Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring berkembangnya zaman di era globalisasi saat ini, terjadi
peningkatan jumlah penduduk baik populasi maupun variasinya. Keadaan ini
memungkinkan adanya multikultural atau variasi kultur pada setiap wilayah.
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas pun
semakin tinggi. Hal ini menuntut setiap tenaga kesehatan profesional termasuk
perawat untuk mengetahui dan bertindak setepat mungkin dengan prespektif
global dan medis bagaimana merawat pasien dengan berbagai macam latar
belakang kultur atau budaya yang berbeda dari berbagai tempat di dunia dengan
memperhatikan namun tetap pada tujuan utama yaitu memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas. Penanganan pasien dengan latar belakang budaya
disebut dengan transkultural nursing. Tanskultural nursing adalah suatu
daerah/wilayah keilmuan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan
yang fokusnya memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepda manusia
(Leininger, 2002). Proses keperawatan transkultural diaplikasikan untuk
mengurangi konflik perbedaan budaya atau lintas budaya antara perawat sebagai
profesional dan pasien.

Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran


perawat adalah memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan
spiritual klien.  Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh
perawat.Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien
terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati
sakaratul maut.

1
Menurut Dadang Hawari (1977) “ orang yang mengalami penyakit
terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit
kejiwaan,  krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian
saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”. (

Klien dalam kondisi terminal membutuhkan dukungan dari utama dari


keluarga, seakan proses penyembuhan bukan lagi merupakan hal yang penting
dilakukan. Sebenarnya, perawatan menjelang kematian bukanlah asuhan
keperawatan yang sesungguhnya.Isi perawatan tersebut hanyalah motivasi dan
hal-hal lain yang bersifat mempersiapkan kematian klien.Dengan itu, banyak
sekali tugas perawat dalam memberi intervensi terhadap lansia, menjelang
kematian, dan saat kematian.

Agama dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu spiritual nourishment


(gizi ruhani).Seseorang yang dikatakan sehat secara paripurna tidak hanya cukup
gizi makanan tetapi juga gizi rohaninya harus terpenuhi. Menurut hasil Riset
Psycho Spiritual For AIDS Patient, Cancepatients, and for Terminal Illness
Patient, menyatakan bahwa orang yang mengalami penyakit terminal dan
menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis
spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien
menjelang ajal perlu mendapat perhatian khusus (Hawari, 1977)

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian dari globalisasi budaya dan perspektif
transkultural ?
1.2.2 Apa saja jamu dan obat tradisional yang ada di Nias ?
1.2.3 Apa saja tumbuhan obat dan layanan kesehatan di Nias ?
1.2.4 Bagaimana cara orang Nias menjaga kesehatan dan kecantikan ?
1.2.5 Bagaimana paranormal dan kedukunan di Nias ?
1.2.6 Bagaimana kelahiran, usia tua dan kematian di Nias ?

2
1.3 Tujuan
1.3.1 untuk mengetahui pengertian dari globalisasi budaya dan perspektif
transkultural
1.3.2 untuk mengetahui jamu dan obat tradisional yang ada di Nias
1.3.3 untuk mengetahui tumbuhan obat dan layanan kesehatan
1.3.4 untuk mengetahui cara orang Nias menjaga kesehatan dan kecantikan
1.3.5 untuk mengetahui paranormal dan kedukunan di Nias
1.3.6 untuk mengetahui kelahiran, usia tua dan kematian di Nias

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Globalisasi Budaya dan Perspektif Transkultural


2.1.1 Pengertian Globalisasi Budaya
Kata Globalisasi berasal dari kata “globe”, yang berarti bola
dunia. Globalisasi bias diartikan sebagai “tindakan” yang mendunia.
Artinya dunia yang begitu luas kini seperti kertas yang dilipat atau dibuat
seolah-olah menjadi kecil.Dunia yang luas dan dihuni berbabgai macam
suku bangsa seolah-olah hanya dimiliki oleh satu bangsa, yaitu bangsa
dunia atau warga dunia. (Wikipedia Ensiklopedia Globalisasi)

