Dosen Pembimbing:
Ns. Lola Felnanda Amri, S.Kep.,M.Kep
TAHUN 2019
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan Makalah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan
tentang “Asuhan Keperawatan Transkultural pada Anak Usia Sekolah” tepat pada waktunya
dalam penyusunan makalah ini kami sadar karena kemampuan kami sangat terbatas. Maka
makalah ini masih mengandung banyak kekurangan untuk itu kami harapkan para pembaca
bersedia memberi saran dan pendapat untuk makalah ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini,
kami atas nama kelompok penyusun menyampaikan Terimakasih yang tak terhingga. Semoga
Tuhan yang Maha Pemurah memberkati kita, sehingga upaya kecil ini besar manfaatnya bagi
kita semua.
Kelompok 4
Daftar Isi
Kata Pengantar......................................................................................................................... 2
2
Daftar Isi.................................................................................................................................. 3
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang............................................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................ 5
1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 6
1.4. Manfaat Penulisan........................................................................................................ 6
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1. Definisi Keperawatan Transkultural............................................................................. 7
2.2. Konsep Utama Keperawatan Transkultural.................................................................. 7
2.3. Konsep Sehat-Sakit menurut Budaya Masyarakat....................................................... 8
2.4. Definisi Anak Usia Sekolah......................................................................................... 8
2.5. Perkembangan Akhir Masa Kanak-Kanak.................................................................. 10
2.6. Perkembangan Usia Sekolah dan Masalah Anak Usia Sekolah.................................. 10
2.7. Asuhan Keperawatan Transkultural pada Anak Usia Sekolah.................................... 14
Bab III Penutup
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................. 19
3.2. Saran............................................................................................................................ 19
Daftar Pustaka......................................................................................................................... 20
Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam keperawatan yang
berfokus pada study komparatif dan analisis tentang budaya dan sub budaya yang berbeda
di dunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, niai-nilai, keyakinan
3
tentang sehat sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of
knowladge yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada
budaya tertentu dan budaya universal (Marriner-Tomey, 1994). Teori keperawatan
transkultural ini menekankan pentingnya peran keperawatan dalam memahami budaya
klien.
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu,
keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock maupun
culture imposition. Cultural shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari
atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien) sedangkan culture
imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-diam
mauoun terang-terangan memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan
kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pda individu, keluarga, atau kelompok dari budaya
lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok
lain.
Teori keperawatan transkultural matahari terbit, sehinnga di sebut juga sebagai
sunrise model matahari terbit (sunrise model) ini melambangkan esensi keperawatan dalam
transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada
klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus
mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview) tentang dimensi dan
budaya serta struktur sosial yang, bersyarat dalam lingkungan yang sempit.
Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut menurut Leininger di pengaruhi oleh
tujuh faktor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan,
Peran perawatan pada transcultural nursing teory ini adalah menjembatani antara sistem
perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan profesional melalui
asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh leininger.oleh
karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan
yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika di sesuaikan dengan proses keperawatan, hal
tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien harus tetap memperhatikan tiga
prinsip asuhan keperawatan, yaitu :
4
1. Culture care preservation/maintenance, yaitu prinsip membantu,memfasilitasi,atau
memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkan
kesehatan dan gaya hidup yang di inginkan.
2. Culture care accommodation/negatiation,yaitu prisip membantu,memfasilitasi,
ataumemperhatikan fenomena budaya,yang merefleksikan cara-cara untuk
beradaptasi,atau bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya
hidup individu atau klien.
3. Culture care repatterning/restructuring,yaitu :prinsip merekonstruksiatau mengubah
desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah
lebih baik.
Bab II
Tinjauan Pustaka
9
1) Penyakit palsu/khayal untuk menghindari tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawabnya.
2) Penyakit yang sering dialami adalah yang berhubungan dengan kebersihan
diri.
b. Kegemukan
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
1) Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan
kesempatan untuk keberhasilan sosial.
2) Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek sehingga anak menjadi
rendah diri
c. Kecelakaan
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap sebagai
kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi psikologisnya
sehingga anak merasa takut dan hal ini dapat berkembang menjadi rasa malu
yang akan mempengaruhi hubungan social.
d. Kecanggungan
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila muncul
perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri.
e. Kesederhanaan
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya
sebagai perilaku kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai
penolakan yang dapat mempengaruhi konsep diri anak.
