Anda di halaman 1dari 26

TREND DAN ISSUE TERAPI KOMPLEMENTER

Di susun oleh :
kelompok 1

Angga Septian 22111024111


Amelia Fauzia 2211102411154
Arfina Yusuf 2211102411178
Dewi Ulam Sari 2211102411156
Enda Maimia Taesa Allison 2211102411152
Nor Halisyah Anggraini 2211102411164
Nurlaila 2211102411162
Peni Ari Jumaidah 2211102411166

Program Studi Alih Jenjang S1 Keperawatan


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Kalimantan Timur
2022/2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan khadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Farmakologi Keperawatan,
dengan judul “Trend dan Issue Terapi Komplementer”.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak Ns. Slamet Purnomo,
M.Kep selaku salah satu dosen pengajar mata kuliah Farmakologi Keperawatan yang
membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan.

Samarinda, 04 November 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. ..ii


Daftar Isi ............................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan .........................................................................................4
A. Latar Belakang .......................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................4
C. Tujuan ....................................................................................................5
BAB II Pembahasan .........................................................................................6
A. Konsep Terapi Komplementer ...............................................................6
1. Pengertian Terapi Komplementer ....................................................6
2. Tujuan Terapi Komplementer ..........................................................6
B. Klasifikasi Terapi Komplementer ..........................................................8
1. Mind-body-spirit Therapies .............................................................8
2. Biological Based Therapies ..............................................................11
3. Manipulative and Body Based Therapies ........................................12
4. Energy Therapies .............................................................................13
5. Alternative Medical System .............................................................14
C. Trend Issue Terapi Komplementer .........................................................16
1. Patient Safety ...................................................................................17
2. Bidang Praktik (Scope Of Practice) ..................................................17
3. Perbedaan Budaya ............................................................................20
D. Pemilihan Metode Terapi Komplementer ...............................................20
E. Peran Perawat dalam Terapi Komplementer ..........................................22
BAB III Penutup ..............................................................................................23
A. Kesimpulan ............................................................................................23
B. Saran .......................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terapi Komplementer ini sudah dikenal secara luas serta telah digunakan
sejak dulu dalam dunia kesehatan. Terapi komplementer adalah cara
penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan
medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis
yang konvensional. Menurut WHO, terapi komplementer adalah pengobatan non
konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Misalnya, jamu
bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan
tradisional.
Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang
penggunaan pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan
komplementer - alternatif yang meningkat dari tahun ke tahun, bahkan hasil
penelitian. Tahun 2010 telah digunakan 40% dari penduduk Indonesia. Terapi
komplementer yang dikenal juga sebagai terapi kedokteran alternatif melesat cepat
menjadi bagian dari pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Terapi
moderen yang dianggap sebagai ilmu kedokteran barat (western medicine)
memang sejak lama memproklamirkan dirinya sebagai ilmu kedokteran dengan
dasar rasional. Artinya pemecahan masalah kesehatan didasarkan atas
pertimbangan yang bisa dinalar dan harus masuk akal. Sehingga para penganut
aliran ini menganggap bahwa masalah kesehatan akan tuntas diselesaikan jika
penyebabnya dihilangkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi pengobatan Terapi Komplementer ?
2. Bagaimana perkembangan Terapi Komplenter ?
3. Apa tujuan Terapi Komplementer ?

4
4. Apa saja Klasifikasi Terapi Komplementer ?
5. Bagaimana Trend dan Issue Terapi Komplementer ?
6. Bagaimana Terapi Komplementer dalam praktik keperawatan ?

C. Tujuan
1. Menjelaskan definisi pengobatan Terapi Komplementer.
2. Memaparkan perkembangan Terapi Komplementer.
3. Memaparkan tujuan Terapi Komplementer.
4. Memaparkan klasifikasi Terapi Komplementer.
5. Menjelaskan trend dan issue Terapi Komplementer.
6. Menjelaskan penggunaan Terapi Komplementer dalam praktik keperawatan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Terapi Komplementer


