Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Terapi Komplementer ini sudah dikenal secara luas serta telah
digunakan sejak dulu dalam dunia kesehatan. Terapi komplementer
adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai
pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai
pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis yang konvensional.
Menurut WHO, terapi komplementer adalah pengobatan non
konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan.
Misalnya, jamu bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi
merupakan pengobatan tradisional.
Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
tentang penggunaan pengobatan tradisional termasuk di dalamnya
pengobatan komplementer - alternatif yang meningkat dari tahun ke
tahun, bahkan hasil penelitian. Tahun kanker yang ada di payudara
dihilangkan / dioperasi. 2010 telah digunakan 40% dari penduduk
Indonesia. Terapi komplementer yang dikenal juga sebagai terapi
kedokteran alternatif melesat cepat menjadi bagian dari pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Terapi moderen yang
dianggap sebagai ilmu kedokteran barat (western medicine) memang
sejak lama memproklamirkan dirinya sebagai ilmu kedokteran dengan
dasar rasional. Artinya pemecahan masalah kesehatan didasarkan
atas pertimbangan yang bisa dinalar dan harus masuk akal. Sehingga
para penganut aliran ini menganggap bahwa masalah kesehatan akan
tuntas diselesaikan jika penyebabnya dihilangkan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana definisi pengobatan terapi komplementer ?
2. Bagaimana perkembangan terapi komplenter ?
3. Apa tujuan terapi komplementer ?
4. Klasifikasi terapi komplementer ?
5. Bagaimana trend dan issue terapi komplementer ?
6. Terapi komplementer dalam praktik keperawatan ?

C. TUJUAN
1. Menjelaskan definisi pengobatan terapi komplementer.
2. Memaparkan perkembangan terapi komplementer.
3. Memaparkan tujuan terapi komplementer.
4. Memaparkan klasifikasi terapi komplementer.
5. Menjelaskan trend dan issue terapi komplementer.
6. Menjelaskan seperti apa terapi komplementer dalam praktik
keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Terapi Komplementer


1. Pengertian Terapi Komplementer
Terapi komplementer (complementary therapies) merupakan
metode pengobatan di luar pengobatan medis konvensional,
tetapi terapi komplementer merupakan pendukung pengobatan
medis konvensional. WHO (Word Health Organization) menuturan
jika pengobatan komplementer adalah pengobatan non-
konvensional yang bukan dari negara yang bersangkutan.
Misalnya saja, jamu bukan termasuk pengobatan komplementer
tetapi jamu termasuk dalam kategori pengobatan tradisional.
Terapi non-konvensional termasuk salah satu sari terapi
komplementer atau bisa juga dikatakan sebagai terapi medis
alternatif. Terapi komplementer adalah semua terapi yang
digunakan sebagai tambahan untuk konvensional yang
direkomendasikan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan
individu. Definisi terapi komplementer banyak disepakati sebagai
bentuk penyembuhan yang bersumber pada berbagai sistem,
modalitas dan praktik kesehatan didukung oleh teori serta
kepercayaan juga termasuk suatu bentuk usaha untuk
menyembuhkan diri sendiri. Sementara itu, kegunaan terapi
komplementer adalah untuk mencegah atau menyembuhkan
berbagai penyakit atau hanya sekedar untuk meningkatkan taraf
kesehatan seseorang.
Meskipun bisa dikatakan sama tetapi antara terapi alternatif
dengan terapi komplementer terdapat perbedaan. Terapi alternatif
merupakan terapi yang berada di luar konvensional, sementara
terapi komplementer merupakan pelengkap bagi terapi
konvensional. Antara terapi alternatif dengan terapi komplementer
memiliki campur tangan yang sama dalam dunia medis tetapi
sering kali pengobatan alternatif menjadi pengobatan primer yang
mengganti pelayanan medis.
Integratif therapies atau pengobatan integratif merupakan
istilah umum yang digunakan sebagai pendekatan pengobatan
yang menyatukan praktik pengobatan tradisional dengan praktik
pengobatan dokter konvensional yang bersifat aman serta fokus
kepada pelayanan secara holistik yang meliputi aspek bio, Psiko,
sosial, dan spiritual. Metode pengobatan ini telah dilakukan di
beberapa rumah sakit serta beberapa Universitas di America dan
Canada.

2. Tujuan Terapi Komplementer


Terapi Komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari
sistem-sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan
tubuh agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang
sedang sakit, karena tujuan kita sebenarnya mempunyai
kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita
mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan
nutrisi yang baik dan lengkap serta perawatan yang tepat.