Giddens mengatakan bahwa ketergantungan masyarakat dunia


semakin meningkat. Proses ketergantungan ini ia sebut sebagai
globalisasi yang ditandai dengan adanya kesenjangan antara masyarakat
industry dan masyarakat dunia ketiga. (Buku Sosiologi SMP, Esis)

Globalisasi budaya adalah penyebaran gagasan, makna, dan nilai


ke seluruh dunia dengan cara tertentu untuk memperluas dan mempererat
hubungan sosial. Proses ini ditandai oleh konsumsi budaya bersama yang
dibantu oleh Internet, media budaya masyarakat, dan perjalanan luar
negeri. Konsumsi budaya bersama turut mendorong pertukaran barang
dan kolonisasi yang menyebarkan budaya ke seluruh dunia. Penyebaran
budaya memungkinkan seseorang terlibat dalam hubungan sosial lintas
negara dan kawasan. Penciptaan dan perluasan hubungan sosial seperti
ini tidak terlihat di tingkat material. Globalisasi budaya melibatkan
pembentukan norma dan pengetahuan bersama yang sesuai dengan
identitas budaya mereka, baik individu atau kelompok. Globalisasi
budaya terus meningkatkan keterkaitan penduduk dan kebudayaan di
dunia. (Wikipedia Ensiklopedia Globalisasi Budaya)

4
Aspek globalisasi budaya yang terlihat jelas adalah percampuran
masakan seperti yang terjadi di jaringan restoran cepat saji Amerika
Serikat. Gerai makanan dan minuman McDonald's dan Starbucksadalah
perusahaan Amerika Serikat yang sering dijadikan contoh globalisasi;
masing-masing perusahaan ini memiliki lebih dari 32.000 dan 18.000
gerai di seluruh dunia per tahun 2008. Indeks Big Mac merupakan cara
yang tidak biasa untuk mengukur keseimbangan daya beli.

2.1.2 Pengertian Perspektif Transkultural


Transcultural nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuan
budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang focus
memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khusus nya budaya atau keutuhan
budaya kepada manusia (Learning, 2002).
Tujuan dari keperawatan transcultural adalah untuk
mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan pemahaman
keperawatan transcultural untuk meningkatkan kebudayaan yang spesifik
dalam pemberin asuhan keperawatan.

2.2 Jamu dan Pengobatan Tradisional


Jamu adalah obat tradisional berbahan alamin warisan budaya yang telah
diwariskan secara turun-menurun dari generasi ke generasi untuk kesehatan.
Pengertian jamu dalam Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan
atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
serian (generik), ataun campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Biofarmaka IPB,
2013). (Fakultas Kedokteran Universitas Andalas)

5
Sebagian besar masyarakat mengkonsumsi jamu karena percaya
memberikan manfaat yang cukup besar terhadap kesehatan baik untuk
pencegahan dan pengobatan terhadap suatu penyakit maupun dalam hal menjaga
kebugaran dan kecantikan dan meningkatkan stamina tubuh. Sampai saat ini
keberadaan jamu terus berkembang. Hal ini terlihat pada permintaan terhadap
jamu yang terus mengalami peningkatan (Biofarmaka IPB, 2013). (Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas)

2.2.1 Jamu
2.2.1.1 Temulawak Instan

Khasiatnya: Mengurangi keluhan lever, maag, kolesterol, ginjal, asma,


menambah nafsu makan, mengurangi bau badan, batuk.
Komposisi: rimpang temulawak, gula pasir, daun wungu, adas, pulosari
2.2.1.2 Kunyit Instan
Khasiatnya: Mengurang keluhan darah tinggi, maag, keputihan,
pelangsing, memperlancar buang air kecil, kolesterol tinggi.
Komposisi: rimpang kunyit, gula pasir, akar alang-alang, adas, pulosari,
umbi daun dewa dan daun jati belanda.
2.2.1.3 Jahe Instan
Khasiatnya: Mengurangi keluhan asma, amandel, TBC, Sinusitis, masuk
angina, keropos tulang dan untuk stamina.
Komposisi: grimpang jahe, gula pasir, kayu manis, adas, pulosari,
cengkeh, kapulaga dan sereh.
2.2.1.4 Daun Kejibeling
Khasiatnya: Mengurangi keluhan kencing kurang lancar, batu kandung
kencing, batu ginjal, batu empedu.
Komposisi: daun kejibeling.

