kotor . pergantian
cuaca , kondisi badan lemah , kehujanan , kepanasan cukup lama , dan
keletihan . Pencegahan demam adalah dengan menjaga kebersihan udara
yang dihisap , makan teratur , olahraga cukup , tidur cukup , minum cukup ,
kalau badan masih panas / berkeringat jangan langsung mandi , jangan
kehujanan dan banyak makan sayuran atau buah . Pengobatan sendiri
demam dapat dilakukan dengan obat tradisional , yaitu kompres badan
dengan tumbukan daun melinjo , daun cabe atau daun singkong , atau dapat
juga dengan obat warung yaitu Paramek atau Puyer bintang tujuh nomor 16.

c) Keluhan Batuk
Batuk TBC , yaitu batuk yang sampai mengeluarkan darah dari mulut ,
batuk biasa (bahasa sunda = fohgoy ) , dan batuk yang terus menerus dengan
suaranya melengking (bahasa sunda = batuk bangkong ) dengan gejala
tenggorokan gatal , terkadang hidung rapet , dan kepala sakit ) . Penyebab
batuk TBC adalah karena orang tersebut menderita penyakit TBC paru ,
sedangkan batuk biasa atau batuk bangkong adalah menghisap debu dari
tanah kering yang baru tertimpa hujan , alergi salah satu makanan , makanan
basi , masuk angin, makan makanan yang digoreng dengan minyak yang
tidak baik , atau tersedak makanan / keselek . Pencegahan batuk dilakukan
dengan menjaga badan agar jangan kedinganan , jangan makan makanan
basi , tidak kebanyakan minum es , menghindari makanan yang merangsang

10
tenggorokan , atau menyebabkan alergi . Pengobatan sendiri batuk dapat

11
dilakukan dengan obat warung misalnya konidin atau oikadryl . Bila batuk
ringan dapt minum obat tradisional yaitu air perasan jeruk nipis dicampur
kecap , daun sirih 5 lembar diseduh dengan air hangat setengah gelas atau
rebusan jahe dengan gula merah.
d) Sakit Pilek
Keluhan pilek ringan ( bahasa sunda = salesma ) , yaitu hidung tersumbat
atau berair , dan pilek berat yaitu pilek yang disertai sakit kepala , demam ,
badan terasa pegal dan tenggorokan kering . Penyebab pilek adalah
kehujanan menghisap debu kotor , menghisap asap rokok , menghisap air ,
pencegahan pilek adalah jangan kehujanan , kalau badan berkeringat jangan
langsung mandi , apabila muka terasa panas ( bahasa sunda = singhareab ) ,
jangan mandi langsung minum obat , banyak minum air dan istirahat .
Pengobatan sendiri , pilek dapat dilakukan dengan obat warung yaitu
mixagrib diminum 3x sehari sampai keluhannya hilang . Dapat juga
digunakan obat tradisional untuk mengurangi keluhan , misalnya minyak
kelapa dioleskan di kanan dan kiri hidung.
e) Sakit Panas
Sakit panas adalah sakit yang menyebabkan sekujur tubuh seseorang
terasa panas biasanya yang disertai demam ( menggigil ). Untuk
mengobatinya , orang sunda biasa dengan menggunakan labu ( waluh ) yang
diparut ( dihaluskan ) , kemudian dibungkus kain dan di kompreskan ke
tubuh orang yang sakit panas tersebut hingga panasnya turun. Selain itu juga
bisa dengan menggunakan kompres air dingin.
Pengobatan sakit umumnya menggunakan obat yang terdapat di warung .
obat yang ada di desa tertentu, sebagian kecil menggunakan obat tradisional .
Masyarakat melakukan pengobatan sendiri dengan alasan sakit ringan , hemat biaya
dan hemat waktu . Pengobatan sendiri sifatnya sementara , yaitu penanggulanan
pertama sebelum berobat ke puskesmas atau Mantri . Tindakan Pengobatan sendiri
yang sesuai dengan aturan masih rendah karena umumnya masyarakat membeli obat
secara eceran sehingga tidak dapat memaca keterangan yang tercantum pada setiap
kemasan obat.
3. Budaya Batak
Arti “ sakit “ bagi orang Batak adalah keadaan dimana seseorang hanya
berbaring, dan penyembuhannya melalui cara – cara tradisional , atau ada juga yang
membawa orang yang sakit tersebut kepada dukun atau “ orang pintar “. Dalam