B. Klasifikasi Terapi Komplementer


Menurut National Center for Complementery and Alternative
MedicineI (NCCAM), terapi komplementer dapat diklasifikasikan
menjadi 5 (lima) kelompok, yakni :
1. Mind-body-spirit Therapies
Dari pandangan holistik, manusia sebenarnya terdiri dari 3 (tiga)
unsur, yaitu fisik (body), pikiran (mind), dan jiwa atau ruh
(soul/spirit). Hubungan antara pikiran, tubuh, dan spirit (ruhani)
akan berpengaruh besar terhadap kesehatan seseorang. Banyak
energi negatif yang bisa mengakibatkan tubuh, pikiran, dan jiwa
menjadi sakit. Mind-Body-Spirit Therapy, banyak menggunakan
kesadaran tubuh dan jiwa. Dasar berpikir dari Mind-Body-Spirit
Therapy adalah bahwa tubuh tidak berdiri sendiri, ia memiliki
ikatan yang kuat dengan pikiran(mind) dan ruhani (spirit/soul)
yang melahirkan energi. Jenis terapi ini sangat diperlukan bagi
mereka yang kondisi tubuhnya kurang seimbang baik secara fisik,
psikis maupun spiritual karena tubuh dipaksa bekerja tanpa
memberi kesempatan untuk istirahat cukup.
Ada 9 jenis terapi yang termasuk dalam Mind-Body-Spirit
Therapy, yaitu :
a. Yoga
Yoga adalah mengikat kekuatan psikis (mental) seseorang,
menyeimbangkan dan menguatkan melalui penyatuan atau
penyelarasan antara tubuh, pikiran dan jiwa.
Latihan yoga dibuktikan secara ilmiah dapat meningkatkan
kebugaran tubuh, meningkatkan keseimbangan tubuh,
menambah kekuatan tubuh, jangkauan gerak dan kelenturan
tubuh, dapat meredakan gejala nyeri, gangguan cemas,
insomnia, depresi, dan melenturkan bagian punggung yang
sakit.

b. Imagery
Imagery atau pencitraan adalah intervensi pikiran-tubuh
(mind-body) dengan menggunakan kekuatan imajinasi untuk
membawa perubahan fisik, emosional atau dimensi spiritual.
Pada umumnya Imagery digunakan dalam pelayanan
kesehatan dan paling sering dilakukan oleh klinik hipnosis
atau hipnosis diri sendiri. Imagery atau pencitraan digunakan
untuk relaksasi, manajemen stres, standar terapi kecemasan,
dan meningkatkan wawasan psikologis dan keruhanian
seseorang.

c. Terapi Humor
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), humor
diartikan sebagai kemampuan merasai sesuatu yang lucu atau
yang menyenangkan dan keadaan (dalam cerita) yang
menggelikan hati, kejenakaan dan kelucuan.
Terapi humor merupakan metode terapi dengan
menggunakan humor dan tawa dalam membantu individu
menyelesaikan masalah, baik dalam gangguan fisik maupun
gangguan mental. Jadi terapi humor adalah sebuah metode
terapi yang memanfaatkan rasa humor seseorang sehingga
bisa mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku melalui
sebuah cerita, anekdot, gerak atau gestur tubuh.

d. Meditasi
Meditasi adalah latihan olah jiwa yang dapat
menyeimbangkan fisik, emosi, mental dan spiritual seseorang.

e. Terapi Musik
Terapi musik adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kualitas fisik dan mental melalui rangsangan suara yang terdiri
dari ritme, melodi, harmoni dan irama tertentu.

f. Doa (Prayer)
Doa adalah bentuk komunikasi antara seorang hamba dengan
Sang Maha Pencipta. Doa bukan hanya sekedar bentuk
pengabdian pada yang sakral, tetapi memiliki fungsi yang
lainnya, seperti permohonan perlindungan sampai dengan hal-
hal yang bersifat praktis, seperti berdoa untul ketenangan dan
kesehatan.

g. Mendongeng (Story Telling Therapy)


Mendongeng dapat digunakan dalam banyak bidang
kehidupan, termasuk pada bidang pengobatan. Karena
memiliki pengaruh terhadap psikis maupun fisik seseorang
yang mendengar, membaca dan menonton. Pengaruh
dongeng apabila diceritakan dengan menarik dapat
mempengaruhi wilayah emosional otak daripada rasional
sehingga pesan data jadi mudah diingat ketika ada
keterlibatan emosional.

h. Journaling Therapy (Menulis Jurnal)


Terapi jurnal adalah tulisan reflektif yang disengaja untuk
kesehatan mental, fisik, emosional dan spiritual. Manfaat
menulis jurnal adalah meningkatkan pemahaman mengenai
masalah yang mengganggu dan membantu memilah konflik
atau dilema.

i. Animal-Assisted Therapy (Therapy Bantuan Hewan)


Terapi bantuan hewan merupakan intervensi yang diarahkan
pada tujuan memanfaatkan ikatan manusia dan hewan
sebagai integral dalam proses keperawatan.