6
2.2.1.5 Herba Sambiloto
Khasiatnya: Mengobat tipus, radang usus, buntu, diabetes, prostat,
disentri, radang paru-paru, hipertensi, batuk.
Komposisi: herba sambiloto
2.2.1.6 Racikan Mahkota Dewa
Khasiatnya: Mengobati diabetes, darah tinggi, sakit kuning, jantung,
ginjal, rematik, asam urat, stroke, migrain, sirosis, wasit, maag dan
beberapa penyakit pada hewan piaraan.
Komposisi: Simplisia kering buah mahkota dewa.
2.2.1.7 Daun Mutiara
Khasiatnya: Untuk insomnia, rematik, hepatitis akut & kronis.
Komposisi: daun mutiara murni
 

2.2.2 Pengobatan tradsional


Masyarakat Nias di desa Hilifadolo seringkali memanfaatkan jasa
penyembuhan tradisional. Penyembuh- penyembuh tradasional ini dikenal
dengan beberapa sebutan, tergantungpada keahlian masing-masing. Berikut
jenis-jenis penyembuhan trasional yang dikenal oleh masyarakat Hilifadolo.
1. Tukang urut/tukung kusuk(sondrusi), yaitu orang yang mempunyai
kemampuan untuk meyembuhkan seseorang dengan cara memijat atau
mengurut.
2. Tukang obat(same’e dalu-dalu), yaitu seseorang yang mampu membuat
ramuan tradisional.
3. Dukun beranak (sondrusi sabeto/sanema iraono/ samatumbu’o iraono),
yaitu seseorang yang mampu menolong persalinan dan merawat
kehamilan.

7
4. Peramal (samaele’o), yaitu seseorang yang mampu mengetahui
kejadian-kejadian yang belum dan akan terjadi.
(Manalu, Helper S.P, et al., 2012)
Sebagian besar penyembuh tradisional yang ada di Desa Hilifadölö
mempunyai keahlian lebih dari satu. Contohnya, seorang tukang urut juga
mampu meracik obat dan menolong persalinan sehingga kebanyakan
masyarakat mengenalnya dengan sebutan dukun atau nama samaran yang
dikenal dalam masyarakat (contohnya, ina gabute). (Manalu, Helper S.P, et
al., 2012)
Dengan semua keahliannya tersebut, para penyembuh tradisional
telah membantu banyak warga masyarakat untuk mengobati penyakit yang
mereka derita.Oleh karena itulah, sebagian besar masyarakat sangat
menghormati penyembuh tradisional.Penyembuh tradisional juga memiliki
peranan sosial yang cukup besar di dalam masyarakat.Pada acara-acara
yang diadakan, penyembuh tradisional mendapatkan bagian makanan yang
lebih banyak daripada masyarakat biasa.Sebagian besar penyembuh
tradisional juga merupakan tokoh masyarakat atau tokoh agama. (Manalu,
Helper S.P, et al., 2012)
Secara umum keahlian para penyembuh tradisional tersebut
diperoleh secara turun-temurun, tetapi ada juga yang mendapatkan
keahliannya karena belajar.Keahlian yang diturunkan dari orang tua
tersebut misalnya kemampuan mengurut atau meng-kusuk dan kemampuan
untuk membantu persalinan. (Manalu, Helper S.P, et al., 2012)