12
kehidupan sehari – hari orang batak , segala sesuatunya termasuk mengenai
pengobatan jaman dahulu , untuk mengetahui bagaimana cara mendekatkan diri pada
sang pencipta agar manusia tetap sehat dan jauh dari mara bahaya.
Bagi orang batak , di samping penyakit alamiah , ada juga beberapa tipe spesifik

penyakit supernatural , yaitu :


a) Jika mata seseorang bengkak ,orang tersebut diyakini telah melakukan
perbuatan yang tidak baik ( mis : mengintip ) . Cara mengatasinya agar
matanya tersebut sembuh adalah dengan mengoleskan air sirih.
b) Nama tidak cocok dengan dirinya ( keberatan nama ) sehingga membuat
orang tersebut sakit.
Cara mengobatinya dengan mengganti nama tersebut dengan nama yang lain ,
yang lebih cocok dan didoakan serta diadakan jamuan adat bersama keluarga.
a. Ada juga orang batak sakit karena tarhirim
Mis : seorang bapak menjanjikan akan memberi mainan buat anaknya ,
tetapi janji tersebut tidak ditepati . Karena janji tersebut tidak ditepati , si anak
bisa menjadi sakit.
b. Jika ada orang batak menderita penyakit kusta , maka orang tersebut dianggap
telah menerima kutukan dari para leluhur dan diasingkan dalam pergaulan
masyarakat.
Di samping itu , dalam budaya batak dikenal adanya “kitab pengobatan” yang
isinya diantaranya adalah , Mulajadi Namolon Tuhan Yang Maha Esa bersabda :
“ Segala sesuatu yang tumbuh di atas bumi dan di dalam air sudah ada gunanya masing –
masing di dalam kehidupan sehari – hari , sebab tidak semua manusia yang dapat
menyatukan darahku dengan darahnya , maka gunakan tumbuhan ini untuk kehidupan
mu“. Di dalam kehidupan Si raja Batak dahulu ilmu pengobatan telah ada , mulai sejak
dalam kandungan sampai melahirkan.
a. Obat mulai dari kandungan sampai melahirkan
a) Perawatan dalam kandungan : menggunakan salusu yaitu satu butir telur ayam
kampung yang terlebih dahulu di doakan
b) Perawatan setelah melahirkan : menggunakan kemiri , jeruk purut dan daun
sirih
c) Perawatan bayi : biasanya menggunakan kemiri , biji lada putih dan iris
jorango
d) Perawatan dugu – dugu : sebuah makanan ciri khas Batak saat melahirkan

13
yang diresap dari bangun – bangun , daging ayam , kemiri dan kelapa.
b. Dappol Siburuk ( obat urut dan tulang )
Asal mula manusia menurut orang batak adalah dari ayam dan burung.
Obat dappol si buruk ini dulunya berasal dari burung siburuk yang mana
langsung di praktikkan dengan penelitian alami dan hamper seluruh keturunan
Siraja Batak menggunakan obat ini dalam kehidupan sehari – hari.
c. Untuk mengobati sakit mata.
Menurut orang batak , mata adalah satu panca indra sekaligus penentu
dalam kehidupan manusia , dan menurut legenda pada mata manusia berdiam
Roh Raja Simosimin , Berdasarkan pesan dari si raja batak , untuk mengeluarkan
penyakit dari mata , maukkanlah biji sirintak ke dalam mata yang sakit . Setelah
itu tutuplah mata dan tunggulah beberapa saat , karena biji sirintak akan menarik
seluruh penyakit yang ada di dalam mata . Gunakan waktu 1x 19 hari , supaya
mata tetap sehat. Sirintak adalah tumbuhan Batak yang dalam bahasa Indonesia
berarti mencabut ( mengeluarkan ) , nama ramuannya dengan sdama tujuannnya.
d. Mengobati penyakit kulit yang sampai membusuk
Berdasarkan pesan siraja batak untuk mengobati orang yang berpenyakit
kulit supaya menggunakan tawar mulajadi (sesuatu yang berasal dari asap dapur).
Rumpak 7 macam dan diseduh dengan air hangat.
Disamping itu , siraja batak berpesan kepada keturunannya , supaya manusia
dapat hidup sehat , maka makanlah atau minumlah : apapaga , airman , anggir ,
adolorab , alinggo , abajora , ambaluang , assigning , dan arip – arip. Dalam budaya
batak juga dikenal dengan adanya charisma , wibawa dan kesehatan menurut orang
batak dahulu , supaya manusia dapat sukses dalam segala hal biasanya diwajibkan
membuat sesajen berupa : ayam merah , ayam putih , ayam hitam , ketan beras
( nitak ) , jeruk purut , sirih beserta perlengkapannya.
Beberapa contoh pengobatan tradisional lainnya yang dilakukan oleh orang batak adalah :
a. Jika ada orang batak yang menderita penyakit gondok , maka cara pengobatannya
dengan menggunakan belau.
b. Apabila ada orang batak yang menderita penyakit panas ( demam ) biasanya
pengobatannya dengan cara menyelimutinya dengan selimut / kain yang tebal
4. Budaya Flores
Damianus Wera orang Flores satu ini punya karunia yang sangat langka .
Dami dikenal sebagai penyembuh alternative unik. Damianus wera bukan dokter ,
buta huruf , tak bersekolah , tapi buka praktik layaknya dokter professional . Dia

