Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

“Asuhan Keperawatan Transkultural pada Anak Usia Sekolah”

Disusun Oleh: KELOMPOK 4

1. Dea Ayunisri 183310803


2. Marisa Novita 183310813
3. Shendy Wira Putra 183310822
4. Silvia Wahyuni 183310824
5. Vyolla Syafri 183310830
6. Yelza Prisilia 183310833

Dosen Pembimbing:
Ns. Lola Felnanda Amri, S.Kep.,M.Kep

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

TAHUN 2019

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan Makalah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan
tentang “Asuhan Keperawatan Transkultural pada Anak Usia Sekolah” tepat pada waktunya
dalam penyusunan makalah ini kami sadar karena kemampuan kami sangat terbatas. Maka
makalah ini masih mengandung banyak kekurangan untuk itu kami harapkan para pembaca
bersedia memberi saran dan pendapat untuk makalah ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini,
kami atas nama kelompok penyusun menyampaikan Terimakasih yang tak terhingga. Semoga
Tuhan yang Maha Pemurah memberkati kita, sehingga upaya kecil ini besar manfaatnya bagi
kita semua.

Padang, 5 November 2019

Kelompok 4

Daftar Isi
Kata Pengantar......................................................................................................................... 2
2
Daftar Isi.................................................................................................................................. 3
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang............................................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................ 5
1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 6
1.4. Manfaat Penulisan........................................................................................................ 6
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1. Definisi Keperawatan Transkultural............................................................................. 7
2.2. Konsep Utama Keperawatan Transkultural.................................................................. 7
2.3. Konsep Sehat-Sakit menurut Budaya Masyarakat....................................................... 8
2.4. Definisi Anak Usia Sekolah......................................................................................... 8
2.5. Perkembangan Akhir Masa Kanak-Kanak.................................................................. 10
2.6. Perkembangan Usia Sekolah dan Masalah Anak Usia Sekolah.................................. 10
2.7. Asuhan Keperawatan Transkultural pada Anak Usia Sekolah.................................... 14
Bab III Penutup
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................. 19
3.2. Saran............................................................................................................................ 19
Daftar Pustaka......................................................................................................................... 20

Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam keperawatan yang
berfokus pada study komparatif dan analisis tentang budaya dan sub budaya yang berbeda
di dunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, niai-nilai, keyakinan
3
tentang sehat sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of
knowladge yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada
budaya tertentu dan budaya universal (Marriner-Tomey, 1994). Teori keperawatan
transkultural ini menekankan pentingnya peran keperawatan dalam memahami budaya
klien.
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu,
keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock maupun
culture imposition. Cultural shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari
atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien) sedangkan culture
imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-diam
mauoun terang-terangan memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan
kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pda individu, keluarga, atau kelompok dari budaya
lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok
lain.
Teori keperawatan transkultural matahari terbit, sehinnga di sebut juga sebagai
sunrise model matahari terbit (sunrise model) ini melambangkan esensi keperawatan dalam
transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada
klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus
mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview) tentang dimensi dan
budaya serta struktur sosial yang, bersyarat dalam lingkungan yang sempit.
Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut menurut Leininger di pengaruhi oleh
tujuh faktor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan,
Peran perawatan pada transcultural nursing teory ini adalah menjembatani antara sistem
perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan profesional melalui
asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh leininger.oleh
karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan
yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika di sesuaikan dengan proses keperawatan, hal
tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien harus tetap memperhatikan tiga
prinsip asuhan keperawatan, yaitu :

4
1. Culture care preservation/maintenance, yaitu prinsip membantu,memfasilitasi,atau
memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkan
kesehatan dan gaya hidup yang di inginkan.
2. Culture care accommodation/negatiation,yaitu prisip membantu,memfasilitasi,
ataumemperhatikan fenomena budaya,yang merefleksikan cara-cara untuk
beradaptasi,atau bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya
hidup individu atau klien.
3. Culture care repatterning/restructuring,yaitu :prinsip merekonstruksiatau mengubah
desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah
lebih baik.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah kami antara lain:
1.2.1. Definisi Keperawatan Transkultural
1.2.2. Konsep Utama Keperawatan Transkultural
1.2.3. Konsep Sehat-Sakit menurut Budaya Masyarakat
1.2.4. Definisi Anak Usia Sekolah
1.2.5. Perkembangan Akhir Masa Kanak-Kanak
1.2.6. Perkembangan Usia Sekolah dan Masalah Anak Usia Sekolah
1.2.7. Asuhan Keperawatan Transkultural pada Anak Usia Sekolah

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini, adalah:
Mahasiswa dapat menentukan cara pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi
dan evaluasi berdasarkan teori transkultural.