2.3 Tumbuhan Obat dan Pelayanan Kesehatan


TBC. Secara umum, masyarakat sudah pernah mendengar tentang
penyakit TBC.Menurut mereka, gejala penyakit TBC antara lain adalah sering
batuk, sesak, badan kelihatan kurang sehat, pucat, badan kurus, lemah, dan
kedua bahunya naik.Sebagian besar mereka tidak mengetahui penyebabnya,
tetapi ada beberapa informan yang mengatakan penyebabnya adalah kuman,

8
sering masuk angin, sering ke tempat yang kotor, sering merokok, dan sering
menghirup debu. (Manalu, Helper S.P, et al., 2012)
Menurut beberapa informan, TBC merupakan penyakit menular yang
penularannya melalui peralatan makan dan udara. Akibat menderita TBC antara
lain badan menjadi kurus, tidak bisa bekerja, dan kematian. Tidak ada stigma
terhadap penderita TBC, tetapi mereka akan menjaga jarak jika berbicara dengan
penderita dan tidak menggunakan peralatan makan penderita. Pengobatan TBC
dapat dilakukan di puskesmas, meskipun ada pula obat tradisional untuk
mengobatinya.Pencegahan penyakit TBC dilakukan dengan memisahkan
peralatan makan penderita dan tidak berdekatan dengan penderita.Pandangan
tentang TBC diungkapkan oleh seorang informan tokoh masyarakat.
“TBC gejalanya kan batuk dan sesak, di sini masih ada 6 orang lagi
yang terkena TBC.Penyebabnya saya tidak tahu, tapi menurut saya TBC
menular jika buang ludah sembarangan dan peralatan makan.
Pencegahannya tidak tahu aku, pengobatannya juga tidak tahu aku ...,
paling pencegahannya jaga jarak kalau ngomong dengan yang kena
TBC. Kalau dengan yang sakit TBC, tidak ada pengucilan yang
berlebihan, tapi kita jaga jarak saja.”
Pendapat lain tentang penyakit TBC adalah TBC merupakan penyakit
keturunan dan dapat diobati dengan ramuan tradisional. Berikut penuturan
informan tentang hal tersebut.
“TBC itu bawaan dari orang tua (moroi khö zatua), sering disebut
penyakit keturunan (nga’ötö), trus dia itu sering batuk (moeha).Penyakit
itu berbahaya karna bisa mematikan.Obat yang bisa diminum adalah
obat dari rumah sakit. Kalau obat kampungnya seperti kunyit (undre),
daun kumis kucing (bulu sogambi mao), jeruk (ndrima), ditambah telur
ayam kampung (gadulo khoda), ini untuk mengurangi batuk.”(gadulo
khoda), ini untuk mengurangi batuk.”
Malaria. Masyarakat di Desa Hilifadölö sebagian besar sudah terbiasa
dengan penyakit malaria sehingga hampir semua informan pernah mendengar

9
tentang penyakit malaria.Menurut masyarakat, penyebab penyakit malaria
adalah gigitan nyamuk. Gejala-gejala penyakit malaria ini antara lain demam,
suhu badan tidak menentu, dan muka pucat. Berikut kutipan wawancara dengan
seorang warga masyarakat (Ibu DZ).
“Gejala malaria demam, panas, dingin, mata kita panas dan menggigillah ...,
akibatnya lemah juga.”
Masyarakat mewaspadai penyakit ini karena bisa menyebabkan kematian
bila tidak diobati.Masyarakat sepertinya sudah terbiasa mengobati sendiri
dengan obat-obatan yang dijual bebas.Mereka menyebutkan beberapa obat yang
biasa dipakai, seperti resokhin, parameks, dan bintang tujuh.Dikenal pula obat
tradisional, seperti daun pepaya dan daun sembung (bulu gomboyu), daun boli,
serta daun-daunan yang pahit yang direbus dan airnya diminum.Jika tidak
sembuh baru dibawa ke puskesmas.Berikut ini salah satu penuturan informan
tentang pengobatan malaria.
“Pengobatan malaria dengan yang pahit-pahit, seperti resokin, sakit kepala
juga gejala malaria, jadi minum parameks, bintang tujuh.Atau minum-minum
obat tradisional, seperti daun pepaya dan daun-daun yang pahit.Itu saja untuk
mengobatinya ..., kalau tidak sembuh baru dibawa puskesmas.”
Masyarakat juga melakukan upaya pencegahan agar tidak terkena
malaria, yakni dengan menggunakan kelambu waktu tidur dan menggunakan
obat nyamuk agar tidak digigit nyamuk.