1. Pengertian Terapi Komplementer
Terapi komplementer (complementary therapies) merupakan metode
pengobatan di luar pengobatan medis konvensional, tetapi terapi
komplementer merupakan pendukung pengobatan medis konvensional. WHO
(Word Health Organization) menuturan jika pengobatan komplementer adalah
pengobatan non-konvensional yang bukan dari negara yang bersangkutan.
Misalnya saja, jamu bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi jamu
termasuk dalam kategori pengobatan tradisional.
Terapi non-konvensional termasuk salah satu sari terapi komplementer
atau bisa juga dikatakan sebagai terapi medis alternatif. Terapi komplementer
adalah semua terapi yang digunakan sebagai tambahan untuk konvensional
yang direkomendasikan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan individu.
Definisi terapi komplementer banyak disepakati sebagai bentuk penyembuhan
yang bersumber pada berbagai sistem, modalitas dan praktik kesehatan
didukung oleh teori serta kepercayaan juga termasuk suatu bentuk usaha untuk
menyembuhkan diri sendiri. Sementara itu, kegunaan terapi komplementer
adalah untuk mencegah atau menyembuhkan berbagai penyakit atau hanya
sekedar untuk meningkatkan taraf kesehatan seseorang.
Meskipun bisa dikatakan sama tetapi antara terapi alternatif dengan terapi
komplementer terdapat perbedaan. Terapi alternatif merupakan terapi yang
berada di luar konvensional, sementara terapi komplementer merupakan
pelengkap bagi terapi konvensional. Antara terapi alternatif dengan terapi
komplementer memiliki campur tangan yang sama dalam dunia medis tetapi
sering kali pengobatan alternatif menjadi pengobatan primer yang mengganti
pelayanan medis.

6
Integratif therapies atau pengobatan integratif merupakan istilah umum
yang digunakan sebagai pendekatan pengobatan yang menyatukan praktik
pengobatan tradisional dengan praktik pengobatan dokter konvensional yang
bersifat aman serta fokus kepada pelayanan secara holistik yang meliputi
aspek bio, Psiko, sosial, dan spiritual. Metode pengobatan ini telah dilakukan
di beberapa rumah sakit serta beberapa Universitas di America dan Canada.

2. Tujuan Terapi Komplementer


Terapi Komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem-
sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh
dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita
sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri,
asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan
nutrisi yang baik dan lengkap serta perawatan yang tepat.

B. Klasifikasi Terapi Komplementer


Menurut National Center for Complementery and Alternative MedicineI
(NCCAM), terapi komplementer dapat diklasifikasikan menjadi 5 (lima)
kelompok, yakni :
1. Mind-body-spirit Therapies
Dari pandangan holistik, manusia sebenarnya terdiri dari 3 (tiga) unsur,
yaitu fisik (body), pikiran (mind), dan jiwa atau ruh (soul/spirit). Hubungan
antara pikiran, tubuh, dan spirit (ruhani) akan berpengaruh besar terhadap
kesehatan seseorang. Banyak energi negatif yang bisa mengakibatkan tubuh,
pikiran, dan jiwa menjadi sakit. Mind-Body-Spirit Therapy, banyak
menggunakan kesadaran tubuh dan jiwa. Dasar berpikir dari Mind-Body-Spirit
Therapy adalah bahwa tubuh tidak berdiri sendiri, ia memiliki ikatan yang
kuat dengan pikiran (mind) dan ruhani (spirit/soul) yang melahirkan energi.
Jenis terapi ini sangat diperlukan bagi mereka yang kondisi tubuhnya kurang

7
seimbang baik secara fisik, psikis maupun spiritual karena tubuh dipaksa
bekerja tanpa memberi kesempatan untuk istirahat cukup.
Ada 9 jenis terapi yang termasuk dalam Mind-Body-Spirit Therapy,
yaitu :
a. Yoga
Yoga adalah mengikat kekuatan psikis (mental) seseorang,
menyeimbangkan dan menguatkan melalui penyatuan atau penyelarasan
antara tubuh, pikiran dan jiwa.
Latihan yoga dibuktikan secara ilmiah dapat meningkatkan kebugaran
tubuh, meningkatkan keseimbangan tubuh, menambah kekuatan tubuh,
jangkauan gerak dan kelenturan tubuh, dapat meredakan gejala nyeri,
gangguan cemas, insomnia, depresi, dan melenturkan bagian punggung
yang sakit.

b. Imagery
Imagery atau pencitraan adalah intervensi pikiran-tubuh (mind-body)
dengan menggunakan kekuatan imajinasi untuk membawa perubahan
fisik, emosional atau dimensi spiritual.
Pada umumnya Imagery digunakan dalam pelayanan kesehatan dan
paling sering dilakukan oleh klinik hipnosis atau hipnosis diri sendiri.
Imagery atau pencitraan digunakan untuk relaksasi, manajemen stres,
standar terapi kecemasan, dan meningkatkan wawasan psikologis dan
keruhanian seseorang.

c. Terapi Humor
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), humor diartikan
sebagai kemampuan merasai sesuatu yang lucu atau yang menyenangkan
dan keadaan (dalam cerita) yang menggelikan hati, kejenakaan dan
kelucuan.