1.3.2. Tujuan Khusus


Mahasiswa dapat mengetahui pengkajian berdasarkan cultural nursing yang
meliputi :
1.3.2.1. Mahasiswa mengetahui faktor tekhnologi
1.3.2.2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor agama dan fisiologi
1.3.2.3. Mahasiswa dapat mengetahui social dan ikatan kekerabatan
1.3.2.4. Mahasiswa dapat mengetahui nilai budaya dan gaya hidup
1.3.2.5. Mahasiswa dapat mengetahui faktor kebijakan dan hokum
1.3.2.6. Mahasiswa dapat mengetahui faktor ekonomi
5
1.3.2.7. Mahasiswa dapat mengetahui faktor pendidikan

1.4. Manfaat Penulisan


1.4.1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang Keperawatan
Transkultural
1.4.2. Mahasiswa mampu mengetahui tentang cara menentukan pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi berdasarkan teori transkultural

Bab II
Tinjauan Pustaka

2.1. Definisi Keperawatan Transkultural


Keperawatan transkultural merupakan istilah yang sering digunakan dalam cross-
cultural atau lintas budaya, intercultural atau antar budaya, dan multikultural atau banyak
budaya (Andrews,1999). Leininger mendefinisikan”transkultural Nursing” sebagai area
yang luas dalam keperawatan yang mana berfokus pada komparatif studi dan analisis
perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care dan nilai
sehat-sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan
humanistic body of knowledge untuk kultur yang spesifik dan kultur yang universasl dalam
keperawatan (Andrews and Boyle,1997: Leininger dan McFarland,2002).
Tujuan dari transkultural dalam keperawatan adalah kesadaran dan apresiasi
terhadap perbedaan kultur. Selain itu juga untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam
keperawatan yang humanis sehingga terbentuk praktik keperawatan sesuai dengan kultur
dan universal (Leininger,1978).
6
2.2. Konsep Utama Keperawatan Transkultural
Leininger (2002), beberapa asumsi yang mendasari konsep transkultural berasal
dari hasil penelitian kualitatif tentang kultur, yang kemudian teori ini dipakai sebagai
pedoman untuk mencari culture care yang akan diaplikasikan.
2.2.1. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan
polanya bervariasi diantara culture satu tempat dengan tempat yang lainnya.
2.2.2. Caring act dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan
dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku caring semestinya diberikan pada
manusia sejak lahir , masa perkembangan , masa pertumbuhan , masa pertahanan
sampai dikala meninggal.
2.2.3. Caring adalah esensi dari keperawatan dan membedakan, mendominasi serta
mempersatukan tindakan keperawatan. Keperawatan adalah fenomena transkultural
dimana perawat berinteraksi dengan klien, staff dan kelompok lain.
2.2.4. Identifikasi universal dan nonuniversal kultur dan perilaku caring profesional,
kepercayaan dan praktek adalah esensi untuk menemukan epistemology dan
ontology sebagai dasar dari ilmu keperawatan.
2.2.5. Culture adalah berkenaan dengan mempelajari, membagi dan transmisi nilai,
kepercayaan norma dan praktek kehidupan dari sebuah kelompok yang dapat terjadi
tuntunan dalam berfikir, mengambil keputusan, bertindak dan berbahasa.
2.2.6. Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang mana membimbing, mendukung atau memberi
kesempatan individu lain atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan,
meningkatkan kondisi kehidupan atau kematian serta keterbatasan.
2.2.7. Nilai kultur berkenaan dengan keputusan/kelayakan yang lebih tinggi atau jalan
yang diinginkan untuk bertindak atau segala sesuatu yang diketahui yang mana
biasanya bertahan dengan kultur pada periode tertentu.
2.2.8. Perbedaan kultur dalam keperawatan adalah variasi dari pengertian pola, nilai atau
simbol dari perawatan,kesehatan atau untuk meningkatkan kondisi manusia, jalan
kehidupan atau untuk kematian.
2.2.9. Culture care universality berkenaan dengan hal umum, merupakan bentuk dari
pemahaman terhadap pola, nilai atau simbol dari perawatanyang mana kiltur
mempengaruhi kesehatan atau memperbaiki kondisi manusia.
2.2.10. Etnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki, kepercayaan dan
prakteknya lebih tinggi untuk kultur yang lain.
7
2.2.11. Cultural imposition berkenaan dengan kecendrungantenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas kultur lain karena mereka
percaya bahwa ide mereka lebih tinggi dari pada kelompok lain.