2. Biological Based Therapies


Biological Based Therapies adalah terapi yang berdasarkan
biologis menggunakan zat alami atau menggunakan zat-zat yang
ditemukan dialam, seperti preparat yang berasal dari macam –
macam zat alam, diet khusus, pengobatan orthomolekuler (nutrisi
dan suplemen makanan), pengobatan herbal dan termasuk terapi
biologis individu (seperti menggunakan tulang rawan ikan hiu
untuk mengobati kanker dan glukosamina untuk mengobati
osteoarthritis dan terapi chelation.
Terapi berbasis biologis ini penting untuk dipelajari, mengingat
Indonesia merupakan negara yang sangat luas dan kaya akan
flora dan fauna. Dilihat dari aspek budaya, Indonesia juga
merupakan negara yang penduduknya selama berabad-abad
telah mempraktikkan pengobatan herbal tradisional, yang dikenal
dengan istilah “jamu”.
Terdapat 3 jenis terapi yang termasuk dalam Biological Based
Therapies, yakni :
a. Aromaterapi
Aromaterapi adalah istilah generik bagi salah satu jenis
pengobatan alternatif yang menggunakan bahan cairan
tanaman yang mudah menguap, dikenal sebagai minyak
esensial dan senyawa aromatik lainnya dari tumbuhan yang
bertujuan untuk mempengaruhi suasana hati atau kesehatan
seseorang, yang sering digabungkan dengan pengobatan
alternatif dan kepercayaan batin.
Selain menghasilkan bau yang menyenangkan, minyak
aromaterapi dapat memberikan disinfeksi pernafasan,
dekongestan dan manfaat psikologis. Menghirup minyak
esensial dapat merangsang sistem penciuman, bagian otak
yang terhubung ke bau termasuk hidung dan otak. Ketika
molekul mencapai otak, mereka akan mempengaruhi sistem
limbik yang terkait dengan emosi, denyut jantung, tekanan
darah, pernafasan, memori, stress, dan keseimbangan
hormon.
b. Herbal
Obat herbal adalah obat yang bersifat organik atau alami
yang berasal dari tumbuhan (nabati) dan hewan (hewani).
Manfaat obat herbal yaitu mengurangi risiko efek samping,
karena herbal biasanya memiliki efek samping lebih kecil.
c. Terapi nutrisi
Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan
makanan untuk menghasilkan energi, memelihara kesehatan,
menjaga pertumbuhan dan memperbaiki jaringan tubuh.
Terapi nutrsi adalah terapi yang diberikan kepada pasien yang
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Manfaat
terapi nutrisi, yaitu :
1) Sistem kekebalan tubuh.
2) Meningkatnya tingkat energi.
3) Hormon yang seimbang.
4) Identifikasi intoleransi makanan.
5) Memperbaiki sistem pencernaan.
6) Memperbaiki pola tidur.
7) Menjaga berat badan.
8) Memperbaiki kondisi kulit dan membuang racun dari
tubuh.
9) Meningkatkan seluruh fungsi tubuh.
10) Menghilangkan stress.

3. Manipulative and Body Based Therapies


Manipulative and Body Based Therapies adalah terapi yang
menggunakan manipulasi manual atau pergerakan satu atau lebih
bagian tubuh untuk mengatasi ketidakseimbangan struktural atau
sistematis tulang dan sendi, jaringan lunak, dan sistem sirkulasi
dan limpatik.
Terdapat 3 jenis terapi yang termasuk dalam Manipulative and
Body Based Therapies, yakni :
a. Massage (Terapi Pijat)
Terapi pijat adalah manipulasi jaringan lunak tubuh termasuk
otot, jaringan ikat, tendon dan ligamen. Terapi pijat adalah
terapi pilihan perawatan kesehatan yang berorientasi klinis
yang membantu meringankan ketidaknyamanan yang terkait
dengan stres sehari-hari, penggunaan otot berlebihan dan
kondisi nyeri kronis.
b. Terapi Tai Chi
Terapi Tai Chi merupakan terapi fisik. Tai Chi terdiri dari
latihan yang seimbang antara yin dan yang. Terapi ini ditandai
dengan gerakan lambar dan lembut dari lengan, kaki dan
tubuh yang bertujuan untuk mengurangi stres dan ketegangan
serta meningkatkan perasaan tenang.
c. Terapi Relaksasi (Relaxation Therapies)
Terapi relaksasi adalah teknik yang mempromosikan
pengurangan stres, penghapusan ketegangan diseluruh tubuh
dan kondisi pikiran yang tenang dan damai.