8
Terapi humor merupakan metode terapi dengan menggunakan humor
dan tawa dalam membantu individu menyelesaikan masalah, baik dalam
gangguan fisik maupun gangguan mental. Jadi terapi humor adalah
sebuah metode terapi yang memanfaatkan rasa humor seseorang sehingga
bisa mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku melalui sebuah cerita,
anekdot, gerak atau gestur tubuh.

d. Meditasi
Meditasi adalah latihan olah jiwa yang dapat menyeimbangkan fisik,
emosi, mental dan spiritual seseorang.

e. Terapi Musik
Terapi musik adalah suatu usaha untuk meningkatkan kualitas fisik
dan mental melalui rangsangan suara yang terdiri dari ritme, melodi,
harmoni dan irama tertentu.

f. Doa (Prayer)
Doa adalah bentuk komunikasi antara seorang hamba dengan Sang
Maha Pencipta. Doa bukan hanya sekedar bentuk pengabdian pada yang
sakral, tetapi memiliki fungsi yang lainnya, seperti permohonan
perlindungan sampai dengan hal-hal yang bersifat praktis, seperti berdoa
untul ketenangan dan kesehatan.

g. Mendongeng (Story Telling Therapy)


Mendongeng dapat digunakan dalam banyak bidang kehidupan,
termasuk pada bidang pengobatan. Karena memiliki pengaruh terhadap
psikis maupun fisik seseorang yang mendengar, membaca dan menonton.
Pengaruh dongeng apabila diceritakan dengan menarik dapat

9
mempengaruhi wilayah emosional otak daripada rasional sehingga pesan
data jadi mudah diingat ketika ada keterlibatan emosional.

h. Journaling Therapy (Menulis Jurnal)


Terapi jurnal adalah tulisan reflektif yang disengaja untuk kesehatan
mental, fisik, emosional dan spiritual. Manfaat menulis jurnal adalah
meningkatkan pemahaman mengenai masalah yang mengganggu dan
membantu memilah konflik atau dilema.

i. Animal-Assisted Therapy (Therapy Bantuan Hewan)


Terapi bantuan hewan merupakan intervensi yang diarahkan pada
tujuan memanfaatkan ikatan manusia dan hewan sebagai integral dalam
proses keperawatan.

2. Biological Based Therapies


Biological Based Therapies adalah terapi yang berdasarkan biologis
menggunakan zat alami atau menggunakan zat-zat yang ditemukan dialam,
seperti preparat yang berasal dari macam – macam zat alam, diet khusus,
pengobatan orthomolekuler (nutrisi dan suplemen makanan), pengobatan
herbal dan termasuk terapi biologis individu (seperti menggunakan tulang
rawan ikan hiu untuk mengobati kanker dan glukosamina untuk mengobati
osteoarthritis dan terapi chelation.
Terapi berbasis biologis ini penting untuk dipelajari, mengingat Indonesia
merupakan negara yang sangat luas dan kaya akan flora dan fauna. Dilihat
dari aspek budaya, Indonesia juga merupakan negara yang penduduknya
selama berabad-abad telah mempraktikkan pengobatan herbal tradisional,
yang dikenal dengan istilah “jamu”.
Terdapat 3 jenis terapi yang termasuk dalam Biological Based Therapies,
yakni :

10
a. Aromaterapi
Aromaterapi adalah istilah generik bagi salah satu jenis pengobatan
alternatif yang menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah
menguap, dikenal sebagai minyak esensial dan senyawa aromatik lainnya
dari tumbuhan yang bertujuan untuk mempengaruhi suasana hati atau
kesehatan seseorang, yang sering digabungkan dengan pengobatan
alternatif dan kepercayaan batin.
Selain menghasilkan bau yang menyenangkan, minyak aromaterapi
dapat memberikan disinfeksi pernafasan, dekongestan dan manfaat
psikologis. Menghirup minyak esensial dapat merangsang sistem
penciuman, bagian otak yang terhubung ke bau termasuk hidung dan otak.
Ketika molekul mencapai otak, mereka akan mempengaruhi sistem
limbik yang terkait dengan emosi, denyut jantung, tekanan darah,
pernafasan, memori, stress, dan keseimbangan hormon.
b. Herbal
Obat herbal adalah obat yang bersifat organik atau alami yang berasal
dari tumbuhan (nabati) dan hewan (hewani). Manfaat obat herbal yaitu
mengurangi risiko efek samping, karena herbal biasanya memiliki efek
samping lebih kecil.
c. Terapi nutrisi
Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan
untuk menghasilkan energi, memelihara kesehatan, menjaga
pertumbuhan dan memperbaiki jaringan tubuh.
Terapi nutrsi adalah terapi yang diberikan kepada pasien yang mengalami
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Manfaat terapi nutrisi, yaitu :
1) Sistem kekebalan tubuh.
2) Meningkatnya tingkat energi.

11
3) Hormon yang seimbang.
4) Identifikasi intoleransi makanan.
5) Memperbaiki sistem pencernaan.
6) Memperbaiki pola tidur.
7) Menjaga berat badan.
8) Memperbaiki kondisi kulit dan membuang racun dari tubuh.
9) Meningkatkan seluruh fungsi tubuh.
10) Menghilangkan stress.

