Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

TRANSCULTURAL NURSING

DISUSUN OLEH :

Kelompok 9

1. Bagas Permadi (152111010)


2. Granitia Mutiarasati (152111021)
3. Patmawati (152111034)
4. Sundari (152111044)

Dosen Pembimbing :

Safra Ria Kurniati, S. Kep, Ns, M. Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SIKES HANGTUAH
ii
TANJUNGPINANG
T.A 2022/2023

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami mampu menyusun sebuah makalah dengan judul “Teori Traskultural”
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan
Psikososial di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.

Dalam Penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Kolonel (purn) wiwiek liestyaningrum S.kp, M.kep selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.
2. Yusnaini Siagian, S.kep, Ns, M.kep Selaku waket 1 SekolahTinggi IlmuKesehatan
Hang TuahTanjungpinang.
3. Zakiah rahman, S.kep, Ns, M.kep selaku Ka.Prodi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.

4. Safra Ria Kurniati, S. Kep, Ns, M. Kep selaku pembimbing mata kuliah.

Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan baik pada penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu penulis mengharapkan,
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Tanjungpinang, 1 Desember 2022

iii
Penulis

iv
DAFTAR ISI
KATA PENGHANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan.............................................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Transkultural
1. Definisi Keperawatan Transkultural............................................................4
2. Tujuan Pengguaan Keperawatan Transkultural...........................................4
3. Konsep Dalam Keperawatan Transkultural.................................................4
4. Paradigma Transkultural Nursing................................................................7
5. Proses Keperawatan Transkultural...............................................................7
6. Tren dan Isu Transkultural Nursing.............................................................8

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Kasus Transkultural
1. Pengkajian......................................................................................................16
2. Diagnosa........................................................................................................18
3. Intervensi........................................................................................................19
4. Implementasi..................................................................................................21
5. Evaluasi..........................................................................................................24

B. Gagal Jantung
1. Pengkajian......................................................................................................28
2. Diagnosa........................................................................................................29
3. Intervensi........................................................................................................31
4. Implementasi..................................................................................................33
5. Evaluasi..........................................................................................................33

v
BAB 1V KASUS TRASKULTURAL NURSING PADA IBU POST PATRUM
A. Pengkajian............................................................................................................35
1. Faktor teknologi....................................................................................................35
2. Faktor agam dan Falsafah hidup...........................................................................36
3. Faktor Sosisl dan Keterikatan Keluarga................................................................36
4. Faktor nilai-nilai budana dan gaya hidup..............................................................36
5. Faktor Politik.........................................................................................................37
6. Faktor ekonomi......................................................................................................37

B. Diagnosa...............................................................................................................37

C. Intervensi..............................................................................................................37

BAB V PENUTUP
A. Kesimpilan............................................................................................................38
B. Saran.....................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam menjalankan tugas sebagai perawat, banyak perubahan-perubahan yang ada baik di
lingkungan maupun klien. Perawat harus menghadapi berbagai perubahan di era globalisasi ini
termasuk segi pelayanan kesehatannya. Perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat
menyesuaikan diri dengan budayanya dan sesuai dengan teori-teori yang dipelajari.
Dalam ilmu keperawatan, banyak sekali teori-teori yang mendasari ilmu tersebut. Termasuk
salah satunya teori yang mendasari bagaimana sikap perawat dalam menerapkan asuhan
keperawatan. Salah satu teori yang diaplikasikan dalam asuhan keperawatan adalah teori
Leininger tentang “transcultural nursing”.
Dalam teori ini transcultural nursing didefinisikan sebagai area yang luas dalam
keperawatan yang fokusnya dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur
dengan menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit, kepercayaan dan pola
tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistik body of knowledge untuk
kultur yang universal dalam keperawatan. Dalam hal ini diharapkan adanya kesadaran terhadap
perbedaan kultur berarti perawat yang profesional memiliki pengetahuan dan praktik
berdasarkan kultur secara konsep perencanaan dalam praktik keperawatan. Tujuan penggunaan
keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan keilmuan yang humanis
sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan kultur yang universal.
Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang dimiliki oleh
kelompok tertentu. Kultur yang universal adalah nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan
dilakukan hampir semua kultur (Leininger, 1979).
Leininger mengembangkan teorinya dari perbedaan kultur dan universal berdasarkan
kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat menjadi sumber informasi dan
menentukan jenis perawatan yang diinginkan, karena kultur adalah pola kehidupan masyarakat
yang berpengaruh terhadap keputusan dan tindakan. Cultur care adalah teori yang holistik
karena meletakan di dalamnya ukuran dari totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya,
termasuk sosial struktur, pandangan dunia, nilai kultural, ekspresi bahasa, dan etnik serta sistem
profesional.