4. Energy Therapies
Energy Therapies adalah terapi yang menggunakan energi yang
berasal dari dalam atau energi yang berasal dari dekat tubuh dan
energi yang berasal dari sumber lain seperti cahaya matahari,
elektron tumbuhan dan energi magnet alam ataupun magnet
buatan.
Terdapat 6 jenis terapi yang termasuk dalam Terapi Energi, yakni :
a. Terapi Cahaya (Light Therapy)
Terapi cahaya didefinisikan sebagai ekspos terhadap sinar
siang hari atau gelombang-gelombang cahaya tertentu untuk
jumlah waktu yang telah ditentukan atau untuk waktu tertentu
dalam sehari bagi pengobatan afeksi musiman, jerawat, susah
tidur, sindrom fase tidur tertinda, gangguan afektif non lansia
dan psoriasis.
b. Terapi Magnet (Magnet Therapy)
Terapi magnet atau megnoterapi adalah penerapan medan
magnet lemah, magnet statis (permanen) berupa magnet alami
atau magnet buatan yang menghasilkan gaya magnet karena
gerakan elektron dalam atom-atom yang membentuk magnet.
c. Terapi Sentuhan (Healing Touch)
Healing touch adalah terapi energi yang memanfaatkan
sentuhan lembut untuk meningkatkan dan memfasilitasi
kesehatan pikiran, tubuh dan jiwa seseorang.
d. Terapi Reiki (Reiki)
Reiki berasal dari bahasa Jepang, “rei” yang berarti alam
semesta dan “ki” yang berarti energi. Jadi reiki dapat diartikan
energi alam semesta atau disebut energi ilahi. Reiki adalah
bentuk kerja energi yang halus dan efektif menggunakan
energi kehidupan yang dipandu secara spiritual.
Praktisi reiki meyakini bahwa setiap orang memiliki
kemampuan untuk menghubungkan dirinya dengan energi
penyembuhan mereka sendiri dan menggunakannya untuk
memperkuat energi dalam dirinya sendiri. Reiki bertujuan tidak
hanya menyembuhkan penyakit tetapi juga menyehatkan
pikiran berdasarkan kearifan dan kemampuan spiritual yang
diberikan Tuhan, untuk menjaga tubuh tetap sehat dan
menikmati kesejahteraan hidup.
e. Terapi Refleksi (Reflexology)
Terapi refleksi adalah ilmu yang didasarkan pada premis
bahwa ada zona dan area refleks dikaki dan tangan yang
sesuai dengan semua kelenjar, organ, bagian dan sistem
tubuh.
f. Terapi Akupresur (Acupressure)
Akupresur adalah terapi sentuhan yang memanfaatkan prinsip-
prinsip akupuntur dan pengobatan Cina. Dalam akupresur,
titik-titik yang sama pada tubuh diperbolehkan seperti
akupuntur, tetapi distimulasi dengan tekanan jari bukan
dengan menggunakan jarum. Akupresur digunakan untuk
meredakan berbagai gejala dan rasa sakit.