10
4) pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik dan merendahkan orang
lain, membual akan ditentang oleh temannya.
b. Bahaya Emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukan pola-pola emosi yang
kurang menyenangkan seperti marah yang berlebihan, cemburu masih sangat
kuat sehingga kurang disenangi orang lain
c. Bahaya Bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan
kesempatan untuk mempelajari permainandan olah raga untuk menjadi anggota
kelompok, anak dilarang berkhayal, dilarang melakukan kegiatan kreatif dan
bermain akan menjadi anak penurut yang kaku.
d. Bahaya Dalam Konsep Diri
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas
terhadap diri sendiri dan tidak puas terhadap perlakuan orang lainbila konsep
sosialnya didasarkan pada pelbagai stereotip, anak cenderung berprasangka dan
bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang lain. Karena konsepnya
berbobot emosi dan cenderung menetap serta terus menerus akan memberikan
pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak.
e. Bahaya Moral
Bahaya umum diakitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-
anak. :
1) perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau
berdasarkan konsep-konsep media massa tentang benar dan salah yang
tidak sesuai dengan kode orang dewasa.
2) tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas perilaku.
3) disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang
sebaiknya dilakukan.
4) hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak.
5) menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu
memuaskan sehingga menjadi perilaku kebiasaan.
6) tidak sabar terhadap perilaku orang lain yang salah.
f. Bahaya Yang Menyangkut Minat
Bahaya yang dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak :
11
1) tidak berminat terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman
sebaya.
2) mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat
bernilai bagi dirinya, misal kesehatan dan sekolah.
g. Bahaya Hubungan Keluarga
Kondisi-kondisi yang menyebabkan merosotnya hubungan keluarga :
1) Sikap terhadap peran orang tua, orang tua yang kurang menyukai peran
orang tua dan merasa bahwa waktu, usaha dan uang dihabiskan oleh anak
cenderung mempunyai hubungan yang buruk dengan anak-anaknya
2) Harapan orang tua, kritikan orang tua pada saat anak gagal dalam
melaksanakan tugas sekolah dan harapan-harapan orang tua maka orang
tua sering mengkritik, memarahi dan bahkan menghukum anak
3) Metode pelatihan anak, disiplin yang otoriter pada keluarga besar dan
disiplin lunak pada keluarga kecil yang keduanya menimbulkan
pertentangan dirumah dan meyebabkan kebencian pada anak. Disiplin
yang demokratis biasanya menghasilkan hubungan keluarga yang baik.
4) Status sosial ekonomi, bila anak merasa benda dan rumah miliknya lebih
buruk dari temannya maka anak sering menyalahkan orang tua dan orang
tua cenderung membenci hal itu
5) Pekerjaan orang tua, pandangan mengenai pekerjaan ayah mempengaruhi
persaan anak dan bila ibu seorang karyawan sikap terhadap ibu diwarnai
oleh pandangan teman-temannya mengenai wanita karier dan oleh
banyaknya beban yang harus dilakukan di rumah.
6) Perubahan sikap kepada orang tua, bila orang tua tidak sesuai dengan
harapan idealnya anak, anak cenderung bersikap kritis dan
membandingkan orang tuanya dengan orang tua teman-temannya.
7) Pertentangan antar saudara, anak-anak yang merasa orang tuanya pilih
kasih terhadap saudara-saudaranya maka anak akan menentang orang tua
dan saudara yang dianggap kesayangan orang tua.
8) Perubahan sikap terhadap sanak keluarga, anak-anak tidak menyukai sikap
sanak keluarga yang terlalu memerintah atau terlalu tua dan orang tua akan
memarahi anak serta sanak keluarga membenci sikap sianak.
12
9. Orang tua tiri, anak yang membenci orang tua tiri karena teringat orang tua
kandung yang tidak serumah akan memperlihatkan sikap kritis, negativitas
dan perilaku yang sulit.
13
Klien biasanya bepergian dengan jalan kaki, bahasa yang digunakan klien
untuk berkomunikasi adalah bahasa minangkabau. Klien dan keluarga biasanya
menggunakan angkot untuk mengantarkan klien ke fasilitas kesehatan, sarana
yang digunakan untuk hiburan keluarga biasanya dengan cara nonton tv
bersama. Persepsi klien tentang penggunaaan dan pemanfaatan tekhnologi
untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini adalah keluarga jarang
memeriksakan kondisi klien ke dokter maupun rumah sakit, biasanya keluarga
klien cukup datang ke dukun atau tabib, selain itu juga sering menggunakan
obat-obatan tradisional untuk menyembuhkan segala penyakit.
2. Faktor Agama dan Filosofi
Agama yang dianut klien yaitu islam, keyakinan agama yang dianut klien tidak
bertentangan dengan kesehatan, klien dan keluarga klien mempunyai
pandangan bahwa sakit yang diderita menurut ajaran agamanya adalah suatu
gangguan dari makhluk gaib, biasanya untuk mengurangi sakit yang diderita,
klien dan keluarga klien pergi ke dukun dan meminta doa-doa agar penyakit
yang diderita bisa berkurang.