vii
1.2 Identifikasi Masalah
a. Definisi transcultural nursing
b. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural
c. Konsep transkultural nursing
d. Paradigma transkultural nursing
e. Proses transkultural nursing
f. Tren dan Isu transkultural nursing

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan dan untuk memberi informasi
tentang apa yang dimaksud dengan transkultural nursing melalui definisi yang dijabarkan,
konsep-konsep yang ada serta hal yang terjadi yang berhubungan dengan transkultural nursing.

vii
i
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi KeperawatanTranskultural


Pengertian Transkultural bila ditinjau dari makna kata , transkultural berasal dari kata
trans dan culture, trans berarti alur perpindahan, jalan lintas atau penghubung. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia; trans berarti melintang , melintas , menembus , melalui. Culture
berarti budaya . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti; -kebudayaan , cara
pemeliharaan , pembudidayaan. - Kepercayaan , nilai – nilai dan pola perilaku yang umum
berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya , sedangkan cultural
berarti; sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan. Budaya sendiri berarti : akal budi , hasil
dan adat istiadat. Dan kebudayaan berarti hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi )
manusia seperti kepercayaan , kesenian dan adat istiadat atau keseluruhan pengetahuan manusia
sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menjadi pedoman tingkah lakunya. Jadi ,
transkultural dapat diartikan sebagai lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang
satu mempengaruhi budaya yang lain atau juga pertemuan kedua nilai – nilai budaya yang
berbeda melalui proses interaksi sosial. TransculturalNursing merupakan suatu area yang
berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai– nilai budaya ( nilai budaya yang
berbeda , ras , yang mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan
kepada klien / pasien ) menurut Leininger ( 1991 ). Leininger beranggapan bahwa sangatlah
penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan
keperawatan kepada klien.
Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Perilaku caring adalah bagian dari keperawatan yang membedakan, mendominasi serta
mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan caring adalah tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku ini seharusnya sudah tertanam di
dalam diri manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan
sampai individu tersebut meninggal. Hal ini tetap ikut berkembang dengan seturut jalannya
perkembangan manusia tersebut.

ix
2.2 Tujuan Penggunaan KeperawatanTranskultural

Menurut Leniger tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah dalam


pengembangan sains dan ilmu yang humanis sehingga tercipta praktek keperawatan pada
kebudayaan yang spesifik. Kebudayaan yang spesifik adalah kebudayaan dengan nilai dan
norma yang spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain contohnya suku Osing, Tengger
dan Dayak. Sedangkan, kebudayaan yang universal adalah kebudayaan dengan nilai dan norma
yang diyakini dan dilakukan oleh hampir semua kebudayaan seperti budaya olahraga untuk
mempertahankan kesehatan.
Dengan adanya keperawatan transkultural dapat membantu klien beradaptasi terhadap
budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya. Perawat juga dapat membantu klien
agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan status
kesehatan. Misalnya, jika klien yang sedang hamil mempunyai pantangan untuk makan
makanan yang berbau amis seperti akan, maka klien tersebut dapat mengganti ikan dengan
sumber protein nabati yang lain. Seluruh perencanaan dan implementasi keperawatan dirancang
sesuai latar belakang budaya sehingga budaya dipandang sebagai rencana hidup yang lebih baik
setiap saat. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai
dengan keyakinan yang dianut.

2.3 Konsep Dalam KeperawatanTranskultural

Di dalam buku yang berjudul “Fundamentals of Nursing Concept and Procedures” yang
ditulis oleh Kazier Barabara ( 1983 ) mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah
merupakan suatu bagian dari ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi pengetahuan.
Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi target
pelayanan dalam perawatan adalah bersifat bio – psycho – social – spiritual . Oleh karenanya ,
tindakan perawatan harus didasarkan pada tindakan yang komperhensif sekaligus holistik.

Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai
manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma , adat istiadat menjadi acuan perilaku
manusia dalam kehidupan dengan yang lain . Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam
suatu tempat , selalu diulangi , membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya .
Keberlangsungan terus – menerus dan lama merupakan proses internalisasi dari suatu nilai –
nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter , pola pikir , pola interaksi perilaku yang
kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan ( cultural
nursing approach ).

x
Selain itu ada beberapa konsep lagi yang terkandung dalam transkultural nursing ;

a. Budaya
Adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta
memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
b. Nilai budaya
Adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang
dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
c. Perbedaan budaya
Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan
keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan
untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan
tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu
yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
d. Etnosentris
Diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki oleh
individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik.
e. Etnis
Berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
f. Ras
Adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal
manusia.
g. Etnografi
Adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi
memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan
budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan
orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
h. Care
Adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada
individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik
actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
i. Caring
Adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.

xi
j. Cultural Care
Berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,kepercayaan dan pola
ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu,
keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan
hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
k. Cultural imposition
Berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan,
praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh
perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.

2.4 Paradigma Transkultural Nursing

Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara pandang,


keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai
dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan (Andrew and Boyle,
1995), yaitu manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan.

1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma
yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut
Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada
setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya,
terletak pada rentang sehat dan sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola
kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan
seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat
mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-
sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan,
kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan
dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu :
fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh
manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di

xii
daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun.
Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi
individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan
sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau
kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang
digunakan.
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan
yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan
ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan(Leininger, 1991) adalah :
 Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan
yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya,misalnya budaya berolah raga setiap pagi.
 Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi budaya.
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu
klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka
ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani.
 Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak
merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai
dengan keyakinan yang dianut.

2.5 Proses KeperawatanTranskultural

Teori yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan


dalam konteks budaya menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat

xii
i
sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew andBoyle,
1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
klien sesuai dengan latar belakang budaya klien. Pengkajian dirancang berdasarkan 7
komponen yang ada yaitu :
a. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors). Agama adalah
suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya.
Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas
segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap
penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif
terhadap kesehatan.
b. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors). Perawat pada tahap
ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat
tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
c. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways) Nilai-nilai budaya
adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap
baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini
adalah :posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
d. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors). Kebijakan dan
peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan
individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew andBoyle, 1995). Yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk
klien yang dirawat.
e. Faktor ekonomi (economical factors). Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan
sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber

xi
v
biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain
misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
f. Faktor pendidikan (educational factors) tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak
terulang kembali. Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien
maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan
individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien,
jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar,
1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu :
1) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur.
2) Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural.
3) Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
3. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi
yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar
belakang budaya klien (GigerandDavidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan
dalam keperawatan transkultural (Andrew andBoyle, 1995) yaitu :
1) Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengan kesehatan,
2) Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan
dan
3) Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan
kesehatan.
(a) Cultural care preservation/maintenance 1) Identifikasi perbedaan konsep antara
klien dan perawat tentang proses melahirkan dan perawatan bayi 2) Bersikap
tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien 3) Mendiskusikan
kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
(b) Cultural care accomodation/negotiation1) Gunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh klien 2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan 3)

xv
Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
(c) Cultural care repartening/reconstruction1) Beri kesempatan pada klien untuk
memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya. 2) Tentukan tingkat
perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok 3) Gunakan pihak ketiga
bila perlu. 4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan
yang dapat dipahami oleh klien dan keluarga. 5) Berikan informasi pada klien
tentang sistem pelayanan kesehatan.
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui
proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya
klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat
dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas
keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
4. Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien
yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin
sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