5. Alternative Medical System


Sistem pengobatan alternatif adalah keseluruhan sistem teori dan
praktik kesehatan (termasuk pengobatan tradisional Tiongkok,
pengobatan Ayurveda, naturopati, dan homeopati) yang
dikembangkan secara terpisah dari pengobatan konvensional.
Sistem ini biasanya menggunakan berbagai metode yang berada
di bawah payung CAM (pengobatan herbal, praktik manipulatif).
Sebagai negeri yang kaya raya dalam berbagai bidang, Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki potensi besar bagi
pengembangan terapi komplementer alternatif (pengobatan
alternatif). Hal ini terbukti dengan banyaknya praktik
komplementer/alternatif di masyarakat dan kecenderungan
masyarakat untuk menggunakan terapi ini terus meningkat.
Kondisi ini menunjukkan bahwa terdapat banyak terapi
komplementer/alternatif khas Indonesia dan terapi komplementer
campuran potensial untuk dikembangkan secara akademis.
Terapi-terapi yang dapat dikembangkan, yaitu :
a. Obat Alami
Obat alami adalah obat-obatan yang berasal dari alam, baik
berupa obat tradisional, fitofarmaka dan farmasetik, dan dapat
berupa simplisia (bahan segar yang dikeringkan), ekstrak,
kelompok senyawa atau senyawa murni yang berasal dari
alam.
b. Bekam
Dalam bahasa Arab, bekam atau hijamah adalah tindakan
menyedot atau menghisap kulit yang telah disayat sehingga
darah dapat keluar untuk mengembalikan seseorang ke dalam
keadaan sehar dan mencegah perkembangan penyakit
didalam tubuh.
c. Pijat Khas Indonesia
Pijat artinya kegiatan menekan dengan jari, mengurut bagian
tubuh dengan melemaskan otot sehingga peredaran darah
menjadi lancar.
Ada 3 (tiga) jenis pijat, yaitu :
1) Pijat Urut
Pada umumnya digunakan untuk terapi relaksasi otot-otot
tubuh dari ketegangan dan rasa lelah yang dialami. Dalam
hali ini ada beberaoa bagian tubuh yang harus dipijat untuk
menhilangkan rasa lelah, capek, sakit atau pegal, yaitu
bagian punggung dan pinggang, kaki dan tangan.
2) Pijat Refleksi dan Totok
Pijat ini merupakan gabungan pijat tradisional khas
Nusantara dengan refleksologi dan akupresur Cina. Selain
dengan cara diurut terlebih dahulu bagian-bagian simpul
otot kaki atau tangan, juga memijat dengan cara menekan
titik pusat urat saraf yang berhubungan langsung dengan
organ tertentu.
Pijat totok yaitu menotok atau menekan melalui jari-jari
tangan, terutama ibu jari pada titik-titik meridian tertentu
yang berhubungan dengan bagian organ tertentu. Sebelum
dilakukan totok, terlebih dahulu lakukan pemijatan pada titik
simpul otot agar kondisi tubuh menjadi rileks.
3) Pijat Tulang
Pijat tulang adalah suatu metode dan seni untuk
membetulkan posisi tulang seluruh tubuh, mengendurkan
otot-otot dan jaringan sel-sel organik serta secara radikal
menghilangkan penyakitnya. Terapi ini dilakukan dengan
pemijatan, penarikan serta tekanan-tekanan vertikal agar
dapat dapat memulihkan sendi-sendi yang terkilir dan
menata kembali tulang-tulang yang mengalami dislokasi.
d. Gurah
Cara pengobatan tradisional khas Indonesia yaitu dengan cara
mengeluarkan lendir dari dalam tubuh, baik dengan
menggunakan cairan ataupun ramuan herbal.

C. Trend issue Terapi Komplementer

Saat ini penggunaan terapi komplementer mulai menggeliat. Hal


ini tentu akan terkait dengan tren isu yang berkembang tentang terapi
komplementer.

1. Patient Safety

Keselamatan adalah hal yang esensi dalam pelayanan


kesehatan. Dalam ini keselamatan dasar patient safety dari
conventional medicine dan akan dibandingkan dengan terapi
komplementer yang telah ada. Secara garis besar prinsip praktik
terapi komplementer menurut Curtis (2004) untuk mengurangi
terjadinya hal yang tidak diinginkan adalah :
a. Menghargai otonomi pasien
b. Menghargai etnis, umur dan status sosial
c. Tingkat sensitivitas terhadap pasien harus tinggi, terkait
keinginan dan penolakan terhadap terapi komplementer
d. Berhati-hati terhadap pasien yang tidak pernah konsul ke
medis terkait penyakitnya.
e. Menganjurkan pasien untuk hati-hati dalam setiap
keputusannya dan tetap menjalani terapi medis konvensional
f. Dorong pasien untuk lebih selektif dalam memilih terapi
Dalam pelaksanaan praktik komplementer, terapis
menggunakan pendekatan seperti tenaga kesehatan, dengan
anamesis dan penegakan masalah yang disebut dengan
diagnosa. Serta pemberian resep ataupun intervensi
komplementer. Aspek keselamatan pada diagnose suatu penyakit
merupakan hal mendasar dalam terapi konvensional. Dalam
penerapan aspek keselamatan dalam penegakan diagnose dalam
komplementer juga menjadi hal yang mendasar. Seperti contoh
diagnose pada terapi naturopaths di amerika, pendekatan fungsi
sel dalam setiap aspek, seperti pemeriksaan gastrointestinal,
immunology, nutritional, endocrinology, metabolic, toxic element
exposure, dan hair testing. Dalam penerapan ini memang perlu
standart dalam aspek keselamatan (Curtis,2004). Permasalahan
di Indonesia masih jarang terapis dalam praktek terapi
komplementer yang menggunakan standart penjaminan mutu
dalam penanganan pasien, diagnose belum punya standart dan
masih berbeda-beda, sangat tergantung terhadap perkataan guru
bukan berdasar standart yang baku. Penyusunan protap sangat
perlu menjadi hal mendasar serta pengawasan dari dinas
kesehatan. Masalah terapi komplementer di Indonesia ini masih
perlu adanya jaminan mutu pasien dan perlindungan pasien
terkait dengan diagnostic yang digunakan oleh terapis.