2.3. Konsep Sehat-Sakit menurut Budaya Masyarakat


Sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan
social seseorang. Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat
dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai
kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit. Penyebabnya bersifat Naturalistik yaitu
seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan, kebiasaan hidup,
ketidakseimbangan dalam tubuh. Masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3
bagian, yaitu karena pengaruh gejala alam seperti panas atau dingin terhadap tubuh
manusia, makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin, supranatural
seperti roh, guna-guna, setan.
Berikut adalah contoh konsep sehat sakit menurut masing-masing daerah,
contohnya konsep sakit menurut budaya NTT, dikatakan sakit apabila masyarakat sekitar
merasakan pusing dan tidak mampu menjalankan aktifitas. Begitu pula di daerah jawa,
dikatakan sakit apabila masyarakat sekitar tidak mampu melakukan aktifitas seperti
biasanya, sedangkan dikatakan sehat apabila masyarakat sekitar mampu berjalan, berfikir,
dan dapat menjalankan aktifitas sehari-hari tanpa ada hambatan atau kendala.

2.4. Definisi Anak Usia Sekolah


Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia 6 tahun dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
2.4.1. Label yang digunakan oleh orang tua
a. Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan lebih
dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada orang tua ataupun anggota keluarga
lainnya.
b. Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam
penampilan.
c. Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan membuat
suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga.
2.4.2. Label yang digunakan pendidik/guru
8
a. Usia sekolah dasar : anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang
dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa
dan mempelajari perbagai ketrampilan penting tertentu baik kurikuler maupu
ekstrakurikuler
b. Periode kritis dalam berprestasi : anak membentuk kebiasaan untuk mencapai
sukses, tidak sukses, atau sangat sukses yang cenderung menetap sampai
dewasa.
2.4.3. Label yang digunakan oleh ahli psikologi
a. Usia berkelompok : perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh
teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok.
b. Usia penyesuaian diri : anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui
oleh kelompok dalam penampilan, berbicara dan berperilaku.\
c. Usia kreatif :suatu masa yang akan menentukan apakah anak akan menjadi
konformis (pencipta karya baru) atau tidak.
d. Usia bermain : suatu masa yang mempunyai keinginan bermain yang sangat
besar karena adanya minat dan kegiatan untuk bermain.

2.5. Perkembangan Akhir Masa Kanak-Kanak


Tugas perkembangan akhir masa kanak-kanak menurut Havigrust :
2.5.1. Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan
umum.
2.5.2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang
tumbuh.
2.5.3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-temannya
2.5.4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepa
2.5.5. Mengembangkan ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung
2.5.6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-
hari
2.5.7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tingkatan nilai
2.5.8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-
lembaga.
2.5.9. Mencapai kebebasan pribadi

2.6. Perkembangan Usia Sekolah dan Masalah Anak Usia Sekolah


2.6.1. Bahaya Fisika
a. Penyakit

9
1) Penyakit palsu/khayal untuk menghindari tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawabnya.
2) Penyakit yang sering dialami adalah yang berhubungan dengan kebersihan
diri.
b. Kegemukan
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
1) Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan
kesempatan untuk keberhasilan sosial.
2) Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek sehingga anak menjadi
rendah diri
c. Kecelakaan
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap sebagai
kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi psikologisnya
sehingga anak merasa takut dan hal ini dapat berkembang menjadi rasa malu
yang akan mempengaruhi hubungan social.
d. Kecanggungan
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila muncul
perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri.
e. Kesederhanaan
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya
sebagai perilaku kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai
penolakan yang dapat mempengaruhi konsep diri anak.

2.6.2. Bahaya Psikologis


a. Bahaya Dalam Berbicara
Ada 4 (empat) bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak- anak
usia sekolah yaitu :
1) kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah
dan menghambat komunikasi dengan orang lain.
2) kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap) akan membuat
anak jadi sadar diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja.
3) anak yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan dilingkungan
sekolah akan terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah
merasa bahwa ia berbeda.