3. Manipulative and Body Based Therapies


Manipulative and Body Based Therapies adalah terapi yang
menggunakan manipulasi manual atau pergerakan satu atau lebih bagian
tubuh untuk mengatasi ketidakseimbangan struktural atau sistematis tulang
dan sendi, jaringan lunak, dan sistem sirkulasi dan limpatik.
Terdapat 3 jenis terapi yang termasuk dalam Manipulative and Body Based
Therapies, yakni :
a. Massage (Terapi Pijat)
Terapi pijat adalah manipulasi jaringan lunak tubuh termasuk otot,
jaringan ikat, tendon dan ligamen. Terapi pijat adalah terapi pilihan
perawatan kesehatan yang berorientasi klinis yang membantu
meringankan ketidaknyamanan yang terkait dengan stres sehari-hari,
penggunaan otot berlebihan dan kondisi nyeri kronis.
b. Terapi Tai Chi
Terapi Tai Chi merupakan terapi fisik. Tai Chi terdiri dari latihan yang
seimbang antara yin dan yang. Terapi ini ditandai dengan gerakan lambar
dan lembut dari lengan, kaki dan tubuh yang bertujuan untuk mengurangi
stres dan ketegangan serta meningkatkan perasaan tenang.
c. Terapi Relaksasi (Relaxation Therapies)

12
Terapi relaksasi adalah teknik yang mempromosikan pengurangan stres,
penghapusan ketegangan diseluruh tubuh dan kondisi pikiran yang tenang
dan damai.

4. Energy Therapies
Energy Therapies adalah terapi yang menggunakan energi yang berasal
dari dalam atau energi yang berasal dari dekat tubuh dan energi yang berasal
dari sumber lain seperti cahaya matahari, elektron tumbuhan dan energi
magnet alam ataupun magnet buatan.
Terdapat 6 jenis terapi yang termasuk dalam Terapi Energi, yakni :
a. Terapi Cahaya (Light Therapy)
Terapi cahaya didefinisikan sebagai ekspos terhadap sinar siang hari atau
gelombang-gelombang cahaya tertentu untuk jumlah waktu yang telah
ditentukan atau untuk waktu tertentu dalam sehari bagi pengobatan afeksi
musiman, jerawat, susah tidur, sindrom fase tidur tertinda, gangguan
afektif non lansia dan psoriasis.
b. Terapi Magnet (Magnet Therapy)
Terapi magnet atau megnoterapi adalah penerapan medan magnet lemah,
magnet statis (permanen) berupa magnet alami atau magnet buatan yang
menghasilkan gaya magnet karena gerakan elektron dalam atom-atom
yang membentuk magnet.
c. Terapi Sentuhan (Healing Touch)
Healing touch adalah terapi energi yang memanfaatkan sentuhan lembut
untuk meningkatkan dan memfasilitasi kesehatan pikiran, tubuh dan jiwa
seseorang.
d. Terapi Reiki (Reiki)
Reiki berasal dari bahasa Jepang, “rei” yang berarti alam semesta dan “ki”
yang berarti energi. Jadi reiki dapat diartikan energi alam semesta atau

13
disebut energi ilahi. Reiki adalah bentuk kerja energi yang halus dan
efektif menggunakan energi kehidupan yang dipandu secara spiritual.
Praktisi reiki meyakini bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk
menghubungkan dirinya dengan energi penyembuhan mereka sendiri dan
menggunakannya untuk memperkuat energi dalam dirinya sendiri. Reiki
bertujuan tidak hanya menyembuhkan penyakit tetapi juga menyehatkan
pikiran berdasarkan kearifan dan kemampuan spiritual yang diberikan
Tuhan, untuk menjaga tubuh tetap sehat dan menikmati kesejahteraan
hidup.
e. Terapi Refleksi (Reflexology)
Terapi refleksi adalah ilmu yang didasarkan pada premis bahwa ada zona
dan area refleks dikaki dan tangan yang sesuai dengan semua kelenjar,
organ, bagian dan sistem tubuh.
f. Terapi Akupresur (Acupressure)
Akupresur adalah terapi sentuhan yang memanfaatkan prinsip-prinsip
akupuntur dan pengobatan Cina. Dalam akupresur, titik-titik yang sama
pada tubuh diperbolehkan seperti akupuntur, tetapi distimulasi dengan
tekanan jari bukan dengan menggunakan jarum. Akupresur digunakan
untuk meredakan berbagai gejala dan rasa sakit.