3. Faktor Sosial dan Ikatan Kekerabatan
Bp. A mengatakan keadaan anaknya sangat parah karena tulang pada bagian
tulang keringnya retak. Klien adalah anak dari pasangan Bp. A dan Ny. A, klien
adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien tinggal satu rumah dengan
keluarganya.
4. Faktor Nilai Budaya dan Gaya Hidup
Suku klien adalah minangkabau, konsep sakit menurut kepercayaan suku klien
adalah sakit jika tidak mampu untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Dikatakan
sehat apabila mampu menjalankan aktifitas sehari-hari. Klien tidur malam
selama 9 jam, dan jarang tidur siang, klien tidur dan bangun tidak sesuai
dengan jadwal. Keluarga percaya pada kekuatan supernatural, klien dan
keluarga juga sangat percaya bahwa kekuatan dukun sangat ampuh. Selain itu
keluarga juga menggunakan obat tradisional seperti batang sereh yang dibakar,
air kelapa yang dibakar dicampur dengan garam lalu diminum, serta air jeruk
nipis dicampur kecap lalu diminum.
14
5. Faktor Kebijakan dan Hukum
Klien tidak mengikuti partai politik apapun. Pandangan politik bagi klien
adalah politik dan hukum merupakan satu kesatuan.
6. Faktor Ekonomi
Bp. A seseorang yang berprofesi sebagai kuli bangunan. Penghasilan tambahan
didapatkan dari ibu A yang berjualan gorengan. Untuk kebutuhan hidup sehari-
hari keluarga Bp. A mencukupi. Keluarga A tidak memiliki kelebihan
penghasilan untuk ditabungkan. Sumber pembiayaan klien berhasal dari hasil
kerja Bp. A sebagai kuli bangunan dan ibu A sebagai penjual gorengan.
Keluarga klien juga tidak mengikuti program asuransi kesehatan.
7. Faktor Pendidikan
Klien pada saat ini masih duduk di sekolah dasar. Klien tidak memahami apa
arti sehat dan apa arti sakit yang sesungguhnya.
DO :
An. A juga tampak lemah dan lesu
5-11-19 DS : Kurang Kepercayaan
Menurut cerita yang dikatakan Bp.A saat pengetahuan tentang
anaknya Jatuh langsung dibawa kedukun, efektifitas
lalu An. A dipijit menggunakan batang perilaku promosi
sereh yang dibakar dengan bacaan doa- kesehatan
doa
DO :
Pada saat diberikan Penkes Bp. A masih
15
terlihat kebingungan
16
Kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor perkembangan
pengetahuan keperawatan selama 1 x 24 jam, pengetahuan klien dan
berhubungan maka mobilitas fisik teratasi, keluarga tentang penkes
dengan dengan kriteria hasil : yang diberikan
kepercayaan 1. Klien dan keluarga mengerti 2. Motivasi klien dan
tentang tentang pentingnya nutrisi keluarga untuk
efektifitas 2. Klien dan keluarga menerima mempertahankan status
perilaku promosi restrukturisasi mengenai nutrisi kesehatan
kesehatan. 3. Klien menerima tindakan 3. Ubah budaya yang
dengan prinsip cultural care merugikan klien dan
accommodation keluarga
2.7.8. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam
proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan,
menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan asuhan
keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah ditetapkan
lebih dulu.
Bab III
Penutup
3.1. Kesimpulan
17
Keperawatan Transkultural adalah suatu area/wilayah keilmuan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang focus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu :
3.1.1. Faktor teknologi (technological factors)
3.1.2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
3.1.3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
3.1.4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (culture value and life ways)
3.1.5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
3.1.6. Faktor ekonomi (economical factors)
3.1.7. Faktor pendidikan (educational factors)
3.2. Saran
Sebagai calon tenaga perawat, kita sebagai mahasiswa diharapkan mampu
mengetahui dan menerapkan konsep tentang Keperawatan Transkultural pada Anak Usia
Sekolah.
Daftar Pustaka
Dochter, Joanne Mecloskey, Phd dkk. 2004. Nursing Intervention Classification. Jakarta : Mosby
Elevier
18
Doengoes, Marilyann E Dkk. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan. Jakarta : EGC
Friedman, MM, .1998. Keperawatan Keluarga; Teori dan Praktik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Mooehed, Sue dkk.2004. Nursing Outcomes Classification (NOC). Jakarta : Mosby Elevier
19