10
4) pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik dan merendahkan orang
lain, membual akan ditentang oleh temannya.
b. Bahaya Emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukan pola-pola emosi yang
kurang menyenangkan seperti marah yang berlebihan, cemburu masih sangat
kuat sehingga kurang disenangi orang lain
c. Bahaya Bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan
kesempatan untuk mempelajari permainandan olah raga untuk menjadi anggota
kelompok, anak dilarang berkhayal, dilarang melakukan kegiatan kreatif dan
bermain akan menjadi anak penurut yang kaku.
d. Bahaya Dalam Konsep Diri
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas
terhadap diri sendiri dan tidak puas terhadap perlakuan orang lainbila konsep
sosialnya didasarkan pada pelbagai stereotip, anak cenderung berprasangka dan
bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang lain. Karena konsepnya
berbobot emosi dan cenderung menetap serta terus menerus akan memberikan
pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak.
e. Bahaya Moral
Bahaya umum diakitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-
anak. :
1) perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau
berdasarkan konsep-konsep media massa tentang benar dan salah yang
tidak sesuai dengan kode orang dewasa.
2) tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas perilaku.
3) disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang
sebaiknya dilakukan.
4) hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak.
5) menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu
memuaskan sehingga menjadi perilaku kebiasaan.
6) tidak sabar terhadap perilaku orang lain yang salah.
f. Bahaya Yang Menyangkut Minat
Bahaya yang dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak :

11
1) tidak berminat terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman
sebaya.
2) mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat
bernilai bagi dirinya, misal kesehatan dan sekolah.
g. Bahaya Hubungan Keluarga
Kondisi-kondisi yang menyebabkan merosotnya hubungan keluarga :
1) Sikap terhadap peran orang tua, orang tua yang kurang menyukai peran
orang tua dan merasa bahwa waktu, usaha dan uang dihabiskan oleh anak
cenderung mempunyai hubungan yang buruk dengan anak-anaknya
2) Harapan orang tua, kritikan orang tua pada saat anak gagal dalam
melaksanakan tugas sekolah dan harapan-harapan orang tua maka orang
tua sering mengkritik, memarahi dan bahkan menghukum anak
3) Metode pelatihan anak, disiplin yang otoriter pada keluarga besar dan
disiplin lunak pada keluarga kecil yang keduanya menimbulkan
pertentangan dirumah dan meyebabkan kebencian pada anak. Disiplin
yang demokratis biasanya menghasilkan hubungan keluarga yang baik.
4) Status sosial ekonomi, bila anak merasa benda dan rumah miliknya lebih
buruk dari temannya maka anak sering menyalahkan orang tua dan orang
tua cenderung membenci hal itu
5) Pekerjaan orang tua, pandangan mengenai pekerjaan ayah mempengaruhi
persaan anak dan bila ibu seorang karyawan sikap terhadap ibu diwarnai
oleh pandangan teman-temannya mengenai wanita karier dan oleh
banyaknya beban yang harus dilakukan di rumah.
6) Perubahan sikap kepada orang tua, bila orang tua tidak sesuai dengan
harapan idealnya anak, anak cenderung bersikap kritis dan
membandingkan orang tuanya dengan orang tua teman-temannya.
7) Pertentangan antar saudara, anak-anak yang merasa orang tuanya pilih
kasih terhadap saudara-saudaranya maka anak akan menentang orang tua
dan saudara yang dianggap kesayangan orang tua.
8) Perubahan sikap terhadap sanak keluarga, anak-anak tidak menyukai sikap
sanak keluarga yang terlalu memerintah atau terlalu tua dan orang tua akan
memarahi anak serta sanak keluarga membenci sikap sianak.

12
9. Orang tua tiri, anak yang membenci orang tua tiri karena teringat orang tua
kandung yang tidak serumah akan memperlihatkan sikap kritis, negativitas
dan perilaku yang sulit.