10
Pelayanan keseshatan
Sampai saat ini kabupaten Nias masih dihadapkan dengan permasalahan
pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan yang belum optimal. Beberapa
penyebab kondisi demikian karena kabupaten Nias berada di wilayah
perbatasan, terpencil, rawan bencana alam, serta masih rendahnya kemampuan
ekonomi masyarakat. Disisi lain ketersediaan sumber daya kesehatan baik
tenaga, dan dana peralatan masih terbatas.

11
Bupati Nias mengatakan, secara nasional agenda pembangunan
kesehatan tahun 2015-2019 adalah mewujudkan pembangunan dan mutu
pelayanan kesehatan yang semakin mantap. Pengertian dasarnya adalah setiap
orang mendapatkan hak dan pelayanan kesehatan yang terstandar, dilayani oleh
tenaga kesehatan yang kompeten, menggunakan standard pelayanan dengan
biaya yang terjangkau serta mendapatkan informasi yang adekuat atas kebutuhan
pelayanan kesehatannya.
(Manalu, Helper S.P, et al., 2012)

2.4 Sehat dan Kecantikan


2.4.1 Sehat
Konsep “sehat”, World Health Organization (WHO)
merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang
sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari
penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar
terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun
tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan
yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial. (Wikipedia
Ensiklopedia Konsep Sehat)
Contohnya Fahombo, olahraga Lompat Batu dari Nias. Olahraga
biasanya identik dengan latihan fisik. Salah satu jenis olahraga yang unik
adalah lompat batu dari Nias. Mulanya, tradisi ini merupakan proses
pendewasaan para pemuda di Nias. Sekarang, tradisi ini dikagumi dan
berhasil menarik wisatawan. (Petronela, 2017)
Sejarah lompat batu, pada zaman dulu, ada kebiasaan perang
suku antar masyarakat Nias. Saat itu biasanya masing-masing kubu
membuat benteng tinggi untuk melindungi wilayahnya. Dibutuhkan
keahlian untuk melompati benteng tersebut agar bisa menembus kubu
musuh. Sejak itulah para pemuda Nias berlatih untuk melompat tinggi.

12
Hal ini kemudian berubah menjadi tradisi turun-temurun dan masih
dilestarikan hingga kini. Tradisi lompat batu juga menjadi salah satu ciri
khas dari Nias. (Petronela, 2017)
Proses pendewasaan anak laki-laki. Seorang anak laki-laki
ataua pemuda di Nias baru bisa dianggap dewasa apabila sudah berhasil
melompati batu yang tingginya bisa lebih dari 2 meter dan lebarnya
kurang lebih 90 cm tersebut. Anak laki-laki di Nias sudah dilatih sejak
kecil agar siap melaksanakan lonpat batu. Ketika ritual Fahombo
dilaksakan, pemuda Nias akan mengenakan pakaian adat pejuang Nias.
Pakaian ini bermakna bahwa para pemuda tersebut sudah siap untuk
menjadi laki-laki dewasa dan menghadapi segala tanggung jawab yang
akan diembannya. (Petronela, 2017)
Tidak boleh menyentuh batu ketika melompat. Selain
melompati batu, ada juga ketentuan lain dalm tradisi ini. Para pemuda
Nias tidak diperbolehkan menyentuh batu ketika sedang dilompati.
Sebab, jika kulit menyentuh batu, maka mereka dianggap belum berhasil.
Dan jika sudah meloncat tinggi, tentu seseorang juga harus memiliki
teknik jitu untuk mendarat dengan teapat. Jika salah mendarat, tubuh bisa
cidera. (Petronela, 2017)
Tradisi yang serius. Tradisi Fahombo dijalankan dengan sangat
serius oleh suku Nias, terlebih di masa lalu. Dulu, di atas batu akan
ditambahkan rintangan seperti bambu runcing atau paku. Jika seorang
pemuda berahsil melewatinya, tak jrang keluarga besar akan
merayakannya, seba melompati batu ini memang membutuhkan usaha
yang sangat keras dan latihan yang lama. Kini, tradisi lompat batu
menjadi terkenal dan sering mengundang wisatawan untuk datang
berkunjung ke Nias. (Petronela, 2017)