2.6 Tren dan Isu Transkultural Nursing

Banyak hal dalam budaya Indonesia termasuk dalam cara mereka mempercayai dan
mengobati diri mereka untuk membuat hidup mereka mampu menangani sakit yang mereka
alami, sebagai contoh budaya Jawa, disini budaya jawa yang sering kami ketahui cara dan adat
yang mereka percayai untuk mengobati diri saat sakit adalah dengan kerokan, kerokan bukan
hal yang asing bagi budaya jawa, lebih dari banyak orang jawa yang masih menggunakan
kerokan untuk mengobati sakit mereka sampai saat ini. Mereka mempercayai adat dan budaya
secara turun temurun. Mereka meyakini bahwa dengan kerokan dapat mengeluarkan angin
yang ada didalam tubuh, serta dapat menghilangkan nyeri atau sakit badan yang dialami dan
dengan hal tersebut dapat membantu penyembuhan yang mungkin telah dirasakan sebelumnya,
hal tersebut banyak dilakukan oleh suku jawa. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan akan
muncul dan berada didalam rumah sakit, meski mereka telah mendapatkan penangan dari tim
kesehatan ada saja yang melakukan tradisi tersebut, Telah diketahui akibat dari kerokan yaitu
penyebabkan pori-pori kulit semakin melebar, lalu warna kulit memerah menujukkan adanya

xv
i
pembuluh darah dibawah permukaan kulit pecah, sehingga menambah arus darah kepermukaan
kulit.

Ketika melakukan komunikasi untuk memberikan informasi tentang akibat yang terjadi
dari kerokan tidak membuat para klien atau pasien tidak berhenti melakukan tradisi seperti hal
tersebut karena itu telah menjadi kebiasaan yang secara terus menerus dilakukan. Sehingga
asuhan keperawat yang mungkin akan diberikan kepada klien tidak dapat dilakukan karena
adanya penolakan yang terjadi terhadap anggapan akan hal tersebut. Disini kita tidak dapat
mengkritik keyakinan dan praktik budaya kesehatan tradisional yang dilakuakan. Budaya
merupakan factor yang dapat mempengaruhi asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan harus
terus dilakukan bagaimana caranya menagani klien tanpa menyinggung perasaan klien dan
mengkritik tradisi yang telah ada yang mungkin sulit untuk kita tentang dan ubah. Karena
tujuan kita bukanlah untuk mengubah atau mengkritik tradisi tersebut, namun bagaimana
perawat mampu melakukan semua tugasnya dalam memenuhi kebutuhan pasien.

xv
ii
BAB III

KASUS

Contoh Kasus Transkultural Nursing pada Ibu Post Partum :


Klien bernama Ny.M, berusia 25 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir SMA.
Klien adalah seorang ibu rumah tangga. Suami klien Tn. W berumur 27 tahun, pendidikan
terakhir SMK, bekerja di pabrik. Suku jawa, dan keluarga klien terutama mertua klien sangat
kental dengan adat dan budaya jawa, Tn. W adalah satu-satunya tulang punggung keluarga.
Selain tinggal dengan Tn. W klien juga tinggal dengan mertuanya. Seminggu yang lalu klien
telah melahirkan anak pertamanya berjenis kelamin perempuan dengan berat 3500 gram,
panjang 50 cm secara Sectio Caesarea atas indikasi panggul sempit, sehingga di perut klien
terdapat luka jahitan Klien melahirkan di Rumah Sakit Suka Lahir. Klien merasa melahirkan
adalah suatu anugerah, namun klien merasa belum menjadi seorang wanita yang sempurna,
karena tidak dapat melahirkan secara normal. Setelah pulang dari rumah sakit, atas perintah
mertuanya setiap pagi klien jalan- jalan dan membawa bayinya untuk berjemur mulai pukul
06.00-07.00 WIB dengan tujuan agar bayi hangat. Serta setelah melahirkan ibu di haruskan
memakai stagen, Penggunaan stagen ini dipercaya akan membuat perut tidak bergelambir dan
perut kembali langsing. Hal tersebut sudah di lakukan secara turun-temurun. Klien datang ke
poli KIA RS. Suka Sehat untuk kontrol. Dari hasil kontrol di poli KIA RS. Suka Sehat, luka
klien dinyatakan mengalami penyembuhan yang lambat. Luka bekas sectio caesaria masih
terlihat basah. Setelah mendengar pernyataan dari dokter, klien terlihat cemas.