2.7. Asuhan Keperawatan Transkultural pada Anak Usia Sekolah


2.7.1. Kasus
An. A 8 tahun, suku Padang, Beragama islam diantarkan orangtuanya ke Rumah
Sakit Harapan Kita dengan keluhan nyeri pada tulang keringnya. Bp. A mengatakan
nyerinya timbul akibat An. A memanjat pohon yang dikeramatkan di desanya,
kemudian menurut kepercayaan orang sekitar An. A terjatuh akibat didorong oleh
penunggu pohon keramat tersebut. Menurut cerita yang dikatakan Bp.A saat
anaknya Jatuh langsung dibawa kedukun, lalu An. A dipijit menggunakan batang
sereh yang dibakar dengan bacaan doa-doa. Bp. A mengatakan An. A dilarang
mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur. An. A juga tampak lemah
dan lesu ,pada saat diberikan Penkes Bp. A masih terlihat kebingungan.

2.7.2. Identitas Pasien


1. Nama pasien : An. A
2. Usia : 8 Tahun
3. Agama : Islam
4. Jenis kelamin : Laki-Laki
5. Pekerjaan : Pelajar
6. Alamat : Jl. Samudera 37 Padang Sumbar
7. Suku : Minangkabau
8. Bangsa : Indonesia

2.7.3. Pengkajian Keperawatan Transkultural


Beberapa komponen yang spesifik pada pengkajian transkultural sesuai dengan
teori Sunrise Model yaitu:
1. Faktor Teknologi

13
Klien biasanya bepergian dengan jalan kaki, bahasa yang digunakan klien
untuk berkomunikasi adalah bahasa minangkabau. Klien dan keluarga biasanya
menggunakan angkot untuk mengantarkan klien ke fasilitas kesehatan, sarana
yang digunakan untuk hiburan keluarga biasanya dengan cara nonton tv
bersama. Persepsi klien tentang penggunaaan dan pemanfaatan tekhnologi
untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini adalah keluarga jarang
memeriksakan kondisi klien ke dokter maupun rumah sakit, biasanya keluarga
klien cukup datang ke dukun atau tabib, selain itu juga sering menggunakan
obat-obatan tradisional untuk menyembuhkan segala penyakit.
2. Faktor Agama dan Filosofi
Agama yang dianut klien yaitu islam, keyakinan agama yang dianut klien tidak
bertentangan dengan kesehatan, klien dan keluarga klien mempunyai
pandangan bahwa sakit yang diderita menurut ajaran agamanya adalah suatu
gangguan dari makhluk gaib, biasanya untuk mengurangi sakit yang diderita,
klien dan keluarga klien pergi ke dukun dan meminta doa-doa agar penyakit
yang diderita bisa berkurang.
3. Faktor Sosial dan Ikatan Kekerabatan
Bp. A mengatakan keadaan anaknya sangat parah karena tulang pada bagian
tulang keringnya retak. Klien adalah anak dari pasangan Bp. A dan Ny. A, klien
adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien tinggal satu rumah dengan
keluarganya.
4. Faktor Nilai Budaya dan Gaya Hidup
Suku klien adalah minangkabau, konsep sakit menurut kepercayaan suku klien
adalah sakit jika tidak mampu untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Dikatakan
sehat apabila mampu menjalankan aktifitas sehari-hari. Klien tidur malam
selama 9 jam, dan jarang tidur siang, klien tidur dan bangun tidak sesuai
dengan jadwal. Keluarga percaya pada kekuatan supernatural, klien dan
keluarga juga sangat percaya bahwa kekuatan dukun sangat ampuh. Selain itu
keluarga juga menggunakan obat tradisional seperti batang sereh yang dibakar,
air kelapa yang dibakar dicampur dengan garam lalu diminum, serta air jeruk
nipis dicampur kecap lalu diminum.

14
5. Faktor Kebijakan dan Hukum
Klien tidak mengikuti partai politik apapun. Pandangan politik bagi klien
adalah politik dan hukum merupakan satu kesatuan.
6. Faktor Ekonomi
Bp. A seseorang yang berprofesi sebagai kuli bangunan. Penghasilan tambahan
didapatkan dari ibu A yang berjualan gorengan. Untuk kebutuhan hidup sehari-
hari keluarga Bp. A mencukupi. Keluarga A tidak memiliki kelebihan
penghasilan untuk ditabungkan. Sumber pembiayaan klien berhasal dari hasil
kerja Bp. A sebagai kuli bangunan dan ibu A sebagai penjual gorengan.
Keluarga klien juga tidak mengikuti program asuransi kesehatan.
7. Faktor Pendidikan
Klien pada saat ini masih duduk di sekolah dasar. Klien tidak memahami apa
arti sehat dan apa arti sakit yang sesungguhnya.