5. Alternative Medical System


Sistem pengobatan alternatif adalah keseluruhan sistem teori dan praktik
kesehatan (termasuk pengobatan tradisional Tiongkok, pengobatan Ayurveda,
naturopati, dan homeopati) yang dikembangkan secara terpisah dari
pengobatan konvensional. Sistem ini biasanya menggunakan berbagai metode
yang berada di bawah payung CAM (pengobatan herbal, praktik manipulatif).
Sebagai negeri yang kaya raya dalam berbagai bidang, Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki potensi besar bagi pengembangan
terapi komplementer alternatif (pengobatan alternatif). Hal ini terbukti dengan

14
banyaknya praktik komplementer/alternatif di masyarakat dan kecenderungan
masyarakat untuk menggunakan terapi ini terus meningkat.
Kondisi ini menunjukkan bahwa terdapat banyak terapi
komplementer/alternatif khas Indonesia dan terapi komplementer campuran
potensial untuk dikembangkan secara akademis. Terapi-terapi yang dapat
dikembangkan, yaitu :
a. Obat Alami
Obat alami adalah obat-obatan yang berasal dari alam, baik berupa obat
tradisional, fitofarmaka dan farmasetik, dan dapat berupa simplisia (bahan
segar yang dikeringkan), ekstrak, kelompok senyawa atau senyawa murni
yang berasal dari alam.
b. Bekam
Dalam bahasa Arab, bekam atau hijamah adalah tindakan menyedot atau
menghisap kulit yang telah disayat sehingga darah dapat keluar untuk
mengembalikan seseorang ke dalam keadaan sehar dan mencegah
perkembangan penyakit didalam tubuh.
c. Pijat Khas Indonesia
Pijat artinya kegiatan menekan dengan jari, mengurut bagian tubuh
dengan melemaskan otot sehingga peredaran darah menjadi lancar.
Ada 3 (tiga) jenis pijat, yaitu :
1) Pijat Urut
Pada umumnya digunakan untuk terapi relaksasi otot-otot tubuh dari
ketegangan dan rasa lelah yang dialami. Dalam hali ini ada beberaoa
bagian tubuh yang harus dipijat untuk menhilangkan rasa lelah, capek,
sakit atau pegal, yaitu bagian punggung dan pinggang, kaki dan
tangan.
2) Pijat Refleksi dan Totok
Pijat ini merupakan gabungan pijat tradisional khas Nusantara dengan
refleksologi dan akupresur Cina. Selain dengan cara diurut terlebih

15
dahulu bagian-bagian simpul otot kaki atau tangan, juga memijat
dengan cara menekan titik pusat urat saraf yang berhubungan langsung
dengan organ tertentu.
Pijat totok yaitu menotok atau menekan melalui jari-jari tangan,
terutama ibu jari pada titik-titik meridian tertentu yang berhubungan
dengan bagian organ tertentu. Sebelum dilakukan totok, terlebih
dahulu lakukan pemijatan pada titik simpul otot agar kondisi tubuh
menjadi rileks.
3) Pijat Tulang
Pijat tulang adalah suatu metode dan seni untuk membetulkan posisi
tulang seluruh tubuh, mengendurkan otot-otot dan jaringan sel-sel
organik serta secara radikal menghilangkan penyakitnya. Terapi ini
dilakukan dengan pemijatan, penarikan serta tekanan-tekanan vertikal
agar dapat dapat memulihkan sendi-sendi yang terkilir dan menata
kembali tulang-tulang yang mengalami dislokasi.
d. Gurah
Cara pengobatan tradisional khas Indonesia yaitu dengan cara
mengeluarkan lendir dari dalam tubuh, baik dengan menggunakan cairan
ataupun ramuan herbal.

C. Trend issue Terapi Komplementer

Saat ini penggunaan terapi komplementer mulai menggeliat. Hal ini tentu
akan terkait dengan tren isu yang berkembang tentang terapi komplementer.
1. Patient Safety

Keselamatan adalah hal yang esensi dalam pelayanan kesehatan. Dalam


ini keselamatan dasar patient safety dari conventional medicine dan akan
dibandingkan dengan terapi komplementer yang telah ada. Secara garis besar

16
prinsip praktik terapi komplementer menurut Curtis (2004) untuk
mengurangi terjadinya hal yang tidak diinginkan adalah :
a. Menghargai otonomi pasien
b. Menghargai etnis, umur dan status sosial
c. Tingkat sensitivitas terhadap pasien harus tinggi, terkait keinginan dan
penolakan terhadap terapi komplementer
d. Berhati-hati terhadap pasien yang tidak pernah konsul ke medis terkait
penyakitnya.
e. Menganjurkan pasien untuk hati-hati dalam setiap keputusannya dan tetap
menjalani terapi medis konvensional
f. Dorong pasien untuk lebih selektif dalam memilih terapi