Kemudian dilakukan pengkajian oleh perawat untuk mengetahui penyebab luka yang
tidak kunjung mengering. Dari hasil pengkajian ternyata didapatkan hasil bahwa klien
mempunyai pantangan makan ikan dan telur karena ditakutkan akan menimbulkan rasa gatal
pada luka bekas jahitan, klien tidak boleh minum air terlalu banyak karna akan membuat
luka tetap basah ( luka tidak cepat kering ) serta klien menggunakan stagen yang terlalu
kencang. Perawat memberikan penjelasan bahwa makanan yang menjadi pantangan klien
adalah makanan yang mengandung tinggi protein yang baik untuk proses penyembuhan
luka. Makanan pantangan tersebut dapat digantikan dengan sumber protein lain seperti
tahu, tempe, sari kedelai, kacang-kacangan, dll dan air merupakan bagian penting dari struktur
sel dan jaringan sehingga dapat mempercepat pembentukan jaringan baru dalam proses
penyembuhan luka. Sementara dokter memberikan rawat luka dan terapi oral antibiotik.
Klien menganggap anjuran perawat bertentangan dengan keyakinannya .

xv
iii
Asuhan Keperawatan Transkultural Nursing Pada Ibu Post Partum

A. Pengkajian

1. Faktor Teknologi

a. Klien melahirkan anak pertamanya berjenis kelamin perempuan dengan berat 3500
gram, panjang 50 cm secara Sectio Caesarea atas indikasi panggul sempit, sehingga di
perut klien terdapat luka jahitan Klien melahirkan di Rumah Sakit Suka Lahir .
b. Klien datang ke poli KIA RS. Suka Sehat untuk kontrol. Selain itu klien juga
membawa bayinya untuk di tindik dan disunatkan .

2. Faktor agama dan falsafah hidup

a. Agama yang dianut yaitu agama islam


b. Klien merasa melahirkan adalah suatu anugerah, namun klien meras a belum
menjadi s eorang w anita yang sempurna, karena tidak dapat melahirkan secara
normal
c. Klien percaya seorang bayi perempuan disunat karena atas dasar syariat dalam
agamanya

3. Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan

a. Nama : Ny. M
b. Umur : 25 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status : Sudah Menikah
e. Kelahiran : Anak Pertama
f. Pengambilkeputusan dalam anggota keluarga : Ada pada pihak laki-laki

4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup

xi
x
a. Setiap pagi klien jalan-jalan dan membawa bayinya untuk berjemur, serta
setelah melahirkan ibu di haruskan memakai stagen, Penggunaan stagen ini
dipercaya akan cepat mengembalikan otot rahim dan mengencangkan otot perut
sehingga perut terlihat langsing
b. Klien mempunyai keyakinan setelah melahirkan ibu di haruskan memakai
stagen Penggunaan stagen ini dipercaya akan cepat mengembalikan otot rahim
dan mengencangkan otot perut sehingga perut terlihat langsing, Hal
tersebut sudah di lakukan secara turun-temurun .
c. Klien mempunyai pantangan makan ikan, daging, telur karena ditakutkan
akan menimbulkan rasa gatal pada luka bekas jahitan
d. Klien tidak boleh minum terlalu banyak karna akan membuat luka tetap
basah ( luka tidak cepat kering )

5. Faktor politik

Kebijakan dan Peraturan Rs, Yaitu :

a. Alasan mereka datang ke Rs


Klien datang ke poli KIA RS . Suka sehat untuk control.Selain itu klien juga membawa
bayinya untuk disuntik dan disunat
b. Kebijakan yang didapat di RS
Dokter memberikan tindakan rawat luka dan terapi oral antibiotik.

6. Faktor ekonomi

a. Pekerjaan
Klien Sebagai ibu rumah tangga .
b. Sember Biaya Pengobatan
Klien mendapatkan sumber pembiayaan dari JPS
c. Sumber ekonomi yang di manfaatkan klien
Klien memanfaatkan penghasilan suami
d. Jumlah anak yang ditanggug satu

xx
7. Faktor pendidikan

a) Pendidikan akhir kilen SMA


b) Klien Selalu mendapat nasehat dari mertua
c) Klien masih sangat mempercayai adat dan budaya jawa

B. Diagnosa

1. Data :
Setiap pagi klien mempunyai kebiasaan jalan-jalan dan membawa bayinya untuk
berjemur, mulai pukul 06.00-07.00 WIB dengan tujuan agar bayi hangat.