Aspek keselamatan juga sangat diperlukan terhadap


pemberian terapy. Banyaknya terapi komplementer yang
menggunakan pendekatan herbal menjadi hal yang sangat
penting untuk dibahas. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
herbal memang menjadi dua sisi mata pisau, disisi lain dapat
meningkatkan sugesti, namun disisi lain kepercayaan yang
berlebihan, rasa ingin tahu akan isi dan efek samping obat
konsumen kurang dan menyebabkan banyak kejadian jangka
pendek dan atau panjang yang terjadi. Pemahaman terapis dan
konsumen akan obat-obatan herbal sangat diperlukan untuk
keselamatan pasien.

Berdasarkan Curtis (2004) beberapa hal yang harus


diperhatikan terkait menurunkan resiko terjadinya hal yang tidak
diinginkan dalam obat herbal adalah :

a. Kontaminasi : dalam penyajian dan pengemasan obat herbal


masih sangat dipertanyakan, resiko kontaminasi perlu menjadi
perhatian atas munculnya obat-obatan herbal
b. Bioavaibility : perubahan fungsi dari zat yang terkandung
dalam obat herbal perlu diperhatikan terkait proses kimia dari
pengemasan
c. Dosis : penelitian tentang herbal masih sangat jarang.
Seringkali yang terjadi adalah kelebihan dosis, meskipun
berasal dari herbal namun dapat membahayakan pasien
d. Alergi : alergi juga terkadang muncul akibat produk-produk
herbal
e. Keracunan : terkadang kandungan dalam obat herbal juga
dapat menjadi toxic.

Bentuk terapi komplementer lain yang perlu diperhatikan


dalam terkait aspek keselamatan antara lain terapi fisik, seperti
massase, spa, terapi akupuntur dan terapi homeophaty. Terapi
komplementer pada terapi fisik sangatlah berkaitan langsng
dengan pasien, beberapa penelitian telah mampu menemukan
beberapa efek samping dari terapi komplementer Yang
menggunakan terapi fisik ini. Permasalahan mendasar adalah,
bagaimana penelitian di Indonesia, bagaimana pengetahuan
terapis di Indonesia, hal ini menjadi PR besar bagi kementrian
kesehatan. Jurnal luar negeri telah banyak mengungkap, namun
pengetahuan terapis mengenai perkembangan ini juga harus di
tingkatkan. Penelitian tentang terapi komplementer di Indonesia
juga perlu di tingkatkan, mengingat karakteristik orang di luar
negeri dan di Indonesia berbeda.

2. Bidang praktik (scope of praktice)

Isu etik untuk terapi komplementer yang kedua adalah skop


praktik yang tidak jelas dari sekitar 1800 terapi komplementer
yang teridentifikasi ke dalam bidang praktik keperawatan. Artinya,
masih menurut ANA bahwa ada pertanyaan mendasar yang harus
dijawab sekaitan skop praktik secara legal dan etik dari
penggunaan terapi modalitas komplementer dalam praktik
keperawatan profesional yaitu kapan teknik tersebut diajarkan dan
dipraktikkan oleh individu bukan perawat maupun oleh perawat?
Mungkinkah seorang perawat melakukan pemijatan sederhana
atau pemijatan terapi (therapeutic massage)? Mungkinkah
seorang perawat melakukan terapi sentuhan secara pribadi
maupun secara profesional mandiri? Pada aspek ini bahaya dapat
muncul baik bagi klien maupun perawat jika skop praktik
komplementer tidak jelas. Hal ini dapat dipahami bahwa pasien
dapat ‘dibahayakan” oleh perawat yang mempraktikkan terapi
komplementer jika perawat itu sendiri tidak disiapkan untuk itu.
Atau perawat dapat ‘dibahayakan’ secara profesional ketika
mereka melakukan praktik di luar skop atau area praktik
keperawatan atau melakukan terapi yang masih dipertanyakan.