Dalam pelaksanaan praktik komplementer, terapis menggunakan


pendekatan seperti tenaga kesehatan, dengan anamesis dan penegakan
masalah yang disebut dengan diagnosa. Serta pemberian resep ataupun
intervensi komplementer. Aspek keselamatan pada diagnose suatu penyakit
merupakan hal mendasar dalam terapi konvensional. Dalam penerapan aspek
keselamatan dalam penegakan diagnose dalam komplementer juga menjadi
hal yang mendasar. Seperti contoh diagnose pada terapi naturopaths di
amerika, pendekatan fungsi sel dalam setiap aspek, seperti pemeriksaan
gastrointestinal, immunology, nutritional, endocrinology, metabolic, toxic
element exposure, dan hair testing. Dalam penerapan ini memang perlu
standart dalam aspek keselamatan (Curtis,2004). Permasalahan di Indonesia
masih jarang terapis dalam praktek terapi komplementer yang menggunakan
standart penjaminan mutu dalam penanganan pasien, diagnose belum punya
standart dan masih berbeda-beda, sangat tergantung terhadap perkataan guru
bukan berdasar standart yang baku. Penyusunan protap sangat perlu menjadi
hal mendasar serta pengawasan dari dinas kesehatan. Masalah terapi

17
komplementer di Indonesia ini masih perlu adanya jaminan mutu pasien dan
perlindungan pasien terkait dengan diagnostic yang digunakan oleh terapis.
Aspek keselamatan juga sangat diperlukan terhadap pemberian terapy.
Banyaknya terapi komplementer yang menggunakan pendekatan herbal
menjadi hal yang sangat penting untuk dibahas. Tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap herbal memang menjadi dua sisi mata pisau, disisi lain
dapat meningkatkan sugesti, namun disisi lain kepercayaan yang berlebihan,
rasa ingin tahu akan isi dan efek samping obat konsumen kurang dan
menyebabkan banyak kejadian jangka pendek dan atau panjang yang terjadi.
Pemahaman terapis dan konsumen akan obat-obatan herbal sangat
diperlukan untuk keselamatan pasien.
Berdasarkan Curtis (2004) beberapa hal yang harus diperhatikan terkait
menurunkan resiko terjadinya hal yang tidak diinginkan dalam obat herbal
adalah :
a. Kontaminasi : dalam penyajian dan pengemasan obat herbal masih sangat
dipertanyakan, resiko kontaminasi perlu menjadi perhatian atas
munculnya obat-obatan herbal
b. Bioavaibility : perubahan fungsi dari zat yang terkandung dalam obat
herbal perlu diperhatikan terkait proses kimia dari pengemasan
c. Dosis : penelitian tentang herbal masih sangat jarang. Seringkali yang
terjadi adalah kelebihan dosis, meskipun berasal dari herbal namun dapat
membahayakan pasien
d. Alergi : alergi juga terkadang muncul akibat produk-produk herbal
e. Keracunan : terkadang kandungan dalam obat herbal juga dapat menjadi
toxic.

Bentuk terapi komplementer lain yang perlu diperhatikan dalam terkait


aspek keselamatan antara lain terapi fisik, seperti massase, spa, terapi
akupuntur dan terapi homeophaty. Terapi komplementer pada terapi fisik

18
sangatlah berkaitan langsng dengan pasien, beberapa penelitian telah mampu
menemukan beberapa efek samping dari terapi komplementer Yang
menggunakan terapi fisik ini. Permasalahan mendasar adalah, bagaimana
penelitian di Indonesia, bagaimana pengetahuan terapis di Indonesia, hal ini
menjadi PR besar bagi kementrian kesehatan. Jurnal luar negeri telah banyak
mengungkap, namun pengetahuan terapis mengenai perkembangan ini juga
harus di tingkatkan. Penelitian tentang terapi komplementer di Indonesia
juga perlu di tingkatkan, mengingat karakteristik orang di luar negeri dan di
Indonesia berbeda.

2. Bidang praktik (scope of praktice)

Isu etik untuk terapi komplementer yang kedua adalah skop praktik yang
tidak jelas dari sekitar 1800 terapi komplementer yang teridentifikasi ke
dalam bidang praktik keperawatan. Artinya, masih menurut ANA bahwa ada
pertanyaan mendasar yang harus dijawab sekaitan skop praktik secara legal
dan etik dari penggunaan terapi modalitas komplementer dalam praktik
keperawatan profesional yaitu kapan teknik tersebut diajarkan dan
dipraktikkan oleh individu bukan perawat maupun oleh perawat?
Mungkinkah seorang perawat melakukan pemijatan sederhana atau
pemijatan terapi (therapeutic massage)? Mungkinkah seorang perawat
melakukan terapi sentuhan secara pribadi maupun secara profesional
mandiri? Pada aspek ini bahaya dapat muncul baik bagi klien maupun
perawat jika skop praktik komplementer tidak jelas. Hal ini dapat dipahami
bahwa pasien dapat ‘dibahayakan” oleh perawat yang mempraktikkan terapi
komplementer jika perawat itu sendiri tidak disiapkan untuk itu. Atau
perawat dapat ‘dibahayakan’ secara profesional ketika mereka melakukanB
praktik di luar skop atau area praktik keperawatan atau melakukan terapi
yang masih dipertanyakan.