Masalah :

Potensial Peningkatan Kesehatan

2. Data :

Klien mempunyai keyakinan setelah melahirkan ibu di haruskan memakai stagen


Penggunaan stagen ini dipercaya akan cepat mengembalikan otot rahim dan
mengencangkan otot perut sehingga perut terlihat langsing, Hal tersebut sudah di lakukan
secara turun-temurun. Klien mempunyai pantangan makan ikan dan telur karena
ditakutkan akan menimbulkan rasa gatal pada luka bekas jahitan Klien Klien
menganggap anjuran perawat bertentangan dengan keyakinannya.

Masalah :

Keyakinan klien yang tidak sesuai dengan anjuran medis

3. Data :

Klien tidak boleh minum terlalu banyak karna akan membuat luka tetap basah
( luka tidak cepat kering )

Masalah :

Lamanya proses penyembuhan luka karena pembatasan minum

xx
i
7. Intervensi

 Dx 1 : Potensial peningkatan kesehatan


 Intervensi :

1. Mempertahankan budaya ( Maintenance )Berikan penjelasan pada klien bahwa


kebiasaan klien untuk jalan-jalan pagi dan membawa bayi untuk berjemur
adalah baik untuk kesehatan. Jalan-jalan pagi dapat mengurangkekakuan
atau penegangan otot-otot di seluruh tubuh, memperlancar sirkulasi darah
dan mempercepat penyembuhan luka .

2. Dukung kebiasaan ibu membawa bayi berjemur pada pagi hari dibawah jam 7,
tujuannya untuk menghindarkan bayi dari penyakit kuning dan mengaktifkan vitamin
D yang membuat tulang bayi lebih kuat.

Dx 2 : Keyakinan klien tidak sesuai dengan anjuran medis


Intervensi : Negosiasi budaya

1. Berikan penjelasan bahwa makanan yang menjadi pantangan klien adalah makanan
yang mengandung tinggi protein yang baik untuk proses penyembuhan luka.
Makanan pantangan tersebut dapat digantikan dengan sumber protein lain seperti
tahu, tempe, sari kedelai, kacang- kacangan, dll dan air merupakan bagian penting
dari struktur sel dan jaringan sehingga dapat mempercepat pembentukan jaringan
baru dalam proses penyembuhan luka.

2. Berikan penjelasan pada klien bahwa dari segi medis pemakaian stagen pada post
SC tidak di anjurkan, dan sebenarnya pemakaian stagen tidak ada pengaruhnya pada
proses pengecilan uterus dan bergelambirnya perut tetapi justru penggunaan
stagen pada ibu post SC dapat memperlambat proses penyembuhan luka, tetapi jika
klien ingin tetap memakai, di sarankan lebih baik memakai gurita dengan catatan
tidak terlalu kencang, dan beri penjelasan bahwa saat ibu menyusui bayi nya
dapat merangsang kontraksi otot uterus sehingga mempercepat proses pengecilan
uterus.

Dx 3 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan terbatasnya informasi


Intervensi : Restrukturisasi budaya

1. Jelaskan pada klien dan keluarga bahwa mungkin maksud sebenarnya adalah ingin
memberikan yang terbaik selama perawatan namun terkadang harus di pahami
bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan kesehatan yang semestinya.

2. Berikan penjelasan kepada klien bahwa pemahaman tentang klien tidak boleh minum air
terlalu banyak karena akan membuat luka tetap basah, pemahaman tersebut justru

xx
ii
membuat penyembuhan luka menjadi lama, karena air merupakan bagian penting
dari struktur sel dan jaringan sehingga dapat mempercepat pembentukan jaringan baru
dalam proses penyembuhan luka.

BAB IV

PEMBAHASAN

xx
iii
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

SARAN

xx
iv
SAFTAR PUSAKA

https://www.academia.edu/30911223/
Artikel_asuhan_keperwatan_transkultural_pada_pasien_fraktur

http://repository.akperykyjogja.ac.id/102/1/Buku%20Keperawatan%20Transkultural
%20Lengkap.pdf

https://www.google.com/search?
q=Jurnal+Transkultural+Nursing&sa=X&ved=2ahUKEwjU5PTjs9j7AhW-
gtgFHbRWAeYQ1QJ6BAgpEAE&biw=1536&bih=746&dpr=1.25

https://journals.ums.ac.id/index.php/BIK/article/view/10460

http://ojs.uho.ac.id/index.php/snt2bkl/article/download/5356/3992

xx
v

Anda mungkin juga menyukai