melakukan operasi hanya menggunakan pisau. Menurut Dami ada tiga jenis penyakit
yang dikeluhkan para pasien.
14
Pertama , jenis penyakit nonmedis atau santet / guna – guna . Biasanya tubuh
korban dirusak dengan paku , silet , lidi , kawat , beling , jarum , benang kusut.
Kedua , penyakit medis seperti jantung koroner , batu ginjal , tumor , kanker ,
dll.Dami mengangkat penyakit ini dengan operasi dan juga sedot darah melalui selang
Ketiga , sakit psikologis misalnya : banyak utang , stress , sulit hamil , dll. Dami
mengingatkan kunci sehat itu sebenarnya ada di pikiran yang sehat . Sebaliknya ,
pikiran yang ruwet , penuh beban dan tekanan , justru memicu munculnya penyakit
dalam tubuh manusia.
Dami di datangi ayahnya yang sudah meninggal dan dikasih gelang . Dan saat dia
bermimpi ia akan di di karuniai penyembuhan . Pagi – pagi ia menemukan pisau di
bawah bantal . Pisau itu untuk mengoprasi orang sakit.
Dami mempunyai 7 metode untuk mengatasi penyakit :
a. Berdoa : dilakukan sebelum dan sesudah pengobatan , pasien berdoa menurut
agamanya.
b. Air putih : Pasien diminta membawa air putih dalam botol 1, 5 liter . Setelah
didoakan , pasien minum di rumah masing- masing . Kalau mau habis ,
tambahkan dengan air yang baru.
c. Kapsul ajaib : Pasien diminta minum kapsul ajaib seperti obat biasa.
d. Pijat refleksi : Pasian menjerit kesakitan karena “ diestrum “ listrik tegangan

tinggi.
e. Suntik : Jarum suntik diperoleh dengan cara muntah. Cairan atau obat diperoleh

lewat doa tertentu.


f. Telur ayam ( kampung ) dan gelas : Dipegang , diletakkan di atas kepala pasien.
Selain mendeteksi penyakit , telur ayam kampung itu juga untuk mengobati
penyakit dan untuk mengambil benda – benda santet seperti jarum , benang , silet
, beling , paku lewat telur ayam.
g. Operasi / bedah : Operasi atau bedah bisa untuk penyakit medis maupun non
medis.
Di samping itu , orang flores juga percaya adanya sejenis kain yang berwarna
hitam yang dipercaya dapat menyembuhkan orang yang sakit panas / demam tinggi .
yaitu dengan cara di selubungkan atau ditutupkan di seluruh tubuhnya hingga tidak
ada yang kelihatan lagi , dan biarkan orang yang sakit panas tersebut hingga ia merasa
nyaman dan pansanya berkurang.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan


yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan
perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya. Hal ini dipelajarai mulai dari
kehidupan biologis sebelumnya, kehidupan psikologis, kehidupan sosial dan spiritualnya.
Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu saja
dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya klien
sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien. Penyesuaian diri
sangatlah diperlukan dalam aplikasi keperawatan transkultural.

B. SARAN

Walaupun dalam kenyataanya mungkin konsep keperawatan transkultural efektif


digunakan pada klien, namun pengkajian lebih lanjut juga sangat diperlukan untuk
mencapai hasil yang maksimal dalam proses penyembuhan

16
REFERENSI

Cultural Diversity in Nursing, (1997), Transcultural Nursing ; Basic Concepts and Case
Studies, Ditelusuri tanggal 17 November 2008 dari
http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing

Giger. J.J & Davidhizar. R.E, (1995), Transcultural Nursing : Assessment and
Intervention, 2nd Ed, Missouri , Mosby Year Book Inc

Swasono. M.F, (1997), Kehamilan, kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam Konteks
Budaya, Jakarta, UI Press

, Transcultural Nursing Care of Adult ; Section Two


Transcultural NursingModels ; Theory and Practice, Ditelusuri tanggal 17
November 2018 ; http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing
, Transcultural Nursing Care of Adult ; Section Three
Application of Transcultural Nursing Models, Ditelusuri tanggal 17 November 2008 dari
http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing

17

Anda mungkin juga menyukai