2.4.2 Kecantikan

13
Setiap wanita tentu mendambakan kecantikan dan keserasian
dalam penampilan. Sebagainya umat beriman kita menyadari bahwa
kecantikan adalah karunia sang pencipta. Kita wajib merawat pemberian
tersebut, dengan sebaik-baiknya. Wajah kita dirawaat secara benar akan
menjadi sehat,bersih, dan bercahaya hingga terlihat berseri. (Basuki,
2007)
Menurut wanita Nias, mereka merawat kecantikan dengan
menggunakan bahan-bahan alami dari tumbuhan dan mereka meracik
sendiri untuk perewatan kecantikan mereka. Mereka tahu bahwa kulit
kuning langsat memiliki khas tersendiri yang didambakan oleh suku-suku
lain dan masyarakat luar sehingga mereka terus-menerus merawat
kecantikan mereka. (Basuki, 2007)

2.5 Paranormal dan Kedukunan


Dukun atau “orang pintar” adalah sebuah istilah yang secara umum
dipahami dalam pengertian orang yang memiliki kelebihan dalam hal
kemampuan supranatural yang menyebabkannya dapat memahami hal tidak
kasat mata, serta mampu berkomunikasi dengan arwah dan alam gaib, yang
dipergunakan untuk membantu menyelesaikan masalah dalam masyarakat
seperti penyakit, gangguan sihir, kehilangan barang, kesialan, dan lain-lain.
(Wikipedia Ensiklopedia Paranormal dan Kedukunan)
Istilah dukun digunakan di daerah perdesaan sedangkan “ orang pintar”
atau paranormal, untuk menyatakan hal yang sama, digunakan lebih umum
diatara populasi perkotaan. (Wikipedia Ensiklopedia Paranormal dan
Kedukunan)
Menurut Lastri Zagoto seorang bidan dipuskesmas somambawa Nias
selatan, ibu hamil didaerah ini masih banyak yang mempercayai proses
persalinan kedukun beranak. Padahal dipuskesmas ada kelas ibu hamil
diantaranya ada senam hamil dan pemeriksaan kesehatan ibu hamil. Tetapi

14
masyarakat hanya datang ketika ibu hamil itu sudah mengalami pendarahan.
(Wikipedia Ensiklopedia Paranormal dan Kedukunan)

2.6 Kelahiran, Usia Tua dan Kematian


2.6.1 Kelahiran
Kelahiran adalah sebuah proses dimana anak dikeluarkan dari
seorang wanita atau ibunya. Kelahiran melengkapi keluarga inti,
memberikan staf yang dapat membuat keluarga besar dapat hidup dan
menjaga kontinius manusia itu sendiri. Dalam bebagai masyarakat
tradisional, anak menjamin bahwa adat lama akan dilanjutkan oleh
mereka. (Foster & Anderson, 2005)
Menurt masyarakat Nias dalam masa-masa kandungan sang bayi ada
yang disebur sebagai masa parental, yaitu masa-masa ditempuh oleh
kedua orang tua bayi. Masa parental adalah masa yang alam masa-masa
kandungan sang bayi ada yang disebur sebagai masa parental, yaitu
masa-masa ditempuh oleh kedua orang tua bayi. Masa parental adalah
masa yang berarti disucikan, dalam masa ini hal-hal yang dianggap tidak
baik untuk dlakukan tidak boelh dilakukan. Orang tua sang bayi tidak
boleh memukul atau membunuh hewan, tidak boleh melintasi tenpat
terjadinya pembunuhan, tidak boleh melewati kuburan. Maksud dari hal
tersebut adalah agar anak yang lahir tidak akan mendapatkan karma dari
hal-hal buruk yang dilakukan oleh orang tuanya.
Apabila anak telah terlahir didunia, maka segeralah hal tersebut
diberitahukan kepada lingkungan sekampung agar upacara pemberian
nama segera dilakukan. Dalam pemberian nama orang tua si anak
menyediakan daging babi untuk menjamu orang sekampungnya. Apabila
adat ini tidak dilakukan oleh orangtua si anak maka kedua orang tua si
anak akan di usir dari persekutuan kampung, yang dalam bahasa Nias
disebut “latibo’o banua”. Kemudian anak yang baru lahir tersebut dibawa
lagi kepada orangtua ibunya atau yang sering disebut “uwu”.