19
3. Perbedaan Budaya (cultural diversity)

Salah satu ciri negara negara maju (developed countries) seperti Amerika
umumnya ditandai dengan adanya gejala multikultur. Satu sisi gejala ini
memiliki efek positif karena adanya keragaman budaya yang saling mengisi
dan mendukung satu dengan lainnya. Namun tidak jarang perbedaan budaya
berimbas pada kesulitan komunikasi akibat penggunaan bahasa yang
berbeda. Akibatnya perawat juga tidak terlepas dari gejala bertemu dan
berkomunikasi kepada klien yang memiliki berbagai latar belakang budaya.
Jika demikian maka perawat akan mengalami kendala dalam mempraktikkan
terapi komplementer karena nilai yang dimiliki klien dapat berbeda dengan
yang dipunyai oleh perawat. Pada kondisi semacam ini sering terjadi konflik
atau bahkan dilema etik.

D. Pemilihan metode Terapi komplementer

Secara umum, masyarakat kita terbagi menjadi dua golongan yaitu orang yang
hidup di perkotaan serta orang yang hidup di daerah perdesaan. Masyarakat
perkotaan serta orang yang hidup cenderung bersifat individualis sementara
masyarakat perdesaan lebih mengutamakan interaksi sosial. Kedua pola tersebut
dapat mempengaruhi cara pandang terhadap kesehatan yang berpengaruh juga
terhadap penyediaan serta jenis pelayanan kesehatan.
Terapi komplementer merupakan cara penanggulangan penyakit yang
dijadikan sebagai pilihan metode lain di luar pengobatan konvensional. Secara
berangsur - angsur, penggunaan obat di Indonesia mengalami penurunan.
Penurunan tersebut mungkin berkaitan dengan meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk beralih menggunakan pengobatan alternatif, menggunakan obat
tradisional serta cara-cara yang tradisional pula. Hal itu mengakibatkan
meningkatnya pelatihan keterampilan teknik pengobatan tradisional seperti pijat,
akupresur, senam olah pernafasan, dan lain - lain.

20
Secara metode penyembuhannya, pengobatan komplementer berbeda dengan
pengobatan konvensional yang lebih mengandalkan obat kimia serta sistem
operasi. Sementara terapi komplementer merupakan terapi tambahan dari terapi
utama yang digunakan serta berfungsi sebagai suportif untuk mengontrol gejala
penyakit dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Konsep pengobatan terapi
komplementer terapi komplementer yang disinergikan dengan tindakan
keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang memiliki fungsi untuk
melengkapi kebutuhan dasar manusia. Perawat dapat menerapkan strategi holistik
untuk membantu pemulihan kesehatan pasien. Penerapan strategi itu tentunya
memerlukan keterampilan khusus, sehingga perawat dituntut untuk
mempelajarinya dari para ahli terapi komplementer. Selain itu, seorang perawat
juga tidak diperbolehkan melakukan tindakan yang tidak didasari oleh ilmu
pengetahuan atau dengan kata lain tidak boleh menjadikan seorang pasien sebagai
kelinci percobaannya.
Pada dasarnya, beberapa tindakan komplementer telah dilakukan oleh para
perawat dalam melayani pasien. Seperti contohnya, dalam menangani kasus
hipertensi perawat akan mengkaji data pasien kemudian memberikan terapi serta
obat - obatan dari dokter. Terapi yang dimaksud adalah ketika perawat mengukur
tekanan darah pasien, perawat sering kali menanyakan keluhannya apa yang
dirasakan oleh pasien dengan memegang tangan pasien disertai dengan senyuman.
Ketika pasien dalam keadaan tegang sering kali perawat melakukan pendekatan
terapeutik dibarengi sedikit humor agar ketegangan yang dirasakan oleh pasien
akan berangsur berkurang.
Dengan begitu dapat ditarik kesimpulan jika pada dasarnya perawat telah
melakukan beberapa tindakan komplementer. Sementara, fokus terapi
komplementer adalah memandang manusia sebagai makhluk holistik. Namun
tindakan komplementer bukanlah satu-satunya terapi untuk menangani atau
menyembuhkan pasien karena tindakan komplementer berfungsi sebaga
pelengkap dari tindakan medik konvensional.