2.7.4. Analisis Data


Tanggal Data Masalah Etiologi
5-11-19 DS : Gangguan Kepercayaan
Bp. A mengatakan An. A dilarang Nutrisi tentang nilai
mengkonsumsi makanan seperti ikan, budaya terhadap
daging, dan telur. makanan

DO :
An. A juga tampak lemah dan lesu
5-11-19 DS : Kurang Kepercayaan
Menurut cerita yang dikatakan Bp.A saat pengetahuan tentang
anaknya Jatuh langsung dibawa kedukun, efektifitas
lalu An. A dipijit menggunakan batang perilaku promosi
sereh yang dibakar dengan bacaan doa- kesehatan
doa
DO :
Pada saat diberikan Penkes Bp. A masih

15
terlihat kebingungan

2.7.5. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan diambil berdasarkan kondisi yang dialami pasien
dan di aplikasikan dari NANDA 2012 dan teori Sunrise Model. Dimana masalah
yang dihadapi klien disebabkan oleh faktor eksternal seperti lingkungan dan orang-
orang disekitarnya. Selain itu faktor kebiasaan dalam keluarga dan lingkungan juga
berpengaruh dalam hal ini, yaitu:
1. Gangguan Nutrisi berhubungan dengan kepercayaan tentang budaya terhadap
makanan.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kepercayaan tentang efektifitas
perilaku promosi kesehatan.

2.7.6. Intervensi Keperawatan Transkultural

Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi kebutuhan
Nutrisi keperawatan selama 3 x 24 jam, nutrisi klien
berhubungan maka kebutuhan nutrisi terpenuhi 2. Tinjau kecukupan nutrisi
dengan dengan kriteria hasil : klien
kepercayaan 1. Klien tidak terlihat lemah dan 3. Identifikasi Asupan
tentang budaya lesu nutrisi
terhadap 2. Klien dan keluarga menerima
makanan. penjelasan dari perawat tentang
kebutuhan nutrisi
3. Klien dan keluarga menerima
restrukturisasi mengenai nutrisi

16
Kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor perkembangan
pengetahuan keperawatan selama 1 x 24 jam, pengetahuan klien dan
berhubungan maka mobilitas fisik teratasi, keluarga tentang penkes
dengan dengan kriteria hasil : yang diberikan
kepercayaan 1. Klien dan keluarga mengerti 2. Motivasi klien dan
tentang tentang pentingnya nutrisi keluarga untuk
efektifitas 2. Klien dan keluarga menerima mempertahankan status
perilaku promosi restrukturisasi mengenai nutrisi kesehatan
kesehatan. 3. Klien menerima tindakan 3. Ubah budaya yang
dengan prinsip cultural care merugikan klien dan
accommodation keluarga

2.7.7. Pelaksanaan (Implementasi) Keperawatan


Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan
pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau
tindakan yang diberikan An. A dengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan
klinik yang dimiliki oleh klien berdasarkan ilmu-ilmu keperawatan dan ilmu-ilmu
lainnya yang terkait.

2.7.8. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam
proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan,
menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan asuhan
keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah ditetapkan
lebih dulu.

Bab III
Penutup
3.1. Kesimpulan

17
Keperawatan Transkultural adalah suatu area/wilayah keilmuan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang focus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).

Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu :
3.1.1. Faktor teknologi (technological factors)
3.1.2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
3.1.3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
3.1.4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (culture value and life ways)
3.1.5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
3.1.6. Faktor ekonomi (economical factors)
3.1.7. Faktor pendidikan (educational factors)

3.2. Saran
Sebagai calon tenaga perawat, kita sebagai mahasiswa diharapkan mampu
mengetahui dan menerapkan konsep tentang Keperawatan Transkultural pada Anak Usia
Sekolah.

Daftar Pustaka
Dochter, Joanne Mecloskey, Phd dkk. 2004. Nursing Intervention Classification. Jakarta : Mosby
Elevier

18
Doengoes, Marilyann E Dkk. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan. Jakarta : EGC
Friedman, MM, .1998. Keperawatan Keluarga; Teori dan Praktik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Mooehed, Sue dkk.2004. Nursing Outcomes Classification (NOC). Jakarta : Mosby Elevier

19

Anda mungkin juga menyukai