15
2.6.2 Usia tua
Usia tua merupakan segmen dari jangka hidup yang kini dialami
secara luas oleh seseorang. Masa tua atau usia tua juga merupakan masa
sekitar masa hidup manusia. Menurut budaya Nias dikatakan sudah
memasuki usia dewasa jika sudah berhasil melewati tarasi hombo batu
atau fahombo yang juga terkenal dengan sebutan tradisi lompat batu.
Tradisi ini merupakan adat yang masih dijaga dan dipelihara oleh
masyarakat Nias. Tradisi ini memiliki makna mendalam bagi para
pemuda Nias. Tradisi ini pertama kali dimulai dari perang antar-suku
yang kerap terjadi di Nias pada masa lalu. Seiring berjalannya waktu,
makna dari tradisi ini megalami pergeseran yang lebih luas. Dari syarat
menjadi prajurit, tradisi ini menjadi syara untuk memjadi seorang pria
dewasa. (Petronela, 2017)

2.6.3 Kematian
Kematian adalah akhir dari kehidupan, ketidaan nyawa dalam
organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara
permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena
penyebab tidak alami seperti kecelakaan. (Foster & Anderson, 2005)

Menurut budaya nias terdapat dua upacara penting dalam upacara kematian
1. Famalakhisis/fatomesa (Perjamuan terakhir)
Famalakhisis adalah perjamuan terakhir bagi orang tua yang
sudah mau meninggal. Orang yang sudah mau meninggal akan
diupacarakan yanf disebut dengan laotomeo. Ritual ini dilakukan pada
orang tua yang sudah sakit-sakitan dan mau meninggal. Famalakhisis
diadakan bagi ayah yang sudah hampir tiba ajalnya oleh para putranya,
setelah ia memberkati serta memberi doa restu kepada mereka.

16
Tujuan utama famalakhisisatau fatomesa ini adalah mendapat
berkat (howu-howu) dari orang tua yang hendak meninggal. Sebaliknya
jika ritual ini tidak dihadiri (dengan sengaja) oleh salah seorang
anaknya, diyakini bahwa dia akan menjadi anak yang durhaka (tefuyu)
dan akan hidup dalam ketidakcukupan atau tidak mendapat rezeki
dalam hidupnya.
Dalam upacara famalakhisis ini, anak-anak dan cucu-cucu dari
orang tua yang hendak meninggal akan memestakanya dan makan
bersama sebagai tanda penghormatan terhadap orang tua atau kakek
mereka. Dan seandainya mereka maninggal, ia pergi dalam keadaan
kenyang dan bahagia karena dikelilingi anak-anaknya.
2. Fanoro satua dan fangasi fanoro satua
Fanoro satua merupakan upacara pemakaman kedua dari yang
wafat. Upacara ini bermaksud untuk mengantarkan rohnya kea lam
baka. Upacara ini bersifat potlatch yaitu unsure memamerkan kekayaan
agar menaikkan gensi keluarga dan terpandang di masyarakat. Sebab
bagi orang Nias yang paling penting dalam hidup adalah keluarga.
Dalam upacara ini mereka memamerkan kekayaan dengan memotong
babi ratusan ekor dan membagikan kepada sanak keluarga, kerabat dan
orang sekampung bahkan dengan kampong tetangga. Namun upacara ii
tidak bersifat wajib. Hanya bago orang-orang yang memiliki harta dan
uang.
Fangansi satua merupakan penyelesaian dan bisa juga dikatakan
sebagai penyelesaian upacara bagi orang yang tekah meninggal. Dalam
perspektif orang nias fangasi tidak sekedar penembusan orang yang
sudah meninggal melainkan sebuah perayaan dan penghormatan
sekaigus pengenangan. Selain itu, sekedar penembusan orang yang
sudah meninggal melainkan sebuah perayaan dan penghormatan
sekaligus pengenangan. Selain itu, juga saat melunasi hutang hutangnya
jika masih ada. Fangasi ini adalah semacam pesta bagi orang yang