21
E. Peran perawat dalam Terapi Komplementer

Perawat dalam terapi komplementer berperan sebagai pelaksana, pendidik,


konseling, koordinator, serta peneliti. Adapun tugas-tugasnya adalah sebagai
berikut :
1. Perawat bertugas mengkaji kebutuhan pasien dalam praktik pengobatan
komplementer.
2. Perawat saran kepada terapis, pasien serta keluarga pasien untuk
mempertimbangkan jenis pengobatan yang sesuai dengan keadaan pasien.
3. Perawat memberi penjelasan mengenai kesehatan kepada risiko, efek
samping, hasil yang diharapkan, jangka pengobatan, interaksi yang terjadi
ketika terapi komplementer dan pengobatan konvensional disatukan, serta
cara mengakses informasi mengenai pengobatan komplemnter melalui
berbagai jurnal maupun literatur.
4. Perawat mengkoordinasikan integrasi pengobatan komplementer ke dalam
program keperawatan bagi pasien dengan cara menyeleksi jenis pengobatan
yang cocok dengan kondisi pasien.
5. Perawat memonitor serta mendiskusikan dalam tim mengenai masalah-
masalah yang timbul dari pengobatan komplementer.
6. Perawat memfasilitasi pasien beserta keluarganya untuk bertemu dengan tim
terapis. Selain itu, perawat juga harus mengerti latar belakang, kualifikasi,
serta kompetisi dari tenaga terapis yang dapat dibuktikan dengan adanya
sertifikat serta lisensi praktik pengobatan.
7. Perawat memberi saran kepada pasien untuk mengunjungi kondisi tempat
pengobatan untuk mengetahui kualitas pelayanan serta dapat mendiskusikan
mengenai biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan tersebut.
8. Perawat memberi masukan kepada pasien untuk mencoba teknik pengobatan
lain jika salah satu pengobatan tidak menunjukkan keberhasilan.

22
9. Perawat membantu pasien serta keluarganya agar terhindar dari bahaya iklan
mengenai produk maupun jasa yang justru membahayakan kesehatan. Seperti
contohnya, alat elektronik yang dapat mengobati semua jenis penyakit.
10. Perawat harus mampu mendeteksi risiko interaksi obat yang yang justru dapat
menurunkan efek pengobatan.
11. Perawat meluruskan pasien yang percaya tentang obat alami yang dapat
menyembuhkan segala penyakit secara cepat. Karena obat yang seperti itu
belum tentu aman untuk digunakan.
12. Perawat berperan sebagai terapis di beberapa pelayanan kesehatan serta dapat
melaksanakan berbagai macam pengobatan komplementer seperti teknik
relaksasi, teknik kerja tubuh, terapi energi atau terapi lain yang membutuhkan
pelatihan khusus.
13. Perawat harus mampu melakukan tahap pemilihan terhadap pasien dapat
mengikuti proses pengobatan komplementer diantaranya yang memiliki
motivasi serta dapat berpartisipasi dalam proses pengobatan, mampu
berkontraksi, dan mampu mengikuti instruksi dari terapis.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan beberapa penjelasan dari materi diatas yang bertemakan


“Trend dan Isue dalam Terapi Komplementer” bisa kita simpulkan bahwa
terapi komplementer merupakan cara atau metode lain dalam penanggulangan
dan penyembuhan penyakit diluar dari pada metode pengobatan medik
konvensional. Namun, terapi komplementer bukanlah satu- satunya metode
pengobatan lain diluar dari pengobatan konvensional karena terapi
komplementer hanya berfungsi sebagai pelengkap dalam pengobatan medik
konvensional. Pada dasarnya terapi komplementer sudah menjadi bagian dari
pengobatan medik konvensional karena ketika menjalankan tugas sebagai
perawat dan melayani pasien dengan menggunakan sentuhan terapeutik dan
senyuman, maka secara tidak langsung kita telah memberikan terapi
komplementer pada pasien karena focus daripada terapi komplementer adalah
memandang manusia secara holistic yang mana setiap perawat harus menyadari
itu.

B. Saran

Terapi komplementer merupakan salah satu metode dalam membantu


pengobatan dan penyembuhan penyakit pasien. Oleh karena itu, diharapkan
kepada pembaca khususnya tenaga Kesehatan agar senantiasa tetap memahami
dan menguasai berbagai informasi dan prosedur- prosedur dari penggunaan
pilihan terapi komplementer ini dengan benar dan sesuai yang telah dianjurkan.

24
25
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Asep Achmad. 2019. Khazanah Terapi Komplementer Alternatif. Bandung :

Penerbit Nuansa Medika

Prihatin,Dewi Murdiyanti. 2019. Terapi Komplementer Konsep dan Aplikasi Dalam

Keperawatan. Yogyakarta : PT. Pustaka Baru

Link akses :

https://www.sciencedirect.com/topics/neuroscience/alternative-medical-systems ,

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1176230/

Anda mungkin juga menyukai