3. Perbedaan Budaya (cultural diversity)

Salah satu ciri negara negara maju (developed countries)


seperti Amerika umumnya ditandai dengan adanya gejala
multikultur. Satu sisi gejala ini memiliki efek positif karena adanya
keragaman budaya yang saling mengisi dan mendukung satu
dengan lainnya. Namun tidak jarang perbedaan budaya berimbas
pada kesulitan komunikasi akibat penggunaan bahasa yang
berbeda. Akibatnya perawat juga tidak terlepas dari gejala
bertemu dan berkomunikasi kepada klien yang memiliki berbagai
latar belakang budaya. Jika demikian maka perawat akan
mengalami kendala dalam mempraktikkan terapi komplementer
karena nilai yang dimiliki klien dapat berbeda dengan yang
dipunyai oleh perawat. Pada kondisi semacam ini sering terjadi
konflik atau bahkan dilema etik.

D. Pemilihan metode Terapi komplementer

Secara umum, masyarakat kita terbagi menjadi dua golongan


yaitu orang yang hidup di perkotaan serta orang yang hidup di daerah
perdesaan. Masyarakat perkotaan serta orang yang hidup cenderung
bersifat individualis sementara masyarakat perdesaan lebih
mengutamakan interaksi sosial. Kedua pola tersebut dapat
mempengaruhi cara pandang terhadap kesehatan yang berpengaruh
juga terhadap penyediaan serta jenis pelayanan kesehatan.

Terapi komplementer merupakan cara penanggulangan penyakit


yang dijadikan sebagai pilihan metode lain di luar pengobatan
konvensional. Secara berangsur - angsur, penggunaan obat di
Indonesia mengalami penurunan. Penurunan tersebut mungkin
berkaitan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk beralih
menggunakan pengobatan alternatif, menggunakan obat tradisional
serta cara-cara yang tradisional pula. Hal itu mengakibatkan
meningkatnya pelatihan keterampilan teknik pengobatan tradisional
seperti pijat, akupresur, senam olah pernafasan, dan lain - lain.

Secara metode penyembuhannya, pengobatan komplementer


berbeda dengan pengobatan konvensional yang lebih mengandalkan
obat kimia serta sistem operasi. Sementara terapi komplementer
merupakan terapi tambahan dari terapi utama yang digunakan serta
berfungsi sebagai suportif untuk mengontrol gejala penyakit dan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Konsep pengobatan terapi
komplementer terapi komplementer yang disinergikan dengan
tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang memiliki
fungsi untuk melengkapi kebutuhan dasar manusia. Perawat dapat
menerapkan strategi holistik untuk membantu pemulihan kesehatan
pasien. Penerapan strategi itu tentunya memerlukan keterampilan
khusus, sehingga perawat dituntut untuk mempelajarinya dari para
ahli terapi komplementer. Selain itu, seorang perawat juga tidak
diperbolehkan melakukan tindakan yang tidak didasari oleh ilmu
pengetahuan atau dengan kata lain tidak boleh menjadikan seorang
pasien sebagai kelinci percobaannya.

Pada dasarnya, beberapa tindakan komplementer telah dilakukan


oleh para perawat dalam melayani pasien. Seperti contohnya, dalam
menangani kasus hipertensi perawat akan mengkaji data pasien
kemudian memberikan terapi serta obat - obatan dari dokter. Terapi
yang dimaksud adalah ketika perawat mengukur tekanan darah
pasien, perawat sering kali menanyakan keluhannya apa yang
dirasakan oleh pasien dengan memegang tangan pasien disertai
dengan senyuman. Ketika pasien dalam keadaan tegang sering kali
perawat melakukan pendekatan terapeutik dibarengi sedikit humor
agar ketegangan yang dirasakan oleh pasien akan berangsur
berkurang.

Dengan begitu dapat ditarik kesimpulan jika pada dasarnya


perawat telah melakukan beberapa tindakan komplementer.
Sementara, fokus terapi komplementer adalah memandang manusia
sebagai makhluk holistik. Namun tindakan komplementer bukanlah
satu-satunya terapi untuk menangani atau menyembuhkan pasien
karena tindakan komplementer berfungsi sebaga pelengkap dari
tindakan medik konvensional.