17
masih hidup sebagai tanda bahwa mereka sudah merelakan kepergian
almarhum.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Globalisasi budaya adalah penyebaran gagasan, makna, dan nilai ke
seluruh dunia dengan cara tertentu untuk memperluas dan mempererat
hubungan sosial.
Tujuan dari keperawatan transcultural adalah untuk mengidentifikasi,
menguji, mengerti dan menggunakan pemahaman keperawatan transcultural
untuk meningkatkan kebudayaan yang spesifik dalam pemberin asuhan
keperawatan.
Transcultural nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuan
budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang focus memandang
perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat
dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan,
dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khusus nya
budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Learning, 2002).
Jamu adalah obat tradisional berbahan alamin warisan budaya yang
telah diwariskan secara turun-menurun dari generasi ke generasi untuk
kesehatan. Pengertian jamu dalam Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010
adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan serian (generik), ataun campuran dari bahan tersebut
yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat (Biofarmaka IPB, 2013).
Konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan
dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik,
mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari

19
penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu
dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik,
mental, maupun sosial.

Dukun atau “orang pintar” adalah sebuah istilah yang secara umum
dipahami dalam pengertian orang yang memiliki kelebihan dalam hal
kemampuan supranatural yang menyebabkannya dapat memahami hal tidak
kasat mata, serta mampu berkomunikasi dengan arwah dan alam gaib, yang
dipergunakan untuk membantu menyelesaikan masalah dalam masyarakat
seperti penyakit, gangguan sihir, kehilangan barang, kesialan, dan lain-lain.

Istilah dukun digunakan di daerah perdesaan sedangkan “ orang


pintar” atau paranormal, untuk menyatakan hal yang sama, digunakan lebih
umum diatara populasi perkotaan.

3.2 Saran
Menurut kelompok kebudayaan di sumatera beranekaragam tetapi
kelompok memilih kebudayaan Nias, agar saat terjun ke daerah Nias kita
sudah mengetahui kebudayaan Nias tersebut.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anderson(2005). Antropologi kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia.

Manalu, Helper S.P, et al., (2012). Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak.
Sumatera Utara: Percetakan Kanisius

https://books.google.co.id/books?
id=S4tKDwAAQBAJ&pg=PA1&dq=kelahiran+menurut+nias&hl=id&sa=X&v
ed=0ahUKEwio5MSp3JPlAhVGX30KHRBxBWwQ6AEICTAA#v=onepage&
q=kelahiran%20menurut%20nias&f=false

https://bobo.grid.id/amp/08674486/fahombo-olahraga-lompat-batu-dari-nias

http://niassweethome.blogspot.com/2015/09/dua-upacara-penting-dalam-upacara.html?
m=1

Wikipedia Ensiklopedia Bebas https://id.m.wikipedia.org/wiki/Fahombo

Wikipedia Ensiklopedia Bebas https://id.m.wikipedia.org/wiki/Globalisasi_budaya

21

Anda mungkin juga menyukai