E. Peran perawat dalam Terapi Komplementer

Perawat dalam terapi komplementer berperan sebagai pelaksana,


pendidik, konseling, koordinator, serta peneliti. Adapun tugas-
tugasnya adalah sebagai berikut :

1. Perawat bertugas mengkaji kebutuhan pasien dalam praktik


pengobatan komplementer.
2. Perawat saran kepada terapis, pasien serta keluarga pasien untuk
mempertimbangkan jenis pengobatan yang sesuai dengan
keadaan pasien.
3. Perawat memberi penjelasan mengenai kesehatan kepada risiko,
efek samping, hasil yang diharapkan, jangka pengobatan,
interaksi yang terjadi ketika terapi komplementer dan pengobatan
konvensional disatukan, serta cara mengakses informasi
mengenai pengobatan komplemnter melalui berbagai jurnal
maupun literatur.
4. Perawat mengkoordinasikan integrasi pengobatan komplementer
ke dalam program keperawatan bagi pasien dengan cara
menyeleksi jenis pengobatan yang cocok dengan kondisi pasien.
5. Perawat memonitor serta mendiskusikan dalam tim mengenai
masalah-masalah yang timbul dari pengobatan komplementer.
6. Perawat memfasilitasi pasien beserta keluarganya untuk bertemu
dengan tim terapis. Selain itu, perawat juga harus mengerti latar
belakang, kualifikasi, serta kompetisi dari tenaga terapis yang
dapat dibuktikan dengan adanya sertifikat serta lisensi praktik
pengobatan.
7. Perawat memberi saran kepada pasien untuk mengunjungi kondisi
tempat pengobatan untuk mengetahui kualitas pelayanan serta
dapat mendiskusikan mengenai biaya yang harus dikeluarkan
untuk pengobatan tersebut.
8. Perawat memberi masukan kepada pasien untuk mencoba teknik
pengobatan lain jika salah satu pengobatan tidak menunjukkan
keberhasilan.
9. Perawat membantu pasien serta keluarganya agar terhindar dari
bahaya iklan mengenai produk maupun jasa yang justru
membahayakan kesehatan. Seperti contohnya, alat elektronik
yang dapat mengobati semua jenis penyakit.
10. Perawat harus mampu mendeteksi risiko interaksi obat yang yang
justru dapat menurunkan efek pengobatan.
11. Perawat meluruskan pasien yang percaya tentang obat alami
yang dapat menyembuhkan segala penyakit secara cepat. Karena
obat yang seperti itu belum tentu aman untuk digunakan.
12. Perawat berperan sebagai terapis di beberapa pelayanan
kesehatan serta dapat melaksanakan berbagai macam
pengobatan komplementer seperti teknik relaksasi, teknik kerja
tubuh, terapi energi atau terapi lain yang membutuhkan pelatihan
khusus.
13. Perawat harus mampu melakukan tahap pemilihan terhadap
pasien dapat mengikuti proses pengobatan komplementer
diantaranya yang memiliki motivasi serta dapat berpartisipasi
dalam proses pengobatan, mampu berkontraksi, dan mampu
mengikuti instruksi dari terapis.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan beberapa penjelasan dari materi diatas yang


bertemakan “Trend dan Isue dalam Terapi Komplementer” bisa kita
simpulkan bahwa terapi komplementer merupakan cara atau
metode lain dalam penanggulangan dan penyembuhan penyakit
diluar dari pada metode pengobatan medik konvensional. Namun,
terapi komplementer bukanlah satu- satunya metode pengobatan
lain diluar dari pengobatan konvensional karena terapi
komplementer hanya berfungsi sebagai pelengkap dalam
pengobatan medik konvensional. Pada dasarnya terapi
komplementer sudah menjadi bagian dari pengobatan medik
konvensional karena ketika menjalankan tugas sebagai perawat
dan melayani pasien dengan menggunakan sentuhan terapeutik
dan senyuman, maka secara tidak langsung kita telah memberikan
terapi komplementer pada pasien karena focus daripada terapi
komplementer adalah memandang manusia secara holistic yang
mana setiap perawat harus menyadari itu.

B. Saran

Terapi komplementer merupakan salah satu metode dalam


membantu pengobatan dan penyembuhan penyakit pasien. Oleh
karena itu, diharapkan kepada pembaca khususnya tenaga
Kesehatan agar senantiasa tetap memahami dan menguasai
berbagai informasi dan prosedur- prosedur dari penggunaan pilihan
terapi komplementer ini dengan benar dan sesuai yang telah
dianjurkan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.sciencedirect.com/topics/neuroscience/alternative-medical-systems ,

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1176230/

Hidayat, Asep Achmad. 2019. Khazanah Terapi Komplementer Alternatif. Bandung :


Penerbit Nuansa Medika

Anda mungkin juga menyukai